Kamis, 23 Oktober 2014

Ujian Pertama si Gavin

Seusai perayaan HUT TNI, Ranpur baru M-113 langsung menghadapi tantangan selanjutnya. Yaitu uji ketangguhan yang dilakukan di Pusdikkav di Bandung Jawa Barat. Dalam demontrasi ini, Gavin harus menghadapi berbagai tantangan. Dan hasilnya, semua ujian bisa terlewati dengan baik.

Berbagai ujian itu diantaranya menanjak hingga kemiringan 60 derajat, melewati jalanan tak rata, hingga uji amfibi. Bahkan, Tank angkut pasukan ini sengaja dibenamkan dalam lumpur lalu direcovery oleh Ranpur sejenis. Semua tantangan ini merupakan refleksi dari kenyataan sesungguhnya yang nanti dihadapi di lapangan.
Informasi lainnya yang diperoleh ARC adalah, TNI-AD berencana mengakuisisi sebanyak 80 unit M-133. Nantinya bersama Marder dan Anoa, M-113 akan menjadi inti kekuatan Batalyon Infantri Mekanis. Selain itu, M-113 yang diperoleh TNI-AD ternyata rakitan Belgia. Dimana usia rata-rata M-113 ini cukup muda, yaitu buatan akhir tahun 1980an. Kelebihan lainnya, karena digunakan oleh negara yang relatif damai, Ranpur ini usia komponennya masih cukup panjang. Banyak diantaranya bahkan belum sampai menempuh jarak 10 ribu km. Dan selama ini, Belgia menyimpan Ranpur-ranpurnya dengan cukup apik, sehingga sangat layak digunakan langsung. Belgia sendiri pernah mengoperasikan hingga lebih dari 500 unit M-113. Belgia juga memodifikasi M-113 miliknya dengan perbaikan suspensi dan proteksi.
ARC. 
ARC. 

Pangkalan Militer Tanjung Datuk

Dokumen Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar
Dokumen Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar

TNI segera merealisasikan pangkalan militer baru di kawasan Tanjung Datu, Kalimantan Barat (Kalbar). Pangkalan tersebut ditargetkan bisa beroperasi pada 2015.
Keberadaan pangkalan itu dinilai strategis karena berkaitan dengan posisi Indonesia di Laut China Selatan.
Saat ini perencanaan pangkalan tersebut sudah siap dan pengerjaannya mulai dilakukan. Pangkalan itu sebenarnya adalah pengembangan dari pangkalan udara sederhana yang dimiliki TNI di kawasan tersebut. TNI hanya perlu memperluas dan penambahan lahan sudah disetujui Pemprov Kalbar.
Kapuspen TNI Mayjen Mochamad Fuad Basya menjelaskan, landasan udara di pangkalan itu saat ini hanya sepanjang 1.600 meter. “Nantinya akan kami tambah jadi 2.500 meter. Sehingga pesawat-pesawat besar bisa mendarat,” ujarnya kemarin (21/10).
Kemudian, barak tentara yang disiapkan untuk pasukan infanteri TNI-AD akan ditambah. Rencana awalnya, setidaknya satu divisi akan ditempatkan di Tanjung Datu.
Pangkalan tersebut merupakan pangkalan terintegrasi antara TNI-AD, AL, dan AU. Karena itu, di sana juga disiapkan sekaligus pangkalan AL, bukan lagi pos AL seperti yang ada saat ini.
“Kami harap awal 2015 anggaran untuk itu sudah bisa turun sehingga bisa segera beroperasi,” ucapnya.
Sebab, pemindahan pasukan membutuhkan perencanaan dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, Mabes TNI akan menambah jumlah kapal perang dan pesawat di landasan tersebut. Untuk kapal maupun pesawat, jumlahnya masih dibahas karena kebutuhan di kawasan lainnya juga cukup besar.
Pembangunan pangkalan militer itu awalnya merupakan respons atas tindakan Malaysia yang memasang tiang pancang mercusuar di grey area Tanjung Datu. Hal tersebut memantik reaksi pemerintah Indonesia maupun TNI. Akhirnya, dalam sebuah kesepakatan, Malaysia bersedia tidak melanjutkan pembangunan mercusuar itu.
Belakangan, rupanya Malaysia sudah membongkar tiang-tiang pancang tersebut. Pembongkaran dilakukan pada Jumat sore (17/10). Fuad menjelaskan, Malaysia meminta syarat tidak ada kapal TNI yang lewat saat pembongkaran berlangsung. Permintaan itu dipenuhi TNI-AL.
“Dengan pembongkaran itu, artinya Malaysia kembali menghormati kawasan tersebut sebagai grey area alias kawasan sengketa,” tambah Fuad.
Meski begitu, pembangunan pangkalan militer tetap dilanjutkan. Tujuannya pun menjadi lebih luas, yakni memastikan kekuatan Indonesia di kawasan Laut China Selatan, terutama perairan Natuna yang menjadi teritorial NKRI.
 

