KRI Bung Tomo
(TOM-357) memasuki wilayah perairan Indonesia di sekitar Pulau Rondo,
Minggu (7/9). Kedatangan KRI kelas Multirole Light Fregate (MRLF) buatan
BAE System Maritime Naval Ship Inggris ini, disambut KRI Oswald Siahaan
(OWA-354) di ujung paling barat pulau Sumatera, KRI TOM selanjutnya
akan masuk ke jajaran Satuan Kapal Eskorta TNI AL bersama kapal fregate
kelas Van Speijk. ANTARA/Joko Sulistyo/ip. (MetroTVnews.com).
JKGR.
Senin, 08 September 2014
SAM Medium Indonesia
Indonesia tampaknya akan melirik rudal
pertahanan udara / Surface to air missile (SAM) jarak menengah dalam MEF
II, 2015 -2019. Alutsista ini sudah dilihat oleh user dan mereka
mengaku puas terhadap performanya. Namun keputusan akhir akan berada di
tangan Presiden Terpilih Joko Widodo saat nanti beliau menjabat, dan
tentunya juga persetujuan Komisi I DPR.
Menurut rekan warjag (Bung Sempak), kemungkinan besar SAM jarak menengah itu buatan Eropa, alutsista yang dipakai NATO.
Clue dari SAM jarak menengah ini adalah, Menteri Pertahanan Indonesia
sudah melakukan lawatan ke negara tersebut. Begitu pula dengan Panglima
TNI.
Medium dan Long Range SAM rencananya akan berada di bawah Arhanud yang menjadi operatornya, bukan dari Paskhas atau TNI AU.
Dari dokumentasi yang dimiliki warjag, rudal NASAMS merupakan,
alutsista yang juga dimintai oleh PT DI, untuk dikembangkan di
Indonesia. NASAMS menggunakan rudal AIM-120 Amraam, sehingga familiar
dengan Indonesia.
Tentu rudal NASAMS yang akan dijadikan SAM medium Indonesia di MEF 2,
masih berupa dugaan semata. Dugaan ini bisa dipertajam, dengan
memecahkan sejumlah clue yang telah disampaikan rekan Warjag Bung Sempak
dan Bung Jalo, dengan opsi, jika disetujui Pemerintahan yang baru
nanti.
(JKGR).
Minggu, 07 September 2014
KRI Teluk Bintuni 520: LST Terbesar Satuan Kapal Amfibi TNI AL
Dari beragam jenis kapal perang milik TNI AL, tipe LST (landing ship tank) termasuk sepi dalam bahasan alutsista. Apalagi setelah hadirnya LPD (landing platform dock),
sontak menjadi maskot TNI AL dalam misi operasi amfibi, bantuan bencana
alam, operasi sosial/kesehatan, bahkan kerap difungsikan sebagai kapal
markas. Meski secara teknologi LPD lebih maju dan lebih banyak kebisaan
dibanding LST, tapi tetap saja, LST punya peran strategis bagi TNI AL.
Di lingkungan armada TNI AL, tipe kapal LST dan LPD
masuk dalam naungan Satuan Kapal Amfibi (Satfib), yang terbagi dalam
Armada RI Kawasan Barat dan Armada RI Kawasan Timur. Peran LST tentu tak
bisa dikesapingkan, ibarat keberadaan C-130 Hercules di
lingkup TNI AU, maka LST punya andil sebagai tulang punggung
transportasi bagi TNI AL, khususnya dalam tugas-tugas serbuan amfibi.
