Selasa, 10 Juni 2014

PASUKAN GARUDA MULYA


Pasukan Garuda Mulya di daerah gerilya
Pada 19 Desember 1948, ketika Belanda melancarkan agresinya yang ke-2, dengan menyerang Pangkalan Udara Maguwo  dan diikuti  dengan  pendaratan  tentara  payungnya, Pangkalan Udara Panasan juga didatangi oleh empat pesawat P-51 Mustang Belanda pada kira-kira pukul 06.30.   Mengetahui hal ini, anggota Pangkalan Udara Panasan pimpinan Bapak R.A. Wiriadinata menyerang lebih dahulu dengan senapan-senapan mesin yang jumlahnya 8 pucuk kaliber 12,7 mm.   Melihat peluru api berhamburan di udara, pesawat Belanda tidak membalas.

Hal ini mungkin karena tidak nampak adanya pesawat- pesawat AURI yang parkir di landasan, karena 3 buah pesawat AURI yang ada telah dihancurkan pada waktu Agresi Militer Belanda I.   Pada kenyataannya landasan Pangkalan Udara Panasan hanya dipenuhi dengan batu-batu dan bambu runcing yang telah dipasang oleh pasukan kita. Pesawat-pesawat  P-51 Mustang Belanda hanya melaksanakan pengintaian dan penyebaran pamflet yang berisikan pengumuman bahwa pembesar-pembesar  RI telah di tawan, Pemerintahan Negara dipegang oleh Belanda dan seluruh rakyat diminta tenang. Namun setelah itu pesawat terbang ke arah Delanggu,   disana  mereka menyerang pabrik gula Delanggu dengan senapan mesin dan bom.

Mendengar keadaan yang demikian Komandan Pangkalan Udara Panasan Opsir Muda Udara I Wiriadinata mengeluarkan perintah agar:
a.  Markas AURI dipindahkan ke Bekonang.
b.  Pangkalan dan bangunan-bangunan AURI dihancurkan.

Dengan adanya perintah tersebut anggota Pangkalan Udara Panasan mengadakan aksi bumi hangus atas obyek-obyek vital yang ada di dalam pangkalan termasuk pengrusakan landasan.   Dengan menggunakan bom-bom pesawat terbang yang beratnya antara 25-100 kg yang sudah di ubah detonatornya, Pangkalan Udara Panasan pada tanggal 21 Desember 1948, terpaksa dibumihanguskan.   Dalam waktu singkat, rumah-rumah sudah rata dengan tanah.   Dalam pelaksanaan pembumihangusan Pangkalan Udara Panasan jatuh korban atas nama Kopral Udara Semi dan Kopral Udara Sarsono, karena ingin memperbaiki detonator bom yang macet.   Tetapi malang nasibnya ketika ia menyentuh detonator, bom itu meledak sehingga menghancurkan tubuhnya.

Pasukan Panembahan Senopati (PPS-105)
Sore hari anggota Pangkalan Udara Panasan dan keluarga mengungsi dengan tujuan Madiun untuk menggabungkan diri dengan pasukan dari Maospati yang dipimpin oleh Bapak Soeprantijo. Tetapi sesampainya di Polokerto  (Bekonang) ditahan oleh Gubernur Militer II Rayon I Polokarto Pimpinan Suhendro dan diberikan daerah pertahanan di Kecamatan Jumantoro.   Barangkali Belanda mengetahui dari mata-mata bahwa kampung Bekonang merupakan konsentrasi dari pasukan gerilya maka pada pukul 18.30  diserang oleh 2 pesawat P-51 Mustang sehingga banyak korban yang meninggal.   Dengan segera anggota Pangkalan Udara Panasan berpindah tempat ke Desa Tugu kurang lebih 4 km dari Kampung Bekonang.     Kemudian mereka memberi nama pasukannya dengan nama Garuda Mulya.

Setelah mendapatkan kekuasaan atas suatu daerah, maka mereka segera mengatur siasat perang gerilya yang mana pasukan dibagi atas beberapa regu dengan ditempatkan dikampung-kampung sepanjang jalan raya antara Solo – Tawangmangu dengan tugas untuk mengadakan penghadangan-penghadangan terhadap setiap gerakan tentara Belanda.    Disamping pasukan yang menetap, dibentuk pula pasukan mobile dengan tugas mengadakan serangan-serangan terhadap pos-pos musuh yang ditempatkan antara Solo – Tawangmangu.   Operasi yang gemilang yang dicapai oleh pak Wiriadinata dalam memimpin pasukannya. Berkenaan dengan peristiwa gugurnya yang dipimpin oleh Pak Soenardjo karena suatu pertempuran di daerah Karangpandan, maka Pak Wiriadinata diangkat menjadi Komandan Rayon yang daerahnya semakin meluas termasuk Kecamatan Matesih.

