Sabtu, 06 September 2014

Skyshield TNI-AU Tiba

Rabu (03/05) tengah malam, sistem pertahanan udara terbaru milik TNI-AU akhirnya tiba di tanah air. Sebanyak 8 set sistem hanud Oerlikon Skyshield ini nantinya akan menggantikan meriam lawas Triple Gun yang sudah lama mengabdi.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Foto-foto kedatangan meriam canggih ini terungkap dari media sosial, yaitu di laman PT. Alam Indomesin Utama. Perusahaan ini bertanggung jawab atas pengiriman dan pengintegrasian sistem hanud tersebut. Selain itu, PT. Alam Indomesin Utama juga bertanggung jawab atas pelatihan operasional Oerlikon Skyshield.Meriam perisai udara itu dipesan Kementerian Pertahanan dengan harga US$ 202 juta. Awalnya direncanakan Skyshield tiba di tanah air pada 2015. Namun ternyata bisa dipercepat yaitu pada September 2014.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Oerlikon Skyshield menggunakan meriam berkaliber 35 milimeter yang efektif untuk anti-serangan udara jarak pendek. Kemampuan meriam memuntahkan 1.000 peluru dalam satu menit dianggap efektif menghancurkan ancaman pesawat tempur dan rudal musuh. Kemampuan Oerlikon Skyshield semakin mumpuni jika menggunakan amunisi khusus buatan Rheinmetall bernama Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD). Jika ditembakkan, peluru ini mampu menyebar membentuk perisai, sehingga presisi tepat sasaran mencapai lebih dari 90 persen.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

ARC. 

Tiap Pulau Dijaga 15 Personel Baret Ungu

tiap-pulau-dijaga-15-personel-baret-ungu
AMANKAN WILAYAH: Marinir tak hanya menjaga teritori di pulau terluar Papua, tapi juga menjaga rasa cinta tanah air warga setempat.