Teknologi Anti-Radar, Panglima Minta Uji di Tank

CANGGIH DAN MURAH: Dari kiri, Akhiruddin Maddu, Bambang Riyanto, dan Esa Ghanim Fadhallah di Laboratorium Karakterisasi Bahan Fakultas MIPA IPB. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos
CANGGIH DAN MURAH: Dari kiri, Akhiruddin Maddu, Bambang Riyanto, dan Esa Ghanim Fadhallah  . Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

SEPULUH peraih penghargaan HUT Ke-69 TNI berdiri di panggung kehormatan Mabes TNI Cilangkap, 12 Oktober lalu. Mereka merupakan bagian dari upaya TNI mencari anak bangsa yang mampu menciptakan teknologi canggih untuk kepentingan militer.
Sebagai penghargaan atas jerih payah penciptaan karya itu, TNI berjanji mengembangkan dan menggunakan teknologi karya anak bangsa tersebut.
Salah seorang peraih penghargaan itu adalah Bambang Riyanto. Dia mewakili tim IPB yang memenangi kategori inovasi partisipasi publik. Saat naik ke panggung, dia tampak gugup berada di antara ribuan personel TNI yang hari itu mengikuti upacara tersebut.
Apalagi penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Selain kalangan akademis, penghargaan diberikan kepada para inovator dari masyarakat umum, kepala daerah, serta kalangan militer.
’’Sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan militer pasti akan kami kembangkan. Apalagi (karya) itu tidak mahal dan bisa mengurangi ketergantungan kita pada pihak luar,’’ ujar Moeldoko dalam sambutannya.
Selain IPB, sembilan inovator lain peraih penghargaan adalah Litbang TNI-AD yang merancang bangun senjata Dopper, Litbang TNI-AL yang membuat prototipe swamp boat, serta Litbang TNI-AU yang membikin bom tajam BT-500 untuk pesawat standar NATO.
Di bidang non-alutsista, TNI-AD menyumbangkan pendekatan indeks vegetasi citra satelit pengindraan jarak jauh. Inovasi itu berguna untuk mendeteksi samaran pasukan musuh di medan tertutup.
Lalu, TNI-AL merancang pos AL mandiri energi untuk kawasan terpencil. Sementara itu, TNI-AU membuat jaring komunikasi terintegrasi untuk mewadahi jaringan C4ISR (command, control, communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance).
Tiga sisanya diberikan kepada pemerintah daerah dan organisasi publik terkait dengan kebijakan. Di antaranya, RRI yang mengembangkan siaran di kawasan perbatasan; Pemkab Belu, NTT, yang mendukung TNI di perbatasan dengan Timor Leste; serta Pemprov Kaltim yang membuat kawasan ketahanan pangan.
Tim IPB beranggota Bambang bersama dua rekannya. Yakni, Akhiruddin Maddu dan Esa Ghanim Fadhallah. Bambang merupakan dosen di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Akhiruddin adalah kepala Departemen Fisika, dan Esa Ghanim merupakan mahasiswa S-2 Teknologi Pascapanen IPB.
