Sabtu, 29 Maret 2014

Usai cari MH370, KRI Oswald ikuti Latma Komodo

 Dokumen foto uji tembak peluru kendali Yakhont dari KRI Oswald Siahaan-354 di perairan Samudra Hindia. (ANTARA/Prasetyo Utomo)

Usai ikut mencari pesawat Malaysian Airlines MH370, KRI Oswald Siahaan langsung mengikuti latihan bersama (latma) penanggulangan bencana "Multilateral Naval Exercise Komodo/MNEK 2014" di Perairan Kepulauan Riau.

Laksma TNI Amarullah Oktavian di Batam, Jumat, mengatakan awalnya KRI Oswald Siahaan memang diagendakan mengikuti Latma Komodo. Namun, di tengah waktu, kapal itu ditugaskan untuk ikut mencari pesawat MH370.

"KRI Armada Timur Oswald Siahaan dari awal ditugasi untuk komodo, tapi diminta mencari MH370, maka Siahaan mencari dulu. Dan sekarang sudah ditarik. Besok pagi, lego jangkar di Batam," katanya.

KRI Oswald Siahaan bergabung bersama 14 kapal milik angkatan laut negara lainnya yang mengikuti Latma Komodo di Perairan Kepri.

Malaysia tetap mengirimkan kapalnya untuk mengikuti Latma Komodo, meski tengah sibuk mencari pesawat yang hilang.

Menurut dia, kapal yang dikirimkan untuk Latma Komodo berbeda spesifikasi dengan kapal pencarian, sehingga Malaysia tidak membatalkan pengiriman kapalnya demi pencarian pesawat yang kabarnya jatuh di Samudra Hindia.

"Kalau untuk latma, kapalnya lebih pada kapal rumah sakit," ucap dia.

Negara-negara peserta lainnya juga tidak ada yang membatalkan pengiriman kapal, demi mencari pesawat yang mengangkut lebih dari 200 orang penumpang.

"Tapi, Filipina memang mengganti kapalnya," kata dia.

Dari 17 negara peserta latma, menurut dia, Kamboja, Myanmar, Laos dan Selandia Baru tidak mengirimkan kapal.

Latma Komodo diikuti 17 negara peserta dan satu negara pengamat, serta sekira 4.800 personel angkatan laut.

Latihan yang mengusung tema penanggulangan bencana itu mengambil tempat di Perairan Natuna, Anambas dan Batam, serta beberapa pulau di wilayah itu.

Dalam latihan itu disimulasikan bencana akibat meledaknya kilang minyak serta tsunami, sehingga dibutuhkan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara.

Segera Dibangun Shelter Jet Tempur di Natuna


Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Ranai, Letkol (Pnb) Andri Gandy, mengatakan pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera diliengkapi dengan jet tempur cangih, Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai.
“Pembangunan Shelter Sukhoi ini sebagai pangkalan pendukung operasi TNI AU di Natuna,” sebut Andri Gandy di Ranai, Kamis (27/3).
Shelter ini,  kata Gandy, untuk memungkinkan pergelaran pesawat tempur dan dijadikan home base di Lanud Ranai. Sehingga pesawat Sukhoi tetap berada di Lanud Ranai, jika setiap saat diperlukan.
Saat ini Lanud Ranai sendiri sudah dilengkapi beberapa fasilitas seperti lampu runway, lampu taxiway, emergency, radio TNI AU primary dan secondary hingga lampu tower. Jika sebelumnya bandara ini belum bisa beroperasi di malam hari, tetapi saat ini sudah bisa dioperasikan dan sudah dilengkapi radar yang terintegrasi.
“Setidaknya dalam kurun waktu dekat, bandara Lanud Ranai bisa sekelas Batam. Walau panjang landasan saat ini masih 2,5 kilometer, sementara Batam sudah tiga kilometer,” ujarnya.
Sebelumnya Asisten Deputi I Bidang Pertahanan Negera Kemenko Polhukam, Fajru Zaini, mengatakan pembangunan shelter pesawat tempur Sukhoi di Lanud Ranai sudah dianggap sebagai langkah memenuhi standar minimum pertahanan negara.
Fajru mengakui, Shelter Sukhoi salah satu penunjang pengembangan kekuatan pokok minimum (minimum sssential force/MEF) pada rencana strategis (Renstra) ke depannya. Sehingga kelak pesawat yang melakukan operasi lebih mudah parkir di pangkalan terdepan, salah satunya seperti di Natuna.
“Memang kita harus siapkan sarana untuk alat tempur seperti pesawat tempur Sukhoi. Pembangunan shelter itu dalam menunjang minimum essential force. Dimanapun pangkalan terdepan kita harus sediakan shelter,” ungkapnya saat di Ranai, pekan lalu.
Menurutnya, kelengkapan fasilitas di pangkalan udara terdepan akan memungkinkan pesawat melakukan operasi dengan optimal. Namun pihaknya berupaya melengkapi standar di bandara Lanud Ranai untuk operasi pesawat-pesawat seperti Sukhoi. “Perlu persiapan dulu mulai dari suplai listrik, ground pendaratan yang standar sesuai lebar dan panjang landasannya,” ujarnya.
 

Menyaksikan "Top Gun" TNI AU beraksi di Jalak Sakti 2014

 Sasaran hancur dan meledak setelah dua bom udara-darat multiguna Mk-82 diluncurkan dari Hawk 209 Skuadron Udara 1 Elang Khatulistiwa, di arena latihan udara Lampung, Rabu (27/3). Operasi pengeboman darat itu bagian dari Latihan Puncak Jalak Sakti 2014 di jajaran Komando Operasi Udara 1 TNI AU. (antaranews.com/Ade P Marboen)

Satu negara agresor merebut sebagian wilayah Indonesia, menduduki dan menjadikan wilayah itu sebagai pangkalan tempat berpijak militer mereka untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia. Tentu TNI tidak berpangku tangan, panglima TNI memerintahkan TNI AU bergerak.

Berdasarkan data intelijen, diketahui posisi-posisi vital kedudukan musuh yang bernilai strategis. Inilah kemudian yang dikembangkan panglima Komando Operasi Udara I TNI AU untuk melaksanakan misi penghancuran sasaran di darat itu.

Diterbangkanlah dua flight pesawat tempur Hawk 109/209 gabungan dari Skuadron Udara 1 dari Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak, dan Skuadron Udara 12 dari Pangkalan Udara TNI AU Rusmin Nuryadin, Pekanbaru.

Flight berkode Elang Flight (Skuadron Udara 1) dan Panther Flight (Skuadron Udara 12) ini berhasil menghancurkan posisi strategis musuh itu, menjatuhkan bom-bom udara-darat multiguna Mk-82 berbobot 500 pound (250 kilogram) dalam empat kali pengeboman.

Sasaran hancur total, pilot pengawak Hawk 109 dan 209 kembali ke pangkalan dalam keadaan selamat. Misi berhasil.

