Selasa, 27 Mei 2014

Kerling Tanjung Datuk: SUAR ATAU TO WAR?

Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar
Pembangunan Suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk, Kalbar

Tidak ada rotan, akar pun berguna. Sebagai sesama bangsa Melayu, mungkin peribahasa inilah yang dipakai Malaysia saat menyatakan niatnya untuk membangun menara suar di perairan Tanjung Datuk, kecamatan Paloh, Kalimantan Barat. Pertumbuhan ekonomi yang kian seret, telah mendorong Malaysia untuk bersikap lebih kreatif, dan tentu saja harus lebih selektif dalam membuat berbagai perencanaan pembangunan yang akan diselenggarakannya. Segala kebutuhan harus terlebih dahulu melalui perhitungan yang matang dan mematuhi rambu-rambu skala prioritas. Zaman serba mudah, sepertinya sudah mulai menjauh dari atmosfer pembangunan Malaysia..!
Pemikiran ini pulalah yang mendasari dibangunnya project menara suar Tanjung Datuk, yang kemudian kita ketahui bahwa project tersebut berhasil dihentikan oleh TNI AL. Pertanyaannya, benarkah apa yang sedang di bangun oleh Malaysia itu adalah sebuah menara suar?
Berikut kesimpulan dari sebuah obrolan siang tadi dengan seorang sahabat berkebangsaan Philipine. Sebut saja dia, Ben..!
Lelaki kekar asal Mindanao ini, sudah lama malang melintang dalam dunia engeneering. Pengalamannya yang luas telah membawanya melanglang buana ke berbagai pelosok dunia. Tak terhitung berapa perusahaan perminyakan lepas pantai yang ia singgahi sebagai tempat bergantung hidup. Sudah puluhan, atau bahkan mungkin ratusan platform rig yang ia bangun di seluruh perairan dunia. Dia juga terlibat pembangunan sebuah platform jacket terbesar di dunia yang dirancang dan dibangun oleh sebuah perusahaan engeneering USA, yang berkedudukan di Batu Ampar, Batam.
Produk yang dihasilkan perusahaannya itu, kemudian dikirim ke perairan Australia. Ada satu hal yang unik di sini. Selama puluhan tahun berpengalaman membangun rig, dia tidak pernah tahu untuk perusahaan mana pekerjaan itu dibuat. Dia hanya berpikir bahwa project yang dikerjakannya adalah untuk perusahaan yang menggajinya. Ciri seorang profesional sejati..! Tidak heran, karena itu pulalah, jika sedang ada project, dalam sebulan dia bisa mengantongi pendapatan bersih hingga puluhan ribu dollar..! Luar biasa bukan..?
Seperti pagi itu, beberapa bulan yang lalu. Dia baru saja kembali dari Philipine, setelah sekian lama tinggal di sana untuk menjenguk saudara-saudaranya yang tertimpa bencana badai topan haiyan. Uang dalam rekeningnya sudah ludes, untuk membiayai pembangunan kembali rumah-rumah saudaranya. Praktis dia hanya bergantung hidup pada penghasilan adiknya yang bekerja sebagai seorang chef pada sebuah restaurant Italia di kawasan wisata dan perbelanjaan terkemuka, Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Bosan dengan hidup sebagai pengangguran, akhirnya dia pun menerima tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan shipyard yang ada di Lumut, negara bagian Perak.
