Sukhoi SU 34 Rusia
Tatkala satu per satu peserta rapat meninggalkan ruangan, saya
sempatkan untuk review kilat slide demi slide lanjutan sekedar final
check atas typo atau kesalahan minor lainnya (maklum bapak yang tinggi
besar itu sangat teliti dan biasanya langsung komen terhadap kesalahan
materi sekecil apapun). Saat asyik memelototi slide appendix, tiba-tiba
saya merasakan ada tepukan di pundak.
“Nar, bisa saya bicara sebentar?”
Ternyata perwira tinggi berbintang 4 yang sekitar 14 tahun yang lalu
pernah berdinas sebagai Athan di negeri jiran. “Siap, bisa Marsekal”
“Tempo hari saya diskusi dengan teman-teman di cipayung, soal tawaran
dari Rusia untuk offset Su-50. Saya pikir itu layak dipertimbangkan
sebagai opsi paling logis untuk komplemen Flanker 35 dan jaga-jaga
seandainya F-16 terpaksa dikandangkan. Kamu tahu kan waktu kita visit ke
Moskow mereka mau buka lini produksi T-50 di sini asal kita bersedia
ambil setidaknya 64 unit. Dan mereka menyanggupi untuk menanggung biaya
investasi setup lini produksi itu. Menurut kamu gimana?.
“Siap, Marsekal. Menurut hemat saya, sesuai hasil kajian awal tim
terkait tawaran Rusia itu opsi tersebut cukup feasible, tapi masih perlu
pendalaman, khususnya dalam konteks roadmap strategi pengadaan
alutsista udara yang menekankan pengadaan pespur Generasi 5 bersumber
dari project IFX”. “Mungkinkah keduanya jalan paralel? Kita pasang T-50
untuk heavy dan IFX untuk medium, saya kira itu akan cukup memberikan
efek deterrent.”
“Siap. Memang dimungkinkan, Marsekal. Kalau diizinkan, tim saya akan elaborasi lebih lanjut untuk dibawa ke KKIP”.
“Oke, laksanakan. Omong-omong, kalau kamu tidak keberatan, apa bisa
saya sampaikan wacana ini nanti setelah break, buat brainstorming?
“Siap, Marsekal. Saya tidak keberatan”
Setelah beliau berlalu, saya sempat berpikir, wah bakal rame nih
kalau sampai kawasan tahu kita bakal akuisisi T-50. Tapi biarlah, it’s
time for us to raise the game level.
Saat break pun berlalu dan para hadirin sudah bersiap di ready room
yang tidak terlalu besar itu, kecuali 2 orang, yaitu si bapak tinggi
besar dan boss saya. Waktu sudah berlalu 10 menit dan mereka belum
nongol juga. Tak lama, ajudan si bapak masuk ke ruangan dan menghampiri
saya.
“Maaf, bapak memerlukan kehadiran Pak Nar di ruang Asrenum segera”
Sejenak saya mengernyitkan kening, wah ada apa gerangan nih.
“Oke”, jawab saya singkat.
Setiba di ruangan, ternyata si bapak sedang diskusi dengan boss saya,
dan di layar LED besar di tengah ruangan nampak sederet tabel yang
membuat saya tercenung. Lho itu kan materi yang nanti akan saya
sampaikan?
“Masuk Nar, ini ada yang perlu diklarifikasi”, ujar boss saya sambil melambaikan tangan.
“Siap Jenderal”, jawab saya sambil memberi hormat.
Sejenak saya melirik ke tabel yang terpampang di layar displai LED tersebut, tampak:
- Realisasi program alutsista primer AU 2014-2017 (external source):
1. Pespur: Su-34 (36), Su-35 (72), Rafale (54), EF Typhoon (48), F-16C Block 52 (40)
2. Pesawat latih tempur: Yak-130 (24)
3. Pesawat tanker: A330 MRTT (12)
4. Pesawat AEW&C: C-295 + EMB-145 (8+8)
5. Pesawat angkut berat: C-17 Globemaster III (5)
6. Pesawat angkut sedang: A400M + C-130J Super Hercules (16 + 16)
7. Radar taktis Nebo SVU (provisi 12 situs)
8. Sistem hanud berbasis darat S-400 (14 baterai)
9. Sistem hanud berbasis darat HQ-16 (22 baterai)
10. Dst..dst…
- Realisasi program alutsista primer AL 2014-2017 (external source):
1. Kapal Perusak Kawal Rudal: CGN Petr Veliky (provisi 2017), CG Slava
(2), DDG Sovremenny (2), DDG Udaloy (2), DDG De Zeven Provincien (6),
FFG Talwar (4), FFG Krivak II (5), FFG Sigma II (4),
2. Kapal selam: SSGN Akula (2), SSB Typhoon re-powered (1), SSG Amur 950
(3), SSG Kilo 636 (2), SSG Changbogo (2), U214+ (3), U212 (2)
3. Sistem pertahanan pantai Klub K
- Realisasi program alutsista primer AD 2014-2017 (external source):
1. Tank Tempur Utama: Leopard 2A4 + RI + Pz87 (120+180+64)
2. Sistem artileri medan gerak sendiri berbasis meriam: Caesar (206)
3. Sistem artileri medan berbasis roket multilaras: Astross II (110)
4. Sistem artileri medan berbasis meriam 155 mm: Kh-79 (430)
5. Sistem artileri pertahanan udara ringan Pantsyr S1 (120)
6. Helikopter serang: AH-64D/E Apache Longbow/Guardian (14/36)
7. Helikopter angkut/serbu: UH-60/MH-60 Blackhawk (60)
8. Helikopter angkut berat: CH-47 Chinook (24)
9. Dst..dst..
Setelah saya mengambil tempat duduk di samping boss saya, beliau
berujar, “Bapak perlu penjelasan apa yang bisa dipercepat pengadaannya
untuk tabel yang ada di layar”
“Iya, Nar. Kamu pasti sudah dapat briefing sitrep dari bla..bla.bla
(menyebut nama instansi yang berkantor di pejaten, Jakarta) bahwa perlu
upaya lebih untuk mempersiapkan diri guna menghadapi aksi intimidasi
pihak luar dengan kekuatan bersenjata dalam 2 tahun mendatang. Nah,
dalam rangka itu, adakah kemungkinan bagi kita untuk bisa akselerasi
program tersebut tanpa mempedulikan siapapun yang akan menjabat pucuk
pimpinan negeri ini dalam 5 tahun ke depan?”.
Wadawww….ini pertanyaan yang taruhannya jabatan, itu hal pertama yang muncul di benak saya.
Agak lama saya terdiam sambil berpikir keras. Saya tahu, bahwa
request beliau ini tidak main-main dan nampak jelas ada sedikit
kegelisahan di wajah beliau.
“Gimana, Nar?, ujar beliau memecah keheningan.
Sambil menarik napas panjang, dan dalam hati mengucap basmalah, saya menjawab:
“Siap, ada, Pak.” Jawab saya mantap.
”Bagus, saya tidak minta penjelasan detil sekarang, coba kamu
rumuskan bagaimana caranya, koordinasikan dengan sumber daya yang kamu
anggap perlu. Mas …(sambil menyebut nama boss saya), tolong anda lead
prosesnya, ini prioritas 1 you have my disposal”.
Saya dan boss saya serempak menjawab, “Siap, laksanakan.”
bersambung, he.he.he…)
NB: kisah diatas adalah narasi yang disesuaikan dari kejadian sesungguhnya.
by
Narayana
JKGR.