Karena luasnya wilayah lautan Indonesia, TNI AL udah sejak dahulu
‘dinobatkan’ sebagai operator LST terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
Saat ini ujung tombak LST Satfib TNI AL masih dipercayakan pada Frosch
Class buatan Jerman Timur, Frosch Class terdiri dari KRI Teluk
Gilimanuk 531, KRI Teluk Celukan Bawang 532, KRI Teluk Cendrawasih 533,
KRI Teluk Berau 533, KRI Teluk Peleng 535, KRI Teluk Sibolga 536, KRI
Teluk Manado 537, KRI Teluk Hading 538, KRI Teluk Parigi 539, KRI Teluk
Lampung 540, KRI Teluk Jakarta 541, KRI Teluk Sangkulirang 542, KRI
Teluk Cirebon 543 dan KRI Teluk Sabang 544. Ditambah lagi ada varian LST besutan galangan kapal Tacoma SY, Korea Selatan. LST
buatan Korea ini terdiri dari KRI Teluk Semangka 512 (purna tugas) ,
KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI
Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende. Bahkan TNI AL hingga kini
masih mengoperasikan LST buatan AS keluaran era Perang Dunia II, yaitu
KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509 dan KRI
Teluk Bone 511. Identitas LST dicirikan dengan kode angka 5xx dan
penyebutan nama Teluk di Nusantara.
Dalam setiap laga operasi tempur amfibi yang melibatkan gelar
pendaratan pasukan Marinir, pendaratan tank dan pansam (panser amfibi),
maka LST dipastikan selalu diikutkan. Sebut saja peran penting LST buatan AS saat operasi Seroja di Timor Timur di tahun 70-an, hingga peran LST dalam operasi pendaratan pasukan TNI saat operasi keamanan melawan separatis GAM di Aceh.
Mengingat beberapa LST TNI AL sudah memasuki usia pengabdian yang
sangat tua, maka sudah merupakan keharusan untuk dilakukan penggantian
dengan jenis LST yang baru ini. Itu telah terangkum dalam susunan list
di MEF (minimum essential force) I. Untuk maksud pengadaan LST,
TNI AL memesan 3 unit LST baru. Kementerian Pertahanan memesan 2 unit
dari BUMN PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dan 1 unit dari perusahaan
swasta PT Daya Radar Utama (DRU) yang galangannya berada di Lampung
Selatan.
KRI Teluk Bintuni 520
Dari ketiga LST pesanan Kemenhan RI, tipe pertama yang rampung adalah KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat PT DRU. Dari segi bobot mati, bobot kapal dalam keadaan kosong, maka Teluk Bintuni dengan bobot 2.300 ton menjadi LST terbesar TNI AL. Sebagai perbandingan LST buatan Tacoma punya bobot mati 1.800 ton, sementara yang lebih kecil, LST Frosch Class bobot matinya 1.530 ton. Bobot yang besar pada KRI Teluk Bintuni ternyata berkorelasi dengan tugas yang diembannnya, dimana kapal perang ini dirancang untuk membawa MBT (main battle tank) Leopard.
Dari ketiga LST pesanan Kemenhan RI, tipe pertama yang rampung adalah KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat PT DRU. Dari segi bobot mati, bobot kapal dalam keadaan kosong, maka Teluk Bintuni dengan bobot 2.300 ton menjadi LST terbesar TNI AL. Sebagai perbandingan LST buatan Tacoma punya bobot mati 1.800 ton, sementara yang lebih kecil, LST Frosch Class bobot matinya 1.530 ton. Bobot yang besar pada KRI Teluk Bintuni ternyata berkorelasi dengan tugas yang diembannnya, dimana kapal perang ini dirancang untuk membawa MBT (main battle tank) Leopard.
Total kapal ini bisa membawa 10 unit MBT Leopard 2A4
yang berat tiap tank mencapai 62,5 ton. Sebuah lompatan besar, bila
sebelumnya LST TNI AL hanya akrab membawa tank ringan dengan berat per
tank hanya belasan ton. Selain itu, KRI Teluk Bintuni bisa membawa 2
unit helikopter, kapal ini memang dibekali dua helipad dengan fasilitas
hangar. Dikutip dari situs Saibumi.com,
kapal ini punya panjang 120 meter, lebar 18 meter, dengan tinggi 11
meter. Kecepatannya 16 knot dengan main engine 2×3285 KW yang ditenagai
dua mesin.
