Selasa, 01 Juli 2014

Pembangunan Kapal Selam Indonesia 2015

 
Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo:  MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)
Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo: MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)

Awal 2015 nanti, Indonesia memulai pembuatan kapal selam versi lokal. Pengembangan kapal selam ini ini dilakukan di area galangan kapal milik PT PAL (Persero) di Surabaya Jawa Timur.
“Kapal ke-3 dibangun di PAL. Harusnya November 2014, tapi akhirnya jadi awal 2015 mulai membangun, karena persiapan penyediaan fasilitas kapal selama ada sedikit kendala,” kata Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (30/6/2014).
Pengembangan kapal selam tersebut merupakan bagian kontrak pembelian 3 unit kapal selam. Sebanyak 2 unit kapal selam sedang diproduksi di Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan, sedangkan 1 unit lagi dibuat di Indonesia. Kapal yang diproduksi adalah tipe DSME 209.
“Desain masih gunakan Korea punya tapi ada alih teknologi ke SDM Indonesia agar kapal selama yang kita miliki sesuai kondisi perairan Indonesia,” sebutnya.
Setelah pengembangan di Indonesia dimulai, pemerintah Indonesia berencana mengembangkan 3 unit kapal selam baru pada fasilitas milik PAL setiap 5 tahun.
“Di dalam renstra akan dibangun 3 unit. Renstra 2014-2019 akan dibangun 3 lagi dan sedang menunggu persetujuan,” tegasnya. (detik finance.com).

Semoga Presiden Baru Dukung Jet Tempur Made In RI

Pada 9 Juli nanti Indonesia akan menentukan presiden baru periode 2014-2019. Bagaimana nasib program strategis nasional yang bersifat jangka panjang, seperti pengembangan jet tempur canggih bernama Indonesian Fighter Xperiment (IFX)?
Program pesawat ini dimulai dan dirancang sejak tahun 2010, dan direncanakan memasuki fase produksi massal mulai tahun 2022.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menyebut, program pengembangan jet tempur canggih IFX sangat bergantung terhadap Presiden baru. Namun meski tergantung, Silmy menyebut Indonesia harus memiliki kemandirian di dalam penguasaan dan produksi pesawat tempur canggih.
“Kalau kemandiriannya berapa lamanya, itu tergantung keputusan kepala pemerintahan,” kata Silmy saat berbincang dengan detikFinance, Jumat (27/6/2014).

Silmy menjelaskan, program jet tempur IFX generasi 4.5 tersebut sangat menguntungkan Indonesia. Bila pesawat ini tercipta, maka bisa menghemat devisa karena pemenuhan peralatan tempur canggih dipenuhi dari industri pertahanan dalam negeri.
“Ini penghematan, kalau beli di luar negeri ya yang menikmati luar negeri,” sebutnya.
Sebelumnya Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia (persero) Budiman Saleh menjelaskan, pengembangan proyek pesawat tempur KFX/IFX akan terus berlanjut, meski presiden di Indonesia maupun di Korea Selatan telah berganti.
“Itu masuk blue print pemerintah, akan diteruskan oleh siapapun presidennya,” kata Budiman.
Untuk versi Indonesia, jet tempur jenis pesawat IFX akan diproduksi di markas PTDI di Bandung, Jawa Barat. Sedangkan Korea Selatan akan memproduksi KFX. Produksi massal dimulai pada tahun 2022.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit. Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX) dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah Indonesia. (finance.detik.com)

Diproduksi 50 Unit, Jet Tempur Made In RI Saingi Jet Rafale dan F-18

http://images.detik.com/content/2014/06/27/1036/152938_jet.jpg

Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur canggih. Kedua negara sepakat merancang burung besi canggih untuk keperluan perang. Pesawat tersebut masuk generasi 4.5.
Program tersebut bernama Korean Fighter Xperiment/Indonesian Fighter Xperiment (KFX/IFX). Seri KFX/IFX sendiri setara dengan jet tempur tipe F-18 Super Hornet, Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. Pesawat generasi 4.5 mulai dikembangkan pada dekade 1990-an. Pesawat generasi 4.5 ini masih diproduksi hingga kini, meskipun pengembangan jet tempur telah memasuki generasi 5 dan 6.
Untuk versi Indonesia atau IFX, prototype akan diluncurkan pada tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun berikutnya atau tahun 2022, IFX akan diproduksi secara massal di Indonesia. Produksi pesawat disesuaikan dengan kebutuhan TNI dan kondisi geografis TNI.
“Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso kepada detikFinance beberapa waktu lalu.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit. Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX) dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah Indonesia.(finance.detik.com)