Mereka berhasil menciptakan teknologi tinggi antiradar dari bahan-bahan organik sederhana. Yaitu, tulang ikan dan cangkang udang. Bagi kebanyakan orang, dua bahan tersebut justru disisihkan dan dibuang ke tempat sampah.
Tapi, di tangan Bambang, Akhir, dan Esa, tulang ikan dan cangkang udang justru sangat berguna untuk menciptakan karya inovasi yang murah serta canggih.
Menurut Bambang, dua jenis bahan tersebut mengandung komposit chitosan dan hidroksiapatit yang mampu menyerap gelombang radar. Karena gelombang radar tidak memantul, kendaraan tempur yang menggunakan teknologi tersebut akan sulit dideteksi radar musuh.
Ditemui di kampus IPB, Selasa (14/10), Bambang mengakui bahwa temuan timnya bukanlah teknologi antiradar pertama yang berbahan organik. Sebelumnya, pada 2011, Tiongkok merilis penggunaan teknologi antiradar berbahan dasar gelatin.
’’Tapi, ketika kami teliti lebih lanjut, kemampuan gelatin yang berbahan dasar protein itu terbatas. Kami lalu mengganti bahannya dengan karbohidrat,’’ tuturnya.
Teknologi yang dikembangkan Bambang cs kini bakal memperkuat kemampuan persenjataan TNI. Bersama tim peneliti dari internal TNI, mereka akan mengembangkan teknologi tersebut agar kemampuannya makin tinggi dan penggunaannya semakin praktis.
Tim ITB tersebut awalnya tidak menyangka panglima TNI akan memberikan perhatian serius terhadap hasil penelitian mereka.
Mereka memang sengaja mengembangkan teknologi militer, namun sebatas untuk kepentingan penelitian. Tidak disangka, penelitian tersebut diketahui pihak militer dan mereka ditantang untuk mengaplikasikannya dalam sistem persenjataan TNI.
Inovasi tersebut semula merupakan bahan skripsi Esa saat masih menempuh S-1 di Jurusan Teknologi Hasil Perairan IPB pada 2011. Kala itu, Bambang dan Akhir menantang Esa untuk membuat penelitian skripsi yang terkait dengan militer, khususnya antiradar.
Di bawah bimbingan dua dosen tersebut, Esa mulai merancang penelitian yang sayangnya hasilnya kurang baik. Dia lalu mencoba lagi pada 2012 dengan bahan yang berbeda. Kali ini hasilnya dinilai cukup sukses, meski ada kekurangan di sana-sini.
Belum puas, mahasiswa 23 tahun itu pun mengajak Bambang dan Akhir berdiskusi untuk menyempurnakan karya tersebut. Ketiganya lalu memutuskan untuk mengembangkan lagi penelitian itu dengan bahan yang mengandung chitosan dan hidroksiapatit yang terdapat dalam tulang ikan serta cangkang udang.
Di luar dugaan, hasilnya cukup memuaskan. Dua bahan tersebut dianggap paling baik jika dibandingkan dengan bahan-bahan penelitian sebelumnya.