Wilayah utara Raja Ampat menjadi serambi terdepan NKRI. Kepulauan itu berbatasan langsung dengan negara tetangga Republik Palau dan Filipina. Wartawan grup media ini, Suryo Eko Prasetyo, ikut dalam patroli menggunakan pesawat TNI-AL dalam rangkaian Sail Raja Ampat atas undangan Armatim akhir Agustus 2014.
Berada di Kepulauan Raja Ampat tidak lengkap jika tidak ke pulau terluar di Papua Barat. Di utara wilayah pemerintahan kabupaten itu terbentang gugusan kepulauan di bibir Samudra Pasifik yang berbatasan dengan Negara Palau dan sebagian Filipina.
Berdasarkan peta Dinas Hidro Oseanografi Mabes TNI-AL, sedikitnya ada tiga pulau terluar utara Raja Ampat sebagai pintu masuk Indonesia di timur laut.
Tiga pulau terluar itu di antaranya Pulau Fani, Pulau Fanildo, dan Pulau Bras. Pulau itu terdiri berbagai distrik (semacam kecamatan). Antara lain Distrik Kepulauan Ayau, Waigeo Barat, dan Waigeo Utara.
Wilayah tersebut punya arti penting bagi NKRI. Potensi perikanan maupun hasil laut dapat menarik minat asing masuk wilayah tersebut tanpa prosedur resmi. Hal itu membuat pemerintah saling berbagi tugas dalam mengawasi pulau terluar.
Salah satu tugas dipercayakan kepada prajurit TNI dalam menjaga kedaulatan. “Kami selalu mendukung TNI-AL dalam melakukan pengamanan di pulau terluar,” tegas Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada media ini dalam penerbangan menggunakan Cassa U-615 di bawah jajaran Pusat Penerbangan TNI-AL.
Pesawat transportasi taktis itu bertolak dari Bandara Domine Eduard Osok, Sorong Jumat (22/8) pukul 07.30 WIT. Turut dalam patroli, Kepala Staf TNI-AL Laksamana TNI Marsetio, Asisten Operasi KSAL Laksda TNI Arief Rudianto, Kepala Biro TU Setjen Kemhan Brigjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, dan Perwira Pembantu Dukungan Operasi Staf Operasi AL Kolonel Marinir Ketut Suarya.
Pengamanan berupa penempatan satuan tugas pulau terluar dari prajurit Korps Marinir. Di setiap pulau ditempatkan satu tim prajurit baret ungu mencapai 15 personel. “Setiap enam bulan sekali dilakukan pergeseran satgas,” sambung Marsetio.
Bagi Perwira Staf Operasi Puspenerbal Kolonel Laut (P) Edwin, kepulauan terluar menjadi habitat ikan yang menjadi buruan banyak pihak. Terutama di lingkungan status ekonomi sosial atas. “Banyak ikan napoleon yang harganya mahal berkembang di kawasan itu,” terang Edwin. Melalui patroli maritim secara berkala, jajarannya berkoordinasi dengan satgas Marinir setempat maupun unsur pangkalan TNI-AL terdekat untuk melakukan penindakan.
“Kami akan kontak ke pangkalan terdekat kalau ada yang mencurigakan berdasarkan pengamatan dari udara,” lanjut mantan Komandan Pangkalan AL Tanjung Balai Karimun itu.
Dari laporan dan data titik koordinat pihak yang dicurigai itu, pangkalan terdekat mengerahkan armada kapal cepat untuk melakukan penindakan. Kerugian negara dari pelanggaran seperti pencurian ikan maupun pencurian kandungan mineral bumi dapat diantisipasi.
Bukan rahasia lagi Raja Ampat juga menyimpan potensi tambang. Seperti nikel di Waigeo, batu bara dan minyak gas di Pulau Salawati, emas dan bahan baku semen di Pulau Batanta serta Misool.
Jarak antarpulau yang berjauhan membuat aparat harus kerja ekstra dalam melakukan pengawasan. Seperti jarak Pulau Fani dengan Bandara Marinda di Waisai, ibu kota Raja Ampat, menurut Edwin mencapai 120 mil atau sekitar 193 kilometer (1 mil setara 1,609 kilometer).
Penempatan Marinir di pulau terluar menjadi upaya menjaga kedaulatan di titik nol Merah Putih. Ketut menceritakan, marinir yang ditempatkan di perbatasan itu diberangkatkan dari Pos AL Waisei. Membayangkan berlayar menggunakan kapal ke pulau terluar jelas berat. Perjalanan tidak bisa dibilang mudah karena perairan yang diseberangi merupakan pertemuan arus antara Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok Selatan.
Kapal patroli tidak bisa merapat ke Pulau Fani karena terdapat banyak karang. Persis di selatan pulau itu terdapat Pulau Igi dan Pulau Miarin. Untuk mengakses antarpulau tersebut, prajurit membuat jembatan dari kayu. Ketika pesawat yang saya tumpangi melintas di atasnya, kondisi laut di sekitar pulau tersebut sedang surut. Perahu yang hendak mendekat harus lego jangkar agak menjauh. “Kapal bisa kandas terkena karang,” terang alumnus Sesko TNI terbaik itu.
Di beberapa sudut lain tampak kapal-kapal nelayan berjajar di permukiman tidak tetap. Meski dimensi panjang Pulau Fani dan dua pulau di sebelahnya tidak lebih dari 1 kilometer, di bagian tengahnya tumbuh belantara hijau.
Hutan tersebut terasa kurang familier bagi yang tidak punya kelebihan daya tahan badan. Malaria yang ditularkan nyamuk menjadi ancaman bagi yang tidak menyiapkan tindakan preventif mengonsumsi pil kina maupun lotion antinyamuk.
Pada rangkaian kegiatan operasi Surya Bhaskara Jaya (SBJ) di Papua Barat, seorang anggota Marinir kedapatan dirawat di KRI dr Soeharso yang sempat sandar di Waisei. Personel itu didiagnosis terserang malaria setelah bertugas di pulau terluar tersebut.
Kapal rumah sakit apung yang bermarkas di Armatim Surabaya itu juga melakukan operasi di Pulau Mutus, kawasan terluar di Waigeo Barat.
Letak geografis pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga turut mendorong Pemkab Raja Ampat mendesak pemerintah pusat agar mempercepat pembangunan wilayah perbatasan. Selama ini pemberdayaan ekonomi maupun infrastruktur di kawasan terluar untuk memperkokoh nilai tawar di mata negara tetangga belum optimal.
Begitu pula di bidang pendidikan. Sejumlah institusi menerjunkan relawan guru maupun sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Dorongan agar pulau-pulau tersebut menjadi daerah otonom belum terealisasi. Sebagaimana disampaikan staf ahli pemerintahan Pemkab Raja Ampat I Nyoman Jaya, pemekaran pulau terluar menjadi Kabupaten Raja Ampat Utara sudah diusulkan sejak 2011.
Pemkab di bawah kepemimpinan Bupati Marcus Wanma menyiapkan tahapan untuk persyaratan pemekaran. Salah satunya berupa pelepasan tanah adat seluas 1.000 hektare di Waigeo Utara hingga melengkapi data-data maupun persyaratan lain. ’’Masyarakat turut menyambut rencana baik pemekaran itu,’’ tuturnya.
Nyoman berharap dari pemekaran pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain dapat memperpendek rentang permasalahan. Pria keturunan Bali itu mengibaratkan pemekaran sebagai membangun serambi negara. ’’Kejahatan di laut maupun kerugian negara yang ditimbulkan bisa diminimalisasi,’’ tukas Nyoman. (www.kaltimpost.co.id)

