Kamis, 06 November 2014

Menjajal Gripen dan Typhoon

Keduanya adalah jet tempur terkemuka asal eropa. Keduanya memiliki bentuk yang hampir sama, yaitu delta wing dan cannard. Keduanya sama-sama canggih. Keduanya sama-sama tengah bersaing memperebutkan kontrak pembelian dari Pemerintah Republik Indonesia. Mereka adalah SAAB JAS-39 Gripen dan Eurofighter Typhoon. Di ajang Indodefence 2014 kali ini, keduanya tampil habis-habisan berupaya memikat pejabat pertahanan Indonesia maupun pengunjung. Lalu bagaimanakah performa kedua jet tangguh ini? ARC beruntung bisa mencoba keduanya sekaligus, meski hanya simulatornya. Berikut adalah pandangan ARC sebagai awam alias bukan pilot profesional.

Hari masih pagi, saat ARC mendatangi booth SAAB di Indodefence 2014. Lantaran masih pagi, booth pun terasa sepi. Tak menyia-nyiakan kesempatan, kami membuka pembicaraan mengenai Gripen. Lalu kami pun diberi kesempatan mencoba simulator, yang konon merupakan milik AU Thailand. Sejak masuk ke dalam "kokpit", Pilot test SAAB dengan ramah dan komunikatif selalu mendampingi. Dimulai dari penjelasan isi dalam "kokpit" hingga cara "terbang". Kami pun mulai take off. Di udara, kami mencoba beberapa manuver dulu. Stick Gripen terasa ringan dan sangat responsif.
Kami pun memancing sang test pilot,"no boogies...?". Mengerti dengan "kode" kami, ia pun menyetel mode pertempuran udara. Ia pun kembali menjelaskan fungsi dan tanda-tanda pada radar maupun HUD. Dan musuh pun masuk ke jarak tembak. Kami memulai dengan meluncurkan rudal BVR... dan kena!!. Lalu, saat masih berkonsentrasi pada sasaran berikutnya, tiba-tiba melintas pesawat musuh dalam jarak dekat. Disinilah istimewanya Gripen. Data Lock on dari wing man bisa kita ambil, lalu tembak... dan kena. Inilah yang dinamakan berbagai data link yang menjadi keunggulan Gripen. Usai bertempur, kami pun mencoba mendaratkan pesawat di jalan raya, yang juga menjadi keunggulan Gripen. Namun sayang kami gagal, lantaran stick yang terlalu responsif, membuat kami gelagapan. Lalu kami turn around dan akhirnya berhasil mendarat di Runway.
Usai dari booth Gripen, kami menyambangi Eurofighter Typhoon. Sama seperti di SAAB, pejabat maupun test pilot Typhoon sangat bersahabat. Mereka menjelaskan keuntungan Indonesia jika memilih jet ini. Menurut sang test pilot, kehebatan utama Typhoon ada pada mesinnya yang memiliki tenaga begitu kuat. Bahkan, ia bercerita pernah mengalahkan Su-30MKI milik India, karena memanfaatkan tenaga yang besar tersebut. Dimana saat itu ia melakukan vertical Dogfight dengan Su-30MKI. Di suatu kesempatan, karena manuver ekstrim, Su-30MKI kehilangan tenaga, sementara Typhoon masih mampu menanjak dan berbalik lalu menembak sang Flanker.
Untuk membuktikannya, kami pun diberi kesempatan "terbang". Dan betul, sejak open throtle, hanya butuh 5 detik bagi Typhoon untuk mengangkasa, lalu terbang tegak lurus ke langit. Hal yang tak kami dapat saat mencoba Gripen, dimana akselerasi Gripen terasa lebih lambat. Kami juga mencoba beberapa manuver, dan benar saja, dengan dukungan tenaga yang besar, semua manuver terasa mudah. Meski demikian, stick-nya terasa lebih berat dibanding dengan Gripen.
Lalu, datanglah musuh. Dengan radar-nya yang superior, Typhoon dengan mudah menembak dan menjatuhkan 4 lawan yang diperankan oleh Su-35 sekaligus. Lalu disimulasikan pula kami mengejar pesawat yang terbang rendah. Dengan power yang besar, tentu saja mudah mengejar, mengunci dan menembak. Lalu kami juga ditantang untuk terbang dengan mode air race. Dimana kami harus terbang rendah mengikuti jalur yang telah dibuat. Disinilah kelincahan Typhoon diuji. Meski baru pertama kali, ARC mampu menyelesaikan tantangan dan mencatat waktu 3 menit 30 detik. Skor yang lumayan, mengingat pilot profesional terbaik mencatat waktu 2 menit 30 detik.
Nah, demikianlah gambaran kami sebagai awam ketika mencoba kedua type pesawat yang sama-sama ditawarkan ke TNI-AU. Tentunya TNI-AU dan Kemenhan punya pertimbangan lain, selain canggih dan nyamannya pesawat. Namun, yang manapun dipilih, kami yakin, itu yang terbaik.

