Sukarno pernah dikawal yakuza. Petinggi yakuza sekaligus agen CIA kemudian menyalurkan dana untuk menggulingkan Sukarno. | |
PRESIDEN
Sukarno berencana mengunjungi Jepang awal 1958. Konsul Jenderal
Indonesia di Tokyo, Iskandar Ishak, kelabakan mencarikan pengamanan yang
memadai. Padahal beredar rumor bahwa kelompok anti-Sukarno diam-diam
masuk Jepang dan mencoba membunuhnya.
“Kelompok
itu diduga dari PRRI/Permesta,” kata sejarawan Aiko Kurasawa kepada
Historia beberapa waktu lalu. Namun, lanjut Aiko, Kepolisian Tokyo
menolak menyediakan pengamanan dengan dalih Sukarno melakukan kunjungan
tidak resmi.
Menurut Masashi Nishihara dalam Japanese and Sukarno’s Indonesia: Tokyo-Jakarta Relations,
1951-1966, orang kepercayaan Sukarno, Kolonel Sambas Atmadinata,
menteri muda urusan veteran, menghubungi kawannya semasa perang, Oguchi
Masami. Dari Masami, dia mendapat saran menggunakan pengawal pribadi.
Mengikuti saran ini, Ishak meminta Yoshio Kodama, tokoh sayap kanan dan
organisasi bawah tanah yakuza.
Kodama
menyerahkan tugas itu kepada salah satu pengikutnya yang menonjol,
Kobayashi Kusuo. Kobayashi adalah direktur utama Dai Nihon Kyogyo,
perusahaan konstruksi Jepang –diduga kedok dari organisasi bawah tanah
“Polisi Ginza” yang berkuasa di distrik Ginza, Tokyo. Kobayashi juga
penasihat kelompok patriotik kekaisaran, Kusunoki Kodotai.
“Kobayashi
setuju untuk merekrut duapuluh anggota kelompok ini untuk menjaga
Sukarno,” tulis Nishihara. “Kubo Masao kemudian diminta bertindak
sebagai penghubung antara para gangster, polisi, dan presiden. Dia
dipilih mungkin karena dia bisa berbicara bahasa Inggris dan bos
Kobayashi, Kodama, adalah dewan direksi perusahaan milik Kubo, Tonichi
Trading Company.”
Keamanan
Presiden Sukarno dan rombongannya pun terjamin selama delapan hari di
Jepang. Selain itu, Sukarno mendapatkan hiburan dari perempuan-perempuan
cantik. Dengan pengamanan dan hiburan yang diberikannya, Tonichi
Trading Company mendapat banyak proyek pembangunan di Indonesia yang
didanai dari pampasan perang.
Di
balik semua itu, Kodama bukan hanya menggandeng sayap kanan dan yakuza
tapi juga dinas intelijen Amerika Serikat (CIA). Kodama adalah bekas
penjahat perang yang kemudian menjadi agen CIA. Dia juga salah seorang
pendiri Liga Antikomunis Rakyat Asia.
Menurut Robert Whiting dalam Tokyo Underworld,
Kodama menyalurkan dana CIA secara rahasia kepada orang-orang Partai
Liberal Demokrat (LDP) dan kelompok-kelompok antikomunis. Dana tersebut
berasal dari perusahaan pembuat pesawat terbang Amerika Serikat,
Lockheed Aircraft Corporation.
Selama
puluhan tahun Lockheed mengalirkan uang lebih dari US$12,6 juta dolar
ke Jepang; sebagian besar digunakan untuk menyuap tokoh-tokoh politik
terkuat di Jepang. Tujuannya untuk memuluskan penjualan pesawat Lockheed
senilai US$1 milyar ke perusahaan All Nippon Airlines dan Badan
Pertahanan Jepang.
Ketika
Sukarno berkunjung ke Jepang, Kodama mendapat tugas menyediakan hiburan
dan memberikan penilaian tentang potensi Sukarno sebagai pemimpin
nasionalis populer beralih menjadi komunis. “Kodama juga merupakan salah
satu pemrakarsa pernikahan Presiden Sukarno dengan Naoko Nemoto atau
dikenal dengan nama Dewi Sukarno,” tulis Whiting.
Menurut Peter Dale Scott dalam American War Machine,
penggulingan Presiden Sukarno pada 1965 dicapai sebagian oleh bantuan
rahasia melalui dana Lockheed Corporation dan sebagian lagi oleh
intervensi Ryoichi Sasakawa, seorang agen CIA berpengaruh, bersama
temannya Yoshio Kodama, serta yakuza di Jepang.
Pada
Mei 1965, lima bulan sebelum kudeta anti-Sukarno pada September 1965,
dana Lockheed dialirkan melalui dua perantara yang mendukung Jenderal
Suharto. “Setelah CIA mendukung kudeta dan pembantaian tahun 1965 serta
melihat penggantian Sukarno oleh Suharto, salah satu dari dua perantara
tersebut, Mohamad ‘Bob’ Hasan menjadi salah satu dari dua sekutu
keuangan terkemuka keluarga Suharto,” pungkas Scott.
|
Sabtu, 08 Maret 2014
Sukarno dan Yakuza
Mengintip Kapal Selam kelas Kilo buatan Jerman.
Yaa judul diatas agak janggal kita
ambil dari press realese Dispenarmatim dalam berita berkaitan Komando
Armada RI Kawasan Timur yang akan menggelar kekuatan Alat Utama Sistem
Senjata (Alutsista) TNI AL dalam waktu dekay di dermaga Koarmatim Ujung
Surabaya. Berikut petikan beritanya
” Kemudian kapal perang jenis korvet,frigate,destroyer vanspeilk kapal patroli cepat (Fast Patrol Boat) buatan PT PAL Indonesia, Kapal Cepat Rudal dan Kapal Cepat Torpedo (KCT),kapal Penyapu Ranjau,dan Buru Ranjau (BR),kapal bantu,Kapal Selam Kelas Kilo buatan Jerman dan berbagai macam kapal perang lainnya “
Semua formiler tahu Kapal selam jenis
Kilo adalah buatan Rusia dan menimbulkan pertanyaan kapal selam yang
mana yang dimaksut oleh dispenarmatim yang jelas jelas Tahu akan seluk
beluk alutsista yang dipakai dalam lingkungannya karena mereka usernya
Kapal Selam Kilo Indonesia
Dalam release resmi terakhir pengadaan
kapal selam jenis killo masih dalam tahap peninjauan team TNI AL ke
pangkalan Northen Fleet Rusia pada february lalu dan belum diputuskan
akan mengambil berapa buah kapal selam killo dari yang
dihibahkan.Sehingga bila menganut statemen resmi dari pemerintah maka KS
Kilo belum berenang diwilayah kedaulatan kita danbelum menjadi
alutsista TNI AL
Sedangkan bila menurut analisa
dan rumor yang berkembang di forum militer bahwa KS kilo sudah
beroperasi dan sudah lama menjadi Arsenal TNI AL ,,ada yang menyimpulkan
TNI AL sudah mempunyai 2 unit KS Killo bekas dan 2 unit KS Improve
Killo 936 yang terakhir datang pada tahun 2013 tetapi Informasinya
dirahasiakan. Bila memang Informasinya dikeep keberadaan nya
dirahasiakan kenapa KS Killo akan ditampilkan di gelar alutsista TNI AL?