Demikianlah sebagian skenario awal Latihan Puncak Jalak Sakti 2014 kali ini yang berlokasi di tanah Pangkalan Udara TNI AU Astra Ksetra, Lampung. Latihan pengeboman sasaran darat memakai bom betulan ini menjadi tontonan penting tersendiri bagi masyarakat setempat, yang telah diberitahu sejak dua pekan sebelumnya.

"Pilot-pilot tempur yang terlibat semuanya top gun kami di kelas pesawat terbang itu. Bayangkan, cara membidik dan menjatuhkan bom-bom itu masih manual, betul-betul berdasarkan perhitungan awak penerbangnya, mulai dari kecepatan, ketinggian, sudut serang, dan lain sebagainya," kata Komandan Pangkalan TNI AU Supadio, Kolonel Penerbang Samyoga Nofyan.

Dia juga pernah menjadi penerbang Hawk 209 dan menjadi komandan skuadron pesawat tempur buatan British Aerospace, Inggris itu. Ada empat sasaran buatan yang didirikan untuk dihancurkan, masing-masing berukuran 10 x 10 meter dengan warna menyolok.

"Kelihatannya besar, tapi dari ketinggian 2.000 kaki terhadap sasaran sangat kecil. Semula ukurannya 15 x 15 meter. Ini menguji kemampuan pilot-pilot tempur kita," kata dia.

Dari Skuadron Udara 1, ada empat Hawk 109/209 yang diterbangkan, yaitu TT-0229 (Kapten Penerbang Amry Thresher Taufani), TL-0112 (Letnan Kolonel Penerbang Radar Skyfin Suharsono/komandan skuadron dan Letnan Satu Penerbang Higha Hydra Afrianda), TT-0226 (Letnan Satu Penerbang Ari Monster Widodo), dan TT-0221 (Mayor Penerbang I Gusti Greyhound Adibrata).

Skuadron Udara 12 menerbangkan TL-0103 (Letnan Kolonel Penerbang Reka Icepack Budiarsa dan Kapten Penerbang Putut Rafale Hanggiro), dan TT-0211 (Letnan Satu Penerbang Arie Ninja Prasetyo). Satu Hawk 100/200 disiagakan di pangkalan aju sebagai cadangan.

Panglima Komando Operasi Udara I TNI AU, Marsekal Muda TNI Muhammad Wildgeese Syaugi, yang memimpin seluruh latihan puncak di lingkungannya, puas atas capaian anak buahnya itu.

"Tapi jangan berpuas diri, harus semakin sempurna dari hari ke hari. Ini jadi tantangan tanpa akhir melalui latihan, latihan, dan latihan," kata dia, yang saat masih perwira pertama dan menengah adalah penerbang tempur rating F-5 E/F Tiger II dan F-16 Fighting Falcon.

Empat kali bom itu jatuh, semuanya tepat di sasaran. Bahkan satu titik dibombardir tiga kali pemboman, dengan selisih sekitar satu meter saja. "Untuk ukuran pengeboman udara, sudah sangat presisi. Efek mematikan dari ledakan itu saja sudah sangat mematikan musuh dan posisi yang dituju," kata Samyoga.

Dengan cara manual seperti itu saja sasaran-sasaran bisa dihancurkan; bagaimana lagi jika Indonesia dan TNI AU bisa memiliki dan mengoperasikan pesawat tempur generasi mendatang, semisal F-22 Raptor

SEKILAS KILO KLAS SUBMARINE type 877K TNI AL

Kapal Selam Kilo Class Proyek 877 EKM
Kapal Selam Kilo Class Proyek 877 EKM

Ngomomg-ngomong soal “Hoax”, saya sengaja ngebuat artikel “Hoax” ini mengenai kemampuan Kapal selam Kilo kita yang hasil pengadaaan tahun 2007 lalu. Terserah deh tanggapan para warjager disini sesuai dengan “azas dan paham keyakinan masing-masing” bagaimana, so saya hanya memberikan sedikit pencerahan aja.
Data KS Kilo kita adalah sebagai berikut: panjang 72,6 meter lebar badan tekan 9,9 meter, sarat kapal 6,6 meter. Tetapi Kilo kita diperpanjang sekitar delapan meter untuk penempatan AIP, air independent propulsion. fuell cell system. Penambahan ruangan yang dipergunakan untuk tangki LOX (liquid oxygen) dan hybrid hidrogen.
Ilustrasi: Dimensi Kilo class + AIP
Ilustrasi artikel: Dimensi Kilo class + AIP