Hal yang membuatnya terkejut adalah ternyata project yang akan dia hadapi bukanlah pengerjaan sebuah konstruksi kapal. Ini adalah sebuah bangunan untuk pengeboran minyak lepas pantai. Namun ketika dia melihat detail arsitekturnya, keningnya mengernyit, karena ada bagian-bagian vital yang tidak tergambar di situ. Dia heran dan bingung, tidak mengerti dari mana minyak akan diambil, dan dimana minyak akan diolah dan disimpan, di sebelah mana kapal pengangkut akan mengambil minyak, dan lain-lain. Bangunan itu tidak seperti bangunan rig sebagaimana biasanya dia buat, tapi lebih mirip dengan sepotong kapal yang terpancang di tengah lautan. Naluri liarnya mulai ngelayap. Dia pun iseng bertanya. Apakah ini pesanan Petronas? Jawaban yang dia dapatkan adalah, ya milik Petronas, untuk MinDef..!
rig-laut
Mendengar jawaban itu, sontak dia terkejut bukan kepalang. Sejak kapan MinDef punya bisnis perminyakan lepas pantai? Namun dia kembali fokus mengamati detail gambar tersebut. Akhirnya dia pun mengerti mengapa bangunan ini dibuat. Hahaha..! Seketika kami tertawa..!
Ada kegundahan yang amat dalam dirasakan oleh para petinggi militer Malaysia, manakala Indonesia, Philipine dan negara ASEAN lainnya tengah sibuk memperkuat armada lautnya. Apalagi China semakin berani dan terang-terangan menyulut api amarah di ruang Laut China Selatan. Keinginan untuk mengakuisi armada tempur matra laut sebanyak-banyaknya, belakangan terasa begitu berat mengingat beban ekonomi yang semakin menghantui. Akhirnya, karena kapal tidak terbeli, apalagi mau beli kapal induk, masih jauuuuh..! Atau mungkin bisa dibilang, mimpi kali ye..? Para petinggi di lingkungan TLDM mengajukan sebuah rancangan pertahanan yang didasarkan pada konsep platform rig jacket seperti mana digunakan dalam industri minyak dan gas lepas pantai. Jangan main-main, ini project serius.
TLDM telah memesan beberapa kapal pendukung untuk setiap rig pertahanan yang dibangun. Selain itu, dalam perhelatan DSA2014 yang baru lalu, pemerintah Malaysia juga memesan beberapa system rudal dari Rusia dan system radar dari Perancis. Lagi-lagi ternyata semua pesanan itu akan di-install pada setiap rig pertahanan yang mereka bangun. Kelas rig pertahanan pun akan dibuat dengan level yang berjenjang. Ada yang sekelas corvet, fregate, atau bahkan ada yang sekelas destroyer. Untuk kelas yang terakhir, bahkan akan dilengkapi dengan pelabuhan submarines terapung dan fasilitas perbaikan kapal. Luar biasa..! Darimanakah semua biaya pendanaan project tersebut..?
Selalu saja ada ranting yang jatuh bilamana ada angin yang berhembus kencang. Seperti angin di siang tadi, ranting yang dijatuhkannya membawa sebuah kabar yang tertinggal oleh merpati yang mungkin tadi hinggap. Indonesia telah menerima bantuan militer yang jumlahnya super besar dari Russia dan China untuk tetap kukuh dengan posisinya sebagai negara yang netral.
Hahaha..! Mungkin ini juga sebuah jawaban atas pernyataan sahabat saya dari Korea yang menyebut Indonesia sebagai otak dagang, dan take it all and run..! Melihat gelagat ini, Malaysia memainkan kartu trufnya. Obama diundang, perjanjian Hishamudin dengan Pentagon direalisasikan, dan bantuan pun cair. Inilah hasilnya, dan tidak lama lagi konon akan menyusul beberapa helicopter tempur untuk menambah kekuatan ketiga matra dalam tubuh ATM, penawaran pespur baru dan atau up grade hornet TUDM. Wallahualam..! Merpati itu tak terlihat lagi, bahkan sangat sulit dibedakan mana kotoran merpati dan mana kotoran gagak. Soalnya di Kuala Lumpur, populasi gagaknya jauh lebih besar daripada merpatinya. Salam hangat bung..! Selamat merenung..! (by: yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 25 May 2014).

