Jumat, 16 Mei 2014

KSAD: Teknologi Informasi TNI AD Anti Blok

Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI Budiman
Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI Budiman (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Budiman mengatakan, TNI AD berkomitmen untuk mandiri dalam teknologi pertahanan. Dengan kemandirian itu, risiko TNI AD untuk didikte kekuatan asing bisa dihindarkan.

"Kalau terus tergantung dengan (teknologi) asing, maka mudah diganggu, kita makin mudah dibelokkan. Untuk itu, kami harus kuasai teknologi militer," ujar Jenderal TNI Budiman di Mabes TNI AD, Jumat 16 Mei 2014.

Menurut Budiman, potensi penguasaan teknologi militer yang dimiliki Indonesia tergolong besar. Indonesia bisa mengoptimalkan teknologi komunikasi, siber, pengolahan intelijen, alat peralatan sampai satelit.

"Satelit pasti bisa disadap. Untuk itu perlu enkripsi. Kami Angkatan Darat tak gunakan satelit, hanya menggunakan OpenBTS, memang tak terlalu jauh sih,  tak sampai 100 mil," ujarnya.

Untuk itu, Angkatan Darat berhati-hati dengan menggunakan nano satelit saja. Sedangkan Open BTS yang ada dimaksimalkan untuk mendukung pengawasan di kawasan perbatasan.

"Di perbatasan, kami juga pesan pesawat tak berawak (UAV) sehingga pengawasan kita lebih teknologi minded. Pengawasan kita mendekati advance," kata dia.

Lebih lanjut Budiman menegaskan, teknologi pertahanan yang dikembangkan kesatuannya itu menggunakan teknologi lokal. Soal arah kebijakan standar pengembangan teknologi, Budiman mengatakan TNI AD tak akan mengarah para negara tertentu.

"Soal teknologi informasi, kita nggak usah pilih blok. Kita ambil semuanya (blok manapun) yang terbaik, terus dikembangkan sehebat mungkin. Kita ambil ilmunya, nggak usah blok-blokan. Tapi kalau sudah kuasai teknolgi, kita harus bersikap," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Budiman menambahkan tantangan TNI AD ke depan yaitu pertempuran dengan berbasis teknologi informasi.

"Dalam jangka panjang, tetap dibutuhkan teknologi informasi. Belum lagi ancaman soft power yang mengintai kehidupan sosial, perbankan sampai PLN, dan sebagainya yang bisa diganggu dengan teknologi informasi," ujarnya.

Untuk itu, dia menilai kerjasama dengan para pakar teknologi informasi yang tergabung pada FTII ini dapat menjadi tambahan pertahanan menghadapi ancaman hard power dan soft power. Selain manfaat kekuatan pertahanan, kerjasama itu juga dipandang memudahkan visi TNI AD mandiri dalam teknologi.

"Kami buat Mou berpikir lebih jauh tentang kerjasama antara FTII dan TNI AD, kemandirian pertahanan bisa dicapai dalam waktu lebih cepat," kata Budiman.

AK-630M: Mengenal Kecanggihan Kanon CIWS Kapal Cepat Rudal TNI AL

20091118172818407
Meski TNI AL cukup digdaya dalam update sista rudal anti kapal, tapi kebalikannya dengan dukungan kanon reaksi cepat otomatis yang melengkapi armada kapal perangnya. Sebagai kekuatan laut terbesar di kawasan Asia Tenggara, TNI AL baru mengandalkan kanon CIWS (close in weapon system) jenis lawas, yakni AK-230 kaliber 20 mm yang merupakan senjata permanen pada haluan korvet Parchim buatan Jerman Timur.
Sebagai dampak lomba senjata pada era Perang Dingin, AK-230 sejak pertengahan tahun 70-an telah digantikan perannya oleh AK-630 yang juga berkaliber 30 mm. Bedanya, bila AK-230 mengandalkan dua laras, sementara AK-30 mengusung jenis laras putar (6 laras) model gatling. Seiring perkembangan dan tantangan, TNI AL merakan kebutuhan yang mendesak akan hadirnya CIWS yang lebih modern. Selain agar setara dengan AL Singapura yang sudah mengoperasikan CIWS Phalanx, adopsi CIWS jelas mendatangkan banyak nilai plus dalam operasi. Sebagai kanon reaksi cepat dengan tuntunan sistem radar pemandu, kanon jenis ini handal untuk menghadang laju rudal anti kapal berkecepatan subsonic, melibas jet tempur, helikopter, hingga misi serangan ke permukaan laut dan meledakkan ranjau laut.
Belum lama ini kabar kembali ‘menghangatkan’ jagad dunia alutsista Indonesia, pasalnya sebuah foto merekam identitas yang diduga sebagai kanon CIWS jenis AK-630. Kanon ini tidak terpasang pada frigat atau korvet, melainkan pada dua kapal cepat (KCR/Kapal Cepat Rudal) 40 milik Satkat (Satuan Kapal Cepat) TNI AL, yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642.
KRI Kujang 642 dan KRI Clurit, nampak dengan AK-630 pada haluan.
KRI Kujang 642 dan KRI Clurit, nampak dengan AK-630 pada haluan.
Rudal C-705 pada KRI Kujang 642.
Rudal C-705 pada buritan KRI Kujang 642.

Pemasangan CIWS pada kedua kapal cepat ini jelas cukup membanggakan, terlebih kedua KCR ini adalah buatan industri Dalam Negeri oleh PT Palindo Marine Shipyard Batam yang sudah dibekali fasilitas 2 peluncur rudal anti kapal C-705 pada tiap kapal plus sistem kontrol persenjataan canggih berupa Sensor weapon control (Sewaco), yang mampu mengintregasikan kanon kaliber 30 mm 6 laras sebagai CIWS dan rudal C-705.