Berat pemindahan airnya (displacement) diatas air 2325 ton, dibawah air (menyelam) 3076 ton. Kapal kita ditenagai dengan dua buah mesin diesel type 4-2DL-42M bertenaga 3650 HP, dibawah air bergerak dengan menggunakan motor listrik pokok bertenaga 5900 HP, yang didukung pula dengan dua buah motor listrik auxiliary type MT-165 berkekuatan 204 HP, serta motor ekonomi yang berkekuatan 103 HP (setara dengan PG-103 ex Whiskey class). Besarnya tenaga diesel dikapal ini memberikan gambaran akan usaha memperkecil probabilitas discretion, dengan mempersingkat waktu pengisian batere.
Transfer of powernya menggunakan system electrical transfer power, seperti pada type U-209. Kecepatan KS kita ini berkisar sekitar 10 knot saat berlayar diatas air, 17 knot saat menyelam, dan 9 knot saat berlayar dengan RDP (rabotayet diesel potwodoy / DBA diesel bekerja dibawah air,). Jarak jelajahnya mencapai 6.000 mil dengan kecepatan 7 knot RDP, dan saat berlayar dengan rezim motor ekonomis dan dalam kondisi silent run, akan dapat mencapai jarak 400 mil dengan kecepatan 3 knot. Kemampuan kedalaman selam normalnya mencapai 240 meter.
“Disamping itu, Kilo kita sudah dikaji magnetic anomaly signaturenya, sehingga sudah di demagnitisasi sedemikian rupa sehingga kemungkinan KS kita ini terdeteksi oleh MAD (Magnetic Anomaly Detection) yang menjadi andalan pesawat terbang Lockheed P-3B “Orion”, pesawat anti kapal selam Australian Navy maupun penggantinya nanti Boeing P-8 Poseidon, akan turun menjadi seminimal mungkin.”
Awak kapalnya berjumlah kurang lebih “50an orang dengan belasan orang diantaranya Perwira”. Sumber tenaga bawah airnya menggunakan batere dengan kekuatan 9700 kWH, yang merupakan pengembangan dari batere CY-45 ex Whiskey class. Salah satu diantara sekian banyak  keistimewaan positif  KS kilo kita ini adalah reserve buoyancynya yang mencapai nilai 23%, yang berarti, bahwa walau kapal ini mengalami kebocoran, akan tetapi, dengan reserve buoyancynya yang sebesar itu, kemungkinan penyelamatan kapal masih amat tinggi.
KS Kilo kita memiliki enam peluncur torpedo caliber 53,3 cm yang tertata pada bagian haluannya. Peluncur ini dapat menembakkan baik long torpedo anti kapal atas air standard Angkatan Laut Rusia, maupun torpedo pendek anti kapalselam dari type USET 80. Sebagai konfigurasi alternative, setiap torpedo dapat digantikan dengan dua ranjau. Torpedo cadangan yang dibawanya berjumlah dua belas torpedo.
Pengendalian torpedonya pada kapal sudah menggunakan Murena MVU-119EM, yang jauh lebih modern dari TAS-L2 yang pernah kita pergunakan di “Whiskey class” dahulu. Dengan Kemampuan Murena, kecuali dapat dipergunakan untuk mengendalikan tembakan dua jenis torpedo tersebut, yaitu standard straight run long heavy weight torpedo, bagi sasaran kapal atas air, dan untuk menembakkan short torpedo, torpedo kendali anti kapal selam, juga telah memungkinkan kita melacak (searching) beberapa sasaran sekaligus, serta membidik dan menembak (tracking, firing) dua diantara sekian banyak sasaran yang telah dilacak, dengan suatu kepresisian yang sempurna.
Selain itu KS Kilo kita ini diperlengkapi juga dengan SSM (Surface to surface missile) Novator Alfa SS-N-27, yang dapat ditembakkan dari peluncur torpedonya untuk mengatasi gangguan helicopter anti kapal selam yang mencoba mengintai.
Kalo untuk mengatasi pesawat patroli maritim sejenis Orion P-3 milik Sonotan yang mencoba menginderanya dengan MAD, dipasang SAM (Surface to Air Missile) dari type SA-N-5/8  “Gremlin” atau “Strella 3”, yang menggunakan pengendalian dengan kepala pelacak infra merah. SAM dapat ditembakkan dari peluncur portable yang tertata dianjungan, yang letak nya diantara tabung RDP dan antena komunikasi.
Sonar yang dipergunakan pada KS Kilo kita merupakan suatu sonar pelacak dan penyerang (search and attack) aktif pasif berfrekwensi rendah dari type Sharkteeth/Sharkfin (MGK-400) yang mampu mengindera kapal musuh dari jarak yang amat jauh. Untuk  ESM nya, Kilo kita sudah menggunakan ESM dari type “Squidhead” atau “Brickpulp”. Tetapi pembaring radionya masih menggunakan “Quad loop”, masih sama dengan yang dipergunakan dikapal selam “Whiskey class.” Sementara untuk Radarnya menggunakan surface search radar “Snoop tray” MRP 25  dengan band I, yang bekerja pada frekwensi sekitar 8 s/d 10 GHz , sedangkan sarana  komunikasinya dilengkapi dengan TX/RX HF dan VHF.
Periskopnya menggunakan dua PZKG, yang dipergunakan baik sebagai attack maupun search periscope. Diameter tabung periskop PZKG ini 180 mm, dengan penggunaan Quasi Binocular Viewing untuk mengurangi stress pada mata penggunanya.

Pergelaran
Sejatinya setiap pergelaran KS itu tergantung dari displacementnya, membutuhkan suatu kedalaman tertentu. Makin besar tonnase kapal selam, maka akan makin dalam kedalaman laut yang dibutuhkannya untuk menyelam dengan aman. Dengan bobotnya yang berkisar sekitar 3000 ton kalo dibawah air, maka Kilo kita dapat dipastikan akan membutuhkan laut dengan kedalaman minimal 200 meter untuk menyelam dengan aman, dalam arti, memiliki ruang gerak yang uenak untuk melaksanakan manuver penghindaran, apabila (kalo lagi apes) suatu waktu tertangkap oleh alat deteksi kapal ASW musuh.
Mengingat bahwa dalam kenyataannya, laut pedalaman Indonesia yang berada diantara pulau pulau di Indonesia kedalamannya rata rata hanya sekitar enam puluh meter, (kecuali Laut Banda)  maka udah jelas dong pergelaran Kilo kita ini dimana? Ya, kapal selam Kilo kita ini digelar (di-deployment) dilaut luar, antara lain di Samudra Hindia, baik disisi Barat maupun disisi Selatan Negara kita, dan didaerah tepian Samudra Pasifik, yaitu disisi Timur Negara kita, dimana kedalamannya rata-rata diatas dua ratus meter. Tentunya, peran yang diberikan pada KS kita ini lalu akan lebih merupakan suatu patroli pengaman garis luar terhadap musuh yang datang dari arah yang jauh. Atau kalau boleh lebih dipertegas lagi tugasnya akan merupakan tugas pencegatan (intercept) terhadap kekuatan musuh yang akan menyerang kita, jauh ditengah laut, bahkan sebelum mereka sempat melihat daratan kita.
Peta wilayah perairan dan ZEE Indonesia
Peta wilayah perairan dan ZEE Indonesia
Variasi kedalaman laut Indonesia. image: Google Earth

Makanya kalo ngintip Kilo kita ini berada di Dermaga SATSEL Ujung Timur Surabaya sana, dijamin enggak bakalan nemu deh, meskipun situ-situ udah nongkrongin di dermaga sono 24 jam tiap hari selama setahun. Selain alasan diatas ada satu alasan lagi, yaitu :  di pangkalan ALRI Surabaya ada “satu sepitan” antara markas SATSEL dan graving dock ex KRI IRIAN, kedalamannya tidak memungkinkan untuk dilewati KS dengan tonnase gede macam Kilo dengan mudah, kecuali pada saat air laut pasang itu juga pasang yang paling tinggi.” jadi dimanakah pangkalannya Kilo kita ini? “Top Secret”.
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“Just IMHO and HOAX”
(By pocong syerem) Nb : “diolah dari beberapa sumber”

Kamis, 27 Maret 2014

Dibalik Kegagalan Pesawat Jet Tempur F-16 TNI AU sewaktu menghadang F-18 Hornet AS Di Bawean

Apa ada anda masih ingat insiden Bawean tahun 2003 dulu ? Sewaktu pesawat tempur As secara berani masuk ke wilayah NKRI tanpa permisi, bahkan sempat hendak mengeluarkan rudal pada pesawat TNI- AU. Berikut ini liputan komplit kronologis kejadiannya.

Insiden Bawean adalah duel udara pesawat tempur F-16 TNI-AU dengan pewat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang menerobos masuk wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean. Mulanya orang nyangka ini hanya sekadar latihan militer atau simulasi perang-perangan. Ternyata ini kisah nyata.

Tepatnya pada 3 Juli 2003, kawasan udara di atas Pulau Bawean sontak memanas ketika lima pesawat asing yang kemudian diketahui sebagai pesawat F/A 18 Hornet terdeteksi radar TNI AU.



