(“Zona Perang” AS dari Timur Tengah Kini Berfokus ke Kawasan”)
Kunjungan Presiden AS, barack Obama disambut Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (photo: AP)
“Worst Case Scenario:
Are You
Ready To War
Indonesia”
“Belum ada negara ASEAN yang punya kemampuan seperti Indonesia.!” Ya,
inilah yang dikatakan Prof. Ann Marie Murphy, seorang peneliti senior
di Weatherhead East Asia Institute, Univ. Columbia.
Langkah pemerintah Amerika Serikat mengubah fokus mereka ke Asia akan
semakin membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN.
Indonesia dituntut memainkan peranan pendorong dan penyeimbang berbagai
konflik di Asia.
Menurut Murphy, Indonesia akan memiliki peran penting dalam menyokong ASEAN dari belakang.
“AS menurunkan 60 persen kekuatan Angkatan Lautnya ke Asia. Sebanyak
500 tentara AL AS akan tugas bergilir di Darwin, totalnya akan berjumlah
2.500 tentara dalam beberapa tahun ke depan,”.
Prof. Ann Marie Murphy, Peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Univ. Columbia.
Adu kepentingan kemudian terjadi di tubuh ASEAN. Salah satu contohnya
adalah dengan tidak tercapai komunike dalam KTT ASEAN tahun 2012 lalu.
Saat itu, Kamboja yang menjadi ketua ASEAN menolak komunike yang
mendesak China menyelesaikan konflik perairan tersebut.
Seperti telah diketahui bahwa Kamboja adalah salah satu sekutu China
di Asia Tenggara. Dalam buntunya situasi ini, kata Murphy, Indonesia
menunjukkan peran pentingnya. Peran Indonesia terpenting adalah
menjembatani antara kepentingan China dan ASEAN dalam konflik Laut China
Selatan (LCS).
“Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa melakukan shuttle diplomacy,”
jelas Murphy. Kala itu, Natalegawa secara maraton mengunjungi
negara-negara ASEAN untuk menyatukan suara. “Berkat kerja keras
Indonesia, ASEAN akhirnya satu suara dengan menelurkan beberapa poin
kesepakatan soal Laut China Selatan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia
masih punya pengaruh kendati tidak menjabat ketua ASEAN,” Murphy
menegaskan.
Peran inilah yang diharapkan dapat dimainkan Indonesia saat AS masuk
ke Asia. Murphy mengatakan, ketua-ketua ASEAN berikutnya belum bisa
menyamai kepemimpinan Indonesia, terlebih di tengah adu kepentingan
negara-negara besar di Asia.
“Kepemimpinan ASEAN berikutnya, yaitu Brunei, Laos dan Myanmar, masih
perlu bantuan Indonesia. Mereka belum bisa menyatukan negara-negara
yang adu kepentingan di Asia, seperti India, China dan Jepang. Ini bukan
tugas yang mudah bagi Indonesia,” (seperti Presiden Filipina yang
berkata, “SBY “Indonesia” adalah kakak bagi Asean” ? mantaabb! )
hmm..kakak keduanya Asean siapa ya kira kira?
AS Tempatkan Pasukan di Sonotan!
Sebanyak 200 pasukan Amerika Serikat telah tiba di Australia sejak
April 2012 lalu sebagai gelombang pertama dari 2.500 pasukan yang
direncanakan sampai tahun 2017 mendatang.
“Penempatan pasukan AS di Darwin ini merupakan evolusi dari berbagai
kegiatan dan pelatihan Militer kedua negara dalam kerja sama militer
yang sudah dibuat sebelumnya”.
Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di
Australia pada 2017 nanti. Penempatan ribuan pasukan AS di Darwin ini
menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan. Terkait
dengan penempatan ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa
kemungkinan besar AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai
pangkalan militer AS.
Salah satu media Amerika Serikat Washington Post melaporkan bahwa
rencananya militer AS akan menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak
berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.
Menanggapi pernyataan dan situasi tersebut, pemerintah Indonesia
bereaksi dengan mengirim nota protes kepada Pemerintah Australia dan AS
dan meminta penjelasan terkait rencana pembangunan pangkalan militer AS
tersebut. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Indonesia Brigadir Jenderal
Hartind Asrin berpendapat bahwa sebaiknya pemerintah Australia dan AS
menjelaskan apa tujuan pembangunan pangkalan tersebut untuk menghindari
kesalahpahaman.
Dan ternyata bukan hanya Indonesia saja yang bereaksi, China juga
merasa terganggu dengan rencana AS ini dan menilai hal ini sebagai upaya
mengimbangi kekuatan dan pengaruh China di Asia-Pasifik. China juga
menuduh Australia dan AS memperkuat sekutunya dalam sengketa Laut China
Selatan. Pasalnya, akhir-akhir ini China, Filipina, Vietnam, Malaysia,
Brunei dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut China Selatan yang
diyakini mengandung persediaan minyak dan gas yang melimpah.
