Senin, 07 April 2014

KRI Banjarmasin akan ikuti parade kapal perang Tiongkok

 Kapal Perang KRI Banjarmasin bersandar di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (16/1). KRI Banjarmasin merupakan kapal ketiga jenis Landing Platform Deck (LPD) buatan putra-putri bangsa Indonesia di PT PAL Indonesia. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin akan mengikuti parade kapal perang internasional di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada akhir April 2014.

Atase Pertahanan RI di Beijing Kolonel Samuel Kowaas, Senin mengemukakan KRI Banjarmasin-592 akan bertolak menuju Qingdao pada Senin dari Indonesia untuk mengikuti kegiatan "International Fleet Review" tersebut.

Wartawan Antara di Beijing melaporkan, KRI Banjarmasin yang dikomandani Letkol Laut (P) Jalesyamca Jayamahe juga dijadwalkan mengikuti "Multilateral Exercise in The Non Traditional Security Field" di lokasi yang sama.

Selain mengikuti dua kegiatan besar tersebut, kehadiran kapal jenis LPD buatan PT PAL itu, di Qingdao juga dalam rangka menjalankan kegiatan Kartika Jala Krida (KJK) 2014 yang diikuti taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat II Angkatan 61 berjumlah 89 orang.

Lazimnya muhibah ke beberapa negara, para taruna AAL itu akan mempromosikan Indonesia melalui kirab budaya dan "drumband" dalam rangkaian kunjungannya di Qingdao, Tiongkok.

KRI Banjarmasin diawaki 132 personel serta 10 personel pengasuh taruna Akademi Angkatan Laut.

KRI Banjarmasin merupakan salah satu kapal yang dirancang sebagai kapal pendukung operasi amfibi, yang memiliki kemampuan mengangkut pasukan pendarat berikut kendaraan tempur beserta kelengkapannya.

Kapal tersebut juga mampu mengangkut lima helikopter (tiga unit di geladak heli, dua unit di hanggar).

Selain sebagai kapal tempur, kapal berteknologi desain semi-siluman ini juga berfungsi untuk mendukung operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.

KRI Banjarmasin akan tampil dalam parade kapal perang di Qingdao bersama puluhan kapal perang lainnya dari sekitar 20 negara.