Dari pantauan radar, kelima Hornet terbang cukup lama, lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Untuk semenntara Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.

Sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver Hornet. Karena itu panglima Konanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi. Apalagi manuver sejumlah Hornet itu sudah mengganggu penerbangan komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali serta sama sekali tak ada komunikasi dengan ATC terdekat.

Lalu, dua pesawat tempur buru sergap F-16 TNI-AU yang masing-masing diawaki Kapten Pnb. Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto dan Kapten Pnb. Tony Heryanto/Kapten Pnb. Satro Utomosegera disiapkan.

Menjelang petang, Falcon Fligh F-16 melesat ke udara dan tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut dua pesawat Hornet. Radar Falcon Fligh segera menangkap kehadiran dua Hornet yang terbang cepat dalam posisi siap tempur. Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dog fight ia bisa melancarkan bantuan.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-banar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang semakin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.

Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship". F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status mereka.


Usai kontak Hornet AS itu terbang menjauh sedang kedua F-16 TNI-AU return to base, kembali ke pangkalannya Lanud Iswahjudi Madiun. Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI-AU juga melihat sebuah kapal perang Frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah kedua F-16 mendarat selamat di pangkalan TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Namun yang paling penting dan merupakan tolak ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS itu baru saja mengontak MCC RAI dan melaporkan kegiatannya.

Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737. Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok. Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah AS.

Itulah kisah sebenarnya yang terjadi bawean. Kok bisa-bisanya pasukan AS ini mondar-mandir di perairan indonesia tanpa permisi...yah
yang lebih mengkhawatirkan saat ini pemerintah akan membeli F-16 dari AS,
Sebagai produksi buatan Amerika, Amerika praktis telah mengetahui kelemahan-kelemahannya yang paling utama dari produk-produk militernya yang dijual ke negara-negara lain. Tak terkecuali pesawat jet tempur F-16.

Mari kita tengok kejadian bawean tadi. Sewaktu pesawat jet tempur Amerika F-18 Hornet melewati daerah kedaulatan teritorial Indonesia. Ketika Amerika melakukan manuver pesawat ini, pesawat F-16 TNI Angkatan Udara kita waktu itu langsung melakukan pengejaran. Tapi apa yang terjadi kemudian? Pesawat F-16 milik TNI Angkatan Udara dengan serta merta berhasil dikunci sehingga tidak berkutik.
Kalo beli pesawatnya masih di setir AS terus. Gimana TNI-AU bisa maju ?
Pengalaman pahit TNI AU Juli 2003 lalu sebaiknya jadi bahan pertimbangan serius untuk membatalkan pembelian tersebut. 
 

Kisah kejayaan Tu-16 AURI, yang membuat Gentar Asia Tenggara dan Australia

Pada awal tahun 60-an, Indonesia menjadi sebuah negara yang disegani oleh negara-negara lain disekelilingnya. Penyebabnya karena Angkatan Udara (kala itu namanya AURI) telah memiliki pesawat jet pembom stategis Tu-16 dan Tu-16 KS. Dapat dikatakan Indonesia saat itu mempunyai kekuatan udara terkuat di bumi bagian selatan.
Sebagai contoh misalnya, beberapa negara besar saja seperti China, India, dan Australia belum mempunyai  pesawat pembom strategis atau jet tempur Mach 2, Indonesia sudah mempunyai pesawat pembom Tu-16. Juga pesawat tempur sergap dengan kecepatan Mach-2, seperti Mig-21, Mig-19, Mig-17.  Hanya AS yang mempunyai pembom strategis (B-58 Hustler), dan Inggris dengan V bombernya (Vulcan, Victor, serta Valiant), selain Rusia sendiri. Khusus untuk TU-16, selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan adalah  Mesir.
Pada era tahun 60-an, Tu-16 adalah pesawat yang paling ditakuti, karena jangkauan terbangnya hingga 7.200 km, kecepatan mencapai 1.050 km per jam, dan ketinggian terbang hingga 12.800 km (39.400 feet). Versi Tu-16 (Badger A) mampu membawa muatan bom seberat 9.000 kg (9 ton), versi Tu-16 KS (Badger B) , selain membawa bom juga  mampu membawa dua buah peluru kendali udara permukaan KS-1 (AS-1 Kennel).
Skadron Tu-16 yang terdiri dari 12 pesawat, menjadi kekuatan skadron Udara 41 (pangkalan AU Iswahyudi, Madiun) dan 12 pesawat Tu-16KS masuk menjadi kekuatan Skadron Udara 42, juga di Madiun. Menurut sejarah, AURI bisa memiliki Tu-16 karena upaya gigih Presiden Soekarno yang terus menekan Duta Besar Uni Soviet di Jakarta (Mr. Zhukov), yang kemudian melaporkan kepada Menlu Soviet, Mikoyan. Pada akhirnya diplomasi Presiden Soekarno berhasil dan datanglah kemudian  pesawat-pesawat tempur yang sangat canggih di jamannya itu.

Peran Tu-16 dalam Operasi Trikora

Saat Presiden Soekarno mengumandangkan Operasi Trikora, Angkatan Perang Indonesia sedang berada pada “puncak kejayaan”. Angkatan Perang dipersenjatai dari negara blok Timur, tidak hanya AU, tetapi juga AD dan AL. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan Selatan. Sehingga ada ungkapan saat itu "AURI, anak lanang Bung Karno." Dimanja karena mempunyai pesawat tempur tercanggih di jamannya.
Dalam operasi Trikora, AURI menyiapkan satu flight Tu-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. Pada saat perundingan RI-Belanda sedang ber­langsung di PBB, para awak Tu-16 yang disiagakan itu terus memonitor   hasil perundingan. Perintah Komando Mandala adalah, “Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak.” Karena itu para awak terus stand by 24 jam di Morotai. AURI menjadi lebih yakin dan tidak takut dengan Kapal Induk Belanda Karel Dorman, yang menurut perhitungan apabila diserang dengan enam buah peluru kendali KS-1 diyakini akan tenggelam.
Perundingan di PBB berhasil baik, Belanda kemudian melepaskan Irian Barat kepada Indonesia. Semua tidak terlepas karena pengaruh AS, yang terus memantau perkembangan unsur penyerang strategis AU Indonesia dan unsur pertahanan udara yang demikian kuat. Diketahui oleh unsur intelijen udara bahwa AS saat itu terus memata-matai Pangkalan Iswahyudi dengan melibatkan pesawat mata-mata U-2 (Dragon Lady). Setelah Operasi Trikora, kemudian dicanangkan Operasi Dwikora, Kalimantan Utara.