Marsda TNI Wiriadinata
Kegiatan pasukan Garuda Mulya ini lebih diintensifkan.    Pasukan mobile ditugaskan untuk mengadakan kontak dengan semua pasukan-pasukan tetangga serta mengadakan serangan-serangan terhadap pos-pos musuh dan markas-markas musuh sampai ke Jatisrono dan sekitarnya.    Disamping pasukan Mobile hampir setiap satu minggu satu kali semua regu yang menetap pada Sektor Pertahanannya masing-masing dikerahkan untuk mengadakan serangan ke Karang Pandan dan Tawangmangu. Dengan makin gemilangnya hasil-hasil yang telah dicapai, maka kemudian Pak Wiriadinata diangkat menjadi Komandan Pasukan Panembahan Senopati 105, yang disingkat PPS 105.

Berbekal pengalaman di medan operasi gerilya, pada tahun 1952 Pak Wiriadinata menjadi tokoh utama dalam pembentukan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang kemudian dikenal Pasukan Gerak Tjepat (PGT).  Atas jasanya membentuk  Pasukan Payung TNI AU  tersebut, Pak Wiriadinata dikukuhkan sebagai “Bapak Pasukan TNI AU”.

TNI AU. 

Navigasi Jarak Jauh (NJJ) gunakan pesawat KT 01 Wong Bee tempuh jarak 600 Km


Pesawat KT -01 Wong Bee sedang persiapan di Selter sebelum melaksanakan Navigasi jarak jauh ke Jakarta Selasa (10/6)
Sekolah Instruktur Penerbang angkatan 71, Lanud Adisutjipto, Selasa (10/6) memulai kegiatannya melaksanakan Navigasi Jarak Jauh. Navigasi Jarak Jauh dengan Route Lanud Adisutjipto menuju Semarang (90 Mile) kemudian dilanjutkan ke Jakarta (230 Mile), dari Jakarta menuju ke Semarang dan kembali ke Lanud Adisutjipto ini direncanakan akan memakan waktu 6 hari atau dari tanggal 10 Juni sampai 16 Juni 2014. Menurut perkiraan jarak yang ditempuh pesawat KT 01 Wong Bee mencapai 600 Km hingga sampai Jakarta. 

Komandan Skadron Pendidikan 102 Letkol Fery Yunaldi mengatakan Navigasi Udara Jarak Jauh merupakan salah satu kurikulum pendidikan di Skadik 102. Untuk itu para siswa baik dari SIP A-71 maupun siswa Sekbang lainnya wajib mengikuti dengan baik. Tujuan dari kegiatan ini adalah yaitu agar siswa mampu terbang navigasi menggunakan politage atau baca peta, time calculation dan fuel logging. Navigasi Jarak Jauh bagi Siswa Sekolah Instruktur Penerbang angkatan 71 ini diikuti oleh 16 siswa dengan menggunakan pesawat KT-1B. Sekolah Intruktur Penerbang A 71 ini dibuka tanggal 7 Januari 2014 dan akan ditutup bulan Juli 2014.

Latihan Penerbangan NJJ kali ini dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Pendidikan 102 dengan maksud untuk melatih para siswa Instruktur Penerbang (SIP), dalam melaksanakan navigasi jarak jauh agar nantinya para Siswa Instruktur Penerbang (SIP) ini mampu menguasai dan menerbangkan pesawat dengan baik. Latihan ini juga sekaligus sebagai bentuk pembinaan bagi para penerbang agar menjadi penerbang yang handal di segala kondisi dan juga nantinya dapat menjadi instruktur penerbang yang berkualitas tinggi sesuai yang diharapkan oleh TNI AU.