Minggu, 06 April 2014

PELAJARAN DAN BUKTI DARI KEHEBATAN KAPAL SELAM U 209/1300 MILIK TNI AL DI LAUT MEDITERANIA


Sampai periode awal tahun 90-an, TNI-AL masih cukup membanggakan bila dilihat dari arsenal tempurnya, salah satu indikatornya hingga masa itu hanya Indonesia satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam. Dominasi armada kapal selam Indonesia di kawasan Asia Tenggara telah dimulai sejak era tahun 60-an, dimana saat itu TNI-AL mengoperasikan 12 unit kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia.
Tapi lain dulu lain sekarang, dominasi Indonesia dalam armada kapal selam telah tumbang, pasalnya Singapura dan Malaysia kini sudah mempunyai armada kapal selam dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki TNI-AL. Singapura negeri super kecil ini justru telah punya 4 unit kapal selam kelas Sjoormen buatan Swedia, sedang Malaysia kini juga memiliki 2 unit kapal selam kelas Scorpene buatan Prancis.
Meski tak lagi jadi ”pemain” yang dominan di kawasan Asia Tenggara, kekuatan armada kapal selam TNI-AL masih cukup disegani, walau hanya memiliki 2 unit kapal selam saja. Tumpuan TNI-AL yakni kapal selam dari type 209/1300 yang dibuat oleh galangan kapal Howaldtswerke di Kiel, kawasan Jerman Barat. Type 209 TNI-AL mulai dipesan Indonesia pada tahun 1977, dan baru pada tahun 1981 mulai bertugas memperkuat armada TNI-AL dengan panggalannya di Lanal Dermaga Ujung, Surabaya.
Kedua kapal diberi nama KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402). Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Sebelumnya di era tahun 60an, TNI-AL juga menggunakan kode yang sama untuk identifikasi 12 unit kapal selamnya. Untuk kemudahan identifikasi, kedua kapal disebut sebagai kapal selam kelas Cakra.
Kapal selam type 209 terbilang cukup laris di pasar internasional, salah satu prestasi kapal jenis ini mampu mengusik gugus tempur angkatan laut Inggris saat perang Malvinas di Atlantik Selatan. Setelah menembakan torpedo yang sayangnya tak meledak, type 209 Argentina berhasil lolos dari upaya sergapan setelah 60 hari kucing-kucingan, dan bisa kembali ke pangkalan dengan selamat.
KRI Cakra digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed yang disalurkan langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal, baterai dibuat oleh Varta (low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga baterai diisi oleh generator yang diputar 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged.
Saat menyelam kapal selam menggunakan tenaga listrik, hal ini membuat pengoperasinnya bebas bising, senyap sehingga tak mudah terdeteksi sonar dari kapal musuh. Saat kapal berada di permukaan baru diaktifkan mesin disel, sekaligus tahap untuk proses re charging baterai.
Persenjataan KRI Cakra terdiri dari 14 buat torpedo SUT (surface and underwater torpedo) 21 inchi buatan AEG dalam delapan tabung. Torpedo jenis ini dapat dikendalikan secara remote. KRI Cakra dan Nanggla juga kerap digunakan untuk menunjang misi intelijen dan observasi. Dalam beberapa kesempatan, kapal selam ini juga digunakan sebagai wahana transportasi bagi pasukan katak. Seorang pasukan katak dapat dilontarkan dari lubang tabung torpedo, sangat pas untuk misi infiltrasi.
Keberadaan kapal selam tak bisa dilepaskan dari fungsi periskop, KRI Cakra mengandalkan periskop dengan lensa buatan carl zeiss. Sedang untuk snorkel dibuat oleh Maschinenbau Gabler, keduanya merupakan pabrikan asal Jerman. Secara teknis KRI Cakra memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut. Mampu menyelam hingga kedalam 500 meter. Sonar yang digunakan adalah jenis CSU-3-2 suite.
Karena hanya memiliki 2 unit kapal selam, pengoperasiannya dilakukan secara bergantian.
Spesifikasi Teknis Kapal Selam Type 209
1100 1200 1300 1400 1500
Displacement (submerged) 1,207 t 1,285 t 1,390 t 1,586 t 1,810 t
Dimensions 54.1×6.2×5.9 m 55.9×6.3×5.5 m 59.5×6.2×5.5 m 61.2×6.25×5.5 m 64.4×6.5×6.2 m
Propulsion Diesel-electric, 4 diesels, 1 shaft
5000 shp 6,100 shp (4,500 kW)
Speed (surface) 11 knots (20 km/h) 11.5 knots
Speed (submerged) 21.5 knots 22 knots 22.5 knots
Range (surface) 11,000 nmi (20,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (snorkel) 8,000 nmi (15,000 km) at 10 knots (20 km/h)
Range (submerged) 400 nmi (700 km) at 4 knots (7 km/h)
Endurance 50 days
Maximum depth 500 m
Armament 8x 553 mm torpedo tubes
* 14 torpedoes
* Optional UGM-84 Harpoon integration


 


Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut. Dan ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda dari menyelam ke moda muncul di permukaan. Dan pada saat muncul di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.



Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.
Selain kisah di atas masih ada lagi kisah kehebatan U 209 kita di tahun 1986.
 

OPERASI "CAKRA SEHAT" (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
rute-rutenya adalah:
Surabaya - Jakarta
Jakarta - Colombo (Srilangka)
Colombo - Jibouti (di Afrika)
Jibouti - Port Suez - Port Said (Mesir)
Port Said - Cadiz (Spanyol)
Cadiz - Hamburg - Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya mengandalkan periskop serang saja. Tapi KS KRI Cakra 401 membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya - Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta - Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan Colombo - Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu Baterai mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk Bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti - Port Suez - Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port Said - Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi Baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar "ping" (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari Portugal mendekat "what ship...?" tanya mereka, dijawab dengan kode internasional "This is PKOB the Indonesian Man of War", "Destination Cadiz Spain". Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz - Hamburg - Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini satu-satunya sholat ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil, singkat kata KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW...komentar orang HDW "kok kapal masih "bagus" begini sudah dibawa kemari?" sambil geleng-geleng kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK "Katanya setelah 5 tahun harus overhaul" .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan kapal tunda.....TABAH SAMPAI AKHIR.

 

 Sekitar ruang kontrol yang sudah refurbished dan semi digital macam diatas. 
Utk detail2 yg vital (utamanya.. sensor tempur, intai, komunikasi dsb) tentulah bukan utk konsumsi publik.

Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401 kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)...dalam pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data ttg KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75m dibawah permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra, bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tsb dan dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian kapal menyelam dengan membawa "souvenir" dari AL Perancis ke Indonesia. Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Semua cerita sumbernya dari: 50 tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009

Kontrak perbaikan KRI Cakra ini disepakati pada tahun 2004 senilai 60 juta dolar US dan dikerjakan selama 22 bulan. Overhaul itu meliputi perbaikan bangunan kapal, peralatan navigasi, peralatan komunikasi, sistem kendali senjata, disel generator, tangki-tangki, dan peralatan sensor(radar dan sonar), serta penggantian sejumlah komponen radar dan sonar dengan peralatan baru.


DSME memenuhi jadwal yang ditentukan. Perbaikan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2004, pada awal bulan Februari 2006 seluruh pekerjaan telah diselesaikan, dan diuji coba pada tanggal 13 Februari 2006. Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto, perbaikan itu mengembalikan performa KRI Cakra 80 % dari kemampuan tertingginya.
Bila saat pemberangkatannya menuju Korea Selatan, kapal selam ini digendong dengan kapal tunda raksasa, maka saat berlayar kembali ke tanah air, 60 personel TNI AL dibawah pimpinan komandan KRI Letkol Laut (P) Iwan Isnarto melayarkannya dari Korea Selatan ke Indonesia dengan menempuh jarak 2812 mil laut dalam waktu 16 hari. Pelayaran ini sekaligus digunakan untuk menguji semua kemampuannya terutama sejumlah sistem yang menjadi fokus perbaikan di DSME tersebut.


KRI Cakra tiba di pangkalannya dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 21 April 2006. Upacara penyambutannya pun langsung dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Hal ini menyuratkan betapa pentingnya kapal selam tersebut bagi armada tempur TNI AL saat ini. Kapal selam yang memakai nama senjata sakti tokoh pewayangan Sri Kresna ini kini telah kembali bertugas bersama saudara kembarnya yang menyandang namasenjata sakti Baladewa itu. Bergabungnya kembali kapal selam tersebut paling tidak cukup melegakan mengingat kompleksnya ancaman keamanan laut di Indonesia. 

 

Dan terkait dengan pengadaan kapal selam baru untuk TNI AL hendaknya para pengambil kebijaksanaan di negara kita memperhitungkan dengan seksama dan jangan tergesa-gesa dalam memilih produsen kapal selamnya, dan untuk masalah produsen kapal selam yang selama ini telah terbukti keunggulannya cuma ada 2 yaitu Jerman barat dengan type U classnya dan Russia dengan Kilo atau Ladanya. Dan untuk masalah pengadaan kapal selam ini pula tidak terlepas dari masalah politis, maka harus dipertimbangkan pula yang mempunyai resiko politis yang paling kecil bagi negara kita Indonesia karena resiko politis kadang tidak selalu berupa materi dan mahal bayarannya. Bisa saja bayarannya berupa intervensi politik dari negara yang tidak senang dengan Indonesia mengakuisisi kapal selam dari negeri tertentu.
Semoga saja informasi ini bermanfaat bagi kita semuanya.
 

Setelah NineOneOne, MH370 adalah EightOneOne?


