Rabu, 13 Agustus 2014

Misteri Alutsista Indonesia

Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau kesiapan prajurit di Halim Perdanakusuma, Jakarta.(VIVAnews/ Anhar Rizki Affandi)
Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau kesiapan prajurit di Halim Perdanakusuma, Jakarta.(VIVAnews/ Anhar Rizki Affandi)

“Ada sesuatu yang tidak bisa dibuka, karena memiliki standar rahasia.”

Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan Komisi Pemberantasan Korupsi tidak bisa mengusut pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), sebab, pengadaan alutsista merupakan rahasia negara.
“Tidak bisa (KPK periksa TNI). Ada sesuatu yang tidak bisa dibuka, seperti belanja senjata karena memiliki standar rahasia,” kata Jenderal Moeldoko di Mabes TNI, Senin 11 Agustus 2014.
Menurutnya, tidak relevan jika KPK masuk menyelidiki proyek-proyek TNI yang bersifat rahasia. Kendati begitu, lanjut Panglima TNI, pihaknya tetap membuka diri jika proyek-proyek di TNI yang bersifat bukan rahasia negara.
“Karena itu pengadaan alutsista harus dirahasiakan. Tetapi yang tidak memiliki value rahasia, pasti akan dibuka,” ujar Panglima.
Moeldoko memastikan TNI bebas dari praktik-praktik korupsi, sebab, pengelolaan anggaran negara yang digunakan TNI selalu ada pengawasan internal yakni inspektorat, serta diawasi dan diperiksa Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). “Semua terawasi dengan baik,” katanya.
Moeldoko menambahkan, tidak adanya kasus korupsi institusi TNI yang diberitakan media massa bukan berarti karena ditutup-tutupi. Tapi memang, karena pengelolaan keuangan di TNI diawasi dengan maksimal, sehingga tidak ada yang bisa main-main.
“Contohnya begini, saya sudah membuat zona integritas dan bebas korupsi. Kepada seluruh Letnan Kolonel yang kelola keuangan saya katakan, tidak ada istrinya Panglima, anak dan sanak saudarnya Panglima yang bermain di logistik,” ujar Jenderal Moeldoko.
“Kalau ada, kamu tangkap dia. Ini sudah zona yang saya buat, karena saya tidak ingin bawahan saya tersandera oleh bayang-bayang orangnya Panglima. Saya tidak ingin memberikan beban kepada mereka. Tapi kalau Letkol, bintang, dan lainnya macam-macam, saya akan pecat,” tegasnya. (viva.co.id).

JKGR.