Jumat, 27 Juni 2014

Prancis Tawarkan ToT Kapal Selam

 Kapal selam Scorpene buatan Prancis
Kapal selam Scorpene buatan Prancis

Menteri Muda Pertahanan Prancis Kader Arif menilai Indonesia sebagai mitra penting bagi negaranya. Indonesia diharapkan menjadi pintu masuk bagi Prancis untuk menjalin kerja sama pertahanan dengan negara-negara ASEAN.
Hal tersebut disampaikan Arif saat menerima kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Paris, Kamis (26/6/2014). Sjafrie didampingi Kepala Badan Sarana Pertahanan Laksamana Muda Rachmat Lubis.
Arif mengapresiasi peran yang dilakukan Indonesia baik dalam menjadi perdamaian di kawasan maupun dalam operasi penjaga perdamaian. Seperti halnya Indonesia, Prancis melakukan hal yang sama dengan penempatan pasukan perdamaian di banyak negara.
Untuk membuat peran itu berjalan lebih baik, Tentara Nasional Indonesia perlu dilengkapi dengan alat utama sistem persenjataan yang memadai. Menurut Arif, Prancis siap untuk memenuhi kebutuhan alutsista maupun pengembangan industri pertahanan Indonesia.
“Saya berterima kasih bahwa TNI AD mempercayai untuk menggunakan meriam Caesar 155 mm buat Prancis. Saya mendukung bukan hanya untuk pembelian alutsista, tetapi juga pengembangan industrinya seperti yang akan dilakukan PT Pindad dengan Nexter untuk pengembangan Caesar maupun dengan Roxel untuk industri propelan,” kata menteri muda berdarah Aljazair itu.
Menurut Arif, Prancis akan memberikan dukungan untuk transfer teknologi. Termasuk juga untuk industri kapal selam apabila dibutuhkan Indonesia.
Kapal selam Scorpene buatan Prancis
Kapal selam Scorpene buatan Prancis

Industri kapal selam Prancis bisa dikatakan cukup maju, bersaing dengan kapal selam Jerman, Rusia dan Amerika Serikat. Baru baru ini Brasil juga menandatangani kontrak kerjasama pembuatan kapal selam bertenaga nuklir untuk Angkatan Laut Brasil.
Salah satu kapal selam produk andalan Prancis adalah Sorpene yang memiliki kemampuan, antara lain:
– anti-surface warfare
– anti-submarine warfare
– special operations
– intelligence gathering
– offensive minelaying
– area surveillance and blockade
– land strikes against land-based objectives