Peristiwa serangan yang dirancang jaringan kelompok Al-Qaeda ke mainland Amerika Serikat dikenal dengan peristiwa Nine One One (911), karena dilakukan pada tanggal 11 September 2001. Dari empat pesawat penyerang, hanya tiga yang sukses, sementara rencana penyerangan ke Washington DC gagal dan pesawat jatuh sebelum sampai kepad sasaran.  Serangan berhasil meruntuhkan gedung kembar WTC di New York dan menyerang Markas Pentagon.
Nah kini,  dalam peristiwa hilangnya pesawat Boeing 777 MAS flight number MH370, apabila diperhatikan ada angka khusus yaitu Eight One One (811). Dari mana angka tersebut? Apabila diperhatikan, pesawat yang take off dari Kuala Lumpur pada pukul 00:41 (LT), menurut laporan dari Satelit Inmarsat, pesawat masih mengeluarkan "Ping" yang berasal dari engine, terakhir adalah pukul 08:11. Seharusnya pesawat tersebut mengirim ping kembali pada 09:15, tetapi tidak muncul.
MH370 diketahui pada pukul 01:21 mematikan transponder, pada pukul 01:30-02:15 dilaporkan tertangkap oleh dua Air Defence Radar (Radar Militer Malaysia dan Thailand) telah berbelok kearah Barat, kemudian ke Utara dan terakhir kearah Barat Daya, terakhir ditangkap radar pada pukul 02:15. Setelah itu, pergerakannya hanya merupakan pantauan Inmarsat, tanpa diketahui kecepatan, ketinggian dan arah yang pasti. Seperti diumumkan oleh PM Najib Razak, pesawat berakhir di Samudera Hindia.
Menurut keterangan CEO Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya, bahan bakar pesawat diisi untuk delapan jam terbang. Dengan demikian maka perhitungan pesawat berada diudara sekitar 7,5-8 jam masih realistis.
Apakah angka 811 merupakan sebuah signal? Dapat iya dapat tidak tergantung meyakininya. Angka tersebut adalah angka ping terakhir MH370 yang ditangkap Inmarsat. Menurut para ahli penerbangan, ping akan tetap dikirim secara konstan selama generator dari engine hidup. Pertanyaannya, apakah pilot tersebut sengaja shut down engine pada pukul 08:11? Mungkin saja, karena Boeing 777 bisa gliding (melayang) apabila engine mati. Ini merupakan masalah tersendiri bagi team SAR di laut, mereka sulit memperkirakan seberapa jauh jarak gliding pesawat itu.
Menurut perkiraan penulis, pesawat tidak hancur berantakan, tetapi pesawat ditching di laut, utuh, dan  mungkin hanya bagian cargo yang pecah, setelah itu pesawat akan tenggelam. Jelas tidak terlacak, karena kejadian pada 8 Maret 2014, sedang tim baru bergerak ke wilayah perkiraan lokasi setelah dua pekan. Kalau ditching, kemana para penumpang? Kemungkinan para penumpang serta crew telah dilumpuhkan pada saat pilot (pembajak) yang kemungkinan capt pilotnya sendiri saat dilakukannya manuver tempur setelah transponder dimatikan, dan pesawat berbalik arah, kemudian memotong Kotabaharu, ke Barat dan hingga di WP Vampi.
Terakhir pesawat diketahui ketinggiannya hanya 5.000 ft, dari data 35 ribu, ke 45 ribu (kemungkinan 37 ribu). Penumpang bisa terkena G Force negative ataupun hipoxia yang dapat menyebabkan seseorang tewas. Semua tidak didapat fakta yang pasti.
Jadi mengandalkan kepada radius jari-jari jangkauan satelit Inmarsat serta jarak jelajah pesawat setelah beberapa saat menghilang dari tangkapan radar militer, pesawat tetap terbang ke koridor Selatan (laporan dari perwakilan UK Air Accidents Investigation Branch ,AAIB),  seperti di sebutkan Inmarsat, ping terakhir 8:11. Nah   pada 8:11 engine di shut down, pesawat gliding dan ditching, pesawat kemungkinan tenggelam dalam keadaan utuh, sehingga tidak ada bukti barang-barang yang mengapung.
Apakah angka 8:11 itu penting? Amerika Serikat serta media menyebut peristiwa menggemparkan dan mengerikan yang meruntuhkan WTC pada 11 September 2001 sebagai peristiwa 911. Apakah kini si pembajak mendapat instruksi  mematikan engine pada 811 dengan maksud tertentu? Angka ini memang nampaknya seperti kebetulan, tetapi dalam sebuah serangan teror, para analis intelijen selalu memperhatikan signal-signal, untuk mengantisipasi serangan masa depan.
Pertanyaannya, setelah ini mereka akan melakukan apa lagi? Apakah 711?, yang bisa diterjemahkan sebagai tanggal 11 Juli? Atau tanggal  7 September? Kita belum tahu, karena belum didapat fakta atau rencana ataupun skenario para penyerang. Teroris akan sabar menunggu sampai tergetnya lengah, ini prinsip serangan. Yang sulit, banyak yang belum dapat menerimanya sebagai aksi teror.
Menurut penulis angka ini bukan berandai-andai, tetapi sebuah game antara terorisme yang memberikan pesan atau signal kepada pihak/negara tertentu (kemungkinan besar AS), yang harus benar-benar diteliti oleh badan kontra teror.
Itulah teror kelas atas, membuat gentar dan gemetar bagi mereka yang dituju, walaupun korban jatuh bisa siapa saja dan tidak peduli dari negara manapun. Yang penting mereka berhasil menghentak rasa takut dan penasaran masyarakat dunia. Perkara percaya ataupun tidak penulis serahkan kepada pembaca, karena dunia teror dan intelijen hanya dikuasai oleh  orang yang memahaminya, kira-kira mirip dengan dunia gaib. Begitulah.
Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan,