Selasa, 12 Agustus 2014

Panglima TNI kunjungi Pos Perbatasan Kalimantan

Panglima TNI kunjungi Pos Perbatasan Kalimantan
PUSPEN TNI (8/8),- Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko di didampingi Irjen TNI, Koorsahli, Asrenum, Asops, Asintel, Aslog, Aster Panglima TNI dan Kapuspen TNI melakukan kunjungan ke Pos Satgas Pengamanan Perbatasan Batalyon Linud 501 Kostrad di  Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Jumat (8/8/2014).
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI juga melakukan audiensi dengan para Bupati Sambas dr. Hj Juliarti Djuhardi Alwi, MPH beserta staf serta tokoh masyarakat setempat. Jenderal TNI Moeldoko menjanjikan kemudahan bagi warga perbatasan yang berkeinginan menjadi tentara. Kebijakan tersebut bukan baru dilakukannya saat ini saja, melainkan sudah ditempuh jauh-jauh hari ketika menjabat Panglima Kodam Tanjungpura dan Kepala Staf Angkatan Darat.
Menurut Panglima TNI, model rekrutmennya adalah memberikan toleransi ketika nilai tes putra perbatasan tidak jauh beda dengan pendaftar lainnya. "Tujuan memprioritaskan putra daerah untuk menjadi prajurit TNI, agar memiliki kepedulian menjaga kawasan perbatasan", kata Jenderal TN Moeldoko.
Panglima TNI optimistis, apabila kebijakan tersebut terus dilakukan maka akan banyak warga perbatasan yang menjadi anggota TNI. Dengan demikian, mereka dapat lebih optimal dan mempunyai rasa memiliki ketika diberi amanah untuk menjaga wilayahnya yang berbatasan dengan negara tetangga.
"Setelah menjalani pendidikan di Jawa, bisa ditempatkan di perbatasan, ini betul-betul akan membantu, kita sangat yakin. Lebih baik dikelola masyarakat sendiri wilayah perbatasan," ujar Jenderal TNI Moeldoko. 
Sehari sebelumnya Panglima TNI didampingi Rektor Universitas Tanjung Pura Thamrin Usman D.E.A. memberikan pembekalan tentang Kebangsaan kepada 580 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di wilayah Kalimantan Barat, bertempat di Aula Batalyon 465 Paskhas Pontianak.
Dalam pembekalannya, Jenderal TNI Moeldoko antara lain memberikan sebuah gambaran tentang kondisi geopolitik, geostrategi dan perkembangan kondisi situasi internasional. "kepada para mahasiswa agar dalam melaksanakan KKN terjun ke masyarakat di wilayah Kalimantan Barat dapat memberikan makna dan harapan baru kemajuan kehidupan yang akan datang", harapnya. 

TNI. 

Pesawat Latih TNI AU Jatuh di Sukoharjo

Tidak ada korban jiwa, kini sedang ditangani petugas Lanud Adi Sumarmo Pesawat latih milik TNI AU jatuh di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa 12 Agustus 2014.

Pesawat latih milik TNI AU jatuh di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa 12 Agustus 2014.
Sebuah pesawat latih ringan jatuh di Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa 12 Agustus 2014. Pesawat latih jenis AS202 itu tersungkur di sebuah lahan persawahan di desa Carikan, tengah hari tadi. 

Tidak ada korban jiwa dalam insiden di lahan sawah milik Wijati, warga kampung Jogodayoh, Carikan, Sukoharjo, itu. Sejumlah warga menyaksikan bagaimana pesawat itu tampak menghunjam ke sawah dengan hidung menancap ke tanah, sedangkan bagian ekor pesawat di posisi lebih tinggi.

Petugas segera melakukan olah tempat kejadian percaya setelah melintangkan garis hitam kuning atau dikenal dengan istilah police line yang melarang warga mendekat sampai radius 100 meter.

Petugas dari TNI AU tampak berada di sekitar bangkai pesawat latih yang jatuh.

Danlanud Adi Sumarmo Kolonel Agus Radar Sucahyo mengatakan, jatuhnya pesawat itu terjadi saat melakukan latihan rutin. 

Diduga ada kerusakan teknis pesawat sehingga harus landing atau mendarat di persawahan. Pesawat itu diawaki instruktur Mayor Penerbang Surono dan Sersan Siswa Tama. 
 