KRI Teluk Bintuni terdiri dari 7 lantai yang letaknya secara
berurutan dimulai dari bawah yakni deck A merupakan ruang untuk tangki
dan ruang pasukan. Paling bawah adalah bottom deck yang menjadi ruang
khusus mesin kapal dan deck B untuk pasukan. Lalu, deck C untuk kru
kapal termasuk tempat tidur dan peralatan keseharian kru kapal. Deck D
juga untuk kru kapal dan deck E untuk komandan dan para perwira.
Kemudian, deck F untuk ruang komando. Terakhir, deck G alias top deck
atau kompas deck digunakan untuk meletakkan dua radar utama. Belum
dijelaskan tentang jenis radar yang bakal diadopsi.
Sementara untuk persenjataan, hanya diproyeksikan untuk self defence. LST ini mengandalkan meriam Bofors kaliber 40/L70 mm yang ditempatkan pada bagian haluan. Kemudian ada kanon PSU kaliber 20 mm, serta dua unit SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm.
Dalam operasi tempur, LST harus mendapat kawalan dari Satuan Kapal
Eskorta atau Satuan Kapal Cepat. Secara umum KRI Teluk Bintuni sanggup
dimuati 113 ABK (anak buah kapal), enam orang kru helikopter, dan
pasukan sebanyak 361 orang. Untuk mengantar pasukan Marinir ke pantai,
LST ini dapat membawa 4 unit LCVP (Landing Craft, Vehicle, Personnel).
Untuk memudahkan loading logistik dan cargo, pada bagian depan anjungan
juga dilengkapi crane, mengingatkan pada desain crane di kapal-kapal
Pelni. Kapal ini ditargetkan setelah rampung akan ditampilkan dalam
defile HUT TNI ke-69 yang berlangsung di Dermaga Koarmatim, Surabaya.
Dihadang Musibah
Seperti halnya KRI Klewang 625, KRI Teluk Bintuni 520 juga dihadang masalah pada saat peluncuran. Bedanya, KRI Klewang 625 sempat sukses melaut, meski kemudian hangus terbakar (total loss) beberapa hari kemudian. Sementara masalah di Teluk Bintuni lain lagi, musibah datang saat peluncuran baru akan dilakukan. Baik KRI Klewang dan KRI Teluk Bintuni punya kesamaan, kedua kapal pesanan TNI AL ini dibuat oleh perusahaan swasta nasional.
Seperti halnya KRI Klewang 625, KRI Teluk Bintuni 520 juga dihadang masalah pada saat peluncuran. Bedanya, KRI Klewang 625 sempat sukses melaut, meski kemudian hangus terbakar (total loss) beberapa hari kemudian. Sementara masalah di Teluk Bintuni lain lagi, musibah datang saat peluncuran baru akan dilakukan. Baik KRI Klewang dan KRI Teluk Bintuni punya kesamaan, kedua kapal pesanan TNI AL ini dibuat oleh perusahaan swasta nasional.
Upacara peluncuran KRI Teluk Bintuni 520 pada hari Jumat (5/9/2014)
berubah menjadi bencana akibat sling penahan kapal putus sebelum kapal
resmi diluncurkan. Insiden tersebut mengakibatkan dua pekerja harus
dilarikan ke rumah sakit. Akibatnya, upacara peluncuran kapal yang
dilakukan di tempat pembuatannya di galangan kapal PT Daya Radar Utama,
Lampung Selatan menjadi batal dilaksanakan.
Berdasarkan kronologinya, KRI Teluk Bintuni saat itu berada di
pinggir galangan. Dalam tahap persiapan, kapal berbobot 2.300 ton ini
dialasi tabung-tabung pelampung berbahan karet dan bodi kapal diikat
sling serat baja. Saat sejumlah pekerja sedang mempersiapkan upacara
peluncuran kapal pengangkut tank Leopard ini, tiba-tiba sling putus dan
otomatis tanpa dikendalikan kapal meluncur ke pinggir laut. Sejumlah
pekerja yang berada di pinggir kapal berlari menyelamatkan diri. Namun,
naas, dua pekerja di bibir pantai terlindas tabung pelampung karet.