Operasi Penyusupan TU-16 Ke Garis Belakang Lawan

Pada Pertengahan Tahun 1963, dalam operasi Dwikora, AURI mengerahkan tiga Tu-16 versi bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu pesawat menuju  ke Serawak, pesawat kedua diterbangkan  ke Sandakan dan Kinibalu, Pulau Kalimantan (wilayah Malaysia).  Pesawat ketiga ke Australia.
Khusus penerbangan penyusupan ke Australia, Tu-16 dengan penerbang  Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo bukan menyebarkan pamflet, tetapi membawa peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (tepat di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. “Semacam psywar buat Australia,” ujar Salatun.  Di Alice Springs Australia memiliki  over the horizon radar system.
Briefing berjalan singkat sejak pukul 23.00.  Pada pukul 01.00 WIB, pesawat terbang  meninggalkan Madiun menuju ke Australia. Pesawat terbang rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan menjatuhkan bawaan, semua berjalan aman. Australia yang mempunyai pesawat  F-86 Sabre sebagai unsur pertahanan udara (Hanud)  tidak ada satupun yang diterbangkan untuk menyergap.  Bayangkan apabila TU-16 tadi membawa 9 ton bom, dan jumlah pesawat lebih dari satu, berapa kerusakan dan kehancuran yang akan ditimbulkannya.
Demikian juga peluru kendali  anti pesawat Bloodhound Australia yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo melakukan strategi penyusupan dengan berputar agak jauh. Ketika tiba dan mendarat di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan pagi,” kata tail gunnernya. Langkah psychological warfare TU-16 AURI membuat 'geger' Australia pastinya, sehingga kemudian hari Australia membeli bomber F-111.
Dalam operasi penyusupan ke Sandakan, pesawat TU-16 diterbangkan oleh  Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka berangkat dari Lanud Iswahyudi (Madiun) pada jam 12.00  malam. Pesawat terbang pada ketinggian 11.000 m. Menjelang adzan subuh, pesawat tiba di Sandakan. Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala. Pesawat terus turun sampai ketinggian 400 m. Persis di atas target (TOT), ruang bom (bomb bay) dibuka. Pamflet psywar dikeluarkan sebagian.
Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang menyala,” kata Sudjijantono.  Setelah semua pamflet ditebarkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat dengan selamat pada pukul 08.30 pagi. Artinya, TU-16 diterbangkan  lebih dari sepuluh jam penerbangan. Semua pesawat dan crew Tu-16 kembali dengan selamat ke 'home base.'
Pada awal tahun 1964, sebuah TU-16 melakukan penerbangan penyusupan ke Kuala Lumpur, saat pesawat berada di Butterworth (Penang), crew melaporkan bahwa ada dua pesawat penyergap diterbangkan dari Penang. Setelah terjadi kejar-kejaran, TU-16 berhasil mengecoh pesawat tempur Javelin, dan langsung kembali ke Medan.
Pesawat  Tu-16 diterbangkan dari Madiun menuju ke Medan lewat selat Malaka, Di Medan selalu disiagakan dua TU-16 selama operasi Dwikora. Satu pesawat terbang dengan rute  ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar, Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal, menerobos tanah genting Kra. Walau terkesan “gila-gilaan dan nekat", setiap misi tetap dilaksanakan  sesuai dengan perintah Bung Karno, yang juga  memerintahkan untuk tidak menembak sembarangan.
Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa operasi udara strategis sempat ketahuan Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti guard untuk mengingatkan Tu-16 agar jangan melanggar perbatasan. Yang jelas mereka tidak menginginkan konflik di udara, karena mengetahui TU-16 juga selalu dilengkapi dengan 6-7 pucuk senjata-senjata berat caliber 23 mm Kudelman.

Akhir yang Tragis dari TU-16

Nasib dari pesawat-pesawat dari negara beruang merah tersebut berakhir dengan tragis karena masalah politik. Pada Tahun 1969, dalam setahun paling banyak hanya 12 kali TU-16 diterbangkan.  Karena itu kanibal­isasi tak terelakkan agar sejumlah pesawat tetap bisa terbang. Akhirnya pada Oktober 1970 dilakukan test flight Tu-16 nomor M-1625 setelah dikanibalisasi. Komandan Wing 003 yang merangkap Komandan Skadron 41 Letkol Pnb Suwandi membawa krunya yaitu Kapten Pnb Rahmat Somadinata (kopi­lot), dan Kapten Nav Beny Su­byanto untuk  menerbangkan M-1625. Pada hari itu, M-1625 adalah satu-satunya Tu-16 yang tersisa dan dalam kondisi siap terbang. Itulah Farewell Flight, penerbangan perpisahan yang menyedihkan.
Pada awal tahun 1970, Kasau Marsdya Suwoto Sukendar men­gatakan, hanya 15-20% pesawat AURI yang dapat diterbangkan, kapal ALRI hanya 40% karena ketiadaan suku cadang dari Uni Soviet. Tahun 1970, kemudian dikenang sebagai tahun pemu­snahan persenjataan Blok Timur. AURI kemudian mengganti dengan pesawat Tempur F-86 Sabre dan T-33 T-Bird.

TNI AU Yang Semakin Cerdik

Dengan berjalannya waktu, TNI AU secara perlahan kembali membangun kekuatan udara setelah hampir mati suri pada tahun 1970-an. Secara Bertahap pesawat-pesawat buatan Amerika Serikat dan Inggris terutama berdatangan melengkapi hanggar TNI AU. Kemudian berdatanganlah pesawat Angkut Hercules, F-27, serta pesawat tempur OV-10, Hawk, F-5E, F-16 dan kini TNI AU dilengkapi selain pesawat buatan Barat juga kembali datang pesawat buatan Rusia (SU-27/30) yang canggih. Yang akan datang pesput Super Tucano dan pesawat tempur ringan T-50 dari Korea, hibah 24 F-16, dan hibah F-5.
TNI AU tidak ingin kembali terjebak mengalami kesulitan apabila di embago oleh negara-negara Barat karena tuduhan HAM, bahkan dahulu ada pesawat tempur TNI AU yang di sandera di luar negeri. Saat penulis masih aktif, sangat terasa sekali sulitnya menghadapi embargo dari negara besar (AS) seperti masa lalu. Bahkan spare part di seluruh dunia tidak diperbolehkan dijual ke Indonesia. Sehingga upaya mendapatkan beberapa suku cadang diperoleh lewat jalur intelijen udara. Nah, kini kalau kembali Indonesia di embargo, ada produk Timur yaitu Sukhoi yang anti embargo.
Demikian sekilas kisah tentang TU-16 yang membuat Indonesia yang baru merdeka 16 tahun demikian kuat bargaining power-nya, ditakuti dan disegani negara tetangga.  Kala itu Indonesia tercatat menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pesawat pembom strategis. Kedepan, TNI AU akan semakin percaya diri dan semakin tangguh menjaga kedaulatan negara di udara. Bravo TNI AU yang penulis cintai. Salam untuk para "The Blues" (mirip panggilan club sepak bola, tetapi itulah panggilan kebanggaan perwira TNI AU yang gagah perkasa. Hingga kini penulis masih terus bangga menjadi bagian dari Angkatan Udara. Salam.
Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net )
Ilustrasi Gambar : Indonesiaindonesia.com

TOP SECRET: “Operasi Alpha” Sangat Rahasia Era Rezim Orde Baru, Terkuak!