Senin, 11 Agustus 2014

Type 730: Kanon CIWS Tujuh Laras Andalan Korvet Parchim TNI AL

Type-730B-CIWS-Elevated-1S
Dengan jumlah 16 unit, korvet kelas Parchim hingga kini menjadi tulang punggung Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL. Pasalnya dari segi unit, Parchim lah yang mendominasi kuantitas armada Satkor, yang terdiri dari kelompok kapal jenis frigat dan korvet. Mengingat perannya yang strategis, sudah barang tentu korvet eks AL Jerman Timur ini mendapat perhatian yang serius untuk di retrofit dan upgrade pada sisi persenjataan. Selain mengadopsi mesin baru, urusan senjata mulai dipoles dengan sentuhan baru yang lebih modern dan gahar.
Meski di awal pengadaannya mengundang kontroversi, harus diakui korvet dengan asupan teknologi Uni Soviet ini punya keunggulan tersendiri. Diantaranya yang menonjol adalah bekal kanon reaksi cepat AK-230, kanon dua laras dengan kaliber 30 mm. Bila dicermati, inilah kanon berkategori CIWS (close in weapon system) yang pertama kali digunakan armada TNI AL. Dengan mengandalkan Muff Cobb radar systems sebagai penuntuk tembakkan ke sasaran. AK-230 secara teori dapat memuntahkan 1.000 proyektil dalam satu menit, untuk kecepatan luncur proyektil 1.050 meter per detik, cukup ideal untuk menggasak rudal berkecepatan subsonic maupun kapal boat. Kemampuan AK-230 juga masih lebih unggul ketimbang kanon Rheinmetall 20mm yang banyak terdapat di KRI, secara teori kecepatan luncur proyektil Rheinmetall 20mm mencapai 1.044 meter per detik.
Tapi semua tentu ada waktunya, AK-230 kian lama dianggap sudah ketinggalan jaman. Maklum AK-230 merupakan hasil rancang bangun Uni Soviet dalam era Perang Dingin di tahun 1950-an. Dan baru pada tahun 1969, Uni Soviet resmi menggunakan AK-230 untuk kelengkapan armada kapal perangnya. Mungkin dikarenakan teknologi yang sudah usang dan spare part yang kian terbatas, TNI AL pun sudah mencanangkan pengganti AK-230. Yang dipilih masih dari senjata jenis CIWS, tapi bukan Phalanx atau Goalkeeper yang kondang dipakai armada NATO. Yang dipilih adalah Type 730, kanon tujuh laras putar model Gatling dengan kaliber 30 mm.
xinhui_CDF_post-131-1217308106
KRI Sultan Thaha Syaefuddin 376, korvet Parchim pertama yang akan dipasang Type 730, menggantikan kanon AK-230 di haluan.
KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, korvet Parchim pertama yang akan dipasang Type 730, menggantikan kanon AK-230 di haluan.