Beruntung, tidak ada korban yang mengalami luka serius, disebutkan
korban hanya mengalami shock. Teluk Bintuni diambil dari salah satu
teluk di kawasan Papua.(Danang)
Oerlikon Skyshield plus Chiron
Lanud Iswahjudi mulai dilengkapi dengan
sistem pertahanan udara baru nan canggih. Kaunitharsenrat Bengsen Sathar
61 Depohar 60, Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, dalam briefing pagi, Rabu
(3/9), memberikan paparan tentang alutsista berupa persenjataan Oerlikon Skyshield 35 MM, pabrikan Rheinmetall Air Defence dari negara Switzerland.
Menurut Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, senjata Oerlikon Skyshield 35 MM
adalah senjata Penangkis Serangan Udara kaliber 35 mm yang dioperasikan
secara otomatis dan diintegrasikan dengan Chiron missile.
Sedangkan Chiron Missile memiliki data teknik, jarak maksimum
maksimum 7 km, Jarak efektif 3-5 km, ketinggian 3,5 km, berat missile 20
kg fuse impack dan proximity, diameter 80mm, launcher pedestal, Chiron
Missile diproduksi negara Korea Selatan.
Briefing yang dilaksanakan secara rutin di ruang Tedy Kustari
tersebut, diikuti oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI
Donny Ermawan T. M.D.S., serta segenap pejabat dan seluruh penerbang
Lanud Iswahjudi. (lanud-iswahjudi.mil.id).
Tank Leopard dan Marder di Surabaya
52 Tank TNI AD akan dilibatkan dalam peringatan HUT TNI ke 69 yang dipusatkan di Surabaya Oktober mendatang.
Puluhan kendaraan tempur buatan Jerman tersebut, diantaranya 24 Tank
Leopard dan 28 Tank Marder, tiba di Pelabuhan Jamrud, Tanjung Perak
Surabaya, Sabtu (6/9/2014) dengan Kapal Serasi X yang diberangkatkan
dari Jakarta.
Kol Arm Totok Sugiharto Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V
Brawijaya mengatakan, Tank Leopard dan Marder ini akan mengikuti parade
militer pada puncak acara HUT TNI.
“Tank ini diberangkatkan dari Jakarta menggunakan kapal turun di
Pelabuhan Tanjung Perak,” kata Kol Arm Totok Sugiharto, Sabtu
(6/9/2014).
Dia menambahkan, kendaraan tempur tersebut akan ditempatkan di Yonkav
8 Tank Divif 2 Kostrad, Pasuruan sebelum mengikuti puncak peringatan
HUT TNI.
“Jenis Tank Leopard ini dapat mengarungi medan Indonesia yang berat.
Selain ampuh di darat juga dapat meluncur di sungai,” ujarnya.
Sebanyak 100 Tank Leopard 2A4 dibeli pemerintah Indonesia seharga
US$1,7 juta atau sekitar Rp16,4 miliar per unit. Setiap unitnya
berkapasitas empat orang dan mampu melaju dengan kecepatan maksimum 72
km/jam. Fitur utama termasuk kit perlindungan modular, daya tahan,
meningkatnya mobilitas dan meningkatkan kemampuan-recce. (Suara Surabaya).
Sabtu, 06 September 2014
MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70: Bridgelayer Jawara Zeni Korps Marinir TNI AL
5 Oktober 1995 jadi momen menarik bagi pemerhati alutsista, selain dikenang sebagai HUT TNI (d/h ABRI) ke-50, peringatan HUT ABRI yang mengambil lokasi di Lanud Halim Perdanakusumah ini juga menyuguhkan parade dan defile peralatan militer yang terbilang besar-besaran di era Orde Baru. Menjadi maskot dalam defile kala itu tank ringan Scorpion, tank APC Stormer dan panser VAB Yon Kav 7/Sersus Kodam Jaya. Tapi bagi penulis, ada sosok lain yang lebih mampu membetot perhatian.