Latgab TNI 2014 dan Rudal Exocet

Dalam Latihan Gabungan beberapa waktu lalu, pihak TNI tampaknya berupaya tampil maksimal. Setiap alutsista yang dimiliki diuji habis seluruh sistem persenjataannya. Dari TNI-AL, paling tidak hal ini terlihat dari jumlah munisi peluru kendali yang dimuntahkan. Sepanjang sejarah, baru kali ini TNI-AL menembakan sekaligus 4 Peluru Kendali anti kapal yang harganya tentu tidak murah. Simak saja foto-foto yang didapat redaksi ARC dari Dinas Penerangan Angkatan Laut. Dalam foto terlihat 2 buah kapal perang kelas Sigma menembakan Exocet MM 40 Block 2. Sementara kapal perang kelas Ahmad Yani menembakan 2 buah Rudal C-802. Semua rudal sukses meluncur dan menenggelamkan kapal sasaran, yakni KRI Karang Banteng.

TNI-AL sendiri merupakan pengguna setia rudal keluarga Exocet. Dimasa lalu, hampir seluruh KRI berudal dipersenjatai Exocet MM-38. Seiring waktu, TNI-AL pun memodernisasi persenjataan rudalnya dengan Exocet tipe terbaru, selain pengadaan tipe rudal lain. Sejak kedatangan kapal perang kelas Sigma, TNI-AL mengadopsi Exocet MM40 block 2. Rudal ini dinilai lebih baik dan berjangkauan lebih jauh dibanding pada Exocet MM-38.

Saat tengah mendiskusikan aksi Rudal ini, ARC malah mendapat informasi langsung, bahwa TNI-AL telah membeli Exocet MM40 Block 3. Bahkan menurut agen penjualnya, Rudal itu telah tiba pada akhir 2013 lalu. Menurut sang agen, Indonesia sudah 2 kali membeli Exocet MM40, yang pertama pada tahun 2008 senilai 60 juta euro, termasuk rudal mistral dan test bench mistral. Lalu yang kedua, pada tahun 2011 pembelian Exocet MM40 Blok 2 senilai 70 juta Euro, termasuk rudal mistral dan test bench MM40. Namun pada kontrak kedua ini terjadi amandemen. Saat itu MBDA menawarkan pesanan Exocet MM40 Block 2 diupgrade ke Block 3 secara gratis, namun tentunya jumlah pembeliannya berkurang. Selain karena harganya lebih mahal, juga lantaran adanya modifikasi dan adaptasi 4 KRI pengusung rudal dari Block 2 ke Block 3.

Secara fisik, tidak ada perbedaan peluncur dari kedua jenis Exocet itu. Exocet MM40 Block 3 tetap bisa menggunakan Launcher ITL-70A yang biasa digunakan Exocet MM40 Block 2, tanpa upgrade apapun. Bahkan sejatinya, tanpa upgrade apapun, Rudal Exocet MM40 Blok 3 bisa langsung digunakan. Namun, penggunaannya tidak akan optimal. Maksudnya, kelebihan Exocet MM40 Block 3 yang mampu menjangkau sasaran 180 km serta menggempur sasaran darat tidak bisa dilakukan.
Namun demikian, memang Exocet MM40 Block 3 milik TNI-AL ini belum diuji coba pada Latgab lalu. Tetapi bolehlah kita berharap agar seluruh Exocet yang akan dimiliki nantinya berasal dari varian Block 3.

ARC. 

Kh-31P: Rudal Pelumat Radar


Dengan kecepatan lesat Mach 3,5 dan jarak jangkau mencapai 110 km, rudal Kh-31P menjadi pelumat satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol radar.

                Tingkat deterens jet tempur Su-27/30 TNI AU meningkat tajam setelah Kementerian Pertahanan RI melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11 dengan beragam rudal berbahaya termasuk yang satu ini, Kh-31P. Dikembangkan oleh Tactical Missile Corporation (sebelum tahun 2002 bernama Zvevda-Strela), rudal Kh-31P dengan seeker pasif mampu menjangkau sasaran hingga 110 km, bahkan lebih, menjadikan rudal berkode NATO AS-17 Krypton (di Rusia X-31) ini sebagai rudal supersonik pelumat satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol radar.