Sudah Mulai Berdatangan

Di tengah suasana hiruk pikuk menjelang Pileg tanggal 9 April 2014, KSAD mengumumkan di Makassar Jumat 4 April 2014 bahwa “kloter” 18 meriam artileri kaliber 155m sudah mulai berdatangan ke Indonesia. Kloter ini melengkapi jumlah pesanan yang terdiri dari 38 unit meriam artileri 105mm bermerk KH178 untuk 2 batalyon dan 18 unit kaliber 155m untuk 1 batalyon dikenal dengan sebutan KH179 semuanya made in Korsel.
Tahun ini adalah tahun akhir pemerintahan SBY setelah selama 10 tahun memberikan warna bangkitnya perekonomian negeri ini. Hasilnya saat ini adalah kekuatan ekonomi Indonesia berada di 15 besar dunia, nomor 1 di ASEAN, pendapatan per kapita mencapai US $ 4.000,- pertumbuhan ekonomi rata-rata di kisaran 5-6 % per tahun.  Bandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Ini fakta tak terbantahkan dan yang merilis laporan ini adalah berbagai lembaga keuangan internasional.
Daftar Belanja Militer RI dari SIPRI tahun 2013
Di bidang pertahanan selama 5 tahun terakhir telah diupayakan memperkuat militer negeri kepulauan ini dengan berbagai asupan gizi alutsista.  Karena ternyata selama ini dibanding negara sekitar ternyata kita kurang gizi alutsista alias ketinggalan jauh. Maka sebuah perencanaan dan strategi besar diungkap oleh Pangti SBY di awal masa jabatan keduanya tahun 2009. Dengan memprediksi kondisi kawasan yang dinamis dan tak terduga di hadapan petinggi Kemhan, TNI dan DPR dicanangkan belanja alutsista secara besar-besaran dengan anggaran 150 trilyun untuk masa lima tahun (2010-2014).  Ternyata kemudian prediksi itu benar, kondisi Laut Cina Selatan bergolak, tetangga selatan bertingkah.  Darwin, Christmas, dan Cocos jadi basis militer frekuensi tinggi.
Program belanja alutsista ini  kemudian dikenal dengan sebutan MEF (Minimum Essential Force) yaitu program pemenuhan alutsista untuk standar minimal yang dipersyaratkan.  Meski semua belanja alutsista yang direncanakan itu di rekapitulasi selama lima tahun ini sesungguhnya kekuatan alutsista kita belumlah memenuhi standar berkecukupan apalagi ideal. Artinya meski belanja alutsista bernuansa revolusioner selama lima tahun ini ternyata belum mencapai standar kecukupan karena memang selama 15 tahun terakhir atau sejak reformasi 1998 belanja alutsista TNI dinomorsekiankan.
Artileri Caesar Nexter buatan Perancis datang tahun ini
Meski saat ini kita sudah diperkuat 16 Sukhoi dengan persenjataan rudal lengkap tapi dibanding Singapura dan Australia kita masih kalah kelas jumlah dan kalah kelas. Atau kepemilikan jumlah kapal selam kita yang hanya dua itu, bandingkan dengan Singapura yang punya 5 unit dan Australia 6 unit.  Kondisi idealnya mestinya karena kita negara kepulauan harus punya minimal 12 kapal selam. Tapi jangan pesimis dulu, ini kan kondisi MEF I yang tentu akan berlanjut di MEF II (2015-2019).
Kita nikmati saja dulu hari-hari dimulai berdatangannya sejumlah alutsista yang sudah dipesan beberapa waktu lalu.  Setelah 18 unit KH179 itu akan tiba pada tahun ini 12 Pesawat coin Super Tucano, 8 Jet tempur F16 blok 52, 4 UAV Heron, 2 Pesawat angkut berat Hercules, 5 Pesawat angkut sedang CN295, 6 Helikopter serbu Cougar, 20 Helikopter serbu 412EP, 4 Radar, 11 Heli Anti Kapal Selam, 3 Kapal Korvet Bung Tomo Class, 3 Kapal Cepat Rudal 60m PAL, 3 LST, 2 BCM, 40 Tank Leopard, 40 Tank Marder, 50 Panser Anoa, 36 MLRS Astross II, 37 Artileri Caesar, sejumlah peluru kendali SAM, sejumlah peluru kendali anti kapal, Simulator Sukhoi dan lain-lain.
Kedatangan alutsista paket MEF I tentu tidak berakhir di tahun 2014. Tahun-tahun berikutnya masih akan terus berdatangan sesuai kuantitas pesanan.  Misalnya pesanan Tank Leopard, Jet tempur F16.  Bahkan ada pesanan MEF I yang belum datang yaitu 3 kapal selam Changbogo Korsel yang diprediksi datang mulai  tahun 2016.  Yang jelas kedatangan alutsista sepanjang tahun 2014 akan dipergelarkan dalam upacara militer besar-besaran tepat pada HUT TNI 5 Oktober 2014 di Naval Base Surabaya.
Nah di MEF II (2015-2019) nanti diprediksi pemenuhan kebutuhan alutsista sudah bisa memenuhi standar berkecukupan.  Tetapi syarat utamanya tentu ada anggaran belanja yang mampu memenuhi standar berkecukupan itu.  Kita berharap pagu anggaran belanja senjata dan rawat senjata untuk MEF II nanti bisa mencapai 200 trilyun. Angka ini bukan angka impian karena prediksi kekuatan PDB dan kekuatan daya beli Indonesia terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun.  Sekedar catatan prediksi beberapa lembaga keuangan internasional pada tahun 2020, kekuatan ekonomi Indonesia mampu menembus 12 besar dunia dengan pendapatan per kapita US $ 8.000,-
Kunci utama dalam kelanjutan MEF II adalah political will dari pemerintahan yang baru. Siapa pun yang menjadi RI 1 nantinya diharapkan dapat melanjutkan program MEF ini agar kebutuhan alutsista kita memenuhi standar kecukupan.  Lebih penting dari itu dengan kekuatan militer yang kuat, maka posisi diplomatik Indonesia akan semakin kinclong dan diperhitungkan.  Lebih utama dari semua itu jika ada yang mau mengusik teritori NKRI akan berpikir ulang atau mengukur diri. Maknanya memiliki kekuatan militer yang gahar diniscayakan mampu meminimalisir terjadinya pelecehan teritori, konflik bersenjata atau perang terbuka antar negara.  Dan alangkah baiknya pula pada hari-hari ke depan ini kita menikmati sajian kedatangan beragam alutsista sembari berucap Alhamdulillah.
****
 