Kapal selam kelas Kilo buatan Jerman (disingkat menjadi KSK2BJ)
Yang menarik adalah mengulas kapal
selam jenis ini. Bila Informasi ini merupakan jenis informasi Background
dari pemerintah maka kita hanya bisa menganalisanya,Analisanya adalah
yang dimaksut oleh Dispenarmatim itu KS setara Killo buatan
Jerman, Jenis Ks buatan Jerman yang setara dengan Ks Kilo adalah KS type
U 212/U 214
Kapal selam U212 adalah pengembangan
dari kapal selam U209 yang ber AIP. Kapal selam baru buatan Jerman U-212
A ini hampir tidak bersuara. Juga hampir tidak memancarkan radiasi
panas dan sepenuhnya terbuat dari logam non magnetik. U-212 A merupakan
kapal selam tercanggih di dunia karena menggunakan sel bahan bakar
hidrogen yang dikembangkan oleh galangan kapal angkatan laut Jerman
Howaldtswerke Deutsche Werft, yang mengklaim itu menjadi “puncak
teknologi kapal selam Jerman.”
Kapal super-stealth ini adalah yang
pertama dari jenisnya yang akan diaktifkan oleh sel bahan bakar hidrogen
revolusioner yang memungkinkan itu pelayaran tanpa kebisingan atau
knalpot panas. Desain struktur sirip kemudi belakang yang berbentuk
silang atau huruf “X”, mampu menyelam di perairan dangkal, bahkan hingga
kedalaman hanya 15 m! Cocok sekali buat peran “sea denial” ALKI dengan
kedalaman laut dangkal . Lambung atau hull menggunakan non magnetic
steel, dilengkapi dengan anechoic tiles atau pelapis penyerap gelombang
akustik.
Menurut Bernd Arjes, seorang kapten di
Angkatan Laut Jerman. ”Kami beroperasi di perairan pesisir sekitar
Eropa dan kapal selam ini dirancang khusus untuk menemukan kapal
selam.Jika Anda ingin menemukan kapal selam lain tentu saja anda harus
tak bersuara,” katanya. Dengan teknologi terbaru, ia menambahkan, “Kapal
selam ini hampir tidak terdeteksi.”U-212 A tidak seperti kapal selam
konvensional, yang perlu udara untuk membakar solar, fuel cell tidak
memerlukan oksigen untuk beroperasi. Ini berarti dapat tetap terendam
selama berminggu-minggu – menahan napas berkali-kali lebih lama dari
sepupu kapal selam yang menenggak solar.Sebagai kapal selam pemukul
kapal selam dipersenjatai 12 torpedo kelas berat yang dipandu,
masing-masing mampu menghancurkan sebuah kapal perang atau menonaktifkan
sebuah kapal induk.
Setelah Angkatan Laut Italia memesan 2
unit KS U 212 A versi ekspor selanjutnya diberi nama type U 214 yang
dieksport ke beberapa negara diantaranya Yunani,Korea selatan,Turki dan
Portugal .
KS U214 Yunani
Kontrak pertama ketika HDW memenangkan
tender pembuatan tiga kapal selam diesel kelas U214 dan satu option
dibawah program Archimedes pada Februari 2000. Kontrak ini merupakan
kontrak pertama untuk kelas U214. Kapal selam dilengkapi dengan sistem
AIP (Air-Independent Propulsion) membuat sebuah kapal selam diesel mampu
beroperasi dibawah permukaan air lebih lama.ThyssenKrupp Marine Systems
(TKMS) sebagai induk perusahaan HDW membeli HSY pada Januari 2005,
menanamkan investasi yang besar untuk memodernisasi galangan kapal
tersebut agar mampu membangun kapal selam modern. Saat ini, HSY menjadi
galangan kapal selam konvensional terbesar dan termaju di kawasan
Mediterania.Kapal selam pertama dibangun di HDW sedangkan sisanya
dibangun di HSY. Konstruksi kapal selam pertama dimulai Februari 2001
dan diluncurkan di Kiel April 2004. Kapal selam pertama diberi nama HS
Papanikolis S120, sedangkan kapal ketiga dan selanjutnya diberi nama HS
Pipinos S121, HS Matrozos S122, dan HS Katsonis S123.
Pemerintah Yunani menolak menerima
kapal selam pertama HS Papanikolis S120 dari HDW pada 2006, dengan
alasan ditemukan masalah teknis dan rancangan yang cacat. AL Yunani
menemukan kinerja sistem AIP yang buruk, sistem pertempuran ISUS
bermasalah, isu sistem hidraulik serta buruknya kemampuan muncul
dipermukaan pada high sea. AL Yunani meminta HDW untuk memperbaiki
kelemahan tersebut.HDW telah melakukan perbaikan pada HS Papanikos,
tetapi kapal selam masih berada di dok di Kiel sejak 2006, menunggu
pemerintah Yunani menerimanya. Akan tetapi Yunani tetap tidak menerima
meskipun kapal selam telah memenuhi persyaratan bahkan dalam beberapa
kasus ada yang melebihi. Sebagai tambahan HS Papanikos telah mendapatkan
sertifikasi dari Bundesamt für Wehrtechnik und Beschaffung (BWB).HDW
meminta pembayaran HS Papanikos Juli 2007 tetapi Yunani menolak
membayarnya. HDW dan HSY mengadakan beberapa kali pertemuan dengan
pemerintah Yunani lebih dari dua tahun tetapi tidak diperoleh
penyelesaian. Kedua perusahaan bermaksud mencatatkan masalah ini ke
arbitrase internasional.Sementara itu, tiga kapal lainnya dilaporkan
telah berada pada tahap akhir penyelesaian. HS Pipinos diluncurkan April
2007, HS Matrozos 2008 dan terakhir HS Katsonis 2008. HS Okeanos S118
merupakan kapal selam pertama yang yang diluncurkan di HSY setelah
dimodernisasi di bawah program Neptune II pada 26 Februari 2009.
Sebuah situs pertahanan Yunani
memberitakan pada 28 Mei 2009,KASAL Yunani Laksamana George Karamalikis
mengatakan AL Yunani akan menerima tiga kapal selam yang dibuat di HSY
sedangkan Papanikos tidak akan diterima, sebagai gantinya akan dipesan
satu kapal selam baru untuk memenuhi kebutuhan empat unit. HDW diijinkan
untuk MENJUAL Papanikos kepada negara lain. Karena alasan sesungguhnya
Yunani lagi dilanda resesi ekonomi berat sehingga tidak sanggup membayar
pembelian Kapal selam tersebut,
Andai KS kelas Kilo buatan Jerman itu HS Papanikolis S120
Indonesia sebagai negara pengguna KS
U209 dan mempunyai hubungan baik dengan pemerintahan Jerman pastinya
ditawari Kapalselam U214 yang tidak terbayar milik Yunani tersebut.
Kedatangan Presiden SBY ke Jerman pada
tahun 2013 menghasilkan beberapa kesepakatan pembelian alutsista.yang
diungkap ke publik diantaranya pembelian 103 MBT Tank Leopard dan 50
unit Marder,18 unit Pesawat Latih Grob,pembelian material khusus untuk
pasukan khusus dan pemeliharaan batery kapal selam.dan menghasilkan
sebuah Memorandum of Understanding (MoU) kegiatan dalam bidang
pertahanan.sedangkan pembelian alutsista strategis lainnya bisa saja
tidak diungkap ke publik karena Inodnesia dan Jerman mempunyai MOU
perlindungan Informasi
“Telah ditandatangani MoU tentang perlindungan informasi guna keperluan pengembangan industri pertahanan agar keperluan informasi industri pertahanan dapat dikelola dan dijaga oleh kedua pihak,” ujar Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dalam keterangannya di Berlin, Jerman, pada hari Selasa tgl 5/3/2013
Bila kontrak pembelian KS U214 eks
Yunani tersebut di buat pada tahun 2013 maka pada tahun ini 2014 adalah
saat kedatangan Ks setara Kilo buatan Jerman dan ikut gelar alutsista
TNI AL Sebelum dikirim pastinya Pihak TNI AL menginginkan perubahan
perubahan speck sesuai yang diinginkan,misal penginstalan missile IDAS.