                Beragam sasaran yang mengeluarkan emisi radar dapat dihancurkan menggunakan rudal antiradiasi (ARM) dengan bentuk menyerupai roket peluncur pesawat ulang-alik ini. Tak mengherankan walau platform rudal ini merupakan rudal udara ke darat, namun rumor telah berkembang lama bahwa tahun 1992 di Pameran Kedirgantaraan Moskow disebutkan bahwa Zvevda-Strela tengah mengembangkan Kh-31 versi udara ke udara dengan julukan si “AWACS Killer”. Isu yang belum bisa dibuktikan ini berkembang lagi tahun 2005 dimana China yang membeli KR-1 (versi ekspor Kh-31 untuk China) kemudian membuat YJ-91 (produksi Kh-31 dalam negeri China dengan kemampuannya lebih dari rudal aslinya) disebut-sebut juga membuat “AWACS Killer”.

                Kh-31P hanyalah satu dari sekian varian rudal Kh-31 yang rancangannya dibuat oleh GI Khokhlova dari Biro Desain Star tahun 1975. Ketidakpuasan akan performa rudal X-27PS PRR (Kh-27PS) yang dibuat tahun 1972, mendorong dibuatnya Kh-31P sebagai rudal antiradiasi udara ke darat dengan kecepatan lesat dan jarak jangkau terhadap sasaran yang jauh. Dibuatnya Kh-27 juga terdorong oleh munculnya ancaman baru dari rudal-rudal darat ke udara, mulai dari rudal MANPADS, MIM-104 Patriot, MIM-23 Hawk, MIM-14 Nike Hercules, dan juga sistem tempur Aegis yang digunakan Angktan Laut. Kunci untuk menghancurkan target-target ini tentu saja Kh-31P harus memiliki spesifikasi yang lebih seperti yang disebutkan di awal: berkecepatan tinggi dan berdaya jangkau jauh.

Sepuluh negara
                Kh-31P pertama kali diuji coba pada Mei 1982 menggunakan pesawat MiG-27M. Rudal dengan dimensi panjang 4,7 m dan diamter 36 cm ini terus menjalani uji coba dan penyempurnaan hingga akhirnya mulai diproduksi di Kaliningrad oleh Zvevda-Strela tahun 1987. Kemunculannya pertama kali di depan publik adalah dalam pameran di Dubai 1991 dan cukup menghebohkan banyak pihak. Selain membuat rudal Kh-31P (ARM), Zvevda-Strela juga membuat Kh-31A tahun 1989 yakni rudal antikapal dengan seeker aktif yang dapat menghancurkan sasaran sekelas kapal perusak (destroyer).

Kh-31P berbobot 600 kg, dilengkapi 87 kg hulu ledak serta dapat diluncurkan dari pesawat Su-27/30 dengan ketinggian 0,1-15 km dengan jarak luncur terdekat 15 km. Sementara Kh-31A memiliki bobot lebih berat yakni 610 kg dan hulu ledak 90 kg, namun memiliki jarak jangkau yang lebih pendek yakni 25-50 km.

                Bentuk rudal Kh-31P memanjang runcing, namun pada bagian ekor dilengkapi dengan buster dan sistem propulsi dua tingkat. Sebagian besar kalangan menyebut rudal ini merupakan model mini dari rudal jelajah ramjet antikapal P-270 Moskit (SS-N-22 Sunburn) buatan MKB Raduga yang memunyai dimensi panjang 9,745 m dan bobot 4.500 kg serta jarak jangkau mencapai 120 km.
 

Latgab TNI 2014: TNI AU Kerahkan 83 Pesawat


TNI AU mengerahkan 83 pesawat dalam Latgab TNI 2014. Terdiri dari 40 pesawat tempur, 32 pesawat angkut, dan 11 helikopter. Sementara TNI AL mengerahkan 32 kapal perang dan TNI AD mengerahkan 49 kendaraan tempur. Persiapan dilaksanakan selama tiga tahun.

                Latihan Gabungan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2014 akan menjadi yang terbesar dilaksanakan selama ini. Hampir seluruh kekuatan Tentara Nasional Indonesia dikerahkan dalam unjuk kemampuan yang puncaknya dilaksanakan di Asem Bagus, Jawa Timur, awal Juni lalu. Latgab TNI 2014 sekaligus menjadi Latgab TNI penutup pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang karena programnya TNI mendapat sejumlah pembaruan di bidang alutsista secara besar-besaran.