CIWS AK-630M
Pemasangan AK-630 pada KCR 40 jelas menambah rasa percaya diri bagi para awak kapal, maklum sebelum dipasangi CIWS, KCR 40 mengandalkan kanon Vektor G12 kaliber 20 mm pada haluan yang dioperasikan secara manual. Sebagai karya cipta dari era Uni Soviet, AK-630 mulai dirancang sejak 1963 oleh KBP Instrument Design Bureau dan prototipe pertama rampung di 1964, dan uji coba perdana di tahun 1966, hingga kini sudah dibangun dalam beberapa varian.
AK-630 mengusung kanon gatling dengan enam laras putar.
AK-630 mengusung kanon gatling dengan enam laras putar.
Blok laras AK-630
Blok laras AK-630

Dalam penugasan, AK-630 mulai aktif digunakan AL Soviet (Rusia) sejak tahun 1976 dan menjadi salah satu tameng terdepan dalam sista anti serangan udara, bersama dengan AK-230 dan AK-725, ini bisa dibuktikan dari penempatan AK-630 sebagai senjata standar pada kapal perusak, penjelajah, hovercraft, hingga kapal patroli cepat Rusia.
Dengan tujuan akselerasi senjata lebih cepat dan mampu mengurai panas berlebih pada laras, maka dipilhlan AK-630 yang menggunakan model 6 laras yang berputar cepat. Secara teori, mekanisme operasi AK-630 seperti pistol revolver dengan sebuah silinder berputar untuk mengumpan enam butir peluru. Namun pada revolver hanya tersedia satu laras dan satu rangkaian pemukul saja. Sementara AK-630 punya enam laras sebagai pemicu, dengan kata lain setiap laras memiliki perangkat tembaknya masing-masing dengan pola gaz operated.
a0109941_498af3002f4b7
Bagian dalam kubah kanon.
Bagian dalam kubah kanon.
Radar MR-123
Radar MR-123

Dalam sistem yang berlaku di armada Rusia, AK-630 masuk sebagai komponen dalam sisem senjata yang disebut A-213 Vympel A, selain kanon, sistem ini terdiri dari radar pengendali tembakan MR-123, sensor optik elektro SP-521 , dan kendali TV. Sistem A-213 dalam prakteknya dapat mengendalikan dua kanon AK-630 atau kanon AK-725 kaliber 57 mm. Dengan radar MR-123, sistem mampu mendeteksi target di udara hingga jarak 4.000 meter, sementara untuk target di permukaan laut hingga 5.000 meter. Bila menggunakan kendali TV, sistem senjata dapat mendeteksi target seukuran kapal cepat pada jarak 75 kilometer, dan target di udara pada jarak 7 kilometer. Sebagai CIWS sejati, sistem ini dapat berlaku full otomatis tanpa pengawasan awak, meski kendali tentunya dapat diarahkan oleh awak dari PIT (Pusat Informasi Tempur). Canggihnya lagi, proyektil dapat meledak otomatis pada jangkauan 5.000 meter.
Bagaimana dengan akselerasi AK-630? CIWS ini dalam satu menitnya dapat mengumbar 4.000 – 5.000 proyektil ke target. Kecepatan luncur proyektilnya terbilang dahsyat, yakni 900 meter per detik. Karena beroperasi dalam kecepatan tembak yang sangar, maka sudah lumrah bila laras jadi cepat panas, untuk itu laras kanon dibekali dengan pendingin air pada jaket silinder AK-630. Agar akselerasi tembakan dapat terjaga, laras AK-630 harus diganti setiap 8.000 kali tembakan.
Ruang sistem kendali.
Instrumen di ruang sistem kendali.
Menjadi tameng andalan di setiap armada kapal perusak Rusia.
Menjadi tameng andalan di setiap armada kapal perusak Rusia.


Amunisi 30 mm yang digunakan pada AK-630 dari jenis HE (high explosive)-fragmentasi atau peluru tracer. Kumpulan amunisi ditampung dibawah kubah, atau tepatnya dibawah dek dengan sistem drum magasin yang bisa memuat hingga 2.000 peluru. Dari segi jangkauan tembak, secara balistik bisa mencapai 8.100 meter, sementara jarak tembak efektifnya ada di kisaran 4.375 meter. Canggihnya lagi, proyektil dapat meledak otomatis pada jarak 5.000 meter. Merespon cepat pada target, kubah dapat berputar 50 derajat dalam tempo 1 detik. Sementara sudut vertikal laras bisa diarahkan mulai dari -12 hingga 88 derajat . Ingin lebih jelas tentang jeroan AK-630? Yuk simak video dibawah ini.



Populasi AK-630 terbilang besar, di setiap armada AL sekutu Rusia (Uni Soviet) sudah mahfum ditemui kanon ini. Di lingkup Asia Tenggara, Vietnam menjadi pengguna AK-630 selain Indonesia. Soal aksi tempur, dipercaya kanon ini sudah kenyang dalam banyak operasi, salah satunya bisa dilihat dalam video dibawah ini, tatkala AK-630 digunakan AL Rusia untuk menghancurkan kapal perompak Somalia.



AK-630 Versi Cina (H/PJ-13)
Meski belum dapat dikonfirmasi kebenarannya, sumber Indomiliter.com menyebutkan bahwa AK-630 yang terpasang di KCR 40 TNI AL, bukan buatan Rusia, melainkan AK-630 besutan Cina, yang disebut H/PJ-13. Seperti sudah menjadi rahasia umum, bahwa sudah menjadi tradisi bagi industri pertahanan Cina untuk membuat ‘jiplakan’ alutsista asal Rusia. Indikasi ini didasarkan atas sistem sensor dan paket senjata di KCR 40 yang memang dibeli dari Cina. Sebut saja teknologi air search radar yang mengusung Type-360 Seagull dan tentunya rudal anti kapal C-705. Urusan harga mungkin jadi pertimbangan, secara TNI AL total meng-order hingga 24 unit KCR 40.
Instalasi AK-630 di kapal perang Vietnam.
Instalasi AK-630 di kapal perang Vietnam.
AK-630M1-2 Roy
AK-630M1-2 Roy

Verian Lain
Rusia tentu harus berupaya keras untuk memajukan teknologi AK-630, mengingat kemajuan teknologi rudal dank anon dari AS dan NATO begitu tinggi. Untuk itu pada 1983 diputuskan untuk memodifikasi AK-630 menjadi varian AK-630M1-2 Roy. Kanon ini tepat mengusung gatling enam laras, tapi dalam satu kubah ada dua blok senjata yang dipasang secara bertingkat. Dengan dua blok senjata, dapat dipastikan total muntahan dari 12 laras gatling bisa mempunya daya hancur yang dahsyat. Sistem ini diuji 1984- dan mulai digunakan pada 1989. Memasuki era 90-an, sistem baru mulai menggunakan dua senjata dan delapan rudal. Model ini dinamakan Palash atau Palma dan saat ini ditawarkan untuk penjualan ekspor. Sistem ini dapat menggunakan jenis rudal pencari panas kecil seperti Strela-10, Igla, Stinger dan Mistral. (Haryo Adjie)
Palash, kombinasi duo AK-630 dengan peluncur rudal anti pesawat.
Palash, kombinasi duo AK-630 dengan peluncur rudal anti pesawat.