Bukan masuk golongan ranpur, tapi karena dimensinya yang ekstra besar menjadi pemikat rantis yang satu ini. Apalagi rantis berpenggerak 8×8 ini dihadirkan sebagai penutup pada rangkaian defile. Yang dimaksud penulis adalah truk pengangkut jembatan lipat (jembatan taktis darurat) tipe MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70. Truk dan jembatan lipat buatan Jerman ini begitu membekas di hati, sebab truk ini hampir atau malahan tidak pernah ditampilkan lagi dimuka publik. Pengguna wahana ini adalah Zeni Korps Marinir TNI AL. Dalam struktur organisasi, Batalyon Zeni Marinir berada dibawah Resimen Bantuan Tempur (Banpur). Tidak ada informasi berapa unit yang dimiliki, tapi dalam defile HUT ABRI ke-50, setidaknya ditampilkan dua unit MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70.
Nah, sekarang kita kupas sosok truk Korps Marinir yang jarang tampil ini. Untuk teknologi jembatannya masuk dalam kategori MMB (Military Mobile Bridge). Jembatan lipatnya adalah tipe LEGUAN yang dibuat pabrikan asal Jerman, Krauss-Maffei Wegmann (KMW). Jembatan LEGUAN dirancang untuk dapat dibawa oleh dua platform wahana, yaitu dengan basis tank (tracked vehicle) dan heavy truck (wheeled vehicle). Dengan basis tank, LEGUAN dapat digotong varian tank Leopard 1, Leopard 2, M1A1/A2 ‘Wolverine’ Heavy Assault Bridge (HAB), M60/M47, dan PT91/T72. Sementara dengan basis truk, LEGUAN dibawa truk di kelas penggerak roda 8×8 atau 10×10. Yang di daulat sebagai pembawa di kelas 8×8 adalah truk MAN dari Jerman, dan di kelas 10×10 adalah truk SISU buatan Finlandia.
Khusus bicara wheeled vehicle Bridge Launching, syaratnya harus jelas, bahwa rantis ini mutlak punya kemampuan off road. Malahan untuk truk SISU 10×10, ada tambahan bekal berupya proteksi awaknya dari efek ledakan ranjau, kabin yang mampu menahan proyektil, dan perlindungan awak dari ancaman nuklir, biologi dan kimia.
LEGUAN MLC70 26M
LEGUAN MLC70 26M dapat diartikan bahwa jembatan punya bentang 26 meter dan punya daya tahan hingga bobot 70 ton. Tentu sangat ideal bagi Korps Marinir yang punya satuan kavaleri. Dengan Leguan, laju ranpur amfibi seperti BMP-3F, PT-76, BTR-50, BTR-80A, AMX-10 dan BVP-2 tak bakal menemui kendala bila harus menghadapi medan berceruk dalam. Dengan daya tahan maksimum 70 ton, maka perlengkapan standar NATO ini masih ideal untuk dilalui MBT (Main Battle Tank).
LEGUAN MLC70 26M dapat diartikan bahwa jembatan punya bentang 26 meter dan punya daya tahan hingga bobot 70 ton. Tentu sangat ideal bagi Korps Marinir yang punya satuan kavaleri. Dengan Leguan, laju ranpur amfibi seperti BMP-3F, PT-76, BTR-50, BTR-80A, AMX-10 dan BVP-2 tak bakal menemui kendala bila harus menghadapi medan berceruk dalam. Dengan daya tahan maksimum 70 ton, maka perlengkapan standar NATO ini masih ideal untuk dilalui MBT (Main Battle Tank).
Secara teknis, LEGUAN MLC70 dengan bobot 10,8 ton dapat digelar penuh dalam waktu kurang dari lima menit. Jembatan terbagi dalam dua bagian, setiap bagian panjangnya 14 meter. Material jembatan terbuat dari campuran aluminum alloy. Moda operasinya dapat ditangani oleh seorang operator secara full otomatis dengan kendali elektronik. Berikut dibawah ini adalah video demonstrasi gelar MAN 8×8 LEGUAN MLC70 oleh AD Norwegia.