SBY akan Inspeksi Langsung KRI Teluk Bintuni

Kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni | Saryah M. Sitopu / Saibumi.com
Kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni | Saryah M. Sitopu / Saibumi.com
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ternyata menaruh perhatian besar terhadap keberadaan kapal khusus angkut tank KRI Teluk Bintuni buatan PT Daya Radar Utama (DRU) Lampung. Hal tersebut Saibumi.com simpulkan dari penjelasan dua anggota Satgas Letkol Haris Punomo (40) dan Mayor Yan Saragih (35).
“Bapak Presiden memang sudah memprogramkan untuk sistem pertahanan dan keamanan negara kita menggunakan produk asli buatan dalam negeri. Juga dengan memakai bahan-bahan yang dihasilkan oleh negara kita sendiri. Jadi, dengan selesainya KRI Teluk Bintuni ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak Presiden,” kata Letkol Haris Punomo.
Lebih lanjut Mayor Yan Saragih mengatakan KRI Teluk Bintuni sudah dijadwalkan meninggalkan galangan kapal PT DRU Lampung yang berada di KM 12 Srengsem Panjang pada 25 September 2014. “Rencana berangkat malam dari galangan kapal PT DRU Lampung. Menuju Jakarta dahulu. Soalnya Bapak Presiden SBY mau melihat langsung dulu kapal ini. Mau diinspeksi dulu. Kemudian tanggal 28 September 2014 dijadwalkan untuk dimuat 10 tank Leopard. Baru berangkat ke Surabaya. Jadi kapal dalam kondisi full loaded menuju Surabaya,” jelas Yan Saragih rinci.
Disebut full loaded karena keberadaan sepuluh tank jenis Leopard milik Angkatan Darat yang didatangkan dari Jerman tersebut menambah sistem persenjataan yang sudah dipasang saat KRI Teluk Bintuni meninggalkan Lampung.
Saat HUT TNI 7 Oktober 2014 (seharusnya pada 5 Oktober 2014, hanya karena tahun ini bertepatan dengan Perayaan Idul Adha, acara HUT TNI dimundurkan), KRI Teluk Bintuni menjadi maskot dalam parade kapal perang yang akan melintas didepan Presiden SBY dan tamu-tamu besar lainnya. “Setiap kapal perang itu ada hirarkinya. Kapal perang ini akan jadi maskot untuk kapal pertahanan khusus yang diproduksi oleh dalam negeri. Nah, sebelum ikut dalam parade, KRI Teluk Bintuni dan para ABK dijadwalkan ikut latihan membentuk formasi yang akan ditampilkan saat parade didepan Presiden SBY,” jelas Haris lagi. (www.saibumi.com)

