Selain memperkuat alutsista untuk meningkatkan kemampuan
tempurnya, TNI AU melakukan penekanan pada penguasaan informasi yang
jadi ujung tombak sebelum terjadi peperangan.
Penguasaan informasi menjadi penekanan pertama sebelum
melaksanakan operasi militer perang (OMP). Bagaimana kita akan melakukan
suatu penyerangan terhadap kekuatan musuh kalau tidak menguasai
informasi mengenai seberapa besar kekuatan musuh dan apa yang akan
dilakukan musuh terhadap kita. Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Sudipo
Handoyo menjabarkan hal tersebut kepada Angkasa di kantornya
bulan lalu. Menurut Sudipo, upaya penguasaan berbagai macam informasi
tengah dan harus dilakukan TNI AU. Untuk mencapai taraf ini, TNI AU
harus melengkapi beragam perangkat perang informasi yang dibutuhkan.
Dalam melaksanakan kampanye perang udara, seperti telah
dilakukan dalam format latihan gabungan, TNI AU telah mengedepankan
faktor perang informasi. Informasi kekuatan musuh dikumpulkan
sebanyak-banyaknya dan kemudian digunakan sebagai dasar melaksanakan
strategi penyerangan. “Jangan sampai kita berniat mau melakukan
pengeboman terhadap kekuatan musuh di suatu pangkalan, ternyata musuh
telah memindahkan alutsista dan kekuatan tempurnya lebih dulu,” ujarnya
mencontohkan.
Menghancurkan musuh di basis kekuatannya sendiri,
seringkali dianggap sebagai suatu tindakan agresi. “Pemahaman kita yang
salah, yang akhirnya melahirkan opini bahwa kalau kita menyerang musuh
di luar wilayah NKRI maka kita dianggap menjadi negara agresor. Padahal
itu bukan agresi, sejatinya ini merupakan bagian dari suatu operasi
perang udara,” tandas mantan Komandan Seskoau ini.
TNI AU lanjut Sudipo, memiliki doktrin operasi udara strategis, yaitu
menghancurkan musuh di negaranya. “Kalaupun musuh masih lolos juga
masuk ke wilayah udara kita, maka kita lawan dengan operasi lawan udara
ofensif. Di situ para penerbang tempur kita berjibaku menghadang
mereka,” paparnya. Kekuatan musuh yang berhasil masuk, akan memungkinkan
terjadinya peperangan di laut dan daratan. Hal ini yang sering
diskenariokan dalam latihan gabungan, dimana musuh dari suatu negara
berhasil masuk menguasai beberapa wilayah NKRI, dan baru setelah itu
dihancurkan melalui suatu operasi gabungan.
Jet tanker
Mengenai penambahan alutsista, Asops KSAU menjelaskan. Sesuai rencana strategis yang dituangkan dalam Minimum Essential Force
(MEF) tahap I (2009-2014), TNI AU saat ini tengah menunggu beberapa
pesawat yang sudah dibeli namun belum datang semua. Di antaranya F-16C/D
52ID yang akan lengkap datang 24 unit tahun depan. Pesawat ini akan
mengisi Skadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dan
sebagian lagi mengisi Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi, Magetan.
Fasilitas Skadron Udara 16 saat ini sudah lengkap, mulai dari shelter,
hanggar, perkantoran hingga perumahan dinas. (Pada saat artikel ini
diturunkan, Skadron Udara 16 rencananya akan diresmikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono akhir September 2014).
Selain Skadron Udara 16, TNI AU akan membangun Skadron
Udara 33 di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Skadron ini akan diisi
pesawat C-130H yang merupakan hibah dan beli dengan harga murah dari
Australia. TNI AU juga akan membentuk Skadron Udara 27 di Lanud Halim
Perdanakusuma untuk pesawat CN295 yang menggantikan Fokker 27. Saat ini
tujuh CN295 dari PT DI sudah diserahkan kepada TNI AU dan akan terus
ditambah hingga menjadi 16 unit. Sementara Skadron Udara 2 yang saat ini
menaungi CN295, tetap akan mengoperasikan CN235.