                Direktur Latgab TNI 2014 Letjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus yang sehari-hari menjabat Komandan Kodiklat TNI dalam jumpa pers tanggal 19 Mei lalu di Jakarta menguraikan, persiapan Latgab TNI 2014 dilaksanakan selama tiga tahun. Latgab kali ini dirancang untuk mengantisipasi beberapa hal. “Ada yang memang dipersiapkan dan ada yang tidak dipersiapkan. Yang dipersiapkan membutuhkan waktu tiga tahun. Yang tidak dipersiapkan memakan waktu selama satu bulan,” ujarnya.

                Diskenariokan, musuh dari Negara Musang di sebelah barat Sumatera datang dan melakukan pendaratan di wilayah Asem Bagus, Jawa Timur. Mereka menggunakan pangkalan aju di Pulau Padi yang kira-kira berada di sebelah barat Bengkulu. Musuh menyerang Indonesia melalui dua poros besar. Satu poros menembus Sumatera melalui bagian utara, barat, dan selatan. Sedangkan satu poros lagi menembus Jawa bagian selatan, melalui Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian selatan, dan Jawa Timur melalui Pantai Asem Bagus. “Dan pada akhirnya, musuh mengambil Jawa Timur dengan menggunakan daerah Pantai Asem Bagus sebagai daerah operasi,” jelas Lodewijk.

                Diasumsikan, musuh melakukan pendaratan dengan kekuatan satu brigade. Sehingga, lanjut Lodewijk, untuk menghadapinya TNI menyiapkan kekuatan satu divisi. “Doktrin kita adalah satu banding tiga,” tandasnya.

                Setelah pasukan musuh mendarat, Panglima TNI memberikan perintah kepada Panglima Komando Gabungan untuk melaksanakan kampanye militer. Dalam Latgab TNI kali Pangkogab ini dijabat oleh Letjen TNI Gatot Nurmantyo yang sehari-hari menjabat Pangkostrad.

Sebelumnya, musuh di beberapa tempat di Sumatera dan Jawa telah berhasil dihalau oleh komando operasi setempat. Tinggal kekuatan besar yang melakukan pendaratan di Jawa Timur yang harus dihancurkan. Di sinilah kemudian Panglima TNI memerintahkan Pangkogab untuk melaksanakan operasi gabungan. Sebelum dilaksanakan operasi, Pangkogab menyinergikan komando-komando operasi gabungan darat, laut, dan udara berikut unsur-unsurnya. “Di sinilah kita menghancurkan musuh di mana musuh masih dalam perjalanan. Katakan pre-emptive stirke.”

                Ditambahkan Lodewijk, dalam Latgab kali ini semua komponen kekuatan TNI akan dimainkan. Unsur laut akan memainkan pertempuran laut dan pendaratan di pantai. Unsur udara akan melakukan operasi gabungan dari dan di udara. Skenario ini dimainkan di selatan Samudera Hindia dan di wilayah Jawa Timur. Demikian juga unsur darat, melakukan operasi gabungan dan penyerangan ke wilayah Asem Bagus antara tanggal 1-5 Juni.
               
Strategi taktik dan teknik
Usai menyimak paparan Dirlat Latgab TNI 2014, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menambahkan, Latgab TNI dilaksanakan sebagai salah satu sarana untuk memelihara sinergitas kemampuan dua angkatan atau lebih dalam satu strategi taktik dan teknik, sekaligus untuk menguji doktirn dan membentuk jiwa interoperabilitas antarsatuan di jajaran TNI. “Selain juga untuk meningkatkan daya tempur satuan serta menciptakan daya gentar yang dapat menangkal segala bentuk ancaman bagi NKRI,” ujarnya. Moeldoko menjelaskan, Latgab TNI kali ini mengambil tema “Kogab TNI melakukan kampanye militer di wilayah mandala perang dalam rangka Operasi Militer Perang guna menjaga kedaulatan NKRI.” Ia menjabarkan, dari tema tersebut jelas bahwa kampanye militer merupakan rangkaian operasi yang ditujukan untuk menyelesaikan sasaran strategis dan operasional dalam waktu dan tempat yang tersedia. 
 

Perbedaan UAV Predator dan Reaper


Apa bedanya pesawat UAV Predator dan Reaper?

Pesawat MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper adalah pesawat tempur tanpa awak (UAV) yang berfungsi banyak, mulai dari pengintaian sampai melakukan serangan udara dengan dikendalikan jarak jauh. Predator adalah UAV yang dirancang dan dibangun oleh General Atomics Corporation di San Diego, California. Pada saat diperkenalkan pada tahun 1995, kemampuan teknologi dan peran Predator masih terbatas pada pengawasan dan misi intelijen untuk Central Intelligence Agency (CIA).