Sabtu, 05 April 2014

TNI Worries Over Asia Arms Race, Territorial Tensions

 

Members of the Indonesian military deployed to Papua. (JG Photo/Dhana Kencana)

Indonesia’s military (TNI) is concerned that a rebalancing of power in the Asia-Pacific is driving an arms race in the region and that increasingly touchy territorial disputes could trigger conflict, the armed forces chief said.
In an interview with Reuters, military commander Moeldoko did not single out China for criticism, but his comments are the latest from regional officials that suggest there are growing fears over China’s assertiveness and military modernization.
“We are definitely worried because there is a trend happening in the region right now and that is an arms race, between ASEAN [the Association of Southeast Asian Nations] countries themselves and between major powers,” he said late on Wednesday.
According to IHS Jane’s, a defense publisher, the Asia-Pacific region is the only part of the world to see military spending grow steadily since 2008.
China is believed to have more than quadrupled its military spending since 2000 and by 2015 is expected to be outspending Britain, France and Germany combined. Even with Chinese spending stripped out, the rest of the Asia-Pacific region is seen overtaking the whole of Western Europe by the same date.
Moeldoko said it was important that what he called a rebalancing of power in Asia as well as efforts by the United States to step up its military presence in the region did not create “provocations.”
He also said the Indonesian military was constantly assessing the risk to the country’s oil- and gas-rich Natuna Islands close to an area of the South China Sea claimed by Beijing but insisted that Jakarta remained neutral in the conflicting claims over sovereignty in the region.
“We always need to evaluate the forces that are deployed in and around the Natuna region. We have to consider any spillover that emerges which we will have to deal with,” he said.
The Natuna Islands lie close to China’s so-called nine-dash-line, which Beijing uses on its official maps to display its claim to 90 percent of the South China Sea. The Philippines, Vietnam, Malaysia, Brunei and Taiwan also claim parts of the potentially resource rich waters.
Indonesia has long played a neutral role and sought to mediate in the disputes, although it has openly criticized China’s hard-nosed approach for inflaming regional tension.
China’s Foreign Ministry issued a statement on Wednesday saying Beijing had no dispute with Jakarta over the Natuna Islands in response to some reports that a row might be brewing.

