3 kapal perusak ringan
(light frigate): KRI Bung Tomo, KRI John Lie, dan KRI Usman Harun
ditargetkan hadir di Indonesia sebelum 5 Oktober 2014. Tiga KRI yang
sudah berbulan-bulan diproses dan difinalisasi di galangan kapal di
Barrow in Furness, sekitar 150 KM dari Kota Manchester, Inggris sudah
siap untuk dibawa ke Indonesia dalam waktu dekat.
“Ketiga kapal diusahakan akan tiba di Indonesia sebelum Oktober,”
kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian
Pertahanan, Laksda TNI Rachmad Lubis kepada detikcom Jumat (27/6/2014)
di Paris seusai memantau progres pembuatan alutsista di tiga negara,
yaitu Jerman, Prancis, dan Inggris.
Laksda TNI Rachmat Lubis memimpin delegasi high level committee (HLC)
ke tiga negara tersebut untuk memastikan pesanan alutsista itu sesuai
spesifikasi yang telah disepakati dan memastikan jadwal penyelesaiannya.
Ia telah meninjau proses pembuatan 3 KRI di Barrow in Furness Selasa
(24/6/2014) lalu.
KRI Bung Tomo (TOM) sudah siap 100 persen dan sudah diujicobakan di
laut. Sedangkan KRI John Li (JOL) sudah siap 100 persen dan sedang akan
diujicobakan di laut. “Sedangkan KRI Usman Harun dalam tahap
finalisasi,” kata Laksda Lubis.
Saat ini pemerintah Indonesia dan produsen kapal sedang membahas
mengenai serah terima kapal. Direncanakan serah terima kapal akan
dilakukan di Barrow in Furness pada akhir Juli 2014. Dalam proses serah
terima itu, sesuai prosedur selama ini, akan juga dilakukan peresmian
pemberian nama tiga kapal itu, yaitu KRI Bung Tomo, KRI John Lie, dan
KRI Usman Harun.
Nama kapal terakhir sempat diprotes Singapura, karena negeri jiran
itu menganggap Usman dan Harun adalah teroris yang merupakan pelaku
pemboman di Singapura pada tahun 1960-an. Namun, pemerintah tetap
bersikukuh dengan nama itu, karena Usman dan Harun merupakan prajurit
Marinir TNI AL yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh
pemerintah Indonesia.
Uji Tembakan KRI Usman Harun Class
Rencananya, setelah serah terima tiga KRI ini, akan dilakukan pengujian penembakan. Kapal ini dilengkapi radar sensor dan avionik, serta beberapa pucuk meriam berkaliber sedang dan beberapa rudal. Setelah ujicoba, tiga KRI ini juga akan langsung dibawa oleh para prajurit Indonesia mengarungi samudera. Tiap kapal akan diawaki sekitar 81 prajurit. Karena itu, TNI AL akan segera memberangkatkan para prajuritnya ke Manchester untuk pengenalan kapal dan training.
Rencananya, setelah serah terima tiga KRI ini, akan dilakukan pengujian penembakan. Kapal ini dilengkapi radar sensor dan avionik, serta beberapa pucuk meriam berkaliber sedang dan beberapa rudal. Setelah ujicoba, tiga KRI ini juga akan langsung dibawa oleh para prajurit Indonesia mengarungi samudera. Tiap kapal akan diawaki sekitar 81 prajurit. Karena itu, TNI AL akan segera memberangkatkan para prajuritnya ke Manchester untuk pengenalan kapal dan training.
Ketiga KRI ini merupakan kapal perusak, namun bertipe multi role
light frigate (MRLF), yaitu sejenis kapal perusak ringan, yang memiliki
bobot 2.000 ton dan jangkauan tembakan tidak terlalu jauh. Kapal ini
memang bukan kapal baru, tapi kapal bekas yang kemudian diupgrade
teknologi dan sistem peluru kendalinya.
“Kapal ini memang bekas, tapi tidak pernah digunakan untuk operasi,
hanya pemanasan mesin aja,” kata Lubis. Untuk membeli 3 KRI ini,
Indonesia menggelontorkan uang US$ 385 juta (sekitar Rp 4 triliun).
Proses upgrade kapal memerlukan 1,5 tahun, dimulai setelah kesepakatan
ditandatangani awal Januari 2013 lalu.
Tiga kapal ini sebelum sempat akan dibeli Brunei Darussalam. Namun
Brunei membatalkan pembelian karena kapal terlalu besar untuk negara
sekecil Brunei. Akhirnya kapal ini ditawarkan ke Indonesia dan terjadi
kesepakatan harga yang cukup murah. Beberapa waktu silam Menhan Purnomo
Yusgiantoro sempat mengatakan deal harga US$ 385 juta itu merupakan 20
persen dari harga yang ditawarkan ke Brunei. (detik.com).