Rancang Bangun Jet Tempur Indonesia

Model KF-X fighter jet
Model KF-X fighter jet

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terus melanjutkan kegiatannya merancang pesawat jet tempur IF-X (Indonesian Fighter Experimental), melalui Kegiatan System Requirement Review (SRR).
Dalam kegiatan SSR tersebut, sejumlah pemangku kepentingan diikutkan, antara lain Kemhan, TNI-AU, KKIP, Bappenas, BPPT, LAPAN, Perguruan Tinggi (ITB, UI, ITS, UGM dan UNDIP) serta beberapa industri lokal terkait seperti PT.LEN, CMI, dan InfoGlobal.
Jet tempur yang dirancang bersama dengan Korea Selatan ini disebut-sebut bakal menyaingi F18, dan harganya pun juga lebih murah.
Dalam siaran pers, Kamis (26/6/2014), PTDI mengatakan, SRR merupakan salah satu tahapan dalam program pengembangan dan rancang bangun pesawat tempur. Pada tahapan ini diharapkan program akan mendapatkan berbagai masukan baik teknis maupun non-teknis dari para pakar pada bidangnya masing-masing, secara independen.
Dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut dibagi dalam lima panel. Satu panel paripurna dan empat panel lainnya meliputi:
Requirement study, System Engineering and Technology Readiness.
Configuration Design and Analysis
Propulsion and Subsystems
Air Combat Systems.
Pesawat tempur KF-X/IF-X dirancang bangun bersama oleh para ahli dari Indonesia dan Korea Selatan. Sejak tahun 2011 lalu, tim dari kedua bangsa telah bekerja keras di Korea Selatan untuk menghasilkan konfigurasi yang bisa memenuhi kebutuhan dan persyaratan operasi Angkatan Udara kedua negara.
Disain Pesawat Tempur KFX / IFX
Disain Pesawat Tempur KFX / IFX

Pesawat ini masuk dalam kategori generasi 4,5 yang kemampuannya akan melebihi sejumlah pesawat tempur produk negara lain. Dengan kemampuannya itu diharapkan akan menjadi salah satu pilihan utama bagi sejumlah negara yang membutuhkan pesawat tempur. Sementara untuk pesawat IF-X dirancang bangun sendiri oleh putera-puteri bangsa Indonesia berdasarkan persyaratan operasi murni dari Angkatan Udara Republik Indonesia.
Dengan penyelenggaran acara tersebut di atas, diharapkan tim KFX/IFX mendapatkan masukan untuk dapat dijadikan pegangan  dalam melakukan tindakan ataupun berupa rekomendasi untuk perbaikan rancang bangun (desain).
“Bagaimanapun bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan program pesawat tempur yang kita rancang sekarang ini bukan saja akan menjadi salah satu sumber kekuatan alutsista dalam negeri, melainkan juga akan menjadi salah satu posisi tawar NKRI yang diperhitungkan. Putera-puteri terbaik bangsa yang terlibat dalam rancang bangun pesawat tempur KF-X/IF-X adalah para pionir yang melahirkan generasi pertama pesawat tempur dan ini akan menjadi bagian sejarah penting bangsa Indonesia ke depan,” tutur Direktur Utama PTDI Budi Santoso.
Pesaing pesawat ini adalah F18 buatan Amerika Serikat dan Dessault Rafale buatan Prancis. Produksi tipe IFX di dalam negeri menghemat pengeluaran anggaran karena harga jual lebih murah.
Pesawat untuk varian Indonesia yakni IFX akan diproduksi di markas PTDI di Bandung, Jawa Barat. Jet tempur KFX mulai diproduksi secara massal pada tahun 2020. Saat ini tenaga ahli PTDI sedang mempersiapkan rancangan pesawat tempur generasi 4,5 tersebut. (detik.com).

Kamis, 26 Juni 2014

Tentara Harus Cerdas, Terampil, Adaptif

Presiden SBY memainkan alat musik drum saat melakukan kunjungan kerja sekaligus bernostalgia di Akademi Militer di Gunung Tidar.
Presiden SBY memainkan alat musik drum saat melakukan kunjungan kerja sekaligus bernostalgia di Akademi Militer di Gunung Tidar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan perwira TNI ke depan semakin cerdas, terampil, dan adaptif. Dalam 10 tahun terakhir, kata dia, pemerintah terus berupaya meningkatkan profesionalisme tentara diiringi dengan peningkatan kesejahteraan.

"Tentara ke depan harus profesional, termasuk paham soal revolusi bidang militer yang berlangsung selama tiga dekade terakhir,” katanya saat melantik perwira remaja TNI di Lapangan Sirgantara kompleks Akademi Angktan Udara (AAU) Yogyakarta, Kamis 26 Juni 2014.

Dalam kesempatan itu, Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro,  Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, dan para Kepala Staf Angkatan serta Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Secara khusus, Presiden SBY memberikan ucapan selamat kepada 453 perwira remaja yang  dilantik dan berhasil menyandang gelar sarjana pertahanan dan keamanan. Mereka diharapkan mampu mengemban tugas negara dan bisa lebih menyikapi dalam menghadapi penugasan di masa mendatang.