JKGR. 

Minggu, 25 Mei 2014

GSh-30-1 30mm: Kanon Sukhoi TNI AU – Minim Amunisi Tapi Punya Presisi Tinggi

NbjNBynhLAFcx6fTVkObTY8p
Tidak sah rasanya bila jet fighter dengan kualifikasi multirole dan air superiority hadir tanpa senjata internal. Meski konsep peperangan di udara masa kini dan di masa mendatang mengedepankan pada keunggulan rudal lintas cakrawala alias BVRAAM (beyond visual air to air missile), namun paduan sista untuk menghadapi duel jarak dekat (dog fight) tak bisa dihapuskan, ini dibuktikan dengan masih larisnya segmen rudal udara ke udara jarak pendek dan menengah.
Menemani peran rudal udara ke udara (AAM/air to air missile) jarak pendek, sudah mahfum pula keberadaan dari kanon sebagai senjata internal di pesawat tempur. Bicara tentang jet Sukhoi Su-27/Su-30 yang dimiliki TNI AU, kanon internal inilah yang menjadi satu-satunya senjata dari Sukhoi Indonesia yang mampu menggetarkan dalam patroli udara. Hal tersebut harus dipahami, sebab setelah 10 tahun dibeli, armada Sukhoi Skadron 11 TNI AU baru dibekali rudal mulai tahun 2012, yakni AAM jenis R-73, R-77, dan rudal udara ke permukaan (ASM/air to surface missile) jenis Kh-31P dan Kh-29TE.
Selama periode 2003 hingga 2012, praktis Sukhoi TNI AU hanya mengandalkan kanon internal dan bom P-100 buatan Dalam Negeri. Nah, bicara tentang kanon yang melekat di Sky Demon ini, tak lain adalah GSh-30-1 kaliber 30 mm. Merujuk ke sejarahnya, kanon laras tunggal ini dirancang oleh A. Gryazev dan A. Shipunov pada tahun 1977 dan diproduksi oleh Izhmash JSC, Rusia. Sebagai peninggalan era Uni Soviet, kanon ini mulai resmi diadopsi oleh jet tempur Soviet sejak 1980 hingga kini.
GSh-30-1 pada Sukhoi Su-27. Terletak disisi kanan body.
GSh-30-1 pada Sukhoi Su-27. Terletak disisi kanan body.
Tampilan laras GSh-30-1.
Tampilan laras GSh-30-1.

Cara kerja kanon ini masih terbilang konvensional, yakni menggunakan pola hentakan (recoil). Bobot kanon, belum termasuk amunisinya, yaitu 46 kg. Dari sisi kinerja, GSh-30-1 secara teori dapat memuntahkan hingga 1.800 proyektil dalam satu menit. Namun, dalam pelaksanaannya, kecepatan tembak (rate of fire) diturunkan untuk mengurangi efek panas berlebih pada laras, menjadi 1.500 proyetil per menitnya. Meski bisa memuntahkan ribuan proyektil per menit, faktanya logam pada laras dapat mengalami tekanan tinggi akibat panas berlebih bila dilakukan penembakan secara terus menerus antara 100 – 150 peluru. Pihak pabrikan pun memang menggariskan waktu singkat untuk usia laras, setiap melampaui 2.000 tembakan, laras harus diganti untuk menjaga keamanan dan presisi. Laras sejatinya dapat cepat dingin seiring derasnya aliran angin di body pesawat, tapi GSh-30-1 juga dibekali pendingin air berupa silinder yang ditempatkan pada pangkal laras.
Amunisi kaliber 30 mm GSh-30-1
Amunisi kaliber 30 mm GSh-30-1
gsh-301
MiG-29 milik AU Iran tampak sedang menembakan kanon GSh-30-1.
MiG-29 milik AU Iran tampak sedang menembakan kanon GSh-30-1.