IDAS (Interactive Defense and Attack System for Submarines) adalah misil
anti pesawat pertama di dunia yang bisa ditembakkan dari bawah
permukaan laut. IDAS menjadi salah satu ancaman P8 Poseidon karena
jangkauannya cukup jauh, 20 km.
Gelar kekuatan Alutsista TNI AL pada
minggu depan adalah ajang pergelaran Alutsista yang sudah dimiliki TNI
AL pada periode 2004-2014. Gelar tersebut sebagai bentuk Inspeksi
kesiapan Alutsista TNI AL dalam menjaga keutuhan NKRI dan Kita akan
menunggu manuver KS kelas Kilo buatan Jerman atau dengan cal sign KSK2BJ
Sebagai rakyat yang cinta akan TNI
yang kuat menuju Indonesia jaya tidak akan menolak bila Pemerintah
mengambil kebijakan membeli KS U214 eks Yunani mengekor sukses
pembelian Usman Harun Class. – (By Satrio)
Jumat, 07 Maret 2014
Pasukan Katak dan Drama Pembebasan Sinar Kudus dari Pembajak Somalia
Ketenaran Komando Pasukan Katak (Kopaska) kembali mencuat menyusul
ledakan di gudang amunisi miliknya di Pondok Dayung, Tanjung Priok,
Jakarta Utara, meledak. Salah satu pasukan elite TNI AL yang dibentuk
tahun 1962 ini telah menjalankan banyak misi di dalam dan luar negeri.
Salah satu operasi yang dijalankan Kopaska adalah misi Merah Putih untuk membebaskan ABK MV Sinar Kudus dari pembajak Somalia pada Maret-Mei 2011. Kopaska bergabung dalam pasukan khusus yang ditugaskan oleh Presiden SBY bersama dengan Marinir dan Kopassus.
Pembajakan MV Sinar Kudus, kapal milik PT Samudra Indonesia, terjadi di perairan Somalia pada 16 Maret 2011. Kapal itu dibajak perompak Somalia untuk digunakan sebagai kapal induk pembajak yang beroperasi ke utara sampai Teluk Oman.
Seusai menerima laporan tentang kejadian tersebut, Presiden SBY memberikan perintah langsung pembebasan pada tanggal 18 Maret 2011. Usai rapat di Kemenko Polhukam, pada pukul 19.00 disampaikan tiga tindakan. Tindakan tersebut adalah membebaskan kapal dengan operasi khusus bila kapal Sinar Kudus di tengah laut, menyiapkan rencana cadangan bila kapal telah turun jangkar di wilayah Somalia dengan mempelajari perkembangan, serta mengirimkan 2 kapal fregat dan pasukan khusus.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono kemudian menerima persetujuan dari Presiden tentang kekuatan yang akan diturunkan yaitu 2 kapal fregat, 1 helikopter, serta pasukan khusus dari Marinir, Kopassus, dan Kopaska.
Pasukan lalu tiba di Somalia melalui Kolombo secara bertahap. Informasi terakhir kala itu adalah MV Sinar Kudus telah turun jangkar di perairan Somalia. Namun ada kemungkinan masih digunakan sebagai kapal induk pembajak.
Pada tanggal 4 April 2011, pasukan menerima info bahwa MV Sinar Kudus tak sendiri namun ada 8 kapal negara lain yang dibajak. Nasib ABK tidak diketahui secara jelas karena mereka sering dipindah dan jumlahnya di kapal berubah-ubah. Pasukan mengawasi lewat helikopter dan terlihat bahwa setiap kapal dijaga oleh pembajak. Ada 15-20 kelompok perompak yang terorganisir dan tak ada akses langsung untuk melaporkan perkembangan setiap saat.
Negosiasi pada 13 April 2011 mendapat titik terang yaitu penyesesuaian tebusan dengan tindakan. Para ABK dijamin selamat dan setelah pembebasan akan dilakukan tindakan militer. Namun para perompak itu ternyata tak semudah itu melepaskan para ABK. Pada tanggal 28 April 2011 para perompak menaikkan nilai tebusan.
Pengawasan oleh semua elemen pasukan termasuk Kopaska terus dilakukan. Pengantaran uang tebusan akhirnya dilakukan pada tanggal 30 April 2011 menggunakan pesawat dispanser. Tebusan dibawa ke MV Sinar Kudus untuk dicek asli atau tidak. Lalu dibagi ke perompak, investor, tokoh informal 10 persen, dan penjaga 10 persen. Perhitungan dilakukan di kapal selama 20 jam hingga malam. Berdasar informasi seorang pembajak kepada Reuters, uang tebusan dengan mata uang dollar itu itu jika dirupiahkan senilai Rp38,7 miliar.
Paginya, perompak turun dari MV Sinar Kudus. Setelah tidak ada lagi perompak, baru dilakukan aksi tindakan militer pengamanan untuk melakukan pengejaran perompak. Karena perompak tahu tindakan itu, perompak ikut menyerang. Akhirnya baku tembak pun tak terelakkan.
Salah satu operasi yang dijalankan Kopaska adalah misi Merah Putih untuk membebaskan ABK MV Sinar Kudus dari pembajak Somalia pada Maret-Mei 2011. Kopaska bergabung dalam pasukan khusus yang ditugaskan oleh Presiden SBY bersama dengan Marinir dan Kopassus.
Pembajakan MV Sinar Kudus, kapal milik PT Samudra Indonesia, terjadi di perairan Somalia pada 16 Maret 2011. Kapal itu dibajak perompak Somalia untuk digunakan sebagai kapal induk pembajak yang beroperasi ke utara sampai Teluk Oman.
Seusai menerima laporan tentang kejadian tersebut, Presiden SBY memberikan perintah langsung pembebasan pada tanggal 18 Maret 2011. Usai rapat di Kemenko Polhukam, pada pukul 19.00 disampaikan tiga tindakan. Tindakan tersebut adalah membebaskan kapal dengan operasi khusus bila kapal Sinar Kudus di tengah laut, menyiapkan rencana cadangan bila kapal telah turun jangkar di wilayah Somalia dengan mempelajari perkembangan, serta mengirimkan 2 kapal fregat dan pasukan khusus.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono kemudian menerima persetujuan dari Presiden tentang kekuatan yang akan diturunkan yaitu 2 kapal fregat, 1 helikopter, serta pasukan khusus dari Marinir, Kopassus, dan Kopaska.
Pasukan lalu tiba di Somalia melalui Kolombo secara bertahap. Informasi terakhir kala itu adalah MV Sinar Kudus telah turun jangkar di perairan Somalia. Namun ada kemungkinan masih digunakan sebagai kapal induk pembajak.
Pada tanggal 4 April 2011, pasukan menerima info bahwa MV Sinar Kudus tak sendiri namun ada 8 kapal negara lain yang dibajak. Nasib ABK tidak diketahui secara jelas karena mereka sering dipindah dan jumlahnya di kapal berubah-ubah. Pasukan mengawasi lewat helikopter dan terlihat bahwa setiap kapal dijaga oleh pembajak. Ada 15-20 kelompok perompak yang terorganisir dan tak ada akses langsung untuk melaporkan perkembangan setiap saat.
Negosiasi pada 13 April 2011 mendapat titik terang yaitu penyesesuaian tebusan dengan tindakan. Para ABK dijamin selamat dan setelah pembebasan akan dilakukan tindakan militer. Namun para perompak itu ternyata tak semudah itu melepaskan para ABK. Pada tanggal 28 April 2011 para perompak menaikkan nilai tebusan.