“Operasi Alpha” (Alpha Operation), TNI-AU Melakukan Pembelian 32 Pesawat A4 Skyhawk Secara Rahasia Dari Israel.
Alpha operation Indonesian Air forces A-4_TNI-AU header
“Mengecewakan! Rencana terbang yang susah payah sudah kususun rapi, langsung dibatalkan pagi-pagi. Aku mendapat perintah untuk menghadap komandan skadron. Yang terpikir, aku tidak lulus latihan terbang di Israel dan pulang ke Indonesia sebagai pilot pesakitan.
Semua bayangan buruk musnah sudah. Aku ternyata menerima perintah baru untuk terbang dalam format sama, tetapi berbeda rute. Sebuah peta disodorkan lengkap dengan titik-titik rute.
Ada sebuah garis merah yang wajib diterobos masuk dan dalam waktu dua belas menit harus kembali ke luar. Yang membuatku gugup, garis merah itu adalah garis perbatasan antara Israel dan Suriah”.
Cerita diatas adalah sepenggal kisah dari seorang pilot yang tergabung dalam Operasi Alpha (Operation Alpha), yaitu operasi clandestine (operasi gelap, diam-diam dan sangat rahasia) terbesar yang dilakukan oleh TNI AU, dimana TNI AU melatih pilot dan melakukan pembelian 32 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel.
Berikut adalah kutipan tentang Operasi Alpha yang diambil dari buku otobiografi Djoko F Poerwoko “Menari di Angkasa”.

Operasi Alpha
Memasuki tahun 1979, isu tentang bakal dilakukannya pergantian kekuatan pesawat-pesawat tempur TNI AU sudah mulai bergulir. Hal ini sebenarnya wajar saja, mengingat kondisi pesawat tempur F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird memang sudah tua.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/TNIAU_F86.png/800px-TNIAU_F86.png http://i186.photobucket.com/albums/x157/imbang76/langit/t-33-04.jpg
Keterangan gambar atas (klik untuk memperbesar): pesawat tempur milik TNI AU yang sudah tua, F-86 Sabre (kiri) dan T-33 Thunderbird (kanan).
Karena kedua jenis pesawat tersebut sudah tua, sehingga kemudian pemerintah harus mencari negara produsen yang bisa menjual pesawatnya dengan segera. Amerika Serikat ternyata bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II. Tetapi ini masih belum cukup untuk mengisi kekosongan skadron-skadron tempur Indonesia.
Dari penggalian intelijen, Mabes ABRI ternyata kemudian mendapatkan berita bahwa Israel bermaksud akan melepaskan armada A-4 yang mereka miliki. Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik.
Tetapi pada sisi lain, pembelian armada pesawat tersebut akhirnya terus diupayakan secara klandestin (rahasia), oleh karena pasti akan menjadi polemik dalam masyarakat apabila tersiar di media massa.

Menuju Arizona, Amerika Serikat
Usai tugas menerbangkan F-86 Sabre aku sempat terbang lagi dengan T-33. Namun pada kenyataannya, kondisi kedua pesawat tempur tersebut sudah sangat jauh menurun. Kami semua akhirnya bersyukur, setelah dibuka dua proyek besar untuk mendatangkan kekuatan baru melalui Operasi Komodo yakni pesawat Northrop F-5 E/F Tiger II, serta Operasi Alpha untuk menghadirkan pesawat A-4 Skyhawk.
pesawat A4 Skyhawk dan F5 Tiger
Kerahasiaan tingkat tinggi sudah terlihat dari tata cara pemberangkatan personel. Saat kami semua sudah siap untuk berangkat, tidak seorang pun tahu, kemana mereka harus pergi.
Operasi Alpha dimulai dengan memberangkatkan para teknisi Skadron Udara 11. Setelah tujuh gelombang teknisi, maka berangkatlah rombongan terakhir yang terdiri dari sepuluh penerbang untuk belajar mengoperasikan pesawat.
Sebagai tim terakhir, kami mendapat pembekalan secara langsung di Mabes TNI AU. Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar terbang disana sedangkan informasi lainnya masih sangat kabur.
Setelah mengurus segala macam surat-surat dan beragam kelengkapan berbau “Amerika”, akhirnya kami berangkat menuju Singapura, dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dari Bandara Halim Perdanakusuma.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Ew8_Paya_Lebar.jpg/320px-Ew8_Paya_Lebar.jpg
Bandara Paya Lebar Singapura

Kami mendarat pada senja hari di Bandara Paya Lebar, Singapura, langsung diantar menuju hotel Shangrila.
Di hotel tersebut ternyata telah menunggu beberapa petugas intel dari Mabes ABRI, berikut sejumlah orang yang masih asing dan sama sekali tidak saling dikenalkan.
Kami akhirnya mulai menemukan jawaban bahwa arah sebenarnya tujuan kami bukanlah ke Amerika Serikat melainkan ke Israel. Sebuah negara yang belum terbayangkan keadaannya dan mungkin paling dibenci oleh masyarakat Indonesia.
Saat itu salah satu perwira BIA (Badan Intelijen ABRI, BAIS sekarang) yang telah menunggu, segera mengambil semua paspor yang kami miliki dan mereka ganti dengan Surat Perintah Laksana Paspor (SPLP). Keterkejutanku semakin bertambah dengan kehadiran Mayjen Benny Moerdani, waktu itu kepala BIA, mengajak rombongan kami makan malam.
Dalam kesempatan tersebut beliau dengan wajah dingin dan kalimat lugas, tanpa basa-basi langsung saja mengatakan:
”Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu, silahkan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila ‘sang merpati ‘ (pesawat yang dibeli – pen.) telah hinggap…”
Mendengar ucapan beliau, perasaanku langsung bergetar! Wah, ini sudah menyangkut operasi rahasia beneran mirip James Bond, bahkan sekalanya lebih besar!
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/Leonardus_Benyamin_Moerdani.jpg
Leonardus Benyamin Moerdani (wikipedia)