Sejak tahun 2001, misi Predator milik AU AS berkembang menjadi misi  menyerang "Buru dan Bunuh". Predator menjadi wahana tak berawak tempur utama di Irak, Afghanistan dan Pakistan.

MQ-9 Reaper merupakan konsep UAV tempur yang berevolusi dari varian  Predator B. Pada saat Reaper pertama kali diluncurkan oleh General Atomics pada tahun 2001, penampilannya sudah berbeda dengan spesifikasi desain asli Predator sehingga pada dasarnya Reaper adalah UAV yang sama sekali berbeda. MQ-9 lebih berat dan lebih ampuh dibandingkan Predator. Meskipun demikian masih tetap bisa dikendalikan dengan sistem pengendali lama untuk Predator.

Kedua jenis ini UAV memiliki ketinggian operasional normal 25.000 kaki tapi Reaper mampu mencapai ketinggian operasional maksimum 50.000 kaki. Predator dilengkapi dua rak senjata dan dapat membawa kombinasi dua rudal Hellfire, empat rudal Stinger kecil dan enam rudal udara-ke-udara Griffin. Sedangkan Reaper memiliki tujuh rak senjata dan dapat membawa kombinasi senjata hingga 14 rudal Hellfire, dua bom panduan laser Paveway 500 pon dan dua bom JDAM 500 pon.

Tahun 2008, Wing Tempur 174 New York Air National Guard mulai melakukan transisi dari menerbangkan pesawat tempur F-16 menjadi menerbangkan MQ-9 Reaper. Ini adalah pertama kalinya konversi skadron tempur berawak ke pesawat tempur tanpa awak. Tahun 2011 AU AS juga mulai melatih lebih banyak pilot UAV daripada menerbangkan sistem senjata udara lainnya. 
(Letkol PNB Agung "Sharky" Sasongkojati)

Kisah Heroik Skadron Hercules TNI AU Redakan Asap Riau



Bencana kabut asap Riau bak drama seri yang kasusnya selalu berulang setiap tahun. Pengerahan pesawat C-130 Hercules “Sang Penjelajah” dalam  menangani bencana asap melalui penerapan TMC terbukti ampuh dan efektif.

Asap yang memenyelimuti kawasan Sumatera, khususnya wilayah Provinsi Riau  awal tahun ini kembali menjadi  masalah nasional.  Sebaran  asap akibat pembakaran hutan dan lahan gambut di bumi “Lancang kuning” itu, tak ubahnya sebuah “drama seri” yang selalu terjadi berulang setiap tahun. Tidak terkecuali tahun 2014, dimana hampir dua bulan (Februari – Maret) masyarakat Riau dan sekitarnya harus hidup dalam kepekatan asap, yang tidak saja mengganggu aktivitas, tetapi juga mengancam kesehatan. Demikian juga penerbangan di Bandara Sultan Sarif Kasim II maupun Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru sempat terganggu beberapa hari.  

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kesempatan memimpin rapat kabinet telah menyatakan kabut dan asap Riau sebagai bencana nasional, sehingga perlu diambil langkah-langkap terpadu secara cepat dan tepat untuk mengatasinya. Salah satu penanganannya dilakukan melalui jalur udara, dimana BNPB dan TNI telah ditunjuk sebagai institusi eksekutor penanggulangan bencana asap.  Upaya pemadaman titik api lewat udara, tentunya bukan pekerjaan mudah, selain  banyaknya titik api dan  luasnya wilayah sebaran asap  yang begitu pekat di hampir seluruh  Provinsi Riau, keterbatasan sarana dukungan udara yang berkemampuan water bombing maupun rekayasa cuaca  juga perlu pemikiran bersama. 

Untuk mendukung kebijakan penanganan asap Riau, Markas Besar TNI AU mengerahkan sedikitnya delapan pesawat angkut berat C-130 Hercules dan satu C212.  Tidak  tanggung-tanggung, dua skadron Hercules TNI AU (Skadud 31 Halim Perdanakusuma Jakarta & Skadud 32 Abdulrachman Saleh Malang), digerakan baik untuk dukungan pergeseran pasukan Pemadaman Kebakaran (Damkar) maupun mendukung misi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). 