Pengawasan oleh semua elemen pasukan termasuk Kopaska terus dilakukan. Pengantaran uang tebusan akhirnya dilakukan pada tanggal 30 April 2011 menggunakan pesawat dispanser. Tebusan dibawa ke MV Sinar Kudus untuk dicek asli atau tidak. Lalu dibagi ke perompak, investor, tokoh informal 10 persen, dan penjaga 10 persen. Perhitungan dilakukan di kapal selama 20 jam hingga malam. Berdasar informasi seorang pembajak kepada Reuters, uang tebusan dengan mata uang dollar itu itu jika dirupiahkan senilai Rp38,7 miliar.
Paginya, perompak turun dari MV Sinar Kudus. Setelah tidak ada lagi perompak, baru dilakukan aksi tindakan militer pengamanan untuk melakukan pengejaran perompak. Karena perompak tahu tindakan itu, perompak ikut menyerang. Akhirnya baku tembak pun tak terelakkan.
Empat perompak yang terkena tembakan lalu jatuh ke laut. Mayat mereka
tidak ditemukan dan hanya speedboatnya yang berhasil dibawa ke
Indonesia. Setelah itu, TNI mengecek keamaan MV Sinar Kudus dan
sterilisasi perompak dan bahan peledak. Setelah diketahui aman, kapal
dibawa ke Oman dikawal dengan 2 fregat.
Operasi Lain
Selain di Somalia, Kopaska juga menyukseskan operasi meringkus sindikat perompak di perairan sebelah timur pulau Sumatera bagian utara. Seperti dikutip dari website TNI.mil.id, Satuan Pasukan Katak (Satpaska) Armabar bekerja sama dengan satuan gabungan Spam Mabes TNI Angkatan Laut dan Lantamal I Belawan meringkus 6 tersangka pada Juli 2006.
Para perompak tersebut sering menggunakan senjata api laras panjang dan pelontar granat dalam aksinya dan sering menyamar menjadi nelayan dari kapal ke kapal. Peringkusan sindikat terorganisasi itu sendiri berawal dari adanya perompakan KM Ulandari. Mereka kemudian menyandera nakhoda kapal dan meninggalkan kapal beserta ABK-nya. Keesokan harinya, mereka ditemukan oleh aparat TNI Angkatan Laut. Para perompak kemudian meminta tebusan kepada pemilik kapal sebesar Rp 400 juta.
Dari hasil penyidikan dan penyelidikan, para perompak terus berusaha meminta paksa uang tebusan sehingga disepakati untuk membayar Rp 15 juta. Pembayaran uang tebusan dilakukan melalui transfer di Bank Mandiri cabang Lhokseumawe, NAD. Pada saat itu, salah seorang tersangka perompak diringkus. Tersangka lainnya berhasil ikut diringkus dalam beberapa hari berikutnya.
Kopaska juga menjadi bagian dari tim pencari KM Senopati Nusantara yang hilang pada Januari 2007. Seperti dikutip dari website TNI, saat itu TNI AL mengerahkan pasukan elite dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan penyelam untuk mencari keberadaan KM Senopati Nusantara karena di lokasi yang diduga tempat karamnya kapal itu penuh dengan ranjau sisa perang dunia.
"Sinyal yang ditangkap kapal TNI AL ada di atas Lasem hingga Rembang, Jateng. Karena disitu banyak ranjau, maka perlu kehati-hatian dengan melibatkan pasukan khusus," kata Kadispen Koarmatim, Letkol laut (KH) Drs Toni di Surabaya, Selasa (9/1/2007).
Ia mengemukakan, sebanyak 12 anggota Kopaska, enam penyelam dan empat personel dari Dinas Hidros dan Oceanografi TNI AL itu, dibawa KRI Untung Suropati dari Surabaya menuju lokasi. Mereka menyelam secara manual.
Kopaska juga terlibat berbagai misi PBB di Irak, Darfur, Kongo, dan Libanon, serta perburuan perompak di berbagai wilayah di Indonesia. Pasukan berseragam merah marun ini juga melakukan pengamanan di blok Ambalat dan objek vital lainnya.
Pembentukan
Dikutip dari Wikipedia, Komando Pasukan Katak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. Tugas utama Kopaska adalah untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, serta penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.
Kopaska terbagi menjadi dua satuan komando yaitu Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya. Masing-masing satuan komando memiliki 6 detasemen.
Dalam menjalankan tugas operasi amfibi, pasukan yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi) ini harus melakukan pengintaian pantai, pengintaian pos, sterilisasi pantai, serta observasi selancar.
Kopaska juga memiliki tugas khusus anti sabotase, pengiriman agen rahasia, serta save and rescue. Jika tidak bertugas dalam suatu operasi, tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Detiknews.
Operasi Lain
Selain di Somalia, Kopaska juga menyukseskan operasi meringkus sindikat perompak di perairan sebelah timur pulau Sumatera bagian utara. Seperti dikutip dari website TNI.mil.id, Satuan Pasukan Katak (Satpaska) Armabar bekerja sama dengan satuan gabungan Spam Mabes TNI Angkatan Laut dan Lantamal I Belawan meringkus 6 tersangka pada Juli 2006.
Para perompak tersebut sering menggunakan senjata api laras panjang dan pelontar granat dalam aksinya dan sering menyamar menjadi nelayan dari kapal ke kapal. Peringkusan sindikat terorganisasi itu sendiri berawal dari adanya perompakan KM Ulandari. Mereka kemudian menyandera nakhoda kapal dan meninggalkan kapal beserta ABK-nya. Keesokan harinya, mereka ditemukan oleh aparat TNI Angkatan Laut. Para perompak kemudian meminta tebusan kepada pemilik kapal sebesar Rp 400 juta.
Dari hasil penyidikan dan penyelidikan, para perompak terus berusaha meminta paksa uang tebusan sehingga disepakati untuk membayar Rp 15 juta. Pembayaran uang tebusan dilakukan melalui transfer di Bank Mandiri cabang Lhokseumawe, NAD. Pada saat itu, salah seorang tersangka perompak diringkus. Tersangka lainnya berhasil ikut diringkus dalam beberapa hari berikutnya.
Kopaska juga menjadi bagian dari tim pencari KM Senopati Nusantara yang hilang pada Januari 2007. Seperti dikutip dari website TNI, saat itu TNI AL mengerahkan pasukan elite dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan penyelam untuk mencari keberadaan KM Senopati Nusantara karena di lokasi yang diduga tempat karamnya kapal itu penuh dengan ranjau sisa perang dunia.
"Sinyal yang ditangkap kapal TNI AL ada di atas Lasem hingga Rembang, Jateng. Karena disitu banyak ranjau, maka perlu kehati-hatian dengan melibatkan pasukan khusus," kata Kadispen Koarmatim, Letkol laut (KH) Drs Toni di Surabaya, Selasa (9/1/2007).
Ia mengemukakan, sebanyak 12 anggota Kopaska, enam penyelam dan empat personel dari Dinas Hidros dan Oceanografi TNI AL itu, dibawa KRI Untung Suropati dari Surabaya menuju lokasi. Mereka menyelam secara manual.
Kopaska juga terlibat berbagai misi PBB di Irak, Darfur, Kongo, dan Libanon, serta perburuan perompak di berbagai wilayah di Indonesia. Pasukan berseragam merah marun ini juga melakukan pengamanan di blok Ambalat dan objek vital lainnya.
Pembentukan
Dikutip dari Wikipedia, Komando Pasukan Katak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. Tugas utama Kopaska adalah untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, serta penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.
Kopaska terbagi menjadi dua satuan komando yaitu Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya. Masing-masing satuan komando memiliki 6 detasemen.
Dalam menjalankan tugas operasi amfibi, pasukan yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi) ini harus melakukan pengintaian pantai, pengintaian pos, sterilisasi pantai, serta observasi selancar.
Kopaska juga memiliki tugas khusus anti sabotase, pengiriman agen rahasia, serta save and rescue. Jika tidak bertugas dalam suatu operasi, tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Detiknews.