Bagaimana mungkin membawa satu armada pesawat tempur masuk ke Indonesia tanpa diketahui orang?
Rasa terkejut semakin besar, oleh karena kami bersepuluh kemudian langsung berganti identitas yang mesti kuhapal diluar kepala saat itu juga.
Setelah acara makan malam di hotel, kami harus segera bergegas kembali menuju Bandara Paya Lebar Singapura dan terbang menuju Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa.
Mulai sekarang, kami tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.
Begitu mendarat di Bandara Frankfurt, kami harus berganti pesawat lagi untuk menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Perjalanan semakin aneh, baru saja berdiri bengong karena masih jet lag, tiba-tiba seseorang langsung menyodorkan boarding pass untuk penerbangan berikutnya tersebut, yaitu ke Tel Aviv.
Sampai di Bandara Ben Gurion Tel Aviv sesudah terbang sekitar empat jam, aku pun turun bersama para penumpang lain dan teman-temanku. Saling pandang dan cuma melirik saja, harus kemana jalan, cuma mengikuti arus penumpang lain yang menuju pintu keluar.
Tetapi tanpa terduga, sebagai bagian dari operasi intelijen, kami malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Karena kami langsung ditangkap dan digiring petugas keamanan bandara Ben Gurion!
Hanya bisa pasrah, oleh karena memang tidak tahu skenario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya manut saja dengan hati berdebar.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/David_Ben-Gurion_Airport.JPG/320px-David_Ben-Gurion_Airport.JPG
Bandara Ben Gurion Tel Aviv, Israel

Tamatlah riwayatku kini. Kubayangkan, betapa hebatnya agen rahasia Mossad yang dapat dengan cepat mengendus penumpang gelap tanpa paspor yang berusaha menyelundup masuk ke negaranya.
Meski dengan sopan si Mossad memperlakukan kita, namun tetap saja kami berpikiran buruk.
Kami semua akan langsung dideportasi atau dihukum mati minimal dipenjara seumur hidup. Sebab tidak ada bukti, siapa yang memberi perintah datang ke Israel.
Sampai diruang bawah tanah, perasaan kami tenang setelah melihat para perwira BIA yang dilibatkan dalam Operasi Alpha ada disana. Kemudian baru aku tahu, kami memang sengaja di-skenario-kan untuk ditangkap dan justru bisa lewat ‘jalur khusus’ guna menghindari public show apabila harus ke luar lewat jalur umum.
Kami langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Yang tidak enak adalah kegiatan sesudahnya yaitu sweeping segala macam barang bawaan yang berlabel made in Indonesia.
Kami juga diajarkan untuk menghapal sejumlah kalimat bahasa Ibrani, “Ani tayas mis Singapore” yang artinya aku penerbang dari Singapura. Ada sapaan “boken tof ” berarti selamat pagi dan shallom sebagai sapaan saat bertemu dengan kawan.

Eliat, Pangkalan Udara Rahasia
Semalam tidur di hotel, kami kemudian diangkut dalam satu mobil van menuju arah selatan menyusuri Laut Mati. Setelah dua hari perjalanan, kami sampai dikota Eliat.
eilat_israel mapPerjalanan dilanjutkan kembali ditengah padang pasir, setelah melewati beberapa pos jaga, akhirnya van masuk ke sebuah pangkalan tempur besar diwilayah barat kota Eliat.
Di Israel, pangkalan tidak pernah memiliki nama pasti. Nama pangkalan hanya berupa angka dan bisa berubah.
Bisa saja nama pangkalan itu adalah base number nine dihari tertentu, namun esoknya bisa diganti dengan angka lain. Sesuai kesepakatan bersama, kami menyebut tempat ini dengan ‘Arizona’ oleh karena dalam skenario awal kami memang disebutkan akan berlatih terbang di Amerika.
Total waktu rencana pelatihan selama empat bulan. Selama itu para penerbang melaksanan kegiatan pelatihan, dari ground school hingga bina terbang, agar mampu mengendalikan pesawat A-4 Skyhawk. Latihan terbang diawali dengan general flying sebanyak dua jam, ditemani instruktur Israel.
Setelah itu, kami semua sudah boleh terbang solo. Latihan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Kali ini kami harus mampu mengoperasikan pesawat A-4 sebagai alat perang.
Selama di Eliat, walau terjadi berbagai macam masalah, namun tidak sampai mengganggu kelancaran latihan. Masalah utama tentunya bahasa, sebab tidak semua penerbang Israeli Air Force (IAF) bisa berbahasa Inggris, sedangkan kami tidak diajari berbahasa Ibrani secara detail.
Masalah lain adalah telalu ketatnya pengawasan yang diberlakukan kepada para penerbang. Bahkan kami semua selalu dikawani satu flight pesawat tempur selama berlatih.
http://www.aereo.jor.br/wp-content/uploads//2012/11/AIR_A-4N_Skyhawks_Israeli_lg.jpg
A-4 Skyhawk, Israeli Air Force (IAF) sedang bermanufer (aereo.jor.br)

Pelajaran terbang yang efektif. Misalnya terbang formasi tidak perlu jam khusus tetapi digabung latihan lain seperti saat terbang navigasi atau air to air, sehingga dengan jam yang hanya diberikan sebanyak 20 jam/20 sorti, kami semua dapat mengoperasikan A-4 sebagai alutsista.
Dalam siklus ini pula, aku pernah menembus sistem radar Suriah dengan instruktur ku!
Latihan terbang kami berakhir tanggal 20 Mei 1980 dengan dihadiri oleh beberapa pejabat militer Indonesia yang semuanya hadir dengan berpakaian sipil. Kami mendapat brevet penerbang tempur A-4 Skyhawk dari IAF. Rasanya bangga, oleh karena kami dididik penerbang paling jago di dunia.
Namun kegembiraaan selesai pendidikan segera berubah sedih, oleh karena brevet dan ijazah langsung dibakar didepan mata kami oleh para perwira BIA yang bertindak sebagai perwira penghubung.
Kami dikumpulkan di depan mess dan barang-barang kami disita lalu segera dibakar. Termasuk brevet, peta navigasi, catatan pelajaran selama dipangkalan ini. Mereka hanya berpesan, tidak ada bekas atau bukti kalau kalian pernah kesini. Maka hapalkan saja dikepala semua pelajaran yang pernah diperoleh!

Wing Day di Amerika
Selesai pendidikan di Israel, kami tidak langsung pulang ke Indonesia, namun diterbangkan dulu ke New York. Semalam di New York, kemudian diajak ke Buffalo Hill di dekat air terjun Niagara.
http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/c8/f6/ca/1-block-to-the-falls.jpg
Air terjun Niagara Falls (tripadvisor.com)

Ternyata kami sengaja dikirim kesana untuk bisa melupakan kenangan tentang Israel. Kami diberi uang saku yang cukup banyak menurut hitungan seorang Letnan Satu.
Aku juga dibelikan kamera merek Olympus F-1 lengkap dengan filmnya dan diwajibkan mengambil foto-foto dan mengirim surat atau kartu pos ke Indonesia untuk menguatkan alibi, bahwa kami semua benar-benar menjalani pendidikan terbang di AS.
Akhirnya selama ada objek yang menunjukkan tanda medan atau bau AS, pasti langsung dipakai sebagai background foto. Tidak terkecuali pintu gerbang hotel, nama toko bahkan sampai tong sampah bila ada tulisan United State of America pasti dijadikan sasaran foto.
Aku dibawa lagi ke New York, para penerbang kemudian diberikan program tur keliling AS selama dua minggu, mencoba tidur di sepuluh hotel yang berbeda dan mencoba semua sarana transportasi dari pesawat terbang hingga kapal, wow!
http://www.airshowactionphotography.com/yuma06/yuma06_084.jpg
Yuma Air Station – Northrop F-5E ‘Tiger’ VMFT-401 USMC MCAS Yuma, Arizona USA (airshowactionphotography.com)