ARC. 

Persaingan Ketat di Indodefence 2014

Aroma persaingan sangat ketat terasa di ajang Indodefence 2014 kali ini. Isu pengadaan pengganti jet tempur F-5E/F Tiger II membuat produsen pesawat tempur tampil habis-habisan. SAAB sebagai produsen Gripen membawa Simulator yang bisa dicoba siapa saja. Hal yang sama juga dilakukan oleh konsorsium Eurofighter yang menggadang jet tempur Typhoon. Hanya Sukhoi saja yang tampil seadanya dengan hanya membawa miniatur. Mungkin Sukhoi sudah pede bahwa Kemhan akan memilih Su-35 sebagai pengganti F-5. ARC sendiri sempat mencoba kedua simulator tersebut. Laporannya akan kami tulis secara terpisah.

Disisi Industri Dalam negeri, Pindad tampil menawan. Hampir seluruh produk pabrikan asal Bandung ini diboyong ke Kemayoran Jakarta. Mulai dari Retrofit AMX-13, panser Anoa, Panser Kanon 20mm, Tank SBS yang kini dilengkapi peluncur roket R-han, hingga panser terbaru dengan mengusung kaliber 90mm. Panser Kanon 90mm ini pun kini telah memiliki nama, yaitu Badak. Nama Badak diberikan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, sesaat seusai membuka secara resmi ajang Indodefence 2014. Di lini senjata ringan, Pindad menampilkan senapan baru yang belum memiliki nama. Sekilas senapan ini mirip dengan SS-2 series, namun dengan kaliber 7,62x51mm. Bisa ditebak, senapan ini bisa berfungsi sebagai Pendukung sniper atau sebagai senapan DMR.

Adopsi RCWS 7,62 mm di Pansam BTR-50 Marinir TNI AL

38410115702311106268615
Saat dulu masih menjabat, Presiden SBY pada tahun 2008 pernah meminta TNI untuk meng-grounded alutsista yang berumur tua. Alasannya selain untuk menjamin keselamatan awak dan prajurit, alutsista tua cenderung tidak efisien dalam biaya operasional dan perawatan. Merespon permintaan tersebut, gelombang update dan pengadaan alutsista anyar pun di geber lewat program MEF (Minimum Essential Force) I. Tapi pada kenyataan, di segmen ranpur dan rantis, beberapa kesatuan TNI tampak masih mencintai dan bangga pada alutsista yang sudah berusia lanjut.
Sebagai contoh yang paling spektakuler adalah masa bakti tank amfibi PT-76 dan Pansam (panser amfibi) BTR-50P Korps Marinir TNI AL. Sejak mendarat di Tanah Air untuk operasi Trikora di tahun 1962, hingga kini duo ranpur amfibi TNI AL tersebut masih eksis di palagan operasi tempur, hingga paling akhir dipercaya dalam melaksanankan operasi amfibi menggempur basis GAM di NAD. Meski beberapa kali mengalami kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa, toh BTR-50 masih dilirik sebagai wahana APC amfibii untuk menghantarkan pasukan pendarat. Meski sudah ada LVTP-7, BTR-50 yang awalnya sempat mencapai jumlah 82 unit masih digadang untuk operasi tempur.
Ciri khas tank buatan Rusia ini dirancang agar tidak mudah terbakar dengan bahan bakar solar yang bisa menampung kapasitas bahan bakar hingga 260 liter. Dengan kapasitas bakar sebanyak itu, BTR-50 mampu melaju hingga 260 Km tanpa harus mengisi bahan bakar ulang. Kecepatan sewaktu melaju di jalan raya sekitar 44 Km per jam, sementara di air dengan dua propeller bisa melaju hingga 10 Km per jam. Selain bisa menerjang gelombang laut setinggi 1,5 meter dalam kecepatan 5 Km per jam, BTR-50 sanggup berenang mundur pada kecepatan 5 Km per jam.
Seperti halnya M-113, BTR-50 laris digunakan sebagai battle taxi dalam operasi pertempuran.
Seperti halnya M-113, BTR-50 laris digunakan sebagai battle taxi dalam operasi pertempuran.
Dengan dimensinya yang besar, BTR-50 juga efektif sebagai tempat berlindung bagi pasukan.
Dengan dimensinya yang besar, BTR-50 juga efektif sebagai tempat berlindung bagi pasukan.
Mengamankan juru tembak dari terjangan peluru sniper, pangkal laras pada SMB dilengkapi perisai.
Mengamankan posisi juru tembak dari terjangan peluru sniper, pangkal laras pada SMB dilengkapi perisai.