Pembangunan Pangkalan Militer Dipastikan 2015

mercusuar-malaysia-berwarna-merah-putih_663_382
Tentara Nasional Indonesia (TNI) memastikan pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan Tanjung Datu yang berada di ujung barat laut pulau Kalimantan itu, pada awal 2015.
Panglima TNI Moeldoko mengungkapkan, pembangunan pangkalan militer di wilayah yang rawan diserobot negera lain, sudah dimatangkan. Apalagi belum lama ini, TNI memperingatkan Malaysia untuk menghentikan pembangunan tiang mercusuar di kawasan itu.
“Pangkalan militer mulai 2015 dibangun,” katanya usai pengarahan peserta Apel Komandan Satuan (Dansat) TNI AD se-Indonesia di Markas Batalyon Infanteri 413/Bremoro Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Rabu (3/9).
Menurut Moeldoko, pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan wilayah perbatasan laut dan darat di Kalimantan Barat itu. Pembangunan realistis dilakukan, karena pada 2015 TNI diberikan porsi oleh APBN yakni Rp 95 triliun. Karena anggaran itu, tidak hanya untuk penambahan alutsista (alat utama sistem senjata) dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Ya demi pertahanan Indonesia yang lebih kuat. Kami tak ingin Tanjung Datu bergejolak diserobot negara lain,” papar dia.
Lebih lanjut lulusan terbaik Akabri 1981 itu menjelaskan, untuk pertahanan laut dan darat di area Tanjung Datu, akan ditempatkan batalyon di kawasan tersebut. Tak hanya rawan sengketa, karena di Tanjung Datu selama ini tidak ada gelar pasukan militer. Pihkanya pun berharap, nantinya setelah pembangunan pangkalan militer selesai dan ditempatkan pasukan, tidak lagi bergejolak.
“Dengan pasukan itu akan menjadi penyangga pertahanan di perbatasan. Soalnya ini masalah serius,” akunya.
Dia menambahkan, pembangunan pangkalan militer di Tanjung Datu, juga karena pertimbangan sengketa Laut Tiongkok Selatan. Di mana laut tepi bagian dari Samudera Pasifik yang berbatasan dengan negara-negara, termasuk Indonesia itu, saat bergejolak akan berdampak. Karena sebagian, berbatasan dengan kawasan Natuna. Apalagi Mabes TNI sudah mematangkan pembuatan pangkalan dengan Kementerian Pertahanan.
“Karena kondisi di Laut Tiongkok Selatan saat memanas, bisa memunculkan kondisi tidak stabil. Maka itu pangkalan miiter segera dibangun,” jelasnya. 