Berdasarkan informasi dari Koarmabar, Type 730 resmi diadopsi TNI AL untuk korvet kelas Parchim. Sebagai project instalasi pertama dipilih KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, dan kemudian secara bertahap seluruh korvet Parchim TNI AL akan dipasangi Type 730. Selain karena urusan harga, adopsi Type 730 dipandang ideal bagi Parchim, sebab Type 730 adalah buatan Tiongkok, dan rancang bangunnya CIWS ini pun memang mencomot aroma teknologi khas Rusia, sehingga ada kecocokan untuk korvet Parchim. Sebagai kanon CIWS modern, Type 730 menggunakan modul terpadu untuk penempatan laras putar, perangkat sensor optik penjejak dan radar. Pihak AL Tiongkok memberi kode Type 730 dengan identitas H/PJ12 . Di lingkungan AL Cina, Type 730 sudah diadopsi di banyak kapal perang, mulai dari kelas korvet, frigat, perusak, hingga kapal patroli cepat. Bila diperhatikan dari segi desain, nampak paduan elemen Type 730 agak menyerupai Goalkeeper, CIWS buatan Belanda. Sementara, untuk teknologi laras putar Gatling-nya, banyak disebut-sebut mencontek GAU-8/A Avenger buatan General Electric yang terpasang pada pesawat A-10Thunderbolt II.
Lalu bagaimana dengan daya hancur Type 730? Bila AK-230 hanya mampu memuntakan 1.000 proyektil per menit, maka Type 730 jauh lebih sadis, kanon dengan kendali elektrik dan hydraulic driven ini maksimum bisa mengumbar 5.800 proyektil dalam satu menit. Jelas urusan daya hancur dan kemampuan mengentikan laju rudal anti kapal pun meningkat drastis. Jarak tembak efektif kanon ini mencapai 3.500 meter. Jenis amunisi yang digunakan mulai dari armour-piercing discarding sabot (APDS), high explosive incendiary (HEI) dan target practice (TP) untuk latihan. Menurut rilis, sasaran yang melesat hingga kecepatan Mach 2 masih dapat ditangkal Type 730. Jumlah stok amunisi yang siap digunakan adalah 1.000 peluru.
Type 730 pada Perusak Kawal Rudal kelas Luyang II. Kanon dapat memuntahkan 5.800 proyektil dalam satu menit.
Type 730 pada Perusak Kawal Rudal kelas Luyang II. Kanon dapat memuntahkan 5.800 proyektil dalam satu menit.
170-3
Laras Type 730 mencomot model GAU-8_Avenger.
Laras Type 730 mencomot model GAU-8_Avenger.
Bekal radar menjadi elemen vital dari sistem CIWS, Type 730 menggunakan jenis radar TR-47C. Pihak Xi’an Research Institute of Navigation Technology menyebutkan radar tracking ini berjalan di J-band dengan frekuensi 15.7 Ghz dan 17.3 Ghz. Jangkauan deteksi radar TR-47C mencapai 9.000 meter. Dalam teorinya, 48 sasaran dapat dipindai secara bersamaan. Dalam konsol senjata, tempatnya berada di samping radar ditempatkan perangkat optronics (electro optics) dari jenis OFC-3. Dalam bentuk modular, OFC-3 merangkum beberapa sensor, seperti laser range finder, color TV camera, dan infra red camera. Dalam versi yang lebih maju, laser range finder dapat diganti laser designator untuk membaca manuver SAM (suface to air missile). Juga TV camera dapat diganti dengan night vision camera. Kemudian infra red camera bisa diganti dengan ImIR, tentunya semuanya berdampak pada harga jual CIWS.
Radar TR-47C
Radar TR-47C
Electro Optics OFC-3
Electro Optics OFC-3
Display dan kendali OFC
Display dan kendali OFC
Dalam simulasi tempur, radar dapat melacak sasaran di permukaan laut seukuran 0,1 meter persegi pada jarak 8 km, bisa diperpanjang hingga 15 km untuk deteksi sasaran 2 berukuran dua meter persegi. Kemudian ukuran sasaran 10 meter persegi dari jarak 20 km. Kemampuan deteksi radar mencakup sasaran yang melaju sea skimming, terbang rendah diatas permukaan laut untuk menhindari deteksi radar. Namun tentunya, sistem penembakkan kanon baru dapat merespon saat sasaran berada di jarak jangkau tembakan (3 ribuan meter).
Untuk sistem kendali penembakkan (fire control system) mengusung teknologi autonomous closed-loop system, teknologi ini digadang bakal memberi reaksi lebih cepat ketimbang CIWS jenis AK-630 buatan Rusia. Sebagai informasi, AK-630M telah digunakan oleh TNI AL di Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Untuk misi pemasaran di Luar Negeri, Type 730 dirancang full kompatibel dengan combat data system dari buatan Tiongkok dan Eropa. Dari Tiongkok dikenal model ZKJ-1, ZKJ-4, ZKJ-4A-3, ZKJ-5, ZKJ-6, ZKJ-7, H/ZBJ-1, dan dari Eropa/NATO seperti Thomson-CSF TAVITAC. Agar lebih memikat calon pembeli, sistem Type 730 dapat diintegrasikan secara langsung dengan combat data system tadi tanpa perlu dilakukan modifikasi.
тип 730
Tampak belakang.
Tampak belakang.
Norinco juga m,enawarkan LD-2000, yang tak lain versi darat dari Type 730.
Norinco juga m,enawarkan LD-2000, yang tak lain versi darat dari Type 730.
LD-2000 menjadi salah satu kekuatan Arhanud AD Tiongkok.
LD-2000 menjadi salah satu kekuatan Arhanud AD Tiongkok.
Selain hadir untuk kebutuhan kapal perang, pihak Norinco selaku manufaktur juga menghadirkan Type 730 dalam bentuk land based CIWS. Identitasnya disebut LD (Lu Dun) -2000, platform CIWS ini ditempatkan terpadu dalam truk berpenggerak 8×8.
Besar harapan kita, TNI AL dapat lebih memperbanyak adopsi kanon otomatis reaksi cepat untuk melengkapi armada kapal perang. Selain dipercaya handal untuk memberi perlindungan pada kapal markas dan konvoi tempur, kanon model CIWS juga dipandang punya efek getar yang signifikan pada lawan. Selain digunakan AL Tiongkok, Type 730 juga dipakai AL Pakistan di empat frigat kelas Zulfiquar. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Type 730
Manufaktur : Norinco – China
Laras : Model Gatling 7 laras
Jarak tembak efektif : 3.500 meter
Kecepatan tembak (rate of fire) : 5.800 proyektil per menit
Electro Optics : OFC-3
Radar : TR-47C