Menurut dia, menjadi tentara adalah tugas panjang, penuh tantangan, tetapi juga impian untuk meraih jenjang karier. "Bisa sangat berliku, tapi saat dijalani dengan semangat, sabar, ikhlas dan tawakal, maka setiap prajurit bisa mencapai jenjang karir dan sukses yang lebih tinggi".

Untuk mengabdi dengan profesionalisme, katanya, prajurit perlu kecakapan. Apalagi, dengan industri yang ada butuh peran untuk pengembangan indutri strategis seperi industri pertahanan nasional yang didirikan untuk keutuhan serta kedaulatan.
 

Blusukan Meninjau LST, CN-295 dan Tank AMX-13 Retrofit

Menjelang akhir-akhir masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Kementrian Pertahanan mengebut sejumlah proyek pengadaan alutsista, terutama dari Industri Dalam Negeri. Sebelum bertolak ke Jerman, Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin blusukan ke sejumlah Industri pertahanan. Dalam sehari, mantan Pangdam Jaya itu memantau proses produksi alutsista di PT.DI, Pindad dan Lampung. Dan tampak dalam foto di bawah ini adalah Kapal Angkut Tank produksi Daya Radar Utama yang hampir rampung.
(all photo: Kementrian Pertahanan)

Tampak memang LST yang dibangun khusus untuk mengangkut MBT Leopard II ini berukuran sangat besar. Dalam spesifikasinya, direncanakan LST ini mampu mengangkut 10 MBT sekaligus. Namun demikian, pengerjaan LST yang dilakukan secara paralel dengan Dok Kodja Bahari ini mengalami keterlambatan. Saat ini proses pengerjaan sudah 88%. Mesin dan kabel-kabel sudah terpasang. Yang perlu dilakukan saat ini memasang piringan putar, pintu rampa, serta propeller.  Sementara direncanakan LST itu akan dipasang senjata 2x40mm di haluan serta 12,7mm di buritan.
Sebelum ke PT.DRU, Wamenhan juga sempat mengunjungi PT.DI dan PT.Pindad di Bandung Jawa Barat. Di PT.DI, wamenhan meninjau final assembly dari CN-295 ke-8 pesanan Pemerintah. Bodi utuh, sayap serta sirip CN-295 ke-8 ini aslinya dibawa langsung dari Spanyol. Namun perakitan, wiring, pemasangan mesin hingga test terbang semua dilakukan di Bandung. Ini adalah bagian dari Transfer Teknologi yang dijanjikan pihak Airbus kepada Indonesia.


Di Pindad, Wamenhan meninjau proses retrofit Tank AMX-13. Saat ini sedang dilakukan retrofit 4 unit Tank buatan Prancis tersebut. Selain versi Kanon, Retrofit juga menyentuh AMX-13 versi Angkut Pasukan dan Komando. Direncanakan pada 5 Oktober nanti 9 unit Tank AMX-13 Retrofit Pindad itu akan ikut berparade.







 


 ARC.

Gak Punya Jembatan? Leopard bisa berenang

Adu debat sesi ketiga antara Capres semalam memang menghadirkan satu pertanyaan menggelitik terkait dengan tank Leopard 2. Salah satu Capres mengatakan bahwa Leopard tidak cocok, karena jembatan (di pulau Jawa, relevan dengan situasi penempatan Leopard 2 saat ini) tidak sanggup menahan bobot Leopard 2. Meme pun segera bertebaran di internet, bagaimana caranya tank
seberat 60ton lebih tersebut bisa berenang?


Di luar fakta bahwa Leopard 2 sudah ditransportasikan dari Bandung ke Surabaya tanpa kendala berarti (termasuk melintasi jalan dan jembatan Pantura), nyatanya para desainer tank kebanggaan, Jerman ini sudah memikirkan bagaimana tank harus bermanuver (dalam keadaan terpaksa) melintasi sungai tanpa jembatan. Maklum saja, rel kereta dan jembatan sudah pasti jadi sasaran pertama serangan udara untuk menghancurkan noda dan kapabilitas transportasi. Di luar hangatnya persaingan antar Capres, ARC hanya ingin menghadirkan fakta Sejati di balik argumen dan opini yang ada.