Bicara soal penggantian laras, kanon PSU (penangkis serangan udara) Type 80 Giant Bow 20 mm Arhanud TNI AD, lebih cepat lagi. Secara prosedur, setiap 200 tembakan laras harus diganti. Kebetulan memang laras dirancang untuk bisan diganti secara cepat. Kabarnya, setiap kali latihan minimal harus disiapkan empat laras pengganti. karena kecepatan tembak yang tinggi, membuat laras cepat panas, ) Type 80 Giant Bow bisa memuntahkan 1.500 – 2.000 proyektil dalam satu menit.
Kembali ke kanon Sukhoi GSh-30-1, kecepatan luncur proyektil mencapai 860 meter per detik. Sementara yang jadi ‘tantangan’ justru dari bekal amunisi yang dibawa, terbilang sedikit, yaitu 150 peluru dalam satu drum magasin. Minimnya amunisi yang dibawa bukan hanya terjadi pada Sukhoi Su-27/Su-30, melainkan juga pada MiG-29 Fulcrum yang turut memakai GSh-30-1. Rusia pun menyadari akan ‘kelemahan’ pada minimnya jumlah peluru, untuk itu disiasati dengan hadirnya perangkat penjejak optik berbasis thermal OEPS-27.
Perangkat penjejak OEPS-27
Perangkat penjejak OEPS-27
Tampilan kokpit Su-27.
Tampilan kokpit Su-27.
Stick kemudi pada Su-27, dari sinilah pilot melakukan aksi penembakan kanon.
Stick kemudi pada Su-27, dari sinilah pilot melakukan aksi penembakan kanon.
Simulasi HUD (head up display) pada Sukhoi Su-27.
Simulasi HUD (head up display) pada Sukhoi Su-27.

OEPS-27 mudah dikenali pada jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30. Letak perangkat ini berada di bagian hidung, namun agak mendekat kokpit, dan bentuknya cukup unik dengan desain bola kaca. Perangkat ini terdiri dari dua bagian. Pertama disebut sebagai pengukur jarak bersistem laser (laser range finder) dengan kemampuan pengenalan target hingga delapan kilometer. Kemudian masih dalam bola kaca juga ada IRST (infra red search and track system), dimana sistem ini dapat menjangkau jarak hingga 50 kilometer. Soal cakupan (coverage), untuk sudut azimuth mulai dari -60 sampai +60 derajat, sementara sudut ketinggian mulai dari -60 sampai 15 derajat. Dengan dukungan OEPS-27 inilah, pihak pabrikan Sukhoi merasa percaya diri menjajakan jet tempur ini, apalagi dengan kombinasi sensor infra merah dan laser, menjadikan Sukhoi mumpuni dalam membidik, alias presisi tembakan sangat tinggi. Bagaimana tentang jarak tembak? Untuk menghajar target di udara, jarak tembak efektinya antara 200 – 800 meter. Sementara untuk misi melibas target di permukaan, jarak tembaknya bisa mencapai 1.200 – 1.800 meter.

Adu Lawan Vulcan M61
Dari hasil polling Indomiliter.com pada tanggal 3 – 13 Oktober 2013, dapat disimpulkan bahwa lawan terberat Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU adalah F-15SG Strike Eagle milik RSAF (AU Singapura). Lawan tanding kedua terberat, kemudian ditempati oleh F/A-18 Super Hornet RAAF (AU Australia). Boleh jadi, dimasa mendatang, kedua jet inilah yang akan menjadi kawan ‘dog fight’ Sukhoi TNI AU. Dan, bila itu benar adanya, maka GSh-30-1 akan berjumpa dengan kanon internal F-15SG dan F/A-18, yaitu Vulcan M61 kaliber 20 mm.
Perbandingan tampilan pada kanon yang populer pada pesawat tempur, nampak Vulcan M61 dan GSh-30-1.
Perbandingan tampilan pada kanon yang populer pada pesawat tempur, nampak Vulcan M61 dan GSh-30-1.