Spesifikasi AK-630M
Negara Pembuat : Rusia
Kaliber : 30 mm/54
Berat : 205 kg
Panjang : 1,629 meter
Panjang laras : 1,46 meter
Kecepatan tembak : 4.000 – 5000 proyektil per menit
Kecepatan luncur proyektil : 900 meter per detik
Amunisi : 2.000 peluru HE-Frag
Jarak tembak max : 8.100 meter
Jarak tembak efektif : 4.000 meter
Kecepatan gerakan kubah : 50 derajat per detik

Indomil.

Menuju Latgab Pesta Purnama Purna

Bulan-bulan mendatang ini kita akan menyaksikan rangkaian perjalanan riang gembira manakala hulubalang kita semakin gagah dengan baju alutsista baru.  Bersamaan dengan itu serial latihan kesatuan, antar kesatuan sampai antar matra adalah rangkaian aktivitas menuju purnama latgab.  Puncak purnama itu adalah melantunkan lagu perpisahan kepada sosok yang telah mempurnamakan alutsista TNI. Sekalian mengantar purna jalan tugas panglima tertinggi karena telah sampai di batas tugas.
Bulan Mei ini berbagai latihan parsial dilakukan matra TNI.  Marinir melakukan latihan serbuan pantai di Situbondo.  Berbagai batalyon TNI AD melakukan uji tembak senjata berat. Sejumlah kapal perang melakukan latihan tempur di laut Jawa. Disaat yang sama puluhan KRI telah pula bersiaga di Ambalat dalam satuan tugas gabungan AL dan AU.  Operasi militer gabungan ini adalah yang pertama kali dilakukan dan diberi nama Garda Wibawa 14 dengan melibatkan jet tempur, satuan radar, kapal perang, marinir, paskhas dan intelijen. Latihan ini dibackup oleh satuan tempur TNI AD di Kodam Mulawarman Kaltim Kaltara dan Kodam Wirabuana Sulawesi.
1 Skuadron jet latih tempur T50, alutsista gres
Sementara di perairan kawasan timur Indonesia telah pula disiagakan setidaknya 14 KRI untuk tugas mengamankan laut Arafuru dan laut Timor.  Bersamaan dengan itu kesiagaan unsur tempur laut juga hadir di perairan Natuna dan Selat Malaka.  Sejalan dengan itu isian distribusi alutsista mulai disebar misalnya untuk artileri kelas berat KH179 155mm buatan Korea untuk Aceh, Kalbar dan Kaltim.  Artileri KH178 105mm disebar untuk yon Armed Kodam di Jawa. Lhok Seumawe, Dumai, Bontang dan Jakarta juga sudah menerima sejumlah rudal SAM.
Juli ini pembentukan armada timur TNI AL yang berpusat di Sorong segera direalisasikan, tentu bersamaan dengan pengembangan divisi ke 3 Marinir dengan kekuatan 15.000 marinir.  Seiring dengan itu Divisi 3 Kostrad segera membangun markas di Semarang bersinergi dengan Korps Penerbad yang memiliki berbagai jenis helikopter tempur dan angkut. Divisi 3 Kostrad merupakan pengembangan dari dua divisi sebelumnya.  Semua pengembangan kekuatan itu pada akhirnya nanti akan menjadi pilar utama pembentukan Kogabwilhan yang direncanakan tahun ini.
Berbagai alutsista juga menunggu ketibaan, diantaranya 3 KRI Bung Tomo Class, 3 KCR 60 m PAL, 3 LST, 2 BCM, 50 MBT Leopard, 40 Marder, 38 Caesar Nexter, 36 MLRS Astross II, 24 F16 blok 52, 12 Super Tucano, 4 UAV Heron, 4 radar, sejumlah peluru kendali berbagai jenis, mulai dari rudal anti tank, rudal SAM, rudal anti kapal sampai rudal udara ke permukaan.  Pesawat angkut berat Hercules juga akan bertambah 9 unit termasuk dari jenis CN295 sebanyak 16 unit.  Setidaknya itu list yang sudah dipublikasi jauh-jauh hari, tentu ada juga list belanja yang tidak dipublikasi, masak sih semua harus diumumkan.
Artileri KH179 155mm dibagi untuk 3 batalyon
Latgab purnama akan menampilkan serial latihan dengan sejumlah alutsista baru. Termasuk penembakan rudal udara ke permukaan dari jet tempur Sukhoi. Penembakan rudal anti kapal Exocet MM40 blok 3 dari KRI Sigma yang selama ini tidak pernah dipublikasikan. Ini merupakan kejutan tersendiri disamping gempuran rudal Sukhoi ke salah satu kapal permukaan milik TNI AL yang sudah tidak dipakai. Puncak dari semua kegiatan itu adalah memberikan nilai purnama dan purna tugas pada Panglima Tertinggi yang akan digelar dalam sebuah pesta hari jadi 5 Oktober 2014 di Naval Base Surabaya.
Selama lima tahun ini kekuatan alutsista TNI berkembang secara signifikan dan itu tak lepas dari pola strategi dan keputusan bagus dari RI-1.  Kekuatan militer Indonesia mengikuti perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara ini yang selama 10 tahun terakhir ini menunjukkan trend positif sampai akhirnya RI masuk urutan 10 besar ekonomi dunia yang dikenal dengan PDB (Product Domestic Bruto dan PPP (Purchase Power Parity).  Logikanya dengan semakin bagus kondisi ekonomi kita maka perkuatan militer dan alutsista TNI semakin membungakan dan membanggakan hati.  Dan itu layak untuk sebuah negara kepulauan terbesar dan penduduk no 4 terbesar di dunia.
Latgab 2014 adalah kelayakan pertanggungjawaban kepada rakyat bangsa bahwa tentara yang telah dibelikan alutsista modern harus mampu menunjukkan kemampuannya dan senantiasa bersiap siaga dalam segala cuaca untuk menjaga dan mewibawakan teritori NKRI.  Keistimewaan Latgab 2014 adalah kehadiran berbagai alat tempur mutakhir dan sekaligus mengiringi langkah akhir dari seorang Presiden yang telah memberikan nilai luar biasa pada perkuatan militer RI.
Maka pesta 5 Oktober 2014 adalah pernyataan kepurnamaan tentara yang selama 5 tahun ini diterangi dengan rembulan alutsista anyar menuju purnama.  Sosok yang telah mempurnamakan TNI itu telah pula mempurnakan tugas pekerjaannya.  Di mata TNI tentu nilai layak yang pantas disandangkan panglima tertinggi itu adalah cum laude.  Ini adalah purnama pertama yang membanggakan.  Tentu kita masih ingin menyaksikan purnama-purnama yang lain untuk membaguskan tentara kita, untuk menggagahgaharkan tentara kita.  SBY telah meletakkan fondasi modernisasi militer kita.  Kita berharap presiden selanjutnya dapat meneruskannya dengan langkah tegap mengembangkuatkan tentara berikut kesejahteraannya.
****
Jagvane 
 