Kamis, 04 September 2014

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia
Sejumlah 71 orang peserta Pelatihan Calon Pelatih Resimen  Mahasiswa (Menwa) Angkatan ke-XXVII yang terdiri dari 9 Komando Latihan dan 3 orang Pembina Komando Resimen Menwa se-Indonesia, pagi ini, Kamis (4/9) mengunjungi Lanud Abd Saleh.   Kunjungan diterima langsung oleh Komandan Wing 2 Lanud Abd Saleh Kolonel Pnb Wayan Superman beserta para pejabat Lanud Abd lainnya bertempat di lapangan apel Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh sekaligus dilaksanakan apel terlebih dahulu.
Dalam sambutannya Danwing 2, menjelaskan tentang sejarah Lanud Abd Saleh sekaligus mengenalkan pesawat-pesawat yang dimiliki Skadron Udara 32, 4, 21dan Skadron Teknik 022 Lanud Abd Saleh.   Danwing 2 berpesan kepada para Menwa untuk selalu menegakkan disiplin sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan Menwa yang tidak jauh berbeda dengan TNI.   Karena dengan disiplin, maka akan terbentuk sikap patuh terhadap semua peraturan yang berlaku di negeri ini dan tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun pihak lain. Usai apel, Koordinator Menwa menyerahkan cindera mata berupa vandel sebagai kenang-kenangan kepada Lanud Abd Saleh yang diterima oleh Komandan Wing 2, Kolonel Pnb Wayan Superman.
Koordinator Menwa 803 Universitas Brawijaya Kapten Arh. I Nengah Laba menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan dan sambutan yang begitu hangat dari pihak Lanud Abd Saleh kepada para Menwa, sehingga membuat para Menwa merasa nyaman dan akrab dengan para Perwira dan anggota yang berada di Lanud Abd Saleh.  Dijelaskan pula maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka Kursus Pelatih Nasional Angkatan XXVII Menwa Indonesia.   Selain sebagai sarana pengenalan wawasan kedirgantaraan kepada calon-calon pelatih Resimen Mahasiswa se-Indonesia juga untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan Lanud Abd Saleh Malang dengan harapan kelak para Menwa mampu menjadi pelatih berkualitas sehingga mampu menumbuhkan sikap kebangsaan yang merupakan bagian Wawasan Nusantara.
Setelah menerima sambutan, para Menwa yang mewakili dari seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia langsung mengikuti joy flight dengan rute mengelilingi kota Malang dan daerah Sendang Biru Malang Selatan selama 45 menit. Selanjutnya para Menwa mengunjungi Skadron Udara 21 yang mengoperasikan pesawat tempur taktis Super Tucano, Skadron Teknik 022, dan diakhiri dengan kunjungan ke Skadron Udara 32 dengan pesawat angkut berat C-130 Hercules.
Bagi para Menwa, kunjungan yang paling mengesankan adalah ketika mereka  diajak Joy Flight oleh Danwing 2 Lanud Abd Saleh untuk berkeliling Kota Malang Raya dan menyaksikan keindahan Pantai Sendang Biru dari udara. Disamping itu mereka juga menyaksikan static show pesawat Tempur Super Tucano di Skadron Udara 21.  Menurut Koordinator Menwa, kunjungan di Lanud Abd Saleh merupakan pengalaman yang sangat mengesankan apalagi terbang diudara dengan menggunakan pesawat Hercules karena suasana dalam kabin pesawat sangat berbeda dengan pesawat komersial.  Para Anggota Menwa merasa seakan pasukan perang yang diterbangkan menuju daerah sasaran medan pertempuran. Adrenalinpun ikut berpacu selama proses penerbangan berlangsung karena suasana dan proses penerbangan benar-benar bernuansa perang.

TNI. 

Intelijen harus Beradaptasi dengan Keterbukaan dan Profesional









Kondisi intelijen saat ini dengan intelijen di masa lalu sudah sangat berbeda. Perbedaannya adalah bentuk ancaman dilihat dari sudut pandang berbeda. Intelijen yang hebat untuk membuktikannya tergantung pada waktu, ancaman dan kepentingan negaranya. Demikian juga Badan Intelijen Negara (BIN) yang sudah berubah dari waktu kewaktu, terutama paska reformasi intelijen harus menjadi terbuka dan profesional sesuai tuntutan Undang-Undang. 

Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Sartomo Sardjono, widyaiswara BIN sekaligus dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.

1. Bagaimana pendapat Anda tentang intelijen di berbagai negara saat ini?
Semua negara membutuhkan keberadaan intelijen untuk menjaga keutuhan negaranya. Masing-masing intelijen di negara manapun pasti mempunyai pengalaman berbeda dalam menjaga keamanan nasionalnya. Perbedaan paling menonjol di setiap intelijen negara adalah bentuk ancamannya. Setiap negara mempunyai badan intelijen tentunya dengan ancaman yang berbeda. Jadi, tidak bisa disamakan dan dibandingkan karena kembali pada hakekat ancaman dari masing-masing negara itu berbeda. Semakin negara mempunyai ancaman tinggi, intelijennya juga mempunyai performa yang sangat tinggi.Apabila suatu negara dikatakan mempunyai ancaman perang, tidak serta merta intelijen negara tersebut dikatakan lemah. Semua berpulang pada dimensi ancaman yang berbeda-beda dikaitkan dengan kepentingan negaranya,sehingga tidak bisa disimpulkan intelijennya lemah atau tidak bekerja.