Di tengah rasa syukur itu, kendala muncul lagi. Esa tidak menemukan laboratorium yang cocok untuk menguji penelitian tersebut. Lagi-lagi, kendala infrastruktur menjadi problem. Hal itu diakui Akhiruddin.
Dosen 48 tahun tersebut menuturkan, infrastruktur penelitian di Indonesia masih sangat terbatas. Akibatnya, penelitian sering mandek di tengah jalan karena ketiadaan sarana-prasarana tersebut.
’’Kami selaku dosen hanya bisa membantu lewat networking,’’ tuturnya.
Tiga bulan lamanya mereka menjelajahi laboratorium sejumlah universitas di Indonesia. Termasuk di ITS dan ITB. Mereka tidak mendapatkan alat uji yang cocok untuk penelitian itu. Bila akhirnya tidak menemukannya juga, mereka berencana membawanya ke laboratorium di luar negeri.
Namun, akhirnya mereka menemukan yang dicari di laboratorium Universitas Indonesia (UI). ’’Awalnya kami tidak sampai kepikiran bahwa UI punya alat uji itu,’’ timpal Esa.
Dia amat girang penelitiannya bisa diuji di lab UI. Hasilnya pun langsung keluar dalam waktu sehari.
Penelitian tersebut menghasilkan prototipe teknologi antiradar. Berkat karya itu, Bambang cs lalu diminta mendaftar untuk melakukan presentasi di TNI. Rupanya, selain tim IPB, sudah ada 266 peneliti lain yang ikut kompetisi yang digagas TNI tersebut.
Tim Bambang mendapat jadwal terakhir untuk presentasi. ’’Karya-karya yang dipresentasikan luar biasa. Kami sempat minder melihatnya,’’ tutur Bambang.
Beberapa hari kemudian, telepon yang mengagetkan itu datang juga. Tim IPB diminta mempresentasikan teknologi antiradar tersebut di hadapan panglima TNI secepatnya.
Antara kaget dan tidak percaya, Bambang tidak langsung mengiyakan permintaan itu. Sebab, timnya butuh persiapan. Akhirnya, setelah mengebut selama seminggu untuk mempersiapkan diri, mereka tampil dengan peralatan plus bahan presentasi karya.
Kerja keras mereka tidak sia-sia. Panglima TNI mengapresiasi penelitian tersebut. ’’Beliau minta langsung uji coba di tank. Kami kaget lagi,’’ kenangnya.
Mereka kembali harus bekerja keras untuk merampungkan peralatan antiradar tersebut. Hasilnya cukup memuaskan.
Kini setelah karya mereka dinyatakan berhak meraih penghargaan, Bambang dkk tidak bisa berleha-leha. Pasalnya, mereka harus segera bekerja sama dengan tim Litbang TNI untuk mengembangkan teknologi tersebut agar lebih simpel dan praktis.
Salah satu faktor TNI mau menggunakan teknologi karya Bambang cs adalah biayanya yang terjangkau serta bahannya yang mudah didapatkan. Sebagai negara maritim, Indonesia tidak akan kekurangan bahan organik chitosan dan hidroksiapatit. TNI berencana memproduksi teknologi tinggi itu di PT Pindad (Perindustrian Angkatan Darat).
’’Kami tentu saja bangga penelitian kami dihargai setinggi itu,’’ tandas Bambang. (www.jpnn.com)