Beda dengan TNI AD
Untuk urusan bridgelayer, harus diakui bahwa Korps Marinir TNI AL lebih unggul ketimbang bridgelayer kepunyaan TNI AD. Beda dengan Korps Marinir, TNI AD memasukkan arsenal bridgelayer di dalam satuan kavaleri, tak lain karena menggunakan basis tank, yaitu pada ranpur AMX-13 AVLB, Stormer AVLB, dan yang akan datang ada Leopard 2A4 AVLB. Stormer AVLB punya bentang jembatan 15 meter, sementara Leopard 2A4 AVLB bentangnya 22 meter. Memang keduanya masih kalah bentang dibanding bridgelayer kepunyaan Korps Marinir, tapi perlu dicatat, bridgelayer milik TNI AD kategorinya AVLB (armored vehicle launched bridge), dalam artian sebagai tank pembawa jembatan tentu punya proteksi pada awak lebih baik karena ada elemen lapis baja. Selain Indonesia, MAN KAT1 LEGUAN MLC70 juga dimiliki Belanda, Norwegia, dan Singapura. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Indomil.
KS Nanggala, Kok Dipamerkan Terus ?
Dalam satu minggu ini cukup banyak pejabat negara
yang diundang untuk melihat kapal selam Nanggala. Mereka juga diberikan
brevet Hiu Kencana dan menjadi warga kehormatan Kapal Selam TNI AL.
Kapal Selam KRI Nanggala sebagai alutsista strategis, sudah mulai
terbuka, untuk ditampilkan ke matra lain, bahkan ke kalangan sipil.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Chairul
Tanjung dijadwalkan menerima Brevet Kehormatan Hiu Kencana dari TNI
Angkatan Laut.
Brevet tersebut disematkan di dalam Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang
menyelam di kedalaman 60 meter di bawah permukaan laut perairan Laut
Jawa. Kapal selam berangkat dari Dermaga Pelabuhan Kiat Indah Merak,
Banten, Sabtu (6/9/2014).
Dengan penyematan ini maka Menteri yang akrab disapa CT ini resmi
menjadi warga kehormatan kapal selam RI. Brevet Hiu Kencana adalah
simbol pengakuan terhadap provesionalisme prajurit kapal selam dalam
taktik dan tekni peperangan bawah laut. Brevet ini dapat menumbuhkan
kebanggan, jiwa korsa bagi pemakainya.
Tanda kualifikasi khusus ini dapat menjadi pendorong semangat
pengabdian serta peningkatan disiplin dan motivasi untuk setia mengemban
tugas negara.
Bersama CT, adalah Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
Armida Alisjahbana dan juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari
LK Pangestu juga turut menerima Brevet Kehormatan ini.
Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana oleh Kepala Staf Angkatan
Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio kepada Kapolri Jenderal Polisi
Sutarman dan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo dilakukan di dalam lambung kapal selam TNI AL KRI Nanggala-402
yang sandar di Pelabuhan Indah Kiat, Merak, Rabu (3/9).
Kedua pimpinan angkatan tersebut mendapatkan kesempatan berlayar dan
menyelam dengan KRI Nanggala-402 pada kedalaman 25 meter di bawah
permukaan laut.
“Penyelaman dilakukan selama sekitar dua jam pada titik posisi yang
ditentukan,” ucap Ketua Panitia kegiatan dari Lanal Banten, Letkol Laut
(P) Agus Izudin.
Kapal selam memiliki tekanan tertentu dalam penyelaman di bawah
permukaan laut, sehingga Kapolri dan Kasad akan menjalani pengecekan
kesehatan terlebih dahulu sebelum melakukan penyelaman.
“Pengecekan kesehatan seperti tekanan darah, itu perlu dilakukan
sebelum menyelam, karena kita mengantisipasi terjadinya hal yang tidak
diinginkan sebagai dampak tekanan di bawah air,” papar Agus.
Selain Kapolri dan Kasad, Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana
juga disematkan kepada Panglima Armada Timur (Pangarmatim) Laksamana
Muda TNI Sri Mohamad Darajatim dan Panglima Armada Barat (Pangarmabar)
Laksamana Muda TNI Aryatmaja yang sebelumnya telah disematkan oleh
Asisten Operasi (Asops), Kasal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto.
Langganan:
Postingan (Atom)