2. Bagaimana intelijen menghadapi era keterbukaan seperti saat ini?
Pada suatu profesi pasti tetap mempunyai sisi atau hal tertutup, sehingga kata tertutup jangan dikonotasikan negative. Salah satu contohnya, dokter, apakah dokter dapat selalu demokratis dan terbuka, meskipun di era keterbukaan dan reformasi, semua tetap diatur dalam kode etik dokter. Buktinya semua pasien yang mempunyai riwayat hidup penyakit tidak boleh diceritakan, misalnya dalam beberapa waktu dekat atau dapat dikatakan seminggu lagi akan meninggal. Kode etik itulah yang harus dipertanggungjawabkan, kalau dilanggar, maka harus mempertanggungjawabkan kepada DewanKehormatan. Profesi lainnya, wartawan yang dikenal sebagai profesi yang paling demokratis di dunia, sebaliknya mempunyai sisi ketertutupan seperti tidak dibolehkan penyebutan sumber informasi sesuai kode etik. Akuntan juga tidak boleh sembarangan memberikan hasil penelitiannya kepada siapapun terhadap laporan keuangan di perusahaan yang bersangkutan. Begitu juga dengan peneliti, mereka akan menutup penelitiannya sebelum selesai dan mengumumkan hasil penelitiannya. Jadi, dapat disimpulkan dan dikatakan kepada publik bahwa semua profesi termasuk BIN tidak semuanya terbuka, harus mempertimbangkan hal-hal yang seharusnya harus tertutup. Jangan berpikiran bahwa ketertutupan itu hanya milik intelijen, semua profesi juga memiliki unsure ketertutupan. Intelijen di era keterbukaan ini harus bisa memilah mana yang harus ditutup rapat dan mana yang bisa dibuka. Intelijen harus bisa beradaptasi dengan situasi apapun, termasuk di era keterbukaan ini.

3. Bagaimana intelijan bisa menyesuaikan dengan kemajuan demokrasi?
Kalau melihat kemajuan demokrasi yang tidak bisa terbendungsaatini, sesuai pengalaman saya di dunia intelijen selama ini, sebenarnyapersonil di BIN sendiri mampu menyesuaikan dengan kondisi dan era apapun. Dalam era perang dan damai, intelijen terus berjalan. Seperti yang dikatakan ahli strategi China,Tsun Tzu, bahwa dalam perang dan damai intelijen harus mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun lawan, serta cara bertindaknya. Lebih jauh Tsun Tzu mengatakan bahwa intelijen dapat dipakai dalam keadaan perang maupun damai. Dalam situasi perang dapat digunakan untuk membantu mencari kekuatan, kelemahan musuh, penyerang musuh, sedangkan dalam keadaan damai digunakan untuk pembangunan serta memetakan potensi-potensi kekuatan diri sendiri. Sekali lagi, dalam kondisi perang atau damai, intelijen mutlak diperlukan. Pandangan orang bahwa intelijen malah justru menabrak demokrasi, dinilai sangat sempit, orang-orang tidak mengerti esensi dari intelijen. Damai dalam artian bermanfaat dalam pembangunan, bukan selalu dikonotasikan menghadapi musuh. Jadi bagaimana pembangunan yang bermanfaat bagi orang banyak, intelijen sangat berperan didalamnya. Mengingat ruang lingkup intelijen cukup luas, dalam teori intelijen terdapat 9 komponen intelijen strategis (intelstrat). Mulai ideologi, sampai sosial budaya. Begitu luas spektrum dari intelijen. Begitu luas tugas pokok dari intelijen, meliputi seluruh kehidupan manusia. Sehingga intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan demokrasi dan tidak melanggar HAM.

4. Bagaimana intelijen bisa menghadapi perang asimetris di era keterbukaan dan informasi?
Intelijen dalam menghadapi perang asimetris, kata kuncinya adalah peningkatan kualitas SDM. SDM intelijen harus mampu menghadapi setiap tantangan kemajuan di era keterbukaan dan perang informasi. Tehnologi informasi sangat berkembang pesat, sehingga SDM intelijen khususnya BIN harus bisa mengimbanginya. Oleh karena itu, kualitas lembaga pendidikan yang mempersiapkan SDM BIN harus berkualitas agar bisa menghasilkan generasi intelijen yang profesional. Jadi SDM-nya yang harus diperhatikan. Pendidikan teknis intelijen harus diperbanyak, terutama pelatihan-pelatiahan di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri. Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) kualitasnya harus ditingkatkan, praktek-prakteknya lebih bagus lagi, kualitas calon-calonnya ditingkatkan yang otomatis juga pengajarnya juga ditingkatkan. Jangan kita melihat sebelah mata, hanya siswanya saja yang bagus, namun harus pengajarnya. Intinya ditingkatkan semuanya kalau kita ingin menghadapi era demokrasi. Intelijen sangat penting bagi negara. Intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman maupun demokrasi, sehingga tidak melanggar hak asasi manusi (HAM). Operasi intelijen dapat dilakukan dengan cara sangat halus, yang hanya bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, negara dan bangsa.