Rabu, 22 Oktober 2014

Dua Sukhoi TNI AU paksa turun pesawat Australia

Dua Sukhoi TNI AU paksa turun pesawat Australia
Satu dari dua Sukhoi Su-30MKI Thunder Flight menggiring pesawat terbang bernomor registrasi Australia, VH-RLS, yang melanggar wilayah udara nasional. Su-30MKI itu berasal dari Skuadron Udara 11 TNI AU, berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. (Dinas Penerangan TNI AU)
... peringatan militer Indonesia itu tidak digubris dan VH-RLS tetap terbang ke arah Ambon... "
Jakarta (ANTARA News) - Dua pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI dari Skuadron Udara 11, menyergap dan memaksa turun satu pesawat terbang asing bernomor registrasi VH-RLS, di wilayah udara nasional, Rabu.

Pesawat terbang asing Beechcraft C-55 Baron itu bisa dipaksa mendarat di Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi, Manado.

Bermula dari tangkapan radar Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, diketahui ada pesawat terbang tanpa ijin melintas di wilayah udara Indonesia pada pukul 07.41 WITA, di jalur udara A-461 berdasarkan route chart (rute ruang udara). 

VH-RLS yang kemudian diketahui dipiloti Jacklin Greame Paul dan Mc Clean Richard Wayne, yang berkebangsaan Australia itu mengudara dari Darwin ke Cebu City, Filipina.

Menurut Kepala Subdinas Penerangan Umum TNI AU, Kolonel Penerbang Agung Sasongkojati, di Jakarta, Rabu, Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II, Marsekal Pertama TNI Tatang Harlyansyah, memerintahkan Pusat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II berkedudukan di Makassar menggelar operasi penyergapan.

Selama masa persiapan, pengendali operasi bekerjasama dengan MATSC (Makassar Air Traffic Centre) mengendalikan lewat radio agar pesawat tersebut membelok keluar dari wilayah udara nasional.

Namun peringatan militer Indonesia itu tidak digubris dan VH-RLS tetap terbang ke arah Ambon.

Melihat gelagat tidak bersahabat, dua Sukhoi Su-30MKI dengan call sign Thunder Flight, diterbangkan. Thunder One adalah Letnan Satu Penerbang Wanda dan Mayor Penerbang Idris serta Thunder Two diawaki Kapten Penerbang Fauzi dan Mayor Penerbang Ali.

"Pada pukul 09.02 WITA, Thunder Flight dengan cepat tinggal landas menuju sasaran, dan pada pukul 10.38 WITA berhasil menyergap pesawat sasaran pada posisi 150 mil laut, pada ketinggian 10.000 kaki dan kecepatan 170 knots di sebelah selatan Manado," kata Sasongkojati.

"Setelah dipaksa dan didekati kedua Su-30MKI Flankers untuk mengarah ke Manado, akhirnya pesawat terbang itu mau menurut dan mendarat di Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi Manado pada jam 11.29 WITA," kata dia.

Paul dan Wayne langsung diinterogasi di Pangkalan Udara TNI AU Sam Ratulangi dan pemeriksaan masih berlangsung. 
 

Lima Agen Mossad Beroperasi di Indonesia

Mossad. ©publicintelligence.net
 
Kejadian itu akhirnya membikin hubungan F dan Y kian kental. Dugaan sejak awal Y adalah bos Mossad (dinas rahasia luar negeri Indonesia) kian terbukti.
“Y pernah mengaku sebagai kepala agen intelijen Israel di Indonesia berkedok pengusaha,” kata F kepada merdeka.com awal pekan ini. “Sebagai bukti dia pernah menunjukkan kepada saya foto-foto sejumlah pejabat Indonesia mengunjungi Israel menjelang rencana pembelian senjata dari negara itu.”
Y juga menunjukkan sebuah foto sangat mengejutkan F: Y bersama dua konglomerat Indonesia datang menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Jawa Barat. Saya juga memiliki foto dan rekaman video saat Perdana Menteri Yitzhak Rabin mengunjungi Presiden Soeharto di Cendana, tuturnya.
Y membenarkan sampai sekarang nama F masih kotor di mata Israel. Alasannya F masih berhubungan dengan musuh-musuh negara Bintang Daud itu, seperti kelompok Hamas di Palestrina dan Hizbullah di Libanon.
Menurut F, sebagai bos intelijen Israel, Y menutup diri dari tetangga. Pekerjaannya sebagai bos Mossad di Indonesia sekaligus pengusaha hanya dia lakoni dari dalam rumahnya. “Saya pakai sambungan Internet melalui Inmarsat bukan pakai satelit Indonesia,” ujar Y, seperti dikutip F.
Untuk pengiriman dokumen rahasia, Y memakai kurir kepercayaan. Y juga pernah bercerita kepada F ada lima agen Mossad beroperasi di Indonesia. “Mereka berganti giliran saban caturwulan,” tutur F.
Meski berstatus bos Mossad, Y merasa sangat mencintai Indonesia. “Saya tidak ingin Indonesia hancur, saya ingin Indonesia lebih baik.”