Crystal clear
That was a view backed by Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa.
“It must be made crystal clear that between Indonesia and China there are no outstanding or overlapping maritime territorial disputes,” he told Reuters on Thursday.
However, Indonesia has been asking for clarification through the United Nations since 2010 of the legal basis for China’s nine-dash line, a set of dashes on Chinese maps that stretch deep into the heart of maritime Southeast Asia.
Natalegawa said Indonesia had “inferred” from China that the line did not cross Indonesian territory.
The 56-year-old Moeldoko, named armed forces chief last August, went to Beijing in February for talks with China’s military.
“We’re not focused particularly on China’s developments but we see there is a dispute in that region. And from that dispute we should anticipate or look at the future prospects in the region, and that is a part of our calculations.
“I explained [to my Chinese counterpart] that we are a sovereign country, we will protect our territory, and we will do whatever is necessary to protect our sovereignty. They understand that,” he said.
 

OPM Turunkan Bendera Merah Putih di Pos TNI Papua

Menembaki tower serta membakar papan reklame di sekitar pos TNI Skow.

Upacara HUT Indonesia di Zebra Wall (base camp terakhir menuju puncak Cartenz) di Distrik Tembagapura, Mimika, Papua
Upacara HUT Indonesia di Zebra Wall (base camp terakhir menuju puncak Cartenz) di Distrik Tembagapura, Mimika, Papua (Antara/ Husyen Abdillah)
Kelompok separatis OPM menurunkan bendera Merah Putih di Perbatasan RI-PNG tepatnya di Pos Skow Jayapura, Sabtu 5 April 2014. Mereka kemudian menaikan bendera Bintang Kejora simbol perjuangan OPM.

Kelompok separatis yang diperkirakan sekitar 40 orang itu menembaki tower serta membakar papan reklame di sekitar pos TNI Skow.

Juru Bicara Kodam 17 Cenderawasih Letnan Kolonel Arm Hikas Hidayatullah membenarkan aksi itu. "Kelompok separatis membakar papan reklame dan menurunkan merah putih, lalu menaikkan Bintang Kejora," kata Hikas.

Menurutnya, kelompok itu membawa sejumlah senjata api lalu menembaki tower di Perbatasan. "Mereka diperkirakan membawa enam pucuk senpi, setelah berakhir mereka kabur ke wilayah PNG," ucapnya.

Salah seorang anggota Unit Intel Kodim 1701 Jayapura atas nama Serma Tugiono terkena serpihan kaca tower yang ditembak kelompok separatis. "Anggota yang terkena serpihan sudah dirujuk ke RS Marthen Indey," kata dia.

Saat ini TNI dan Polri masih melakukan pengejaran terhadap kelompok separatis itu, sementara bendera Bintang Kejora yang dinaikkan ke tower sudah diturunkan.

Juru Bicara Polda Papua Komisaris Besar Pujo Sulistyo, mengatakan kelompok sipil bersenjata itu berupaya menggangu perekonomian di sekitar perbatasan dengan melakukan aksi penembakan dan pembakaran. "Mereka merusak tempat cucian mobil dan membakarnya, lalu mengibarkan bendera bintang kejora," ucap Pujo.

Kapolres Kota Jayapura Alfred Papare beserta anggotanya, langsung mendatangi tempat kejadian. "Kapolres bersama enam anggotanya sempat mengamati aksi kelompok itu dari kejauhan," kata dia.

Saat itu tiba-tiba kelompok bersenjata menembaki tower perbatasan, hingga kacanya pecah. "Serpihan kaca tower melukai tangan dan kaki Kapolres serta Pelipis Serma Tugino," ucapnya.