Pasukan Katak risau berangkat perang karena kekurangan kondom
Sekitar tahun 1962, Presiden Soekarno kesal luar biasa. Belanda masih membandel tak mau menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia.
Saat itu TNI telah menggelar Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat. Namun belum ada penyerangan besar-besaran secara terbuka. Baru sebatas penyusupan gerilyawan untuk berjuang di Tanah Papua.
Maka TNI mempersiapkan operasi amfibi untuk merebut Irian Barat. Operasi yang dinamakan Djadjawidjaja ini dipusatkan di Pantai Biak. 100 kapal perang dan sekitar 15.000 personel TNI akan dikerahkan merebut pantai lalu merangsek ke daratan Papua. Sepanjang sejarah inilah operasi terbesar yang direncanakan TNI.
Pasukan Katak ikut dalam misi ini. Namanya pasukan khusus, tugas yang dibebankan pasti berat. Mulai dari pengintaian, menghancurkan ranjau dan menyiapkan pantai pijakan di Biak.
Selain itu mereka juga ditugaskan melakukan operasi komando, menyusup ke belakang garis belakang lawan.
Dibebani tugas berat, namun ternyata persenjataan yang tersedia tak banyak tersisa. Maklum Pasukan Katak adalah salah satu tim terakhir yang diberangkatkan dari Surabaya.
Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.
Saat itu di gudang senjata Angkatan Laut yang tersisa tinggal Sub-machine Gun (SmG) M50 Madsen kaliber 9 mm buatan Denmark dan beberapa pucuk senjata laras panjang. Tapi ini tak menyurutkan semangat mereka. Toh, bila terjadi kontak senjata dipastikan hanya dalam jarak dekat. SmG dianggap sudah cukup.
Kerisauan tim Paska justru datang dari keterbatasan kondom yang dibagikan. Jangan heran dulu, kondom ini bukan digunakan untuk alat kontrasepsi.
Perlengkapan berbahan karet ini sangat berguna untuk mendukung operasi bawah air. Kondom digunakan untuk membungkus detonator (pemicu bahan peledak) maupun sambungan tertentu sehingga kedap air (waterproof).
Tim juga tak diberi hellbox, alat pembangkit listrik untuk meledakkan bahan peledak. Namun tim masih membawa beberapa gulung firecord yang merupakan kabel berisi bahan peledak berkekuatan tinggi.
Tim Paska diberangkatkan ke Teluk Peleng. Mereka ditugaskan menculik Panglima Pasukan Belanda Laksamana Reeser.
Selain itu, tugas paling monumental adalah menjebol lambung kapal Induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo manusia. Perintah ini baru didapat di Teluk Peleng. Benda ini masih asing buat mereka. Bahkan belum pernah ada ujicoba torpedo manusia sebelumnya.
Saat itu semua pasukan Indonesia sudah siap tempur. Begitu diperintah, ribuan pasukan akan menyerbu Belanda di Biak dan merebut Irian Barat.
Namun perang besar urung terjadi. Desakan internasional memaksa Belanda duduk di meja perundingan. Kesepakatan penyerahan Irian Barat dari Belanda pada pemerintah Indonesia ditandatangani 15 Agustus 1962.
Janji Presiden Soekarno Irian Barat akan kembali ke pangkuan RI sebelum ayam berkokok tanggal 17 Agustus 1962 pun terwujud.
Saat itu TNI telah menggelar Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat. Namun belum ada penyerangan besar-besaran secara terbuka. Baru sebatas penyusupan gerilyawan untuk berjuang di Tanah Papua.
Maka TNI mempersiapkan operasi amfibi untuk merebut Irian Barat. Operasi yang dinamakan Djadjawidjaja ini dipusatkan di Pantai Biak. 100 kapal perang dan sekitar 15.000 personel TNI akan dikerahkan merebut pantai lalu merangsek ke daratan Papua. Sepanjang sejarah inilah operasi terbesar yang direncanakan TNI.
Pasukan Katak ikut dalam misi ini. Namanya pasukan khusus, tugas yang dibebankan pasti berat. Mulai dari pengintaian, menghancurkan ranjau dan menyiapkan pantai pijakan di Biak.
Selain itu mereka juga ditugaskan melakukan operasi komando, menyusup ke belakang garis belakang lawan.
Dibebani tugas berat, namun ternyata persenjataan yang tersedia tak banyak tersisa. Maklum Pasukan Katak adalah salah satu tim terakhir yang diberangkatkan dari Surabaya.
Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.
Saat itu di gudang senjata Angkatan Laut yang tersisa tinggal Sub-machine Gun (SmG) M50 Madsen kaliber 9 mm buatan Denmark dan beberapa pucuk senjata laras panjang. Tapi ini tak menyurutkan semangat mereka. Toh, bila terjadi kontak senjata dipastikan hanya dalam jarak dekat. SmG dianggap sudah cukup.
Kerisauan tim Paska justru datang dari keterbatasan kondom yang dibagikan. Jangan heran dulu, kondom ini bukan digunakan untuk alat kontrasepsi.
Perlengkapan berbahan karet ini sangat berguna untuk mendukung operasi bawah air. Kondom digunakan untuk membungkus detonator (pemicu bahan peledak) maupun sambungan tertentu sehingga kedap air (waterproof).
Tim juga tak diberi hellbox, alat pembangkit listrik untuk meledakkan bahan peledak. Namun tim masih membawa beberapa gulung firecord yang merupakan kabel berisi bahan peledak berkekuatan tinggi.
Tim Paska diberangkatkan ke Teluk Peleng. Mereka ditugaskan menculik Panglima Pasukan Belanda Laksamana Reeser.
Selain itu, tugas paling monumental adalah menjebol lambung kapal Induk Belanda Karel Doorman dengan torpedo manusia. Perintah ini baru didapat di Teluk Peleng. Benda ini masih asing buat mereka. Bahkan belum pernah ada ujicoba torpedo manusia sebelumnya.
Saat itu semua pasukan Indonesia sudah siap tempur. Begitu diperintah, ribuan pasukan akan menyerbu Belanda di Biak dan merebut Irian Barat.
Namun perang besar urung terjadi. Desakan internasional memaksa Belanda duduk di meja perundingan. Kesepakatan penyerahan Irian Barat dari Belanda pada pemerintah Indonesia ditandatangani 15 Agustus 1962.
Janji Presiden Soekarno Irian Barat akan kembali ke pangkuan RI sebelum ayam berkokok tanggal 17 Agustus 1962 pun terwujud.
BTR-4: Intip Ranpur Amfibi Generasi Mendatang Korps Marinir TNI AL
Bila dicermati, sistem senjata pilihan Korps Marinir TNI AL sebagian berkiblat pada Eropa Timur, tidak hanya bicara sejarah sejak era 60an, melainkan ranpur yang hadir agak baruan, seperti BVP-2 dan BMP-3F juga berasal dari Eropa Timur, tepatnya Slovakia dan Rusia. Seolah meneruskan tradisi yang ada, ranpur generasi mendatang Korps Marinir juga dicanangkan dari belahan Eropa Timur, tepatnya kali ini melirik Ukraina, negara pecahan Uni Soviet yang kampiun dalam industri alat-alat berat.
Meski saat tulisan ini dibuat tengah terjadi pergolakan politik di Ukraina, tapi kemasyuran pengembangan alutsista di Ukraina masih cukup diperhitungkan, salah satunya lewat rancang bangun ranpur BTR (Bronetransporter)-4 yang diproduksi Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau (SOE KMDB). BTR-4 mengambil basis platform APC (armoured personnel carrier) alias kendaraan lapis baja angkut personel. BTR-4 dapat digolongkan sebagai panser dengan penggerak roda 8×8. Merujuk dari tampilannya, desain panser ini rupanya buah perpaduan rancang bangun BTR-80A dan APC asal Jerman, TPz Fuchs. Dimana kedua ranpur tersebut juga mengandalkan penggerak roda 8×8 dan punya kemampuan amfibi.