Pangkalan AS di Darwin, China Kecam Australia
China menunjukkan kejengkelan atas meningkatnya hubungan kerja sama
pertahanan antara Australia dan Amerika Serikat, terutama setelah Negeri
Paman Sam itu mengirimkan kontingen pertama dari total 2.500 tentara
yang akan berbasis di Darwin sejak April 2012.
Kecaman itu dialamatkan kepada Menteri Luar Negeri Australia, Bob
Carr. “Saya kira saya bisa meminjam kata-kata dari salah satu pejabat
yang saya temui, dan saya yakin ia adalah sang menteri luar negeri:
masa-masa persekutuan ‘Perang Dingin’ telah lama berakhir,” ujar Carr,
yang menggantikan Kevin Rudd.
Australia memilih merekatkan kerja sama militer dengan Amerika
Serikat, hal yang dikritik pengamat militer China, Song Xiaojun.
Menurutnya, Australia tidak mungkin bisa sekaligus menjaga hubungan
dengan China dan Amerika Serikat. “Cepat atau lambat, Australia harus
memilih siapa yang akan menjadi ‘godfather’ baginya. Semuanya bergantung
dari seberapa kuat calonnya, dan seberapa strategis lingkungannya,”
Tak hanya memperkuat tali kerjasama dengan Australia, Amerika Serikat
pun mempererat hubungan luar negerinya dengan beberapa negara Asia
Tenggara. China menganggap strategi itu sebagai upaya ‘pengepungan.’
Cina Latihan Perang di dekat Pulau Christmas Australia -
TNI AL: Kapal perang China telah “mengantongi” izin untuk latihan di
selatan Pulau Jawa pada Februari 2014 lalu. Ternyata latihan perang
China itu menjadi perhatian Australia.
Kapal-kapal perang China menggelar latihan di dekat perairan
Indonesia, sebelah selatan lepas pantai Pulau Jawa. Lokasi ini juga
berada dekat Pulau Christmas yang merupakan milik Australia. Latihan
yang digelar China itu diintai seksama oleh Australia.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung
Suropati, mengatakan latihan tiga kapal perang China itu telah diketahui
oleh pemerintah Republik Indonesia. China meminta izin kepada atase
pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing.
“Tak ada yang salah dengan latihan simulasi perang yang digelar AL
China,” kata Untung, Jumat 14 Februari 2014. Salah satu latihan meliputi
cara mengatasi perompakan.
Untung mengatakan, berdasarkan pemantauan instansinya, AL China taat
prosedur saat melintasi perairan Indonesia. “Mereka melewati perairan
ALKI yaitu, ALKI-1 dengan rute dari Laut China Selatan, Laut Natuna,
Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, lalu terakhir menuju Samudera
Hindia,”. Untuk rute pulang, ketiga kapal perang China itu akan melalui
ALKI-2, yakni Selat Lombok, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Sawu,
Laut China Selatan, dan kembali ke pangkalan mereka di Kota Hainan,
China.
Menurut Untung, AL dari negara manapun berhak untuk memproyeksikan
kekuatannya di laut internasional. “Sepanjang mereka memiliki kekuatan
AL tingkat dunia atau disebut Blue Water Navy,”.
AL yang masuk kategori ini antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan
Prancis. Sementara itu, China sedang menuju tahapan Blue Water Navy.
China Latihan Perang di Selatan Jawa, Australia Kirim Pengintai –
Kapal-kapal perang China diketahui gelar latihan pertama di dekat
perairan Indonesia di sebelah selatan lepas pantai Pulau Jawa dan dekat
Pulau Christmas, yang merupakan milik Australia. Langkah ini menunjukkan
makin percaya dirinya militer China di tengah sengketa teritorial
dengan sejumlah negara di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Pesawat AP-3C Orion diterbangkan dari Pangkalan
Angkatan Udara Edinburgh, dekat Adelaide, begitu militer Australia
menerima laporan bahwa tiga kapal perang China bergerak mendekati
perbatasan utara laut mereka awal Februari lalu.
Dari pantauan itu, rombongan kapal China itu terdiri dari dua destroyer
dan satu kapal pendarat yang mampu mengangkut ratusan personel. Ini
adalah kali pertama latihan militer China itu berlangsung dekat perairan
Australia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Australia, David Johnston, mengaku
pihaknya tidak diberitahu terlebih dahulu soal latihan itu. Namun China
pun tidak berkewajiban memberitahu Australia.