Berangkat dari kebutuhan untuk ‘melestarikan’ BTR-50, maka sejak beberapa waktu lalu dilakukan beragam program upgrade dan retrofit. Salah satu industri pertahanan Dalam Negeri, PT Alam Indonesia Utama, berusaha meremajakan BTR-50 Korps Marinir TNI AL. Upaya peremajaan ini BTR-50 difokuskan pada penggantian sistem elektronik dan optronik, sehingga sebagai tank APC (Armoured Personnel Carrier), BTR-50 dapat memberikan bantuan tembakan secara maksimal pada unit pasukan yang diterjunkannya. Wujudnya adalah dengan pemasangan perangkat pengendali tembakan, RCWS (Remote Control Weapon System).
Dengan adopsi RCWS pada BTR-50, maka juru tembak (gunner) di dalam BTR-50 bisa melihat langsung hasil tembakan sekaligus mengkoreksinya lewat monitor. Lebih dari itu, dengan RCWS keselamatan juru tembak menjadi lebih terjamin, tidak perlu khawatir ditembak sniper lawan yang kerap membidik dalam suatu pertempuran. Pemasangan RCWS juga amat membantu pada kualitas akurasi tembakan, dalam hal ini senapan mesin GPMG kaliber 7,62 mm. Bila dilihat dari bentuk dudukan, RCWS dan pod di BTR-50 mirip dengan yang terpasang pada tank ringan AMX-13 hasul retrofit PT Pindad. Meski bila melihat dari postur dan dimensi tank, idealnya minimal jenis senapan mesin RCWS mengusung SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm, seperti halnya pada RCWS yang terpasang pada tank AMX-13 VCI TNI AD.
BTR-50 dengan bekal RCWS.
BTR-50 dengan bekal RCWS pada hatch komandan
39276015702303772936015
dscn6041
btr-50pk-006
BTR-50 PK produksi Rumania, juga dimiliki oleh Korps Marinir TNI AL

Upgrade pada sistem optronik ditekankan pada perangkat mesin dan pendukung lainnya, seperti sistem lengan roda, track idler, hub ilder, shock absorber, sprocket, dan suspensi. Untuk proteksi, BTR-50 yang kini telah berusia lebih dari 50 tahun, menggunakan jenis baja RHS 25 mm, ini adalah jenis baja lama yang digunakan sejak sebelum BTR-50 di upgrade. Melihat konteks modernisasi, bila ranpur paruh baya ini akan terus digunakan, idealnya diperlukan penambahan lapisan keramik dan baja setebal 10 mm atau komposit setebal 20 mm.
Seperti dikutip dari Edisi Koleksi Angkasa No.91 2014, meski hasil retrofit BTR-50 yang digarap PT Alam sudah masuk dalam tahap uji coba, baik untuk operasional tempur di air maupun darat, serta sistem elektronik dan optronik juga dapat berfungsi secara maksimal. Namun pihak TNI AL tampaknya belum tertarik atas hasil retrofit yang telah dicapai.

btr50modifzl71
BTR-50 dengan senapan mesin non RCWS.