Meski kalibernya lebih kecil dari GSh-30-1, tapi jangan anggap enteng kanon yang juga terpasang di F-16 Fighting Falcon ini. Vulcan M61 mengadopsi model gatling dengan enam laras putar. Selain unggul dalam mengurai panas pada laras, Vulcan M61A1 dapat memuntahkan 4.000 hingga 6.000 proyektil dalam satu menit. Kecepatan luncur proyektilnya 1.050 meter per detik, sementara untuk jarang tembak efektifnya antara 1.500 – 2.000 meter. Untuk urusan amunisi, dengan model magasin drum, dapat dibawa hingga 511 peluru. Karena punya enam laras, beratnya pun mencapai 112 kg, belum termasuk feed system-nya.
Meski dalam banyak parameter Vulcan M61 lebih unggul, tapi GSh-30-1 tampil dengan beragam tipe amunisi, seperti Armour Piercing Tracer (AP-T), Armour Piercing Incendiary Tracer (API-T), Armour Piercing Tracer, Tungsten Alloy Penetrator (APT-T), Inert Armour Piercing (AP Inert), High Explosive Tracer (HE-T), Short Range High Explosive Tracer (HE-T-SR), Inert High Explosive Tracer (HE-T Inert), High Explosive Incendiary (HEI), High Explosive Incendiary Tracer (HEI-T), Target Practice (RTP), dan Target Practice Tracer (RTP-T). (Gilang Perdana)

Spesifikasi GSh-30-1
Manufaktur : Izhmash JSC
Kaliber : 30 mm
Berat : 46 kg
Cartridge : 30×165 mm
Jumlah laras : 1
Kecepatan tembak : 1.500 – 1.800 proyektil/menit
Kecepatan proyektil : 860 meter/detik
Jarak Tembak : 1.800 meter

Indomil. 

Panglima TNI Apel Kesiapan Pasukan, Senjata Dipamerkan

Apel kesiapan prajurit di Tanjung Priok, Jakarta, 25 Mei 2014.
Apel kesiapan prajurit di Tanjung Priok, Jakarta, 25 Mei 2014. (VIVAnews/Erick Tanjung)
Panglima TNI Jenderal Moeldoko didampingi Kepala Staf Angkatan memimpin apel kesiapan prajurit dalam Latihan Gabungan TNI di Lapangan Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu 25 Mei 2014. Dalam apel ini, sejumlah alat utama sistem persenjataan dipamerkan.

“Apel kesiapan ini untuk mengecek kesiapan seluruh personel dan alutsista yang terlibat dalam Latgab. Puncak Latgab ini akan disaksikan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada 3-4 Juni di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur,” kata Koordinator Penerangan Latgab TNI Kolonel Infantri Bernardus Robert, di Tanjung Priok.

Robert menjelaskan, prajurit yang mengikuti apel ini sebanyak 2.488 personel, antara lain Divisi Infantri-1/Kostrad, yaitu Resimen Armed-2/1/Kostrad, Batalyon Infantri Linud 305/17/1/Kostrad Karawang, Yonif-321/13/1/Kostrad Tasikmalaya, Yon Armed 10/02/1/Kostrad Ciluar Bogor, Yon Armed 13/2/1/Kostrad Sukabumi, Baterai Arhanudri-1/1/Kostrad Serpong, Kompi Kavaleri Pengintai-1/1/Kostrad Cijantung, Ki Yonif 203/Mek, Kodam Jaya Tangerang, Ki Yonzipur-9/1/Kostrad Ujung Berung, Ki Yonbekang-1/1/Kostrad Cibinong, Ki Yonkes-1/1/Kostrad Cibinong, Ki Hub-1/1/Kostrad Ciluar Bogor, Ki Denpom-1/Kostrad Ciluar Bogor, Ki Denpal-1/Kostrad Cilodong, dan Denma Divif-1/Kostrad Cilodong.

“Alutsista dari Divisi Infantri-1/Kostrad dalam Latgab ini adalah 9 tank Scorpion, 4 tank Stormer AP, 1 tank Stormer Comando, 1 tank Stormer AVLB, meriam 76 MM, dan meriam 155 MM ,” ujar Robert.

Menurut Robert, jadwal peninjauan kesiapan prajurit dan alutsista selanjutnya akan dilakukan pada 27 Mei di Lanud A Yani, Semarang. Di sana akan dipamerkan alutsista helikopter Mi-17, Mi-35, BO 105, dan Bell 205.

Di tanggal yang sama juga akan dilakukan apel kesiapan prajurit di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, dengan mengeluarkan skuadron-32 Hercules, Skuadron-4 Cassa-212, Skuadron-21 Tucano, Skuadron-3 F-16, Denmatra-2 Paskhas, Madivif-2/Kostrad, Brigif Linid-18/2/Kostrad, dan Yonif Linud-502/18/2/Kostrad.