Indomil. 

DS 30B REMSIG 30mm: Dibalik Kecanggihan Kanon PSU di Korvet Bung Tomo Class TNI AL

ac
Hajatan HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014 mendatang bakal dibuat seru. Dengan mengambil tempat di Surabaya, dari jauh-jauh hari pihak Mabes TNI sudah mengumandangkan bakal memamerkan full alutsista terbaru dari ketiga matra dalam program MEF (minimum essential force). Sang Tuan rumah, TNI AL di dermaga Ujung dijadwalkan akan menghadirkan defile dua dari tiga korvet terbaru yang baru didatangkan dari Inggris, yakni Multi Role Light Frigate (MRLF) atau korvet Type F2000 buatan BAE Systems Marine.
Merujuk ke beberapa lansiran berita, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro telah meresmikan KRI Bung Tomo 357 dan KRI John Lie 358 di Dermaga Anchorline, Barrow-In-Furness, Inggris, Jumat (18/7). Setelah peresmian, kedua KRI langsung menuju Indonesia dan diharapkan bisa turut berpartisipasi memeriahkan HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober mendatang. Sementara satunya lagi, KRI Usman Harun 359 yang penamaannya membuat Singapura meradang, dijadwalkan akan tiba di Indonesia pada akhir tahun ini juga.
Frigate mini yang tadinya pesanan AL Brunei yang dibatalkan, dan sempat diberi label Nakhoda Ragam Class ini dibekali beragam senjata yang terbilang canggih. Sebut saja ada kanon reaksi cepat Super Rapid OTO Melara kaliber 76 mm, 4 rudal anti kapal MBDA MM40 Exocet Block II, 16 rudal SAM MBDA (surface to air missile) Mica, dua peluncur torpedo triple BAE Systems kaliber 324 mm, dua kanon PSU (penangkis serangan udara) DS 30B REMSIG 30mm buatan MSI Defence, dan perangkat perang elektronik Thales Sensors Cutlass 242. Serupa dengan korvet SIGMA Class TNI AL, korvet yang kini diberli label Bung Tomo Class juga dibekali deck helipad untuk didarati heli AKS sekelas S-70B Seahawk, meski tak dibekali fasilitas hangar.
DS 30B, pada HMS_Northumberland
DS 30B, pada HMS Northumberland
PICT0277
Tampak gunner pada sisi kanan.
Tampak gunner pada sisi kanan.