Selain program retrofit yang digadang PT Alam Indonesia Utama, BTR-50 juga dilakukan modifikasi oleh Divisi Teknologi PT PAL, Surabaya dengan kode BTR-50PM. Meski modifikasi tidak mencakup pada elemen senjata, tapi body BTR-50 dipermak cukup banyak, menjadikan tank BTR-50 wujudnya terlihat futuristik. Daya apung, stabilitas, serta urusan keselamatan menjadi terdongkrak. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah sudut tekukan di bagian depan menjadi lurus dan disertai pengaturan letak pintu palka (hatch) commander, driver, dan gunner. Kompartemen mesin mengalami peninggian dan dibuat bersudut. Selain berfungsi menahan terjangan air, penambahan ini juga berguna untuk meningkatkan perlindungan frontal pada tank. (Gilang Perdana)

Typhoon Bakal Dirakit di Indonesia

Eurofighter  Typhoon
Eurofighter Typhoon

London – Produsen pesawat tempur asal Inggris, Eurofighter, tengah mengkaji kemungkinan perakitan varian jet Typhoon di Indonesia. Empat negara yang tergabung dalam konsorsium Eurofighter dikabarkan mendukung rencana yang akan dibicarakan dalam pameran Pertahanan Indo Defence 2014.
Kepala Eksekutif Eurofighter Alberto Gutierrez mengatakan konsorsiumnya sudah siap bekerja sama dengan industri penerbangan Indonesia mengenai pengembangan kemampuan Typhoon. Dalam waktu dekat, perusahaan itu akan melakukan pembicaraan terkait dengan hal apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan Thypoon.
Sebelumnya, Alberto mengaku sudah beberapa kali berdialog mengenai rencana ini dengan Kementerian Pertahanan. “Tapi sekarang terlalu dini untuk didetailkan,” kata dia seperti dikutip dari Defencenews, Selasa, 4 November 2014.
Perakitan akhir jet Typhoon oleh industri penerbangan Indonesia merupakan salah satu perjanjian panjang antara kedua belah pihak. Pada Januari 2014, Indonesia mengirimkan surat kepada Eurofighter, Saab Swedia, Boeing F/A-18, Lockheed Martin F16, Dassault Rafale, dan produsen Sukhoi untuk meminta mereka memberikan informasi mengenai produk jet tempur. Hal ini berkaitan dengan rencana Indonesia untuk menganti pesawat tempur F-5 secara bertahap.
Berbekal dana US$ 1 miliar, Indonesia akan mendatangkan 16 pesawat tempur secara bertahap. Karena itu, Indonesia membutuhkan kontraktor pertahanan sebagai mitra perusahaan lokal yang akan turut merakit pesawat-pesawat tersebut. Permintaan ini direspons oleh Eurofighter, namun perusahaan ini menunggu sikap pemerintahan baru.(tempo.co.id)

Setelah Sukhoi, giliran armada TNI AL sergap 5 kapal asing

Setelah Sukhoi, giliran armada TNI AL sergap 5 kapal asing
Alutsista TNI. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi

Jet tempur Sukhoi TNI AU mencetak hattrick dengan menyergap tiga pesawat asing yang melanggar wilayah kedaulatan Indonesia. Dengan tegas TNI AU memaksa pesawat yang tak dilengkapi surat izin mendarat di lapangan udara terdekat.
Dalam dua pekan terakhir, tercatat sebuah pesawat Australia dipaksa mendarat di Manado. Selanjutnya Sukhoi beraksi di atas Natuna. Mereka menyergap pesawat latih berbendera Singapura. Pesawat itu dipaksa mendarat di Pontianak.
Terakhir, giliran pesawat jet pribadi milik Saudi Arabia Airlines disergap di sekitar Kupang. Yang terakhir ini paling seru karena harus kejar-kejaran dengan kecepatan suara.
TNI Angkatan Laut rupanya tak mau kalah dengan rekan-rekan mereka di udara. Armada TNI AL beraksi menangkap lima kapal asing dalam waktu sepekan.
Kapal-kapal asing tersebut sedang mencuri kekayaan laut Indonesia. Mereka juga tak dilengkapi surat-surat resmi dan perlengkapan sesuai ketentuan. Ada juga kapal yang berbendera Indonesia tetapi bekerja untuk pihak asing.
Berikut kisah-kisah penangkapan kapal asing itu seperti disampaikan Kadispenum Puspen TNI Kolonel Inf Bernandus Robert, Selasa (5/11/2014).
Setelah Sukhoi, giliran armada TNI AL sergap 5 kapal asing
Gladi resik HUT TNI.
 