Sumber: Merdeka

Babak Baru Kapal Perang PT PAL

U209/1400
U209/1400

PT PAL Indonesia terus mengejar target bisnis di sisa 2014 ini. Pebisnis industri galangan kapal ini tengah berupaya merampungkan dua pesanan kapal dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Jenisnya adalah kapal perang. “Kami sedang fokus menyiapkan kapal selam dan menyelesaikan kapal perusak kawal rudal (PKR),” kata Firmansyah Arifin, Direktur Utama PT PAL beberapa waktu lalu kepada KONTAN.
Langkah ini sejalan dengan adanya suntikan dana segar dari pemerintah. PT PAL belum lama ini mendapat penyertaan modal negara (PNM) senilai Rp 1,5 triliun. Limpahan dana yang sudah mendapat lampu hijau dari wakil rakyat ini sudah dialokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Rencananya PT PAL akan menggunakan dana tersebut untuk mengerjakan infrastruktur kapal selam mulai tahun depan. Selang satu tahun berikutnya, masuk ke tahap pembuatan.

Berlatih di Belanda
Sedangkan untuk menyelesaikan pekerjaan kapal perusak kawal rudal (PKR), PT PAL tengah menanti sekitar 70 karyawan PT PAL yang tengah menimba ilmu pembuatan kapal ini di Belanda.
Rencananya, PT PAL akan membut kapal perusak pesanan TNI AL tahun depan. Bila tidak ada halangan, pengerjaan kapal perang ini akan butuh waktu selama 48 bulan atau bisa selesai pada akhir Desember 2016 nanti.
Selain menyelesaikan pesanan kapal perang di tanah air, PT PAL rupanya sudah mulai menebarkan jangkar ke luar negeri. Salah satu produk andalan PT PAL yakni kapal perang bersenjata atau kombatan, mulai dilirik negara tetangga. “Filipina sudah mulai pesan ke kami, artinya kami sudah mulai mengekspor kapal,” imbuhnya tanpa merinci jumlah kapal pesanan berikut nilai pesanan dari Filipina.
PT PAL Indonesia menargetkan bisa mengantongi pendapatan dari industri galangan kapal sebesar Rp 1,7 triliun. Sedangkan untuk laba bersih, perusahaan ini membidik target Rp 300 miliar. Manajemen PAL pun optimistis target tersebut bisa tercapai. (KONTAN).

Rusia Siap Pasok Kapal Selam ke Indonesia

 
Rusia siap suplai kapal selam project 636 ke Indonesia
Rusia siap suplai kapal selam project 636 ke Indonesia

Rusia dan Indonesia sedang mempertimbangkan kemungkinan perluasan kerjasama militer dan teknis, termasuk pasokan kapal selam dari Rusia, Industri Rusia, ujar Menteri Perdagangan Denis Manturov pada hari Selasa setelah pertemuannya dengan Presiden Indonesia yang baru Joko Widodo.
Kedua negara berharap untuk meningkatkan perdagangan antar negara dari USD 3 miliar menjadi USD 5 miliar dalam dua tahun ke depan, kata Manturov. Pertemuan ini juga membahas rencana untuk kerjasama energi dan pembangunan kilang minyak Rusia di Indonesia.
image
Joko Widodo disumpah sebagai Presiden. Indonesia
“Rekan-rekan kami Indonesia telah mengangkat masalah ini untuk pertama kalinya,” kata menteri. “Kami siap untuk membahas dan mengembangkannya.”
Masalah lain yang dibahas menyangkut kerjasama dalam pengadaan militer, kata Manturov. “Indonesia telah memiliki pengalaman dalam membeli peralatan kami – helikopter, pesawat, kendaraan lapis baja dan barang-barang lainnya,” katanya. “Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan memasok kapal selam Proyek 636 diesel-listrik (ke Indonesia),” katanya. (en.itar-tass.com).