Kecanggihan kanon reaksi cepat OTO Melara kaliber 76 mm, peluncur torpedo kaliber 324 mm, dan sosok rudal Mica telah kami bahas di artikel terdahulu. Nah, kini giliran kami bedah kanon PSU yang jadi andalan di Bung Tomo Class, yaitu DS 30B REMSIG kaliber 30 mm buatan MSI Defence Systems Ltd. Kanon dengan laras tunggal ini dirancang khusus untuk kebutuhan armada frigate dan kapal cepat AL Inggris (Royal Navy). Fungsi hakiki kanon ini adalah untuk menghadang terjangan roket, rudal jarak pendek, roket pelontar granat, dengan amunisi kaliber besarnya, DS 30B pun afdol untuk melumat sararan udara yang terbang rendah. Dalam misi tempur jarak dekat, keberadaan kanon jenis ini juga sangat efektif untuk memberikan tembakan ke sasaran di permukaan laut. Di Bung Tomo Class, DS 30B ditempatkan pada sisi kanan dan kiri lambung kapal.
Kanon DS 30B mengadopsi laras Bushmaster II Mark 44 buatan Alliant Techsystems. Agar lebih awet dalam operasional, laras dilapisi bahan chromium untuk memperpanjang usia pakai. Amunisi yang digunakan mulai dari standar GAU-8 Avenger yang dilengkapi API (Armor-Piercing Incendiary), HEI (High-Explosive Incendiary) and APFSDS-T (Armor-Piercing Fin-Stabilized Discarding Sabot-Tracer). Dengan mengganti laras dan beberapa komponen kunci, dimungkinkan kanon DS 30B untuk menembakkan proyetil kaliber 40 mm. Dalam versi lain, DS 30 dapat ditambahkan teknologi SIGMA (Stabilized Integrated Gun Missile Array), yakni integrasi dua rudal SAM MANPADS pada pangkal laras, diantaranya pilihan rudal Starburst atau Mistral.
img20070801175354601
img20090219033708827
Lalu bagaimana dengan fire power DS 30B? Dengan jarak tembak maksimum 10.000 meter, kanon dapat mengumbar 650 proyektil dalam hitungan satu menit. Kecepatan luncur proyektil mencapai 1.080 meter per detik. Sudut elevasi vertikal laras maksimum 65 derajat hingga -20 derajat. Amunisi ditempatkan dalam cartridge yang berisi 160 peluru. Secara keseluruhan, bobot kanon termasuk dengan amunisi mencapai 1,2 ton.

Sistem Sensor dan Kendali
Meski berbeda dengan model kanon CIWS (close in weapon systems), DS 30B juga dapat dikendalikan secara otomatis dengan mengandalkan perangkat sensor Radamec 2500 yang modulnya terpasang di atas anjungan. Sejatinya, DS 30B dapat dikendalikan secara hybrid, selain pengendali lewat remote otomatis, kanon juga dapat dioperasikan secara manual, pasalnya bagian samping DS 30B terdapat kompartemen bagi juru tembak (gunner). Pola operasi secara hybrid sudah barang tentu dapat bermanfaat tatkala sistem elektronik pada kapal mengalami masalah.
KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358, dan KRI Usman Harun 359.
KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358, dan KRI Usman Harun 359.

Sebenarnya TNI AL sudah memiliki kanon yang jenisnya serupa dengan DS 30B, yakni Oerlikon CGM-B01 kaliber 30 mm, bedanya kanon ini punya laras ganda. Oerlikon CGM-B01 merupakan senjata utama bawaan pada KRI Badau 841 dan KRI Salawaku 842, dua kapal eks AL Brunei Darussalam. Oerlikon CGM-B01 juga dapat dioperasikan secara hybrid, hanya saja karena hibah, sistem remote dan sensor tidak didapat pada saat kapal diterima, alhasil Oerlikon CGM-B01 hanya dapat dikendalikan secara manual. Hingga kini, KRI Badau dan KRI Salawaku menjadi jenis kapal tercanggih di armada Satuan Kapal Patroli (Satrol) TNI AL.
Radamec 2500
Ini merupakan perangkat sensor electro optic weapon director. Radamec 2500 diperkenalkan pada tahun 1995. Di dalam modul Radamec 2500 terangkum beberapa sensor, seperti Sea Archer 30, FLIR (forward looking infra red), TV, eye safe high, dan PRF laser radio frequency. Hasil pencitraan dari Radamec 2500, selanjutnya dituangkan dalam dual imaging sensor yang terdapat di dalam PIT (pusat informasi tempur). Bagi operator pengendali, dapat dilakukan monitoring dan eksekusi tindakan lewat joystick. Selain juga didukung layar monitoring dengan asupan teknologi touch screen.
Radamec 2500
Posisi peragkat Radamec 2500 pada Korvet Bung Tomo Class.
Posisi peragkat Radamec 2500 pada Korvet Bung Tomo Class.
Remote operator console DS 30B.
Remote operator console DS 30B.