Dalam triumvirat desain tank, mobilitas dan proteksi adalah dua hal yang bertolak belakang. Semakin tebal perlindungan tank, tentu bobotnya makin berat yang berdampak pada makin turunnya mobilitas. Dibandingkan tank amfibi atau kendaraan intai dengan kulit alumunium yang lebih ringan, MBT jelas bukan tandingan kalau soal diajak lintas genangan. Namun bukan berarti MBT mati kutu saat harus melintas rintangan berupa sungai yang cukup dalam. MBT memang tidak bisa mengambang, tapi bisa menyelam. Tak terbayangkan bukan, monster lapis baja seberat 50-60 ton masuk kedalam sungai, dan tiba-tiba sudah muncul diseberang? Pada kenyataannya, hampir semua pabrikan tank merancang agar MBT lansirannya mampu menyelam pada kedalaman tertentu.

Maklum saja, yang namanya rintangan berupa lintasan air adalah hal jamak yang ditemukan diseluruh bentang benua, khususnya Eropa, yang merupakan benua asal MBT Leopard 2. Berdasar estimasi, rata-rata di daratan Eropa terdapat bentang air berupa sungai atau kanal selebar 6 meter setiap 20km, kemudian selebar 100 meter setiap 35-60km, 100-300 meter setiap 100-150km, dan selebar 300 meter setiap 250-300km. Untuk permukaan air yang tak terlalu dalam seperti genangan atau kanal kecil, MBT seperti Leo 1 dan 2 didesain dengan kemampuan dasar water-wading atau melintasi genangan sampai kedalaman 1-1,4 meter, namun untuk sungai dalam, MBT harus mengandalkan varian AVLB atau jembatan ponton.

Namun kedua opsi penyeberangan diatas tetap punya batasan. Kalau harus mengandalkan jembatan gunting, rentangnya terbatas sementara lebar sungai bisa mencapai 50, bahkan 300 meter. Jembatan ponton pun relatif lama dalam menyeberangkan tank. Oleh karena itu, MBT didesain agar bisa menyelam dan melanjutkan perjalanan secara mandiri, dengan batasan-batasan tertentu. Operasi lintas badan air (water-fording) tergolong operasi yang amat riskan dan berbahaya, karena pengemudi benar-benar buta dengan keadaan sekitar saat ada di dalam air.

Dasar sungai pun biasanya penuh sedimentasi lumpur yang bisa membuat transmisi selip dan rantai terpeleset sehingga tank keluar dari jalur. Belum lagi kesiapan mesin yang harus dalam keadaan prima agar tidak overheat dan lalu berhenti saat tank sedang berada di dasar sungai. Setelah keluar pun, tank juga harus langsung siap tempur, mengingat dalam operasi sebenarnya, para awaknya harus siap untuk segala kemungkinan. Pemilihan titik penyeberangan harus dicermati oleh pasukan pengintai, bebas dari kehadiran pasukan musuh, jangkauan artileri lawan, ataupun hambatan di permukaan air seperti es yang membeku atau ranting dan batang kayu. Operasi penyeberangan harus dilakukan dalam keadaan teratur dan tak terburu-buru, karena kerusakan pada snorkel berarti kematian pelan bagi krunya. Membuka hatch di kedalaman 4 meter sama sekali tak bisa dilakukan, dan dalam keadaan darurat, awak MBT yang tenggelam hanya bisa berdoa dan berharap pada kru kendaraan recovery yang bisa makan waktu berjam-jam.