Setelah beraksi, para pelaku kabur menuju wilayah PNG. "Situasi sudah bisa dikendalikan, Kapolres dan Serma Tugino juga sudah sehat." 
 

TNI AU Bidik Jet Tanker A330-MRTT di 2015

 

Jet Tanker Airbus A-330-MRTT
Jet Tanker Airbus A-330-MRTT

Untuk memperkuat dukungan logistik bagi armada pesawat tempur TNI AU, Kementerian Pertahanan berencana memesan jet tanker generasi terbaru, Airbus A330-MRTT. Anggarannya dialokasikan mulai tahun 2015 dengan sistem pembayaran multi years.
Pesawat Multi Role Tanker Transport (MRTT) mengambil basis jet penumpang A330 yang dikonversi oleh Airbus Military di Getafe dekat Madrid, Spanyol.
Seperti kita ketahui Airbus Military Spanyol memiliki kedekatan dengan PT DI, dengan proyek CN 295 dan lain-lain. Dan bisa ditebak pembelian jet tanker A330-MRT ini akan memberikan sebagian pengerjaan komponen pada PT DI, serta transfer of technology.
Tidak itu saja, Kementerian Pertahanan juga mengalokasikan dana yang cukup besar untuk penambahan pesawat CN-295 AEW/C/MPA.
TNI AU juga akan  mengganti pesawat angkut Hercules C-130B dengan Airbus A400. Namun ketertarikan dan rencana pembelian A400, belum disertai dengan rencana pendanaannya.
Dengan adanya rencana kontrak-kontrak baru ini, sudah terbayang PT DI ke depannya akan menjadi perusahaan yang kuat dan sarat dengan teknologi terbaru.
Di satu sisi, PT DI dan rekanan akan membangun jet tempur KFX/IFX Indonesia bersama Korea Selatan. Di sisi lain PT DI juga akan menyediakan pesawat angkut militer dan militer, baik itu yang fix wing maupun rotary (helikopter).
Dengan terobosan ini, perawatan dan penggantian suku cadang pesawat fix wing dan rotary Indonesia akan semakin mudah, terencana dan tidak kalah penting semakin murah dan bisa dikerjakan di dalam negeri.
Pola pengembangan pengembangan pesawat fix wing dan rotary Indonesia sudah mulai terlihat. Untuk jenis rotary, pesawat-pesawat militer maupun sipil mulai menggunakan Eurocopter yang sebagian komponennya dibuat oleh PT DI, seperti: AS 550 Fennec untuk Angkatan Darat, Helikopter Panther untuk TNI AL dan Cougar untuk TNI AU.
Sementara untuk pesawat fix wing, PT DI mulai memproduksi NC-212, kerjasama dengan Airbus untuk CN295 dan yang terbaru akan dijalankan Jet Tanker A330-MRTT, sebelum lompat lebih jauh ke pesawat angkut jumbo A440.
a330mrtth
Proyek terbaru PT DI ke depan adalah ikut serta menyediakan sejumlah komponen untuk Jet tanker A330-MRTT yang  dipesan Indonesia.

Jet tanker A330-MRTT yang didukung dua mesin Rolls-Royce Trent 700dapat menyimpan 111 ton bahan bakar dan dilengkapi dua buah pod underwing untuk pengisian bahan bakar.
Dengan kapasitas bahan bakar yang besar, memungkinkan A330 MRTT unggul dalam misi pengisian bahan bakar udara-ke-udara tanpa perlu kembali ke pangkalan/tanker untuk mengisi ulang bahan bakar tambahan.
A330 MRTT juga dapat digunakan sebagai pesawat angkut murni dan mengangkut 300 tentara, atau muatan hingga 50 ton dan juga dapat dikonversi dengan mudah menjadi pesawat Evakuasi Medis sebanyak 130 tandu.
Total, 28 pesawat A330 MRTT telah diorder oleh empat pelanggan yaitu Australia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Inggris. Singapura juga berminat membeli 6 pesawat Jet tanker A330-MRTT.
Jet tanker A-330-MRTT mampu mengisi bahan bakar di udara terhadap berbagai jenis pesawat tempur: F–16, F–35A, Eurofighter Typhoon hingga Sukhoi SU 27/30.
Indonesia tidak hanya menjadi produsen dari A-330-MRTT, tetapi ikut ambil bagian dalam produksinya, sekaligus membangun industri pesawat dalam negeri. Selamat PT DI.