Kalangan pengamat pun menyatakan bahwa latihan China itu legal karena
masih berlangsung di laut internasional dan tidak menunjukkan tindakan
yang bermusuhan. Namun manuver dari Beijing itu dipandang sebagai sinyal
bahwa mereka makin percaya diri menjadi kekuatan baru maritim, yang
secara fundamental bisa mengubah posisi strategis Australia.
Sinyalemen itu tidak semata-mata ditunjukkan ke Australia, namun juga
kawasan Asia Pasifik dan juga sebagai pesan kepada AS dan India bahwa
mereka tidak bisa dengan mudah memblokade jalur laut lewat Selat Malaka
bila suatu ketika berkonflik dengan China.
“Ini bukan berarti latihan itu mengancam Australia, namun memang
menunjukkan bahwa betapa besar perubahan yang sedang terjadi di kawasan
dan betapa berbahaya untuk berasumsi bahwa China bisa bangkit secara
ekonomi tanpa harus membuat perubahan strategis yang fundamental di
kawasan”.
“China mengklaim 90 persen dari Laut China Selatan, yang seluas 3,5
juta kilo meter per segi. Beberapa negara atau entitas juga
berkepentingan atas laut itu, seperti Vietnam, Filipina, Taiwan,
Malaysia, dan Brunei Darussalam”.
Militer Indonesia (Buka Mata.. Buka Telinga.. Rapatkan Barisan.. Kepakan Sayap.. Arungi Lautan… )
“Pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal
sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber
daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini. Indonesia
harus menyiapkan diri untuk menghadapinya.” (Connie Rahakundini Bakrie,
Pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia)
Rencana AS menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia
Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi besar bagi
kawasan ini, termasuk Indonesia.
Tahun 2020 itu tidak lama. Dalam 8 tahun ke depan, Indonesia sudah
terkurung oleh pangkalan-pangkalan militer AS. Menurut pengamat
Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia
Connie Rahakundini Bakrie,
dengan kondisi seperti ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak
bagi elite kita untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan
pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi
perubahan konstalasi politik di kawasan.
1. Bagaimana anda melihat dinamika perkembangan militer AS saat ini?
Kebanyakan dari kita, atau bangsa AS sendiri, tidak ingin mengakui,
bahwa, AS telah mendominasi dunia melalui kekuasaan militernya. Dengan
alasan kerahasiaan negara, warga AS sendiri sering tidak menyadari bahwa
pendudukan pasukan-pasukan AS sesungguhnya telah mengepung planet bumi
ini. Kecuali kawasan Antartika.
Pada perspektif dinamika politik global, kita bisa menyimak bagaimana
kekaisaran militer AS semakin tumbuh menuju wujudnya tahun 2020 nanti.
Saat ini tengah berproses, sejak Presiden Goerge Walker Bush
menetapkannya pada 14 Januari 2004 lalu.
2. Bisa digambarkan seperti apa ‘Kekaisaran Militer AS’ itu?
Salah satu cara memahaminya, dengan memahami jumlah dan ukuran dari
aspirasi “kekaisaran militer” AS tersebut. Lebih dari setengah juta
tentara formal plus mata-mata yang terselimuti melalui jejaring lembaga
donor, teknisi, guru, serta badan usaha sudah tersebar membentuk koloni
di negara-negara lain.
Bukan hanya di darat, juga mendominasi lautan hingga samudera. Mereka
membangun kekuatan Angkatan Laut yang hebat dengan mencantumkan
nama-nama pahlawan mereka pada kapal induknya, seperti: Kitty Hawk,
Constellation, Enterprise, John F. Kennedy, Nimitz, Dwight D.
Eisenhower, Carl Vinson, Theodore Roosevelt, Abraham Lincoln, George
Washington, John C. Stennis, Harry S. Truman, dan Ronald Reagan.
Selain itu, begitu banyak pangkalan rahasia dibangun dan difungsikan
hanya sekedar untuk memonitor apa yang dikerjakan masyarakat dunia.
Mereka mampu memonitor apa yang isi percakapan, surat menyurat baik
lewat fax atau pun email antara satu sama lainnya, termasuk atas warga
negara AS sendiri.
Di Okinawa, pulau paling selatan Jepang yang telah menjadi koloni
militer AS selama 58 tahun, terdapat 10 pangkalan korps marinir,
termasuk korps marinir Futenma dan stasiun udara yang menduduki 1,186 Ha
di pusat kota.
Selain itu, di Inggris terdapat senilai US$5 miliar instalasi
miliiter dan mata-mata AS yang disamarkan sebagai pangkalan Royal Air
Force (RAF).