Radamec 2500 dapat di setting dengan multi mode auto tracker, lima sasaran dapat dipantau sekaligus dari jarak 18.000 meter. Radamec 2500 dirancang untuk dapat mengendalikan dua kanon DS 30B. Selain Indonesia, AL Australia dan AL Malaysia sudah lebih dahulu mengenal teknologi Radamec 2500, diantaranya sudah terpasang pada frigate Lekiu Class. (Gilang Perdana)
Spesifikasi DS 30B REMSIG 30 mm:
  • Negara asal : Inggris
  • Kaliber : 30 mm
  • Jarak tembak maksimum : 10.000 meter
  • Kecepatan luncur proyektil : 1.080 meter per detik
  • Sudut elevasi laras : -20 sampai 65 derajat
  • Kecepatan tembak : 650 proyektil per menit
Indomil.

Sudah Sampai Mana Proyek Jet Tempur Made in Bandung? Ini Kata PTDI


http://images.detik.com/content/2014/08/09/1036/ifxkfxtwinsyster_130416_bs.jpg
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan asli dua tipe pesawat karya anak bangsa. Pesawat yang dirancang adalah untuk angkutan penumpang dan keperluan tempur. Lantas bagaimana kelanjutan proyek pesawat terbang itu? Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menerangkan pesawat penumpang tipe N219 baru siap diperkenalkan ke publik (roll out) pada awal tahun 2015. Tiga bulan berikutnya atau sekitar bulan Maret, N219 akan menjalani uji coba terbang perdana (first flight).
“Roll out awal 20015. Itu 2-3 bulan habis roll out baru first flight,” kata Andi saat acara RITECH Expo 2014 di Kantor BPPT Jalan MH Thamrin Jakarta, Sabtu (9/8/2014).
Setelah uji terbang, N219 baru bisa memperoleh sertifikasi dari Kementerian Perhubungan selaku regulator. Sertifikasi ditargetkan paling lambat keluar pada Februari 2017. Sertifikasi ini penting sebagai syarat untuk produksi massal. Andi membenarkan sampai sekarang, Indonesia belum mempunyai pesawat asli buatan lokal yang lolos uji sertifikasi dari Kemenhub.
“N250 nggak bisa diproduksi karena belum disertifikasi,” jelasnya.
N219 merupakan pesawat baling-baling canggih karya putra-putri bangsa. Pesawat ini mampu membawa penumpang dan barang lebih banyak dibandingkan pesawat sejenis seperti Dornier 228-202. Pesawat Dornier ini telah dipakai oleh maskapai Susi Air. Pesawat N219 juga dibandrol jauh lebih murah ketimbang Dornier namun memakai teknologi kokpit terbaru.
“Kita targetnya ingin US$ 4,5 juta. Dornier baru dibeli seharga US$ 8 juta,” ujarnya.
Sedangkan untuk pembuatan pesawat tempur, PTDI bersama Kementerian Pertahanan RI dan Korea Selatan memasuki tahap Engineering Manufacturing Development. Proses EMD dimulai tahun ini dan berlangsung hingga 10 tahun ke depan. Proses akhir EMD ini adalah sertifikasi pesawat Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). “Ini kita mulai tahun ini dan baru selesai 2025,” katanya.
Andi membenarkan proses EMD sempat tertunda karena adanya beberapa persoalan. Salah satunya adalah perbedaan permintan single engine (permintaan Korsel) dan double engine (permintaan Indonesia).
Akhirnya disepakati bawah KFX/IFX akan memakai double engine. KFX/IFX merupakan pesawat generasi 4.5. Pesawat ini memiliki teknologi di atas F16 dan F18 namun di bawah pesawat F 22 dan F35. Pesawat ini paling tidak memiliki teknologi anti radar meski tidak secanggih pesawat F22 atau F35.
“Generasi 5 dia pakai teknologi tidak bisa dideteksi radar. Banyak teknologi yang dipakai sehingga nggak bisa dideteksi radar. Generasi 4.5 mendekati ke sana, tapi nggak secanggih itu,” paparnya.(finance.detik.com)

JKGR. 