1. Tangkap 3 kapal vietnam
KRI Imam Bonjol – 383 di bawah binaan Satuan Kapal Eskorta Koarmabar, berhasil menangkap tiga kapal ikan. KG 90433 TS. ATS 006, KG 94366 TS. ATS 005 dan KG 94266 TS. ATS 012, dengan ABK berkewarganegaraan Vietnam di perairan Natuna tanggal 31 Oktober lalu.
“Ketika tertangkap tangan, ketiga kapal Asing tersebut tengah melaksanakan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna namun berhasil terdeteksi oleh radar Sperry Marine KRI Imam Bonjol-383,” kata Kolonel Robert.
Ketiga kapal tersebut berhasil dihentikan pada posisi 03 23′ 55″ LU dan 105 44′ 42″ BT. Lalu kapal ikan asing tersebut selanjutnya diperintahkan untuk merapat ke lambung kiri KRI Imam Bonjol?383 untuk proses pemeriksaan dan penggeledahan.
Dari hasil proses pemeriksaan diketahui bahwa ketiga kapal tersebut tidak dapat menunjukkan kelengkapan surat-suratnya.
Selanjutnya mereka dikawal menuju Pangkalan TNI AL terdekat guna proses pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah Sukhoi, giliran armada TNI AL sergap 5 kapal asing
Gladi resik HUT TNI.
 
2. Kapal Indonesia bernakhoda Thailand
Salah satu kapal asing yang ditangkap yaitu kapal ikan KM Sudita 11 yang ditangkap pada tanggal 3 November 2014 oleh KRI Lemadang-632 yang merupakan salah satu unsur KRI jajaran Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkat Koarmabar).
Kapal itu terdeteksi di radar KRI Lemadang-632 pada posisi 02 09 53 U ? 107 11 33 T. Saat itu, KM Sudita 11 melakukan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal dan melakukan pelanggaran dokumen kapal.
KM Sudita 11 adalah jenis kapal penangkap ikan berbendera Indonesia berbobot 100 GT. Namun rupanya kapal ini sebenarnya dinahkodai seorang warga Negara Thailand bernama Somphong Miyaem.
Ada 12 Anak Buah Kapal (ABK) terdiri dari tujuh orang warga NegaraThailand dan lima orang WNI.
Pada saat dilakukan pemeriksaan sementara, kapal ikan tersebut melakukan pelanggaran dokumen kapal diantaranya; Buku Sijil tidak diisi/kosong, jumlah ABK tidak sesuai dengan Crew List (jumlah di Crew List 10 orang).
Selain itu Buku-buku Pelaut tidak lengkap, Buku Kesehatan kosong, Sertifikat Radio tidak ada dan daerah penangkapan tidak sesuai dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) yang seharusnya melakukan penangkapan di Laut China Selatan.

Setelah Sukhoi, giliran armada TNI AL sergap 5 kapal asing
Gladi resik HUT TNI.

3. Kapal dari Malaysia ke Batam
Tanggal 31 Oktober 2014, KRI Sanca-815 juga berhasil menangkap kapal KM Cahaya Baru. Kapal ini diduga melakukan pelanggaran pelayaran di wilayah Perairan Indonesia.Kejadian tersebut bermula ketika KRI Sanca-815 sedang melaksanakan patroli rutin di sekitar Selat Singapura mendeteksi secara visual adanya pergerakan kapal tanpa lampu navigasi pada posisi 01 13 06 U ? 104 03 40 T.Selanjutnya KRI Sanca?815 melakukan proses Pengejaran, Penangkapan dan Penyelidikan (Jarkaplid) terhadap kapal tersebut. Dari proses penyidikan yang dilakukan KRI Sanca-815, selain berlayar tanpa lampu navigasi ditemukan juga pelanggaran berupa Manifest berbeda dengan jumlah muatan yang tercantum pada Port Clearance.
Kapal ikan ini termasuk jenis kapal kargo kayu berbobot 17 GT berbendera Indonesia yang dinahkodai Hasan dan tujuh orang Anak Buah Kapal (ABK).
Saat penangkapan KM Cahaya Baru yang berlayar dari Pasir Gudang, Johor, Malaysia dengan tujuan Batam, diketahui bermuatan berupa buah-buahan segar antara lain duku, pepaya, jambu dan nangka seberat 30,3 Ton.
 