Berikutnya pada 28 Mei, akan dilakukan pengecekan kesiapan personel dan alutsista di Koarmatim Ujung Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan beberapa Kapal Perang RI (KRI), pasukan pendarat dari Yonif-3 Mar, Yonif-5 Mar, Yon Armed (Menarmed-1 Mar), Denkav (Menkav-1 Mar), serta meriam How 105, RM-70 GRAD, BMP-3 F, BTR-50 P, dan KAPA-61.

TNI AD Kembangkan Pemindai Jarak Jauh untuk Awasi Perbatasan

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat mengembangkan sejumlah peralatan berteknologi untuk mengawasi kawasan perbatasan dengan negara tetangga.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman mengatakan dari hasil riset, pihaknya bisa mengembangkan stasiun transmiter atau "Open Base Transmitter Statiton" (BTS) dan multirotor (alat pemindai jarak jauh) yang bisa digunakan untuk pengawasan dari jarak jauh.

"Kami sudah melakukan riset pengembangan sehingga yang semula pengamanan perbatasan dengan manual dan prajurit, ke depan mudah-mudahan menggunakan peralatan dari hasil riset," kata dia di Gianyar, Bali, Sabtu (24/5).

Pihaknya akan memprioritaskan pengembangan teknologi itu tahun 2014 dan ditargetkan bisa digunakan secara lengkap tahun 2015.

Peralatan seperti Multirotor itu akan diprioritaskan pada tiga negara yang berbatasan langsung dengan daratan Indonesia di antaranya Papua Nugini, Timor Leste, dan Malaysia.

"Kami mulai membeli sebagian hasil riset yang mulai kami produksi terutama yang murah tetapi bermanfaat untuk digunakan terlebih dulu," ucapnya. Sementara itu pada pulau terluar, pihaknya telah menempatkan personel dengan kegiatan patroli terbatas.

Indonesia setidaknya berbatasan langsung dengan 10 negara baik kawasan darat dan laut yakni Malaysia, Singapura, Timor Leste, Vietnam, Papua Nugini, Australia, Thailand, India, dan Filipina.

ROL. 

PT DI Optimistis Pesawat N219 Laku Keras

 
PT Dirgantara Indonesia (DI) menyatakan pesawat N219 dirancang lebih unggul sekaligus lebih murah dibanding pesawat lain di kelasnya sehingga diyakini mampu bersaing dan laku keras di pasar global.
"N219 kita buat agar bisa cepat diserap pasar. Jadi harus murah, tapi unggul di kelasnya," kata Manager Program PT Dirgantara Indonesia Budi Sampurno dalam acara yang digelar Ikatan Alumni Program Habibie (Iabie) Monthly Talk Show Series 2014 di Jakarta, Sabtu (24/5).

Ia mengatakan, harga N219 hanya US$ 5 juta dolar AS per unit padahal pesaingnya Twin Otter, Dornier-228 dan Y12 dari Tiongkok harganya US$ 5,5 juta sampai US$ 7 juta, sementara banyak negara yang memiliki kondisi alam pegunungan atau kepulauan yang landasan pesawatnya pendek 500 meter.
Seluruh struktur N219, ujar dia, menggunakan teknologi yang sudah dikuasai lebih dulu di CN235 dan N250 dan tak menggunakan teknologi advance, sehingga rsiko kegagalannya kecil, waktu pengembangan lebih singkat dan biaya lebih rendah.

Dari segi komponen, N219, lanjut dia, juga menggunakan komponen yang digunakan pesawat-pesawat lainnya di pasar global, namun diintegrasikan dan disesuaikan, sehingga purna jual mudah.
"Mesinnya double engine dari perusahaan PWC Kanada yang sudah dipakai oleh 75 persen pesawat di pasar global, sistem avioniknya canggih merk Garbin G-1000 yang bisa single pilot dan mudah dioperasikan, sedangkan sistem propelen (sistem pendorong) dari Hartzell," katanya.