Cara TNI AD Hindari Penyadapan

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Budiman mengatakan Indonesia masih rawan dengan serangan berbasis teknologi informasi.

Salah satu buktinya beberapa bulan lalu, penyadapan sempat jadi pembicaraan hangat di Indonesia. Bahkan ujicoba peralatan TNI AD juga pernah diretas oleh pihak lain.

"TNI AD mulai mencoba agar tak bisa disadap. Bagaimana caranya? Teknologi informasinya harus produk lokal, karena dengan produk lokal, besar peluang terlepas dari penyadapan," ujar Jenderal Budiman usai Mou dengan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) di Mabes TNI AD, Jalan Veteran Jakarta Pusat, Jumat 16 Mei 2014.

Kata dia, kesatuannya pernah mengalami penyadapan telekomunikasi saat uji coba kendaraan terbang tak berawak (UAV).

"Suatu saat kami terbangkan UAV di Tanjung Priok, ada kawan yang nge-jamming, sehingga begitu terbang, ternyata ada yang mainkan jamming sekitar situ," ungkapnya.

Tak mau menjadi korban penyadapan, TNI AD semakin memperkuat keamanan dengan melatih sumber daya prajurit. Oleh karena itu, TNI AD kini menjalin kerjasama dengan pakar teknologi informasi FTII dalam bentuk pelatihan hacking.

"Kami sudah melatih 30 prajurit untuk bisa paham hacking for forensic, kerjasama ini sudah berjalan dua tahun. Target pelatihan 100 prajurit," ujar Ketua Umum FTII, Sylvia J Sumarlin.

Menurut Budiman, dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara mandiri dalam teknologi bisa menghindari penyadapan. TNI AD mencoba mengikuti pola riset teknologi yang dilakukan negara maju.

"Di negara maju, ilmu maupun riset biasanya didapat oleh militer. Kemudian turunan risetnya diberikan ke pemerintahnya. Setelah itu diberikan ke bisnis sebelum dijual ke negara berkembang," kata Budiman.

Dengan pelatihan itu, TNI AD berkomitmen tak mau jadi tempat pengelolaan akhir terknologi itu.

"Untuk itu kami belajar dengan menggunakan pola long term S2 dan S3. Prajurit ada yang ahli programmer. Untuk program short term kami kerjasama dengan FTII," katanya.


Vivanews. 

Akhirnya,…Era Baru Alutsista Trimatra di Depan Mata (2)