Korps Marinir TNI AL punya kesan mendalam pada sosok ranpur berpenggerak roda 8×8, buktinya meski hanya memiliki 12 unit BTR-80A yang dibeli dari Rusia, tapi BTR-80A begitu diandalkan untuk mendukung misi batalyon mekanis TNI dalam kontingen pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Kemudian kabar berlanjut dari komentar KSAL Laksamana TNI Marsetio, seperti dikutip dari situs http://koarmatim.mil.id, “Pada tahap awal sebagai pengganti PT-76 akan didatangkan sebanyak 55 unit BTR-4. Dengan demikian Korps Marinir akan memilki satu batalyon ranpur BTR-4. Pada Renstra dua dan tiga akan ditambah lagi satu Batalyon BTR-4”, kata KSAL.
Menanggapi komentar KSAL, banyak pihak kemudian mempertanyakan, mengapa tank roda rantai seperti PT-76 diganti ranpur beroda ban? Ditambah platform BTR-4 adalah APC. Lepas dari itu, perlu diketahui BTR-4 dihadirkan dalam beberapa varian, mulai dari varian angkut personel, intai komando, ambulans, sampai versi kanon 120 mm. Di negara asalnya, BTR-4 lebh kondang sebagai IFV (infantry fighting vehicle). Sejauh ini, belum jelas varian apa yang akan diadopsi Korps Marinir. Meski bila dinalar, bila asasinya menggantikan perang PT-76 yang dibekali kanon Cockerill 90 mm, mestinya Korps Marinir juga mendapatkan BTR-4 varian penggebuk yang punya fire power dengan dukungan kanon berkaliber sedang.
Berdasarkan informasi yang dirilis pihak pabrikan, BTR-4 terdiri dari varian:
- BTR-4K
Merupakan varian komando yang dilengkapi dengan kanon 30 mm dan senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Diawaki oleh 7 orang (komandan, pengemudi, penembak kanon, dan 4 personel infanteri). Varian ini juga didukung perangkat komunikasi yang cukup canggih. Bobot varian komando yakni 20,2 ton.
- BTR-4Ksh
Merupakan varian kendaraan komando dan staf perhubungan. Punya bobot 18,5 ton dengan 7 awak (komanda, pengemudi, mekanik, dan 4 staf). Kendaraan ini dibekali beberapa perangkat komunikasi pendukung operasi tempur, sebut saja T-173M radio sets, R-173PM radio receivers, R-163-50K radio sets, R-163-KP radio receivers, R-159 radio sets, Severok-K radio set, AVSK-1 crew intercom system, oral and written information cryptographic protection equipment, TA-57-U telephone sets, TK-2 telephone spool. Sementara perangkat navigasinya ada TIUS-NM satellite navigation system, Inertial navigation support system, dan SN-3003 Bazalt portable satellite navigation support system. Mendukung observasi dalam pertempuran, panser ini dilengkapi teropong dan long-distance night vision device. Di varian ini hanya dibekali senapan mesin berat TKB-01-1 kaliber 12,7 mm.
- BRM-4K
Merupakan varian intai, diawaki oleh 6 personel (komanda, pengemudi, juru tembak kanon, navigator, dan dua orang observer). Sebagai varian intai, awak pengamat dibekali perangkat TKN-3MU combined day/night periscopic binocular. Sebagai senjata utama yaitu kanon 30 mm. Bobot varian ini adalah 20,7 ton.
- BREM-4K
Merupakan varian repair and recovery vehicle. Punya bobot 19 ton. Awak terdiri dari 4 orang (komandan, pengemudi, rigger dan welder/pengelas). Untuk menunjang misinya, panser ini dilengkapi crane yang punya bisa meng-handle bobot 3 ton. Selain itu ada winch dengan kabel yang dapat menarik bobot 6,8 ton. Untuk fasilitas perbaikan, ada kemampuan pengelasan dan alat penarik kendaraan (towing).
- BSEM-4K
Merupakan varian ambulan dengan bobot 18,6 ton. Awak terdiri dari 3 orang (komandan, pengemudi, dan seorang petugas medis).
- MPO-4K
Merupakan varian paling sangar dari keluarga BTR-4. Dengan bobot 21 ton, dibekali kanon kaliber 120 mm yang dapat menghantam MBT (main battle tank). Selain juga dibekali SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Kapasitas kanon 120 mm dapat membawa 40 amunis, sementara SMB 12,7 mm punya bekal hingga 450 peluru. Varian ini diawaki 4 orang (komandan, pengemudi, juru tembak, dan loader amunisi)
- BTR-4 BAU
Merupakan varian kombat yang dilengkapi modul BAU 23 x 2, terdiri dari kanon laras ganda kaliber 23 mm dan senapan mesin kaliber 7,62 mm. Kanon beroperasi secara coaxial. Kanon kaliber 23 mm dapat memuat 400 amunisi dan senapan mesin 7,62 mm dengan 2.000 amunisi. Selain komanda, pengemudi, dan juru tembak, varian ini dapat membawa 8 pasukan infanteri.
- ShKval Module
Serupa dengan varian BTR-4 BAU, hanya diganti modul kubahnya dengan paduan kanon 30 mm dengan 360 amunisi, pelontar granat otomatis kaliber 30 mm dengan 150 amunisi, dan senapan mesin kaliber 7,62 mm dengan 2.000 amunisi. Dalam kubah juga terdapat dua rudal anti tank 9P135M Konkurs. Varian ini juga dapat membawa 8 pasukan infanteri.
- GROM Module
Kombinasi senjata pada kubahnya serupa dengan ShKval Module, hanya saja di GROM module cantelan peluncur rudal anti tank 9P135M Konkurs ada 4 unit. Varian ini juga dapat membawa 8 pasukan infanteri.
Pada dasarnya, awak inti BTR-4 ada 3, yaitu komandan, pengemudi, dan penembak. Dalam versi APC, maksimum bisa membawa hingga 9 personel infanteri. Nah, soal jumlah personel infanteri yang bisa dibawa sangat bergantung pada modul senjata yang dipasang. Format modul dan pilihan senjata yang dipasang, sejatinya bisa diracik berdasarkan permintaan negara pemesan.
Bila diamati dari rancang bangunnya, BTR-4 terdiri dari 3 kompartemen utama. Kompartemen bagian depan menjadi area pengendara dan komandan. Sementara kompartemen bagian tengah diperuntukkan bagi mesin dan perangkat transmisi. Dan, kompartemen bagian belakang dirancang sebagai area untuk penempatan pasukan.
Personel infanteri keluar masuk lewat pintu dua pintu dibelakang, model ini menjadikan pasukan lebih terlindung saat pertempuran. Selain itu, pasukan infanteri juga dapat keluar masuk lewat roof hatches, sekaligus dapat memberikan bantuan tembakan bila diperlukan. Untuk posisi komandan dan pengemudi ada di bagian depan, untuk keluar masuknya disediakan pintu disisi kanan dan kiri.
Untuk elemen perlindungan, seluruh lapisan body BTR-4 mampu menahan terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dan sisa serpihan proyektil artileri, termasuk pada kaca jendela pengemudi. Pada bagian depan, proteksi diperkuat dengan mampu menahan proyektil kaliber 12,7 mm. BTR-4 juga dirancang mampu menahan efek ledadakan dari ranjau anti tank seberat 6 kg. Dalam misi tertentu, BTR-4 dapat pula dipasangkan perlengkapan anti NBK (nuklir, biologi dan kimia) untuk perlindungan bagi para awaknya.
Dari sisi tenaga, BTR-4 mengusung mesin standar diesel KMDB 3TD dengan dua langkah. Mesin ini dapat menghasilkan tenaga maksimum 500HP. Selain itu, BTR-4 dapat pula dipasang dengan mesin diesel Deutz EBPO III dengan empat langkah, performa mesin ini dapat menghasilkan tenaga hingga 598HP.