Pada misi dukungan TMC, keberadaan pesawat C-130 Hercules ternyata sangat efektif dalam membantu meredam bencana asap di wilayah Riau.  Hal ini terbukti, setelah misi TMC berlangsung, titik api maupun volume sebaran asap di Riau terus berkurang secara signifikan. Pesawat Hercules tanpa kenal lelah melaksakan misi menyebar/menyemai garam (NaCl) dan sangat membantu turunnya hujan di wilayah Provinsi Riau.

Selain berpengalaman dalam berbagai medan penugasan, seperti pemadaman asap di wilayah Kalimantan dan modifikasi cuaca melalui TMC untuk mengatasi banjir di wilayah DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Hercules TNI AU  memang terkenal tangguh dalam urusan angkutan dan dukungan udara, khususnya yang terkait dengan penanggulangan musibah bencana alam. Bahkan ketika Lanud Roesmin Nurjadin dinyatakan close karena asap, C-130 TNI AU menjadi satu-satunya  pesawat yang dapat mendarat dengan mulus menembus pekatnya asap yang menutupi seluruh runway Lanud Roesmin Nurjadin.   

“Saya kipasi dulu Bang”
Menyinggung soal pendaratan C-130 Hercules tersebut, ada sedikit cerita heroik.  Ketika rombongan Panglima TNI terbang menggunakan pesawat B737 A-7305 dari Skadron Udara 17  untuk meninjau situasi Riau,  Mayor Pnb Noto Cahnoto selaku pilot in command menyatakan pesawat tidak dapat masuk (mendarat) karena asap demikian tebal, dimana visibility sangat pendek.  Dalam situasi tersebut, awak pesawat Boeing kemudian melakukan komunikasi dengan penerbang C-130 Hercules A-1327 Mayor Pnb Puguh Yulianto yang juga sedang dalam penerbangan dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta menuju Lanud Roesmin Nurjadin membawa pasukan Damkar.  

Melalui perhitungan yang cermat, awak C-130 A-1327 memutuskan untuk mencoba melakukan pendaratan di Lanud Roesmin Nurjadin, meskipun dalam kondisi visibility below minima.  Penggalan kalimat  pembicaraan antara penerbang C-130 Hercules A-1327 (Mayor Pnb Puguh Yuliato) dengan penerbang Boeing B737 A-3705 (Mayor Pnb Noto Cahnoto) mengisyaratkan adanya kepercayaan tinggi, kalau C-130 Hercules A-1327 mampu menembus tebalnya asap Pekanbaru.  

“....Roger... A-1327 on final,  biar saya kipasi dulu Bang asapnya  supaya langit Pekanbaru bersih..,” demikian penggalan kalimat  Mayor Pnb Puguh Yulianto selaku pilot in command  A-1327 sedikit mencairkan ketegangan dalam komunikasinya dengan pesawat B737 A-3705 yang diterbangkan oleh Mayor Pnb Noto Cahnoto.  

Selang beberapa waktu, B737 A-1327 berhasil mendarat mulus di Lanud Roesmin Nurjadin diikuti  B737 A-7305 serta enam pesawat C-130 yang membawa ratusan prajurit TNI pasukan Damkar. Ini menjadi salah satu bukti profesionalisme awak C-130 yang begitu prima, meskipun dihadapkan dengan kondisi visibility below minima.

Salah satu pelaku (yang waktu itu masih menjadi Komandan Skadron Udara 31)  Letkol Pnb Adrian P. Damanik beserta beberapa kru C-130 lainnya yang diwawancarai menyatakan rasa bangganya dapat melaksanakan dan menyelesaiakan misi kemanusiaan  di Riau secara tuntas. Menurut mereka kiprah yang dijalankan “Rajawali Sang Penjelajah” (sapaan akrap untuk pesawat C-130 Hercules TNI AU--Red) begitu heroik.   

Beragam aktivitas dan misi yang dilaksanakan, mulai dari soal menyiapkan pesawat beserta awaknya dalam waktu sangat singkat untuk memberangkatkan ribuan prajurit TNI sebagai pasukan Damkar, memodifikasi pesawat untuk pemasangan peralatan console hingga pelaksanaan TMC, memberikan makna pengabdian yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

                “Kami merasakan suatu kebanggaan tersendiri dipercaya untuk mengemban misi nasional tersebut, dan kami laksanakan tugas itu dengan kesadaran dan tanggung jawab tinggi” kenang Letkol Pnb Adrian P Damanik.