Budi mengatakan, saat ini N219 masih dalam tahap desain, namun mulai Juli 2014 akan memasuki pembuatan komponen empat unit yang akan digunakan untuk "static" dan "fatigue test" serta uji terbang untuk memperoleh sertifikasi kelayakan.
"Jadi akhir 2016 kami harap N219 sudah memperoleh sertifikat kelayakan dan 2017 bisa diproduksi massal dengan target produksi 12 pesawat per tahun," katanya.

Selain itu, N219 juga dirancang menjadi pesawat yang nyaman bagi penumpang karena tinggi kabin 170 cm dibanding para pesaingnya sekitar 150 cm, dan mampu membawa beban sampai 2.300 kg dibanding pesaingnya 1.800 kg serta aman," katanya.
Dalam kesempatan itu Iabie juga menghadirkan teleconference dengan mantan Presiden BJ Habibie yang sedang berada di Jerman dan bertanya-jawab dengan para alumni program beasiswa di masa Habibie.

Habibie Minta Bank BUMN Dukung Pembiayaan Industri Dirgantara

Industri dirgantara nasional kembali menggeliat dengan dirancangnya pesawat N219 oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan pesawat R-80 oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI). Pembiayaan menjadi komponen penting yang mendukung keberlangsungan pembuatan pesawat.

Mantan Presiden RI BJ Habibie menegaskan kedua proyek pembuatan pesawat tersebut harus dituntaskan hingga "terbang." Oleh karena itu, perbankan menurutnya dapat menjadi pihak yang mengucurkan pembiayaan proyek.

"Bank BUMN, seperti Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dukung pembiayaan. Gubernur BI Pak Agus (Agus DW Martowardojo) juga Sekarang bagaimana proyek R-80 dan N219 bisa berhasil," kata Habibie dalam pembicaraan video dari Muenchen, Jerman, Sabtu (24/5/2014).

Menurut Habibie, pemangku kepentingan dapat meniru kondisi di Tiongkok dimana proyek-proyek industri maupun infrastruktur dibiayai oleh perbankan. Selain itu, tingkat bunga kredit atas pembiayaan proyek tersebut pun relatif rendah.

"Caranya supaya yang diutamakan bukan kriteria mekanisme bagaimana pembiayaan kredit dari bank atau pemerintah. Diberikan kredit itu penting. Sistem perpajakan Indonesia harus pro produksi dalam negeri, karena mengandung kerja keras," ujar Habibie. 
 
MI. 

Industri Roket dan Rudal Indonesia Prancis

RBS 15 (photo: Roxel)
RBS 15 (photo: Roxel)
24/05/2014. Satu lagi kabar baik bagi Industri Pertahanan dalam negeri. ARC mendapat kabar, sudah ditandatanganinya MoU kerja sama pembangunan pabrik propelan antara PT.DAHANA dengan Roxel serta Eurenco dari Prancis. Pengumuman kerja sama itu sendiri akan diumumkan oleh Kementerian Pertahanan dalam waktu dekat.
Dalam kerjasama ini, semua pihak sepakat membangun pabrik propelan di kawasan Subang Jawa Barat. Pabrik seluas 50 hektar ini, nantinya dibangun di area PT. Dahana dan akan memakan waktu pembangunan selama 4 tahun. Diharapkan, ground breaking pertama pabrik propelan nasional akan berlangsung sebelum HUT TNI 5 oktober mendatang. Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan, terutama bahan baku untuk membuat peluru, roket dan peluru kendali.
Rudal Anti-Kapal Permukaan Sea Skua (photo: Roxel)
Rudal Anti-Kapal Permukaan SeaSkua (photo: Roxel)
Roxel sendiri merupakan penghasil propelan ternama asal Prancis. Hampir semua Roket dan Rudal buatan eropa barat menggunakan propelan buatan Roxel. Roxel juga dipercaya sebagai pembuat “boost dan sustain motors” berbagai roket: Exocet, Mistral, Rapier, Aster, VL Mica, VL Seawolf, Starstreak, Marte, Sea Skua, Otomat, RBS-15 dan banyak lagi.
GMLRS rocket firing from HIMARS (photo: Roxel)
GMLRS rocket firing from HIMARS (photo: Roxel)
Roxel juga pembuat dari booster peluru yang diluncurkan dari kapal selam Stromshadow, air to air Asraam, Magic 2, Anti-Tank Milan, PARS 3 dan berbagai jenis misil dan roket lainnya.
Kabarnya Roxel juga akan memasok propelan Munisi Kaliber Khusus untuk PT.Pindad
Aster 15 Surface to Air
Aster 15 Surface to Air