5. Bagaimana BIN bisa menghadapi tahun politik ini?
Dalam menghadapi segala permasalahan, intelijen harus selalu siap, termasuk mengadapi tahun politik 2014 ini. BIN sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Kepala BIN mampu menempatkan posisi intelijen yang profesional, artinya ditahun politik ini BIN tidak berpihak kemana-mana, hanya satu tujuan untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, saya selalu ingatkan apapun tugasnya, apapun ancamannya, SDM intelijen harus disiapkan sejak awal. Kesiapan SDM, memungkinkan 60-70 persen tugas akan selesai dengan baik. Ketimbang kita menugaskan orang yang tidak mengerti, tidak jelas, tidak tahu tugas pokoknya, tidak paham dengan sasaran, itu tingkat kegagalannya lebih tinggi.Seseorang intelijen profesional, akan mampu menghadapi setiap permasalahan yang ada di depannya. (*)

BIN. 

Seragam Militer Amerika yang Gagah Itu Ternyata Bikinan Wong Jogja

Tentara Amerika Serikat

Ternyata seragam militer tentara Negara Adidaya Amerika Serikat ternyata hasil design orang Yogya. Hobi seringkali bisa menjadi sebuah ladang bisnis subur apabila mampu membaca peluang. Arie Setya Yudha seorang designer asal kota Yogya mampu menjalani hingga sukses dan mengembangkan bisnis seragam militer di bawah bendera PT Molay Satria Indonesia.
Meski saat ini ia masih tercatat sebagai seorang mahasiswa, Pria sukses kelahiran 31 Maret 1990 kini sudah mampu menjelma sebagai seorang pebisnis sukses seragam tempur militer yang berhasil menembus pasar internasional. Produk yang dihasilkan tidak hanya pakaian tempur atau pakaian militer, tetapi juga perlengkapan militer lainnya, seperti topi, ikat pinggang, sepatu dan tas.
Arie mengandalkan penjualan lewat on line untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Sementara, di dalam negeri dia sudah memiliki beberapa distributor resmi di kawasan Jakarta Pusat.
Niat dan dorongan kuat untuk memulai bisnis seragam militer saat itu, karena Aria memiliki kegemaran bermain airsoft gun. Sementara, biaya untuk permainan tersebut tidak murah. Apalagi hanya mengandalkan uang dari kiriman orang tua yang sangat terbatas. Namun, agar bisa terus menjalankan hobinya, Aria berniat mencari uang tambahan.
Kemudian terbesitlah sebuah ide untuk membuat sebuah seragam airsoft gun. Karena waktu itu saya hanya melihat seragam yang ada di pasar tidak memiliki kualitas yang bagus. “Jadi saya ingin buat seragam yang kualitasnya tinggi,” ujarnya.
Dengan menyisihkan sebagian uang jajan, Arie mengumpulkan modal dari Rp 280.000 untuk memulai usaha kecilnya pada tahun 2009. Modal ini ia gunakan untuk membeli 4 meter kain. Arie lalu membuat desain dan pola pakaian. Sedangkan proses pengerjaannya ia serahkan ke penjahit rumahan.
Setelah selesai kemudian ia mengunggah hasil produksi pertamanya ke forum jual beli di internet. Ternyata banyak yang suka dan tertarik dengan seragam hasil designnya. Seragam tersebut terjual seharga Rp 560.000. “Keuntungannya untuk bayar ongkos jahit dan modal produksi pesanan selanjutnya,” kata dia.
Pesanan seragam terus mengalir. Dia pun makin serius menjalani usaha ini dengan membuka rumah produksi yang berlokasi di Yogyakarta. Dengan modal Rp 25 juta dari keuntungan usaha yang dikumpulkan, Arie membeli sebuah mesin jahit dan beberapa peralatan lainnya untuk produksi. “Jadi sebenarnya saya beli mesin jahit dan saya kasih ke tukang jahit. Rumah mereka saya jadikan rumah produksi kami,” kata dia.