Sukhoi SU 34 Rusia
Sukhoi SU 34 Rusia

Tatkala satu per satu peserta rapat meninggalkan ruangan, saya sempatkan untuk review kilat slide demi slide lanjutan sekedar final check atas typo atau kesalahan minor lainnya (maklum bapak yang tinggi besar itu sangat teliti dan biasanya langsung komen terhadap kesalahan materi sekecil apapun). Saat asyik memelototi slide appendix, tiba-tiba saya merasakan ada tepukan di pundak.
“Nar, bisa saya bicara sebentar?”
Ternyata perwira tinggi berbintang 4 yang sekitar 14 tahun yang lalu pernah berdinas sebagai Athan di negeri jiran. “Siap, bisa Marsekal”
“Tempo hari saya diskusi dengan teman-teman di cipayung, soal tawaran dari Rusia untuk offset Su-50. Saya pikir itu layak dipertimbangkan sebagai opsi paling logis untuk komplemen Flanker 35 dan jaga-jaga seandainya F-16 terpaksa dikandangkan. Kamu tahu kan waktu kita visit ke Moskow mereka mau buka lini produksi T-50 di sini asal kita bersedia ambil setidaknya 64 unit. Dan mereka menyanggupi untuk menanggung biaya investasi setup lini produksi itu. Menurut kamu gimana?.
“Siap, Marsekal. Menurut hemat saya, sesuai hasil kajian awal tim terkait tawaran Rusia itu opsi tersebut cukup feasible, tapi masih perlu pendalaman, khususnya dalam konteks roadmap strategi pengadaan alutsista udara yang menekankan pengadaan pespur Generasi 5 bersumber dari project IFX”. “Mungkinkah keduanya jalan paralel? Kita pasang T-50 untuk heavy dan IFX untuk medium, saya kira itu akan cukup memberikan efek deterrent.”
“Siap. Memang dimungkinkan, Marsekal. Kalau diizinkan, tim saya akan elaborasi lebih lanjut untuk dibawa ke KKIP”.
“Oke, laksanakan. Omong-omong, kalau kamu tidak keberatan, apa bisa saya sampaikan wacana ini nanti setelah break, buat brainstorming?
“Siap, Marsekal. Saya tidak keberatan”
Setelah beliau berlalu, saya sempat berpikir, wah bakal rame nih kalau sampai kawasan tahu kita bakal akuisisi T-50. Tapi biarlah, it’s time for us to raise the game level.
Saat break pun berlalu dan para hadirin sudah bersiap di ready room yang tidak terlalu besar itu, kecuali 2 orang, yaitu si bapak tinggi besar dan boss saya. Waktu sudah berlalu 10 menit dan mereka belum nongol juga. Tak lama, ajudan si bapak masuk ke ruangan dan menghampiri saya.
“Maaf, bapak memerlukan kehadiran Pak Nar di ruang Asrenum segera”
Sejenak saya mengernyitkan kening, wah ada apa gerangan nih.
“Oke”, jawab saya singkat.
Setiba di ruangan, ternyata si bapak sedang diskusi dengan boss saya, dan di layar LED besar di tengah ruangan nampak sederet tabel yang membuat saya tercenung. Lho itu kan materi yang nanti akan saya sampaikan?
“Masuk Nar, ini ada yang perlu diklarifikasi”, ujar boss saya sambil melambaikan tangan.
“Siap Jenderal”, jawab saya sambil memberi hormat.
Sejenak saya melirik ke tabel yang terpampang di layar displai LED tersebut, tampak:
- Realisasi program alutsista primer AU 2014-2017 (external source):
1. Pespur: Su-34 (36), Su-35 (72), Rafale (54), EF Typhoon (48), F-16C Block 52 (40)
2. Pesawat latih tempur: Yak-130 (24)
3. Pesawat tanker: A330 MRTT (12)
4. Pesawat AEW&C: C-295 + EMB-145 (8+8)
5. Pesawat angkut berat: C-17 Globemaster III (5)
6. Pesawat angkut sedang: A400M + C-130J Super Hercules (16 + 16)
7. Radar taktis Nebo SVU (provisi 12 situs)
8. Sistem hanud berbasis darat S-400 (14 baterai)
9. Sistem hanud berbasis darat HQ-16 (22 baterai)
10. Dst..dst…
- Realisasi program alutsista primer AL 2014-2017 (external source):
1. Kapal Perusak Kawal Rudal: CGN Petr Veliky (provisi 2017), CG Slava (2), DDG Sovremenny (2), DDG Udaloy (2), DDG De Zeven Provincien (6), FFG Talwar (4), FFG Krivak II (5), FFG Sigma II (4),
2. Kapal selam: SSGN Akula (2), SSB Typhoon re-powered (1), SSG Amur 950 (3), SSG Kilo 636 (2), SSG Changbogo (2), U214+ (3), U212 (2)
3. Sistem pertahanan pantai Klub K
- Realisasi program alutsista primer AD 2014-2017 (external source):
1. Tank Tempur Utama: Leopard 2A4 + RI + Pz87 (120+180+64)
2. Sistem artileri medan gerak sendiri berbasis meriam: Caesar (206)
3. Sistem artileri medan berbasis roket multilaras: Astross II (110)
4. Sistem artileri medan berbasis meriam 155 mm: Kh-79 (430)
5. Sistem artileri pertahanan udara ringan Pantsyr S1 (120)
6. Helikopter serang: AH-64D/E Apache Longbow/Guardian (14/36)
7. Helikopter angkut/serbu: UH-60/MH-60 Blackhawk (60)
8. Helikopter angkut berat: CH-47 Chinook (24)
9. Dst..dst..
Setelah saya mengambil tempat duduk di samping boss saya, beliau berujar, “Bapak perlu penjelasan apa yang bisa dipercepat pengadaannya untuk tabel yang ada di layar”
“Iya, Nar. Kamu pasti sudah dapat briefing sitrep dari bla..bla.bla (menyebut nama instansi yang berkantor di pejaten, Jakarta) bahwa perlu upaya lebih untuk mempersiapkan diri guna menghadapi aksi intimidasi pihak luar dengan kekuatan bersenjata dalam 2 tahun mendatang. Nah, dalam rangka itu, adakah kemungkinan bagi kita untuk bisa akselerasi program tersebut tanpa mempedulikan siapapun yang akan menjabat pucuk pimpinan negeri ini dalam 5 tahun ke depan?”.
Wadawww….ini pertanyaan yang taruhannya jabatan, itu hal pertama yang muncul di benak saya.
Agak lama saya terdiam sambil berpikir keras. Saya tahu, bahwa request beliau ini tidak main-main dan nampak jelas ada sedikit kegelisahan di wajah beliau.
“Gimana, Nar?, ujar beliau memecah keheningan.
Sambil menarik napas panjang, dan dalam hati mengucap basmalah, saya menjawab:
“Siap, ada, Pak.” Jawab saya mantap.
”Bagus, saya tidak minta penjelasan detil sekarang, coba kamu rumuskan bagaimana caranya, koordinasikan dengan sumber daya yang kamu anggap perlu. Mas …(sambil menyebut nama boss saya), tolong anda lead prosesnya, ini prioritas 1 you have my disposal”.
Saya dan boss saya serempak menjawab, “Siap, laksanakan.” bersambung, he.he.he…)
NB: kisah diatas adalah narasi yang disesuaikan dari kejadian sesungguhnya.
by Narayana

JKGR. 