Masih Minim Order
Sosok BTR-4 pertama kali ditampilkan ke public pada Juni 2006 pada pameran Aviasvit di dekat kota Kiev, ibukota Ukraina. Sementara uji kemampuan amfibinya dirampungkan pada Januari 2007. Produksi BTR-4 secara komersial baru dimulai pada tahun 2008 setelah pihak KMDB mendapat persetujuan dari Kementrerian Pertahanan Ukraina. Semenjak itu BTR-4 mulai mendapat pesanan secara terbatas dari AD Ukraina.
Oleh pabrikannya, BTR-4 dirancang dengan sistem modular, dan sudah dipersiapkan untuk ‘ramah’ pada adopsi pilihan senjata yang diinginkan konsumen. Selain dilirik oleh Indonesia, nyatanya BTR-4 baru digunakan oleh Ukraina, Kazakhstan dan Irak. Irak memesan 420 BTR dalam berbagai varian pada akhir 2009. Beberapa gelombang pengiriman BTR-4 telah dilakukan ke Irak, tapi ada kabar yang kurang menyenangkan dari Janes.com (29/12/2013), disebutkan pada 27 Desember 2013, ada 40 BTR-4 yang dipulangkan kembali ke Ukraina sebelum dikeluarkan dari kapal, pasalnya pihak Irak kurang puas terhadap kualitas ranpur ini. (Gilang Perdana)
Spesifikasi BTR-4
Negara asal : Ukraina
Manufaktur : Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau
Berat : 17,5 – 25 ton (tergantung pada varian)
Mesin : 3TD diesel engine
Suspensi : 8×8
Jarak tempuh max : 690 km
Kecepatan max : 110 km/jam di jalan raya dan 10 km/jam di air
Negara asal : Ukraina
Manufaktur : Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau
Berat : 17,5 – 25 ton (tergantung pada varian)
Mesin : 3TD diesel engine
Suspensi : 8×8
Jarak tempuh max : 690 km
Kecepatan max : 110 km/jam di jalan raya dan 10 km/jam di air
Rantis Berpeluncur Roket Terbaru Diuji coba
Inilah
pertama kalinya kendaraan taktis (Rantis) 5 ton 6x6 "peluncur roket"
produksi Balitbang Kemhan beraksi. Rantis berikut roketnya ini beraksi
di kawasan pantai santolo indah pameungpeuk, garut jawa barat pada kamis
(06/03).
(photo: Kemhan)
Rantis
hasil karya anak bangsa ini berhasil meluncurkan 2 buah roket RHAN 1220
produksi bersama konsorsium roket nasional tanpa kendala apapun. Dengan
sudut elevasi 50 derajat dan azimut 250 mengarah ke laut selatan roket
mampu meluncur sejauh 14 kilometer.Bersamaan dengan itu, RHAN- 1220 B
yang merupakan varian baru dari RHAN dengan kaliber 122, juga berhasil
diluncurkan dari laras GRAD pada peluncur Perkasa.
Menurut Kepala pusat Peneltian dan pengembangan litbang alat peralatan pertahanan (kapuslitbang Alpalhan Balitbang kemhan) Brigjen TNI yul Afiandi, Rantis 5 ton 6x6 peluncur roket ini merupakan produksi dalam negeri yang dihasilkan dari penelitian Balitbang Kemhan bekerjasama dengan Pindad dan mitra kerja swasta lainnya.Sebelum digunakan dalam kagiatan peluncuran, rantis tersebut juga sudah diadakan uji coba kelayakan berbagai medan di wilayah jawa barat. Meski sudah berhasil meluncurkan roket, Rantis ini tetap akan dikembangkang lebih lanjut baik dari sisi kendaraan ataupun peluncur roket.
Menurut Kepala pusat Peneltian dan pengembangan litbang alat peralatan pertahanan (kapuslitbang Alpalhan Balitbang kemhan) Brigjen TNI yul Afiandi, Rantis 5 ton 6x6 peluncur roket ini merupakan produksi dalam negeri yang dihasilkan dari penelitian Balitbang Kemhan bekerjasama dengan Pindad dan mitra kerja swasta lainnya.Sebelum digunakan dalam kagiatan peluncuran, rantis tersebut juga sudah diadakan uji coba kelayakan berbagai medan di wilayah jawa barat. Meski sudah berhasil meluncurkan roket, Rantis ini tetap akan dikembangkang lebih lanjut baik dari sisi kendaraan ataupun peluncur roket.
EKSISTENSI STASIUN RADIO PHB AURI PC-2 PLAYEN DALAM SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Stasiun Radio PHB AURI PC-2 yang berada di Playen memiliki
peran strategis dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.
Melalui stasiun radio AURI itu, nota-nota dan radiogram berita-berita
tentang perjuangan bangsa Indonesia, terutama radiogram Serangan Umum 1
Maret 1949 yang dikenal dengan “Enam Jam di Yogya” sampai ke perwakilan
RI di New Delhi dan diterima PBB. Hasilnya Yogyakarta diserahkan kembali
kepada Pemerintah RI.
Kurang lebih 37 km arah selatan kota Yogyakarta, tepatnya di Desa
Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah monumen bersejarah yang memiliki
catatan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia pasca Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Monumen tersebut kini dikenal dengan
nama Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen. Monumen ini dibangun
pada tahun 1982 oleh Yayasan 19 Desember 1948, dan diresmikan pada 10
Juli 1984 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Keberadaan dan aktivitas Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen dimulai
pada awal Januari 1949, ketika Opsir Udara III Boedihardjo dibantu Basir
Surya dan Sersan Udara Soeroso, masing-masing Komandan dan Kepala
Bagian PHB Pangkalan Udara Gading, Wonosari membangun sebuah stasiun
radio rahasia di Dusun Banaran, Kecamatan Playen. Tipe radio pemancar
yang dipakai saat itu adalah People Cooperation, dengan callsign PC-2.
Pada awalnya radio PHB AURI ini ditempatkan di Desa Bandung yang
letaknya berdekatan dengan Pangkalan Udara Gading, Wonosari. Setelah
Kota Yogyakarta diduduki Belanda, seiring dengan kegiatan pergerakan
politik, militer, dan komunikasi dalam perjuangan, peralatan PHB AURI
ini kemudian dipindahkan ke Desa Banaran, Playen, Wonosari Gunungkidul.
Pemilihan lokasi didapat berkat jasa SU Soeroso, yang pada waktu itu
menjabat sebagai Kepala Bagian PHB Pangkalan Udara Gading. Stasiun ini
berkedudukan di rumah Ibu Prawirosetomo yang memiliki anak bernama
Martono dan seorang gadis yang membantu para gerilyawan dalam
menyelamatkan peralatan radio peninggalan Jepang ini dari serangan
Belanda.
Di tempat baru ini instalasi radio disesuaikan dengan kondisi
setempat. Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah tungku tanah dan
ditutupi kayu bakar, sedangkan antenanya dibentangkan antara dua batang
pohon kelapa dan dipasang hanya pada malam hari saat akan melakukan
siaran. Pada pagi hari perlengkapan tersebut disembunyikan, sehingga
aktivitas siaran ini tidak diketahui Belanda. Pemancar dan penerimanya
diletakkan di dalam dapur dekat kandang sapi milik Prawirosoetomo.
Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah lubang dalam tanah dan
ditutupi kayu bakar. Kamuflase yang dilakukan pada saat itu dianggap
sudah mencukupi, dan yang paling mendukung aktivitas tersebut adalah
kekompakan penduduk setempat dalam menyimpan rahasia keberadaan PHB AURI
Playen selama Yogyakarta diduduki Belanda.