Air Craft Carrier USS Nimitz
3. Sebenarnya berapa jumlah pangkalan militer AS di luar negaranya?
Diyakini jumlah pangkalan militer AS di luar negaranya jumlahnya telah
mencapai lebih dari 1,000 pangkalan di negara berbeda. Bahkan, Pentagon
sekalipun mungkin tidak tahu secara pasti jumlah setiap penghuninya.
Data resmi dari Departement of Defence (DoD) pada laporan struktur tahun
fiskal 2003 menyebut, Pentagon memiliki 702 pangkalan di luar negeri di
130 negara. Jumlah itu, belum termasuk 6.000 pangkalan di wilayah AS
sendiri. (weww! :D)
Pada pangkalannya di luar negeri, jumlah tentara AS yang tak
berseragam mencapai 253,288 personel. Mereka juga mempekerjakan 44,446
orang lainnya sebagai staff tambahan lokal yang disewa.
Pentagon mengklaim, pangkalannya mencakup 44,870 barracks, hangars,
rumah sakit, dan bangunan lain yang dibeli atau disewa sebanyak lebih
dari 4,844 bangunan.
4. Bagaimana anda melihat kaitan kondisi ini dengan reformasi TNI?
Persoalan bertambah kompleks, ketika munculnya wacana bahwa demokrasi
dan militer adalah 2 hal yang tak dapat disatukan. Disadari atau tidak,
jika virus berpikir bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak
dapat disatukan, dan sengaja disebarkan secara sistematis. Akhirnya akan
membuat sipil semakin tidak memahami fungsi militer untuk kepentingan
eksistensi negara.
Seolah-olah, militer tidak dibutuhkan lagi dalam negara berdemokrasi.
Padahal, pembangunan demokrasi sebuah negara sangat butuh “pengawal”.
Peran militer dalam menjaga demokratisasi di sebuah negara yang
berdaulat, sangat penting. ( Well noted mam!
)
5. Asia Pasifik jadi target ekspansi AS selanjutnya, bagaimana anda melihatnya?
Perkembangan terkini kekaisaran militer AS, bisa disimak dari pernyataan
Menteri Pertahanan, Panetta yang menyatakan bahwa 60 persen kekuatan
militer AS akan pindah ke kawasan Asia Pasifik mulai 2012 hingga 2020.
Reposisi pangkalan tersebut ada dibawah kendali dan tanggung jawab
Andy Hoehn, Wakil Menhan AS untuk bidang strategi. Hoen cs. mengatur
tahapan implementasi akan apa yang disebut
Goerge Bush dulu sebagai strategi perang pencegahan terhadap
“persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”. ( jiahh seperti peribahasa..buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”
#Bush )
Negara-negara “persatuan orang-orang jahat” ini oleh AS telah
diidentifikasikan sebagai “busur ketidakstabilan” yang tersebar dari
mulai daerah Andes di Colombia terus ke arah Afrika Utara dan kemudian
menyapu negeri negeri seberang Timur Tengah, hingga termasuk Filipina
dan Indonesia.
Jadi, perang terhadap terorisme adalah sebagian kecil dari alasan
untuk semua strategisasi militer AS di belahan dunia untuk membangun
cincin baru dari Pangkalan militer sepanjang khatulistiwa untuk
memperluas kekaisaran militer AS dalam mendominasi dunia. ( ngarepp
banget ente ASU
)
harus dicermati bahwa posisi kita Persis sama seperti saat Irak akan
digempur melalui persiapan Operation of Enduring Freedom, dimana saat
ini kita sama juga “sudah terkurung” oleh pangkalan-pangkalan ASU sejak
titik di Diego Garcia, pulau Christmas, pulau Cocos, Darwin, Guam,
Philippina, dan terus berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam
hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya..
Kini.. doktrin pertahanan kita telah berubah dari yang semula
Defensif sekarang menjadi Pre-Emptive (menyerang lebih dulu pihak yang
akan menyerang) dengan kata lain “daripade ane kecolongan, mendingan ane
gebuk duluan! )” ? didukung dengan alutista yang canggih dan modern,
serta profesionalisme prajurit yang semakin meningkat serta kemandirian
bangsa dalam segala aspek..
Maka, mulai saat ini dan kedepannya TNI dan dengan segenap dan
dukungan seluruh rakyat Indonesia, akan menjadi ksatria pelindung dan
penjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia dan menyongsong masa depan
Negara ini dengan kaki yang kuat.. badan tegap.. kepala tegak.. mata
yang memandang luas ke pelosok Nusantara.. kita akan melewati tahun
2020, seraya berkata.. “Kamilah Putra dan Putri Bangsa Indonesia dengan
merah darahku dan putih tulangku, Jayalah TNIku!!! Jayalah bangsaku!!!
Jayalah Nusantaraku!!!”… [by
PapaAugusta (PA)]
JKGR.