Rabu, 14 Mei 2014

SEBUTAN KARBOL BAGI TARUNA AAU


Karbol di depan gerbang almamater kebanggaannya
Istilah Karbol bagi sebagian orang bahkan masyarakat umum bisa jadi sebutan yang berbeda, namun demikian panggilan Karbol adalah sesuatu yang membanggakan bagi anak muda terbaik bangsa yang ditempa di Kawah Candradimuka TNI AU. Taruna Akademi Angkatan Udara mendapat kehormatan dipanggil Karbol karena panggilan tersebut melekat pada seorang manusia serba bisa yaitu Marsekal Muda Anumerta dr. Abdurachman Saleh. Seorang tokoh yang bukan hanya merintis berdirinya AURI tetapi juga RRI bahkan menjadi dosen di Fakulas Kedokteran UI.
        Karbol adalah nama panggilan populer yang melekat pada Marsekal Muda Anumerta Abdulrachman Saleh. Panggilan karbol dilekatkan oleh kawan-kawan beliau pada waktu itu, karena beliau serba bisa dan cerdas untuk memecahkan  persoalan-persoalan.
        Abdulrachman Saleh adalah salah satu diantara Pahlawan Pembina Angkatan Udara Republik Indonesia yang serba bisa dan serba guna atau “all raound”.   Karena dirinya adalah seorang penerbang dan ahli tehnik radio, seorang guru besar dalam ilmu kesehatan/ilmu faal, seorang bintang lapangan dalam olahraga, seorang pemimpin yang pandai, berwibawa dan jujur serta mendahulukan kepentingan tugas negara di atas kepentingan pribadi.  Oleh karena itu Taruna Akademi Angkatan Udara sangat perlu mengambil suri tauladan dari pahlawan tersebut dalam semangat, kepandaian, dan pengorbanan.
        Gagasan pemberian nama karbol kepada para Kadet Akademi Angkatan Udara dicetuskan oleh Marsekal Saleh Basarah yang ketika itu masih berpangkat Letnan Kolonel Udara sebagai Perwira Wing Penddidikan 001, merangkap sebagai anggota pelaksana proyek Akademi Angkatan Udara.     Ide ini muncul ketika beliau mengikuti perjalanan muhibah dalam misi pendidikan ke luar negeri pada tahun 1963, yang dilaksanakan ke beberapa negara Eropa, Amerika dan Asia.     Ketika berkunjung ke USAF (Angkatan Udara Amerika) di Washington selama sepekan, Letkol Udara Saleh Basarah mendengar panggilan “the doolles, doolly, Mister doolly” dan sebagainya.
        Untuk mengetahui panggilan tersebut beliau menanyakan kepada “Comandant of Cadets”  tentang asal usul penggunaan panggilan “doolles” tersebut.     Dia menjelaskan bahwa kata panggilan tersebut diambil dari nama General USAF James H. “Jimmy” Doollity, seorang penerbang militer yang terkenal serba bisa.    Dia satu-satunya Jenderal bintang empat di Amerika yang bukan lulusan Akademi Milliter West Point pada waktu itu.    Dia masuk dinas militer di negerinya karena merasa terpanggil dan tertarik menjadi penerbang tempur pada Perang Dunia I.
        Kemudian Letkol Udara Saleh Basarah mencari data biografi “Doolltlle” tersebut di perpustakaan Akademi, dibantu oleh Kepala Perpustakaan (sipil)seorang “Doctor” ahli perpustakaan.      Dalam Perang Dunia II Doolittle dipercayai empat kali berturut-turut memegang tampuk-pimpinan (comanding General dari 12”, 15”, 8” Air Force di Afrika Utara, Italia, Inggris dan Okinawa).      Misinya selalu berhasil cermelang.    Dialah yang memimpin Skadron B-25 yang take-off dari kapal induk menyerang Tokyo dan Yokohama (air raid) one-way ticket.   Sebagian dari B-25 mendarat di daratan Cina dan beberapa hilang.   Penyerangan ini  sebagai balas dendam Pearb Harbor Hawai.   Dia dianugrahi 14 Bintang jasa keberanian dan kesuksesan oleh Pemerintah-nya dan oleh Pemerintah negara-negara Sekutu.     Dalam tahun 1925 dia sudah meraih gelar “Doctor” of Science” dari Massachusetts Institute of Technology dalam usia relatief muda.    Gelar kehormatan untuk rekord prestasi-prestasi cemerlang dalam bidang penerbangan, air races, auto-races, motor races, sebagai juara dalam olah raga tinju amatir dan profesional.   Dia menemukan formula bahan bakar untuk pesawat terbang propeler sampai pesawat  turbine engine.
        Selama lima hari di Air Force Akademy, Letkol Saleh Basarah mengikuti kegiatan para kadet, mulai makan pagi bersama, masuk kelas, kegiatan olahraga, makan siang dan makan malan bersama – rutin, setiap hari, sampai malam, jam 10.00 lampu dipadamkan dengan iringan trompet.   Jam 06.00 pagi bangun dengan terompet olah raga, parade di kampus dan makan pagi jam 07.30. Setiap hari beliau mendengarkan teriakan atau panggilan atau sapaan seperti “Doollies”, “Doolly this and Dolly That!”, Mr. Dolly William, Mr. Dooly Theodore dan sebagainya.    Sebutan atau panggilan “air cadets” secara formal resmi tetap digunakan dalam dokumen laporan dan tulisan.     Para air cadets mengerti mengapa mereka mendapat panggilan “Doolly”, yaitu kepada mereka diharapkan bisa serba-bisa berprestai seperti itu.     Mereka diberi penjelasan singkat tentang “Who is who is Doolittle”.   Para air cadets bangga menyandang sebutan “Mr. Doolly”.

Pak Karbol sedang memberikan penerangan kepada para pengunjung Pameran Pekan Penerbangan di Pangkalan Udara Maguwo
       Setelah pulang ke Indonesia Letkol Saleh Basarah sangat tertarik oleh ide gagasan “Dolly” tersebut.     Sebagai pengagum tokoh DR. Abdulrahman Saleh  yang panggilan akrabnya “Karbol” beliau langsung mengajukan “saran lisan” atau “Meminta-izin” Komandan Komando Pendidikan untuk menggunakan panggilan “Karbol” kepada Taruna Akademi Angkatan Udara.     Saran tersebut langsung diterima dengan baik dan akan dilaporkan kepada Menteri Panglima AU Laksamana Madya Omar Dani.
        Sebagai Perwira Wing Dik 001 dan Dan Skadron “D” merangkap sebagai anggota pelaksana proyek AAU setempat,  Letkol Saleh Basarah langsung menerapkan panggilan “karbol” tersebut kepada para Taruna dalam tahun 1963.     Tanpa surat keputusan apapun – tapi cukup diumumkan oleh Senat Taruna dalam kesempatan upara “Appel Embun” di halaman Belimbing.     Nama panggilan karbol diterima dengan spontan antusias oleh para Taruna, setelah dijelaskan “Apa dan Siapanya” pahlawan angkasa yang bernama DR. Abdulrahman Saleh itu.    Kelebihan-kelebihannya Pak Karbol adalah karakter yang kuat dengan integritas pribadi yang luhur, cerdas, ulet dalam berkarya, tanpa pamrih dan terutama ciri khas “serba-bisa”-nya itu.