                Menurut Alumnus AAU tahun 1995 yang kelahiran Pematang Siantar Sumatera Utara ini, sudah menjadi kebiasaan satuan yang dipimpinnya (Skadron Udara 31) selalu memonitor perkembangan situasi, baik di dalam maupun di luar negeri, bila sedang terjadi musibah bencana. Kewaspadaan tersebut, biasanya diwujudkan dengan menyiapkan pesawat dan awaknya yang standby on call setiap saat. Sehinggga ketika kondisi asap di Riau tidak kunjung membaik, segenap awak Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, terus meningkatkan kewaspadaan dan siap digerakan setiap saat.  

Ribuan ton garam   
         Meskipun kesiapan pesawat dan awaknya terpenuhi, bukan berarti pelaksanaan misi dapat segera berjalan. Terkait dengan misi yang harus diemban C-130, khususnya dalam  aplikasi TMC,  maka   segala sarana dan prasarana pendukung TMC harus dipersiapkan, dengan terlebih dahulu memasang peralatan Console.  Peralatan ini menjadi kunci berhasil tidaknya proses penyemaian butiran garam, yang sekaligus juga merupakan kunci berhasil tidaknya proses mempercepat awan menjadi hujan. Khusus misi TMC,  dijalankan oleh pesawat Hercules A-1328, yang memang telah mengalami modifikasi pada bagian ramp door pesawat .

                “Begitu mendapat perintah, saya segera berkoordinasi dengan Dansathar 15 Letkol Tek M. Riswanto untuk pemasangan console peralatan TMC yang berada di Sathar 15, di Lanud Husein Sastranegara Bandung, mengingat tanpa peralatan ini proses TMC tidak akan optimal,”  kata Letkol Pnb Adrian P. Damanik.

                Setelah proses pemasangan console dan serangkaian uji dinamis selesai, kesiapan pesawat mendapat peninjauan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) maupun pejabat TNI. Esoknya,  menjelang subuh pesawat C-130 A-1328 yang sudah di-setting dengan peralatan untuk TMC, berangkat menuju Lanud Rusmin Noerjadin.     

                Peralatan Console yang terpasang merupakan hasil desain dari Depohar 10,  berupa peralatan mekanisasi seeding dan modifikasi ramp door pada pesawat C-130. Console ini berbentuk tangki yang diletakkan dalam satu konstruksi rangka yang dilengkapi dengan roda. Setiap Console berisi tiga tangki dimana kapasitas setiap tangki sekira 850 kg. Dengan sistem consoleTMC ini, sebaran bubuk garam di dalam kabin pesawat dapat diminimalisir dan ancaman korosi pada pesawat Hercules dapat dicegah, karena Console TMC dirancang bekerja dengan kondisi pressurized sistem.  

                Dengan peralatan baru ini terbukti misi TMC lebih efektif dibanding peralatan sebelumnya. Pada penggunaan console yang lama, proses penaburan garam  hanya dapat melalui pintu samping (paratroop door) sehingga proses penaburan sering membuat garam bertebaran sampai ke bagian dalam pesawat. Kondisi ini memaksa awak pesawat C-130 yang mengoperasikan console harus berjibaku dengan garam yang bertebaran hingga dalam kabin yang terasa tidak nyaman.

Visibility below minima
                Dalam urusan misi TMC, Penerbang dan Navigator Skadron Udara 31 memiliki kemampuan yang tinggi, seperti mampu menganalisa bentuk awan yang berpotensi untuk menjadi hujan terutama di atas wilayah yang terjadi kebakaran lahan. Selain itu mampu melaksanakan terbang instrumen dengan baik mengingat visibilty (jarak pandang) di wilayah Pekanbaru termasuk di Lanud Roesmin Nurjadin sebagai pangkalan aju sangat terbatas (below minima). Untuk mengatur rate of flow dari bahan semai yang akan ditabur juga perlu keahlian khusus mengaturnya supaya dihasilkan penaburan yang effektif. Selain itu crew mampu melaksanakan perbaikan terhadap pesawat apabila mengalami kendala teknis. (Letkol Sus Sonaji Wibowo)