Krauss-Maffei sebagai perancang Leopard 1 dan Leopard 2 sudah menyiapkan sejumlah alat yang memampukan MBT andalan Jerman ini untuk berenang. Berbeda dengan Uni Soviet yang menggariskan bahwa komandan harus tiba diseberang lebih dulu dan mengarahkan tanknya yang sedang menyelam via radio, doktrin Jerman menggariskan bahwa dalam keadaan apapun, komandan harus tetap tinggal bersama dengan tank dan awaknya. Teknik water-fording pada Leopard 1 dan 2 secara garis besar sama, dimana komandan mengarahkan gerak tank dengan snorkel khusus berbentuk menara yang mencuat diatas permukaan air.


Syarat pertama agar Leo 1 dan 2 mampu menyeberang adalah kedalaman air, yang tak boleh melebihi 4 meter agar tak membahayakan mesin. Seluruh lubang bukaan pada tank-lubang meriam, mulut laras senapan mesin koaksial dan senapan mesin diatas kubah, lensa optik, lubang knalpot, lubang tempat memasukkan munisi, hatch, harus dipastikan dalam keadaan tertutup sempurna, dan bila diperlukan dilapis dengan gemuk khusus yang mampu menahan air untuk tidak masuk. Sil-sil karet harus dipastikan agar tidak robek ataupun berlubang. Snorkel kemudian dipasang pada hatch komandan, dimana snorkel ini terbagi dalam tiga segmen teleskopik yang bisa dipanjangkan atau dipendekkan, disesuaikan dengan kedalaman air. Didalam snorkel ini juga terdapat tangga, sehingga komandan dapat memanjat keluar dan melihat keadaan sekaligus mengarahkan tank saat berjalan didalam air. Snorkel desain Jerman ini memiliki keunggulan, karena memungkinkan awaknya menyelamatkan diri dalam keadaan darurat, mengingat diameternya yang bisa dilalui manusia. Pengemudi juga mengecek deviasi dari jalannya tank, dengan mengemudi dalam keadaan lurus, dan melihat simpangan yang dihasilkan. Seperti ban mobil, track pada tank pun memerlukan spooring
Setelah persiapan penyeberangan siap-pengecekan selesai, kubah dan laras dikunci kearah belakang seperti dalam konfigurasi pengangkutan trailer sehingga tak menimbulkan hambatan dan tekanan tidak merusak seal di mulut laras, tank dijalankan dengan sangat pelan agar tak menimbulkan gelombang berlebih saat mulai memasuki air. Udara yang diperlukan oleh mesin kini dipasok melalui snorkel, karena katup di knalpot sudah ditutup melalui sistem hidrolik, dan sistem pendingin dibanjiri oleh air agar mesin tidak lekas overheat. Leopard memiliki bilge pumps yang
bekerja dengan memompa air yang masuk ke kompartemen awak dan mesin. Komandan yang memunculkan tubuhnya diatas snorkel berbicara dengan menggunakan interkom, memberi perintah bagi pengemudi yang tak bisa melihat apapun didalam air. Leopard dijalankan dalam gigi maju terendah, bergerak terus sampai akhirnya muncul di permukaan seberang. Setelah tiba diseberang, persiapan pasca penyeberangan pun dilakukan, dengan melepas semua sumbat-sumbat yang ada.
Namun dalam keadaan darurat, misalkan MBT harus dipersiapkan untuk bertempur, snorkel dapat dilepaskan secara cepat dengan bahan peledak kecil yang sudah terpasang. Sumbat pada mulut laras tank tak perlu dilepas, karena akan luruh begitu saja saat munisi 120mm melesat meninggalkan laras.

Pada dasarnya, operasi water-fording merupakan operasi yang sangat riskan bagi tank dan awaknya, dan biasanya dilakukan sebagai cara terakhir pada saat sudah tak ada alternatif penyeberangan. Oleh karena itu, lokasi jembatan selalu menjadi titik yang harus direbut secara cepat bagi pasukan yang melakukan invasi, karena lebih mudah melintasi sebuah jembatan dibandingkan harus menyiapkan operasi water fording yang menempatkan satu skuadron tank dalam keadaan tak berdaya. Sementara bagian yang bertahan harus mempertahankannya mati-matian, atau bila sudah tidak ada cara lagi, menghancurkannya sebelum tank musuh dapat melintas.

ARC.