Sementara Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial. Termasuk untuk bahan isian propelan dan hulu ledak meriam, hingga rudal anti tank.
Upaya kemandirian di bidang propelan ini sendiri merupakan salah satu program utama KKIP. Industri propelan merupakan salah satu industri strategis menuju kemandirian di bidang Roket serta Peluru Kendali. Sehingga cita cita Roket serta Rudal nasional kini semakin mendekati kenyataan.

ARC. 

Jaga Perbatasan dan Terus Perkuat Alutsista

Tanning Datuk, Kalimantan Barat (photo: satuharapan.com)
Tanning Datuk, Kalimantan Barat (photo: satuharapan.com)

Sengketa lahan antara Indonesia-Malaysia untuk wilayah Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat, kini dalam status quo. Tapi Malaysia, baru-baru ini, mengusiknya dengan mencoba membangun mercusuar di wilayah sengketa itu, bahkan proyek tersebut sampai melanggar batas wilayah RI.
“Kurang lebih ada sekitar satu mil — sesuai perhitungan TNI — masuk ke wilayah NKRI,” ungkap Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di sela-sela kunjungan kerja di Markas Kodam IV/Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/5).
Namun, kini TNI memastikan tidak ada lagi aktivitas pembangunan tiang pancang suar oleh Malaysia di Tanjung Datuk. TNI telah mengambil sikap tegas dengan menghentikan ulah lancung negeri jiran itu dan ‘mengusir’ seluruh pekerjanya.
“TNI telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mempertahankan kedaulatan negara,” kata Moeldoko.
Langkah-langkah politik, menurut Jenderal Moeldoko, akan dilakukan pemerintah Indonesia dengan melayangkan protes atas sikap yang ditunjukkan negeri jiran itu.
Astros 2
Astros 2

Ujicoba Astros II
Bertempat di São Paulo Brasil, Tim dari Kementerian Pertahanan berkunjung ke Avibras, Sao Paulo yang memproduksi Astros II, Kamis (22/5). Tim dipimpin Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan Laksda Rachmad Lubis. Rombongan diterima Presiden Avibras Sami Youssef Hassuani, Direktur Pengembangan Bisnis Internasional Leandro Villar, dan Manajer Pengembangan Bisnis Hans Kristensen.
Sami Youssef Hassuani mengatakan pemesanan atau pembelian Astros II bukan cuma kerja sama bisnis.
“Ini lebih dari sekadar kerja sama bisnis, tetapi juga kerja sama telnologi, dan kerja sama pertahanan antara Brasil dan Indonesia karena meski kami perusahaan swasta, angkatan bersenjata Brasil mendukung kami,” kata Hassuani, seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia Usman Kansong dari Sao Paulo, Brasil.
Dalam rombongan Kemenhan, turut serta staf Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Bappenas, dan wartawan.
Astros 2
Astros 2
image
Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
Astros 2 TNI (photo: defense-studies.blogspot.com)
image
“Ini adalah bentuk keterbukaan informasi agar rakyat tahu untuk apa uang negara digunakan, juga dalam rangka good governance dan clean government,” jelas Laksda Lubis kepada pihak Avibras.
Rombongan Kemenhan berkesempatan melihat langsung tahap-tahap produksi Astros II. Pekan depan akan dilakukan uji coba Astros II dan akan disaksikan Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin.(Republika.co.id dan Metro TV).

JKGR.