Pak Karbol manusia serba bisa dalam karier militer maupun sipil

        Sebagai penghargaan atas jasanya yang sangat besar di bidang kedokteran pada umumnya dan bagi ilmu faal pada khususnya, maka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada tanggal 5 Desember 1958 telah meresmikan Dr. Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Pada tanggal 16 April 1959 Presiden Sukarno berkenan memberikan Satyalencana Bintang Garuda kepada Ibu Abdulrachman Saleh, sebagai tanda terima kasih rakyat Republik Indonesia atas jasanya. Penghargaan dan penghormatan yang berikutnya juga telah diberikan pada tanggal 15 Februari 1961 oleh Presiden kepada Ibu Abdulrachman Saleh yakni Bintang Mahaputra.

TNI-AU. 

Keperkasaan Pesawat C-130 Hercules dan F-27 Fokker TNI Angkatan Udara sebagai Jembatan Udara Tahun 1980, Bukti Kemanunggalan TNI dengan Rakyat

Berawal dari sebuah peristiwa mogok kerja para pegawai “Garuda Indonesia (saat ini telah berubah nama menjadi PT Garuda Indonesia persero), sehingga maskapai penerbangan tersebut menjadi lumpuh, seluruh pesawatnya tidak terbang dan terparkir di Pelabuhan Udara seluruh Indonesia.
Saat itu tanggal 29 dan 30 Januari 1980 sebanyak 120 orang pegawai Garuda mengadakan tindakan sepihak berupa pemogokan tidak mau bekerja tanpa sepengetahuan manajemen dengan sengaja meninggalkan tugasnya dan tidak bersedia terbang.
Melihat peristiwa dan kejadian saat itu, pemerintah tidak tinggal diam segera menentukan keputusan untuk mengerahkan pesawat-pesawat TNI Angkatan Udara dan Pelita Air Service untuk membantu menangani krisis angkutan udara dalam negeri. Sementara para penumpang yang akan melaksanakan penerbangan ke luar negeri dapat segera di pindahkan/dialihkan ke Perusahaan Penerbangan Asing.
Sebagai tindaklanjut untuk mengatasi Krisis tersebut, tanggal 1 Februari 1980 dibentuklah Pusat Pengendalian Krisis (Pusdalsis) dengan tugas utamanya adalah menormalisasi angkutan udara dengan sandi “Operasi Jembatan Udara” dan membantu Direksi Garuda Indonesia Air Ways menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sehingga pemerintah bersifat sebagai penghubung dan fasilitator antara pegawai Garuda dengan Manajemen garuda.
Pusdalsis secara nasional itu dibentuk, dengan pimpinan bersama antara Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Laksamana TNI Sudomo, Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan A. Tahir, dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Sugiri. Dalam operasional Pusdalsis juga beranggotakan Panglima Kopatdara Marsekal Muda TNI Aried Riyadi, Panglima Kodam V/Laksusda Jaya Mayor Jenderal TNI Norman Sasono, Kadapol Metro Jaya Mayor Jenderal Pol. Anton Sudjarwo, Direktur Pelita Air Service, Wakil Direktur GIA, Direktur Angkasa Pura, dan Panglima Kodau V Marsekal muda TNI Sutoyo. Sebagai Humas Pusdalsis adalah Brigadir Jenderal TNI Gunarso SF.
Untuk pengendalian lokal Jakarta untuk Pelabuhan Udara Kemayoran dan Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma dipimpin oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Sugiri bersama Kepala Stasiun Garuda Kemayoran dan Halim Perdanakusuma, dan Kepala Angkasa Pura. Adapun wakil-wakilnya adalah Laksusda Jaya, Kodak Metro Jaya, Garuda, Pelita Air Service, TNI Angkatan Udara, Satpam Angkasa Pura Kemayoran dan Halim Perdanakusuma, dan Humas Garuda.

Peran TNI Angkatan Udara dalam Operasi Jembatan Udara
Dengan berbekal Surat Perintah Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi kepada Panglima Komando Pasukan Tempur Udara (Panglima Kopatdara) Marsekal Muda TNI Aried Riyadi, tentang menghadapi krisis angkutan udara di Indonesia.
Pada waktu itu hari rabu tepatnya tanggal 30 Januari 1980 Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi kepada Panglima Kopatdara Marsekal Muda TNI Aried Riyadi mengadakan inspeksi untuk memeriksa kesiapan pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udaran 31 dan F-27 Fokker dari Skadron Udara 2.

Suasana di Pelabuhan Udara Kemayoran. Kepentingan penumpang telah teratasi berkat partisipasi "Hercules" TNI Angkatan Udara
Dari hasil pemeriksaan kesiapan pesawat yang berada di dua Skadron itu akhirnya Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi memerintahkan kepada Panglima Kopatdara Marsekal Muda TNI Aried Riyadi dengan Surat Perintah Nomor SPRIN/19/I/1980/KASAU. Adapun surat perintah Kasau Kepada Panglima Kopatdara berisikan tentang TNI Angkatan Udara ikut dalam tim Pemerintah untuk menanggulangi masalah yang menimpa didalam tubuh maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways dan segera menyiapkan empat Pesawat C-130 Hercules serta empat Pesawat F-27 Fokker beserta awak pesawat.