Panglima TNI: Malaysia Tak Bongkar Suarnya, TNI yang Bongkar

 
Saya sudah melintas dari udara, Sambas sangat strategis, dan TNI akan membangun bandara liku seluas 750 meter menjadi 2.500 meter.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan, institusinya berkomitmen akan membangun daerah perbatasan di Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
“Kita telah bahas rencana  pembangunan pangkalan militer. Baik itu laut, darat, dan udara yang proporsional bersama Gubernur Kalimantan Barat dan Bupati Sambas di Jakarta,” kata Moeldoko seperti tertulis dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (9/8/2014).
Moeldoko berada di Temajuk Jumat 8 Agustus 2014. Dia menegaskan, kedatangannya untuk dua alasan. Pertama, TNI ingin menguatkan apa yang akan dibangun di Kabupaten Sambas. Kedua, TNI ingin membangun kemajuan ekonomi masyarakat.
“Kehadiran TNI dapat membantu kesejahteraan masyarakat, baik membuat sekolah, tempat ibadah, maupun infrastruktur melalui program sosial,” ungkapnya.
Sambas, kata Moeldoko, merupakan daerah yang strategis. Karena itu, TNI akan membangun pangkalan militer. “Saya sudah melintas dari udara, Sambas sangat strategis, dan TNI akan membangun bandara liku seluas 750 meter menjadi 2.500 meter, sehingga masyarakat kabupaten Sambas tidak lagi jauh untuk lintas udara,” ujar Panglima TNI yang disambut tepuk tangan masyarakat.
Moeldoko menambahkan, “untuk pangkalan militer angkatan darat dan laut, karena pangkalan angkatan laut telah kita usulkan di Temajuk, tentunya nanti nelayan tidak perlu khawatir lagi melaut.”
Terkait pancang suar yang dibangun Malaysia di perairan Indonesia, hingga saat ini sudah dua kali ada pertemuan antara Indonesia dan Malaysia. “Saya tegaskan, jika Malaysia tidak mau bongkar, maka kami TNI yang akan membongkarnya,” tegas Moeldoko.
Untuk pembangunan pendidikan, “kita akan liat sekolah apa yang akan dibangun. Anggarannya dari Kementrian Pendidikan. TNI akan membantu kemajuan pendidikan sehingga daerah tersebut berkembang,” ujar Moeldoko.
“Berdasarkan hasil rapat bersama Menteri Pendidikan, pada kurikulum baru TNI khususnya akan memberikan pendidikan untuk disesuaikan, makanya pada kunjungan ini kami mengikutsertakan Dirjen Pendidikan,” jelasnya.
Pimpinan TNI akan menempatkan personelnya yang telah menyelesaikan pendidikan di perbatasan. Tujuannya agar mereka bisa lebih baik.
“Jika ada anak-anak kita yang ingin menjadi TNI, silahkan menghubungi Babinsa atau Kapolsek, ajarkan bagaimana cara untuk masuk TNI, begitu juga ingin masuk Polri, karena tujuan kita ingin mencari anak Indonesia yang lebih baik, dan kita akan memprioritaskan masyarakat setempat,” ujar dia.
Peningkatan pengawasan daerah perbatasan menjadi penting bukan hanya untuk mencegah terjadinya konflik dengan negara tetangga, tapi juga terkait kondisi di kawasan Laut China Selatan yang situasinya terus tegang setelah ada saling klaim sebagai pemilik laut strategis di dunia itu. (news.liputan6.com)