www.merdeka.com

Senjata Rusia di Indo Defence 2014

image
Stand Rosoboronexport Rusia di Indo Defence 2014 (photo: Rafly)

Dalam pameran senjata dan teknologi militer internasional Indo Defence 2014, tanggal 5-8 November di Jakarta, perusahaan Rusia Rosoboronexport menujukan produk-produk militer terbaru buatan mereka, yang diperuntukan bagi semua angkatan bersenjata di Indonesia.
Ini bukan pertama kalinya perwakilan Rusia mengikuti pameran senjata tahunan yang telah diselenggarakan sejak 2004 silam. Melalui pameran ini, Rusia berharap dapat mengembangkan hubungan kerja sama militer lebih jauh dengan Indonesia. Di sisi lain, Indonesia memang telah menunjukan ketertarikannya terhadap senjata buatan Rusia. Hal tersebut diungkapkan oleh perwakilan perusahaan Rosoboronexport, satu-satunya perusahaan pemerintah Rusia yang memiliki otoritas untuk menjadi perantara perdagangan senjata Rusia di mancanegara.
“Indonesia tertarik untuk membeli senjata-senjata buatan kami, baik yang sudah pernah mereka miliki sebelumnya ataupun senjata keluaran terbaru kami. Minat tersebut terutama ditunjukan oleh angkatan udara dan darat, namun kami juga tetap aktif mempromosikan persenjataan angkatan laut dan senjata pertahanan udara,” terang Direktur Proyek Khusus Rosoboronexport sekaligus Kepala Delegasi Rusia di Indo Defence 2014, Nikolay Dimidyuk, dalam rilis pers resmi perusahaan tersebut.

Kerja Sama Ilmiah dan Teknis
Seperti yang diungkapkan perwakilan Rosoboronexport melalui pers rilis, mereka siap mengirimkan pasokan tambahan tank BMP-3F (satu unit BMP-3F milik Korps Marinir Indonesia akan dipamerkan di Indo Defence 2014) dan helikopter tempur Mi-8/17, yang saat ini digunakan dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Indonesia juga menunjukan ketertarikan terhadap pesawat tempur multiperan Su-35, pesawat pengangkut strategis Il-76MD-90A, pengangkut personel lapis baja BTR-80A, sistem peluncur mortir bergerak Vena, kendaraan amfibi roda berantai terbaru PTS-4, peluncur rudal anti-tank Kornet EM, kompleks peluncur rudal Pantsir S1, kapal selam tenaga disel-elektrik proyek 636, serta rudal antikapal Yakhont.
image
ATGM Kornet EM (photo: Rafly)

Dalam pameran di Jakarta tersebut, Rosoboronexport berencana berunding dengan perwakilan Indonesia mengenai pengadaan simulator pelatihan untuk pesawat terbang dan helikopter buatan Rusia, begitu pula mengenai propek pembuatan pusat layanan jasa perbaikan dan perawatan kendaraan-kendaraan tempur buatan Rusia di Indonesia. Pusat layanan serupa sudah beroperasi di Malaysia dan Korea Selatan.
Berdasarkan tendensi kerja sama teknologi militer saat ini, negara-negara ASEAN secara bertahap berusaha keluar dari skema kerja sama yang bersifat transaksional dan mulai mengarah pada penguasaan teknologi, pembuatan perusahaan gabungan, serta pendirian pabrik berlisensi di wilayah-wilayah negara mereka. Oleh karena itu, Rusia berusaha memperkuat posisinya di pasar potensial negara-negara ASEAN dengan memberi penawaran menarik dalam bidang kerja sama industri, teknis, dan penelitian ilmiah.
image
Tank BMP 3F (photo: Rafly)