"Krisis Garuda" memanggil bakti karya Skadron-Skadron Angkut
Keesokan harinya tanggal 31 Januari 1980 tepatnya pukul 05.30 sebagai awal Bakti sosial berupa bantuan angkutan udara dengan sandi “Jembatan Udara”, Panglima Kopatdara Marsekal Muda TNI Aried Riyadi didampingi Asisten Pengamanan Kasau Marsekal Muda TNI Sukotjo dan Kadispenau Marsekal Pertama Agus Achdijat memberikan pengarahan kepada penerbang dan crew Pesawat C-130 Hercules dan Fokker F-27 Troopship sebelum pergerakan pesawat dari hangar menuju ke Pelabuhan Udara Kemayoran.
Setelah semuanya siap maka Pesawat C-130 Hercules dan Fokker F-27 Troopship terbang menuju ke Pelabuhan Udara Kemayoran, untuk membantu penerbangan sipil yang kosong karena pesawat GIA tidak beroperasi.
Pada hari itu juga TNI Angkatan udara mengoperasikan delapan pesawat meliputi empat Pesawat C-130 Hercules dan empat Fokker F-27 Troopship untuk penerbangan dalam negeri. Route untuk penerbangan Pesawat C-130 Hercules dari Jakarta-Ujung Pandang, Jakarta-Pekanbaru, Jakarta-Surabaya. Sementara untuk Pesawat F-27 Troopship Jakarta-Bangka, Jakarta-Pontianak, Jakarta-Betung, dan Jakarta-Semarang.
Selama melaksanakan operasi Jembatan Udara mulai dari tanggal 31 Januari sampai dengan 3 Februari 1980 tercatat sudah 34 sorties penerbangan. Masing-masing tanggal 31 Januari 1980 11 kali penerbangan Pergi pulang Pesawat C-130 Hercules dari satu kali Jakarta-Ujung Pandang-Pekan Baru dan dua kali Jakarta-Surabaya. Pesawat Fokker F27 Troopship satu kali dari Jakarta-Bangka-Teluk Betung-Talang Betutu dan dua kali Jakarta-Semarang-Pontianak.
1 Februari 1980 ada lima penerbangan, dua kali dengan Pesawat C-130 Hercules Jakarta-Ujung Pandang, tiga kali penerbangan menggunakan Pesawat Fokker F-27 Troopship Jakarta-Branti, Jakarta Pontianak, dan Jakarta-Semarang.
2 Februari 1980 ada 12 penerbangan, lima penerbangan menggunakan Peswat C-130 Hercules satu kali Jakarta-Pekan Baru-Ujung Pandang, tiga kali Jakarta-Surabaya.
3 Februari 1980 ada enam penerbangan, Pesawat C-130 Hercules satu kali Jakarta menuju Ujung Pandang, Ambon, Pekan Baru, dan dua kali ke Surabaya. Pesawat Fokker F-27 Troopship dua kali penerbangan satu kali ke Semarang dan satu kali ke Pontianak.
Untuk mempermudah menghapal pesawat, oleh manajemen bandara dan untuk memenuhi ketentuan penerbangan sipil, maka Pesawat C-130 Hercules dan Fokker F-27 Troopship TNI AU diberikan kode PK-VFJ, PK-VHE, PK-VHH, PK-VHJ dan PK-VFK.
Sebagai wujud keseriusan melaksanakan tugas Negara melalui Jembatan Udara Tahun 1980, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi senantiasa melakukan pemantauan dan pengendalian jalannya operasi dan kesiapan pesawat TNI Angkatan Udara.
Meskipun Operasi Jembatan Udara itu hanya berlangsung secara siingkat selama lima hari, namun pengabdian TNI Angkatan Udara saat itu sangat dirasa besar manfaatnya oleh masyarakat pengguna jasa penerbangan. Kondisi itu dapat dilihat dari respon masayarakat melalui berbagai media massa nasional yang memuat tentang bagaimana pengabdian TNI Angkatan Udara dapat dirasakan. Sebagian besar penumpang merasakan beruntung, walaupun kondisi penerbangan GIA mengalami hambatan, namun berkat adanya Operasi jembatan Udara keperluan penerbangan dan dipenuhi dengan Pesawat TNI AU dan Pelita Air Service.

Di darat atau di udara seperti dalam cabin "Hercules" TNI AU ini, berita "Krisis Garuda" sedang menjadi pusat perhatian masyarakat.
Dari data penerbangan yang dilaksanakan selama lima hari saat Operasi Jembatan Udara, Pesawat C-130 Hercules tercatat melaksanakan terbang selama 97 jam 10 menit, membawa 1.727 orang dan cargo seberat 53.179 kg. Pesawat Fokker F-27 Troopship mampu mencatat 68 jam 20 menit jam terbang, 993 orang penumpang dan Cargo 35.968 kg.
Sehingga selama lima hari Operasi Jembatan Udara itu dilaksanakan telah tercatat pesawat TNI AU mencatat total penerbangan sebanyak 165 jam 30 menit, mengangkut personel sebanyak 2.720 orang, dan mengangkut barang/cargo 89.147 kg.
Operasi Jembatan Udara pada awal tahun 1980 merupakan wujud kemanunggalan TNI Angkatan Udara dengan rakyat, disisi lain bahwa dengan kinerja dan pengabdian yang dilaksanakan hanya singkat dapat pula meningkatkan citra TNI AU dimata masyarakat, karena dengan sukses mampu memberikan pengabdian terbaik untuk masyarakat dengan bantuan angkutan udara kepada masyarakat.
Dan juga bahwa kesiapan TNI Angkatan Udara dalam menjalankan tugas Operasi Jembatan Udara membuktikan bahwa TNI AU tidak hanya siap untuk fungsi penegakan hukum di udara sesuai matra udara, tetapi juga mampu mengemban misi sebagai pelindung masyarakat.

Tanggal 4 Februari 1980. Panglima Kopkamtib Laksamana TNI Sudomo sesaat setelah membubarkan Operasi Jembatan Udara dan Pusat Pengendalian Krisis, mengadakan peninjauan langsung ke lapangan udara Kemayoran.  Tampak para awak pesawat TNI Angkatan Udara.

TNI-AU.