Di Yuma, Arizona, kami telah diskenariokan masuk latihan di pangkalan US Marine Corps (USMC), Yuma Air Station. Tiga hari dipangkalan tersebut, kami dibekali dengan pengetahuan penerbangan A-4 USMC, area latihan dan mengenal instrukturnya.
Kami juga wajib berfoto, seakan-akan baru diwisuda sebagai penerbang A-4, sekaligus menerima ijasah versi USMC. Ini sebagai penguat kamuflase intelijen, bahwa kami memang dididik di AS. Salah satu foto wajib adalah berfoto di depan pesawat-pesawat A-4 Skyhawk USMC!
Sebelum pulang ke tanah air, aku juga mendapat perintah untuk menghapalkan hasil-hasil pertandingan bulu tangkis All England. Tambahannya, aku juga diharapkan menghapal beberapa peristiwa penting yang terjadi di dunia, selama aku diisolasi di Israel. Pelajaran mengenai situasi dunia luar tersebut terus diberikan, meskipun kami sudah berada di perut pesawat Branif Airways dengan tujuan Singapura.
rute perjalanan operasi alpha

Sang Merpati Hinggap
Tanggal 4 Mei 1980, persis sehari sebelum pesawat C-5 Galaxy USAF mendarat di Lanud Iswahyudi Madiun yang mengangkut F-5 E/F Tiger II dan paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok.
Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, cocoon berlabel F-5. Dengan demikian, seakan-akan menjadi satu paket proyek kiriman pesawat terbang, namun diangkut dengan media transportasi berbeda.
TNIAU_f5 Tiger 01
Nantinya ketika sudah kembali lagi di Madiun, kepada atasan pun kukatakan bahwa pelatihan A-4 adalah di Amerika. Sebagai bukti kuperlihatkan setumpuk fotoku selama berada di Amerika. Ingin melihat foto New York, aku punya. Mau melihat foto Akademe AU di Colorado, aku punya.
Karena percaya, atasanku di Wing-300 malah sempat berkata, “Saya kira tadinya kamu belajar A-4 di Israel, enggak tahunya malah di Amerika. Kalau begitu isu tersebut enggak benar ya?”
Last but not least, gelombang demi gelombang pesawat A-4 akhirnya datang ke Indonesia setiap lima minggu, lalu semuanya lengkap sekitar bulan September 1980.
TNIAU_A4 Skyhawk 01

Berprestasi Tapi Harus Menutup Diri
Saat F-5 datang ke Indonesia, ternyata masih belum dilengkapi dengan persenjataan. Sedangkan A-4 justru sudah dipersenjatai dan langsung bisa digunakan dalam tugas-tugas operasional. Sehingga apa saja kegiatan TNI AU baik operasi maupun latihan selalu identik dengan F-5, walau kadang-kadang yang melakukannya adalah pesawat A-4.
A-4 tetaplah A-4 dan samasekali bukan F-5. Kondisi serba rahasia bagi armada A-4 bertahan sampai perayaan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1980, dimana fly pass pesawat tempur ikut mewarnai acara tersebut.
Pesawat A-4 tampil bersama-sama F-5 dimana untuk pertama kalinya pesawat A-4 dipublikasikan dalam event besar. Setelah ini, sedikit demi demi sedikit mulailah keberadaan A-4 dibuka secara jelas. Tidak ada lagi tabir yang sengaja dipakai untuk menutupi keberadaan pesawat A-4 di mata rakyat Indonesia.
f-5 tiger tni au
Mencari detail tentang Operasi Alpha susahnya minta ampun, karena tidak ada penerbang yang berangkat ke Israel selain Djoko Poerwoko yang mau menceritakan pengalamannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau yang mau menceritakan pengalamannya didalam 3 buku, walaupun mencari buku tersebut juga susahnya bukan main.
Buku “My Home My Base” hanya untuk kalangan internal TNI AU, Buku “Fit Via Vi” yang merupakan otobiografi dari beliau juga masih merupakan cetakan untuk kalangan terbatas.
Buku “Menari di Angkasa” adalah buku “Fit Via Vi” yang dicetak untuk umum, walaupun begitu tetep aja susah nyarinya (saya merasa beruntung memilikinya). Bahkan dibuku otobiografinya Benny Moerdani tidak dibahas sama sekali.
Terimakasih juga untuk Metro TV yang beberapa bulan lalu juga menayangkan tentang Operasi Alpha dalam acara Special Operation (di liputan tersebut ada wawancara dengan Djoko Poerwoko dan satu orang pilot lagi, tapi lupa namanya).
sky-hawk tni au
Kontroversi tentang pengungkapan pembelian A-4 dari Israel ke publik juga diungkap oleh beliau dibukunya, beliau menulis:
“Saat buku ‘My Home My Base’ diluncurkan, ada polemik yang menyisakan kenangan, yaitu cerita tentang keterlibatan ke Israel untuk mengambil A-4 Skyhawk. Banyak orang mempertanyakan, mengapa aku mengumbar rahasia negara. Dengan singkat hanya kujawab, “Siap, saya sudah minta ijin KASAU dan beliau mengijinkan, karena kita sebagai prajurit tidak boleh selamanya membohongi rakyat. Maka mereka yang bertanya pun tidak lagi berkomentar.
Memang, didalam buku “My Home My Base” kutulis sedikit tentang perjalanan ke Israel untuk berlatih terbang A-4. Bukan untuk mencari sensasi, aku sudah menimbangnya masak-masak untung dan ruginya.
pilot 
Namun sebelumnya, tentu saja aku minta ijin KASAU sebagai salah satu senior A-4 dan pemimpin tertinggi Angkatan Udara.
Beliau (pak Hanafie) ternyata mengizinkan, sehingga tulisan itu go ahead.”
Untuk generasi sekarang, mungkin banyak yang masih bingung, mengapa dan apa istimewanya operasi ini.
Mungkin mereka tak merasakan bahwa Indonesia tak ada hubungan bilateral dengan Israel sejak awal merdeka, apalagi hubungn diplomatik ataupun hubungan politik, tak pernah terjadi.
Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini bahkan setelah A-4 di grounded pada tahun 2004, Mabes TNI AU tidak pernah mengakui operasi alpha pernah terjadi!
(Sumber : Poerwoko, Djoko F / Menari di Angkasa / Kata Hasta Pustaka / Jakarta. 2007)
TNIAU_Sabre
Pilot tempur AURI berpose bersama dengan latar belakang pesawat tempur F-86 Sabre