Saat ini, Arie sudah memiliki tujuh penjahit langganan untuk produksi sehari-hari. Sementara, jika produksi sedang banyak, ia juga menyebar pesanan jahitan ke penjahit lain.
Tak Ada Pendidikan Konveksi
Dengan modal yang masih terbatas kala itu, pria berusia 24 tahun ini terus mengembangkan usahanya. Kendati tak punya latarbelakang di bidang konveksi, Arie merasa hal itu tidak menjadi kendala. Ia banyak belajar secara otodidak dari internet. Pengetahuan tentang bahan baku yang berkualitas hingga cara mendapatkan pemasok dia dapatkan dari riset di internet.
Hingga kini, Arie masih terkendala mencari tempat produksi dan penjahit karena produksinya makin banyak. “Namun, masih terlalu sedikit sedikit jika dimasukkan ke pabrik besar,” kata dia.
Sepanjang tahun 2013, Aria mengaku bisa mengantongi omzet sebesar Rp 1,5 miliar. Pada delapan bulan pertama di tahun ini, omzet usahanya sudah sudah mencapai Rp 2 miliar. Dia optimistis hingga akhir tahun 2014 bisa mencetak omzet hingga Rp 3 miliar. Sebagai bukti kesuksesannya membangun bisnis, Arie pernah menjadi salah satu finalis Wirausaha Muda Mandiri pada tahun 2011 untuk kategori bisnis.
Kendati Kesuksesan sudah digapai, namun perjalanan Arie untuk membesarkan Molay Military Uniform Division tidak selalu berjalan mulus. Tidak memiliki pengalaman apapun di dunia konveksi, dia hadapi dengan belajar banyak dari internet. Meski sudah memiliki pemasok bahan baku langganan dari luar negeri, namun Arie mengaku masih kesulitan mencari pemasok yang benar-benar sesuai dengan kriterianya.
Selama ini sebagian bahan baku masih dia datangkan dari luar negeri, salah satunya dari Malaysia. Namun dia mengaku sebagian besar bahan baku tetap berasal dari dalam negeri.
Selain itu, terkadang dia juga kesulitan mencari tenaga penjahit untuk menyelesaikan pesanan yang datang. Kapasitas produksinya saat ini sudah terlalu besar untuk garmen kecil. Namun juga masih terlalu sedikit untuk dimasukkan ke garmen berskala besar. “Kapasitas produksi kami saat ini masih tanggung,” ujar Arie.
Saat ini rata-rata produksinya minimal 200 seragam per bulan. Harga jual produknya berkisar Rp 560.000 hingga Rp 2 juta per unit. Beberapa pasar internasional yang sudah berhasil dia tembus seperti Italia, AS, Swedia, Kanada, Austria, dan Norwegia
Terlepas dari berbagai kendala yang dia hadapi, Arie masih tetap semangat mengembangkan usahanya. Salah satunya caranya adalah dengan menyiapkan sistem pemasaran business to business (B2B) untuk memperbesar pasar. Sebab selama ini Molay Military Uniform Division baru terfokus pada penjualan ke konsumen ritel lewat internet. Pasar internasional yang berhasil dia tembus pun kebanyakan adalah pembeli ritel yang mendapatkan informasi produknya dari internet.
Dengan konsep pemasaran baru tersebut, Arie yakin permintaan bisa meningkat dan omzetnya otomatis akan makin besar. “Saya akan membangun hubungan dengan pengusaha lain yang tentunya bertujuan untuk bisa meraih konsumen yang lebih banyak,” kata dia.
Agar siap dengan ekspansinya memperluas pasar ke konsumen korporat atau perusahaan, tahun ini Arie mengaku telah menpersiapkan banyak produk-produk baru agar konsumen memiliki lebih banyak pilihan produk. Dari situ dia berharap bisa tetap mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan mampu meningkatkan brand Molay Military di pasar lokal dan internasional.
Dia berharap bisa segera mendapat jalan keluar dari kendala SDM yang terbatas serta bisa mendapatkan lokasi rumah produksi yang tepat.
Sumber: Vivanews