Tingkatkan Anggaran Pertahanan Negara
Salah satu faktor penggiat strategi tersebut adalah situasi politik dan militer di wilayah ASEAN. Redaktur Utama Majalah Arsenal Otechestva, Kolonel Komando Cadangan Strategis Rusia Viktor Murakhovskiy mengatakan, keperluan untuk memperkuat keamanan nasional dan stabilitas regional ASEAN secara kolektif membuat anggaran belanja pertahanan nasional di negara-negara besar ASEAN tak akan mengalami penurunan, bahkan malah meningkat.
Tiga pembeli utama produk teknologi militer Rusia di ASEAN adalah Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Potensi besar kerja sama militer di Myanmar, Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, dan Thailand dirasa masih perlu digali lebih dalam, meski saat ini sudah ada pengiriman senjata dan teknologi militer ke negara-negara tersebut. Sementara, Singapura dan Filipina merupakan pembeli tetap senjata buatan Amerika dan Eropa Barat, sehingga sangat sulit bagi Rusia untuk dapat masuk ke dalam pasar persenjataan negara-negara tersebut.
Menurut penilaian para pakar militer, saat ini prospek kerja sama militer Rusia dengan negara-negara ASEAN sangat kondusif. Pasar pasar persenjataan di wilayah ini sangat potensial dan Rusia memiliki penawaran yang luas terkait teknologi persenjataan dan militer miliknya. Teknologi aviasi (pesawat terbang jenis Su, MiG, Il, helikopter Mi dan Ka, senjata pelumpuh objek udara, simulator dan perlengkapan lainnya), teknologi militer angkatan laut, sistem senjata pertahanan udara, kendaraan tempur lapis baja, senjata untuk pasukan operasi khusus, amunisi senjata, dan berbagai jenis senjata lain. (RBTH Indonesia, photo by Rafly).

Wapres: Teknologi Tingkatkan Daya Saing Industri Hankam

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membuka pameran Industri Pertahanan Internasional atau Indo Defence 2014 Expo & Forum, di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/11). JK didampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhi Purdijatno.
Dalam sambutannya, JK mengatakan saat ini peningkatan alusista bukan hanya berarti untuk perang. Karena perang di saat ini berupa peningkatan teknologi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan teknologi membutuhkan riset, biaya besar dan kerjasama.
“Teknologi merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan ekonomi negara. Dan, salah satu yang perlu ditingkatkan adalah teknologi pertahanan yang di dalamnya juga membutuhkan infrastruktur, sumber daya manusia dan lain-lain. Untuk itu, industri pertahanan harus ditingkatkan agar dapat bermanfaat bagi sektor pertahanan dan keamanan (hankam) serta juga mampu dikonversi menjadi industri yang berguna bagi kemashalatan masyarakat,” kata JK.
Di tempat yang sama, Menhan Ryamizard Ryacudu menyampaikan Indo Defence 2014 Expo & Forum merupakan pameran produk-produk alusista yang dilaksanakan dua tahun sekali sebagai ajang promosi dan pertemuan untuk menjalin kerjasama antara berbagai pihak dalam rangka mengembangkan riset maupun produksi terkait industri hankam.
“Penyelenggaraan Indo Defence 2014 Expo & Forum kali ini diharapkan tercipta pertukaran pengetahuan terkait produk dan teknologi hankam yang terkini. Saya yakin dari ajang ini terjadi peningkatan terhadap industri hankam lokal yang dapat berdampak positif bagi perekonomian nasional. Selain itu, kemandirian industri hankam harus terus ditingkatkan sehingga akan terwujud Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam penciptaan produk alutsista,” harap Ryamizard.
PUNA Wulung
PUNA Wulung

Pada pameran Indo Defence 2014 Expo & Forum kali ini BPPT memamerkan PUNA Wulung, yakni sebuah pesawat nir awak yang berfungsi untuk melakukan pengamatan atau surveillance dari ketinggian 10.000 feet. Sekarang, status PUNA Wulung sudah dimanfaatkan oleh industri untuk dimanfaatkan oleh penggunanya, yaitu Kementerian Pertahanan. PUNA Wulung sudah mampu terbang selama empat  jam dengan jarak tempuh mencapai lebih 150 km dan dapat membawa payload seberat 120 kg. (tw/SYRA/Humas)