Kekompakan dan dukungan penduduk setempat dirasa sangat membantu
tugas penyiaran dalam merahasiakan keberadaan Stasiun Radio PHB AURI
PC-2 Playen. Terutama istri Pawirosetomo dan kedua anaknya, yang selalu
membantu para pejuang/gerilyawan. Kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan pertukaran informasi tentang berbagai kegiatan pejuang di
Jawa maupun di Sumatera serta menyiarkan keberhasilan perjuangan ke luar
negeri. Nota-nota yang sifatnya rahasia, pengirimannya disalin dengan
huruf sandi. Dengan demikian, aktivitas perhubungan radio dapat
berlangsung secara aman dan lancar.
Aktivitas dan peranan radio AURI ini berfungsi aktif saat para pejuang AURI mulai menggunakan dan menguasai beberapa mobile transmitter, yang secara terus-menerus melakukan monitoring
jalannya perjuangan kemerdekaan. Alat perhubungan ini digunakan sebagai
sarana untuk melakukan komunikasi antargerilyawan dan pengiriman berita
antara pemimpin dari daerah dengan pemerintah maupun komunikasi dengan
dunia internasional.
Stasiun Radio PHB AURI PC-2 yang berada di Playen memiliki peran
strategis dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Melalui
stasiun radio AURI itu, nota-nota dan radiogram berita-berita tentang
perjuangan bangsa Indonesia, terutama radiogram Serangan Umum 1 Maret
1949 yang dikenal dengan “Enam Jam di Yogya” sampai ke perwakilan RI di
New Delhi dan diterima PBB, sehingga Yogyakarta harus diserahkan kembali
kepada Pemerintah RI.
Melalui Stasiun Radio PHB AURI yang mengudara dari rumah sederhana
milik keluarga Pawirosetomo di Playen, eksistensi perjuangan bangsa
Indonesia yang berhasil mengusir Belanda dari Yogyakarta tersiar ke
mancanegara. Sehingga dunia internasional mengetahui eksistensi
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Bahkan tokoh perjuangan
Mr. Sjafruddin Prawiranegara pernah berkomentar, “Andai saja waktu itu
tidak ada PHB AURI, maka eksistensi perjuangan Pemerintah Republik
Indonesia mungkin tidak akan pernah diketahui dunia internasional”.
Terbentuknya PHB AURI PC-2 Playen
Pada tanggal 17 Desember 1945, Panglima Divisi III Yogyakarta secara
resmi menyerahkan wewenang dan tanggung jawab bidang keudaraan kepada
TKR Jawatan Penerbangan. Sejak itu pula kegiatan dalam menghimpun
kekuatan udara mulai meningkat. Urusan komunikasi dan personel
dipercayakan kepada Sabar Wiryonomukti yang kemudian ia menghimpun
teman-temannya yang berpengalaman di bidang radio komunikasi. Di
antaranya terdapat nama Opsir Udara III Boedihardjo yang diberi tugas
menyiapkan sumber daya manusia, khususnya untuk Dinas Perhubungan atau
PHB-AURI. Boedihardjo kemudian mengajak 16 siswa Sekolah Radio
Telegrafis dari Bugis Malang, untuk dijadikan tenaga inti PHB-AURI.
Dengan datangnya Adi Soemarmo Wirjokoesoemo, mantan Flight Radio Operator dari The Netherland East Indies Air Force (NIA), kinerja dan eksistensi PHB-AURI menjadi semakin baik.
Pada 9 April 1946, diterbitkan Penetapan Pemerintah Nomor 6 tentang
Pembentukan Angkatan Udara, yang menetapkan Raden Surjadi Suryadarma
sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) dengan dua orang wakil, yaitu
R.Soekarnaen Martokoesoemo dan Adisoetjipto. Dua tahun kemudian, Opsir
Udara III Boediardjo diangkat menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI.
Pada saat penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, untuk
menduduki ibukota negara serta menangkap pemimpin bangsa, Wakil Presiden
Mohammad Hatta pernah mengirimkan sebuah pesan berbentuk radiogram.
Pesan tersebut kemudian disampaikan Sabar Wijoyomukti ke seluruh stasiun
radio AURI yang ada di Indonesia, melalui stasiun radio AURI yang
berada di Terban Taman Yogyakarta. Bunyi pesan tersebut adalah :
“PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI YOGYA DIKEPUNG MUSUH DAN TIDAK
DAPAT MELAKUKAN TUGAS KEWAJIBANNYA (KOMA) TETAPI PERSIAPAN TELAH
DIADAKAN UNTUK MENERUSKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI SUMATERA
(TTK) APAPUN YANG TERJADI DENGAN ORANG-ORANG PEMERINTAH YANG ADA DI
YOGYAKARTA (KOMA) PERJUANGAN DITERUSKAN (TTK HBS)”.
Selesai pengiriman berita tersebut, untuk menghilangkan jejak dan
melindungi para pejuang dari serbuan Belanda, stasiun radio perhubungan
AURI yang berada di Terban Taman Yogyakarta tersebut kemudian
dihancurkan Opsir Udara III Boediardjo. Para pejuang kemudian kembali
bergerak ke luar kota menghimpun kekuatan untuk bergerilya melanjutkan
perjuangan. Di Desa Dekso, Kulonprogo, tempat para pejabat militer
berkumpul dan berkoordinasi, didirikan Markas Besar Komando Djawa
pimpinan Nasution, yang kemudian dikenal dengan sebutan MBKD. Sedangkan
di Sumatera berdiri Markas Besar Komando Sumatra (MBKS) di bawah
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Mr.
Syafruddin Prawiranegara.
Setelah bergabung dalam MBKD, Opsir Udara III Boediardjo yang saat
itu menjabat sebagai Kepala Perhubungan AURI berusaha meyakinkan
Pimpinan MBKD, bahwa ia dapat melakukan hubungan komunikasi dengan
Markas Besar Komando Sumatera dan markas komando lainnya. Pada waktu itu
AURI memiliki sekitar 39 stasiun radio perhubungan lain yang tersebar
di berbagai tempat di Indonesia.
Salah satu jasa radio PHB-AURI PC-2 Playen yang monumental adalah
keberhasilannya menyiarkan berita tentang Serangan Umum 1 Maret 1949.
Siaran berita itu dilaksanakan pada pukul 02.00 WIB tanggal 2 Maret 1949
ke seluruh jaringan radio AURI yang akhirnya sampai ke Perwakilan RI di
New Delhi dan diterima PBB. Dengan adanya kerjasama yang baik antara
Pemerintah RI dan Pemerintah India, nota-nota penting untuk perwakilan
Indonesia di PBB pusat disalurkan melalui Kotaradja (sekarang Banda
Aceh) ke India dan diteruskan ke Amerika. Sehingga perwakilan RI di PBB,
LN Palar senantiasa dapat mengikuti perkembangan berita perjuangan di
Indonesia.
Radiogram berita Serangan Umum tersebut dikirimkan oleh Sersan
Basukihardjo, seorang operator stasiun PHB AURI PC-2 Playen, dan
diterima oleh Sersan Udara Kusnadi operator radio Bidar Alam. Keesokan
harinya, pada 3 Maret, berita tersebut dilaporkan Opsir Udara III Dick
Tamimi dan Umar Said kepada Ketua PDRI Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Berita tersebut segera diteruskan ke stasiun-stasiun radio “NBM”
Tangse, “ZZ” Kototinggi. Melalui radio “NBM” Tangse berita dikirim ke
stasiun radio “SMN” di Rangoon kemudian dilanjutkan ke New Delhi dan
perwakilan RI di PBB di Washington, Amerika. Pejabat perwakilan RI di
PBB membeberkan berita itu di depan sidang Dewan Keamanan PBB pada 7
Maret 1949, sehingga membuka mata dunia tentang eksistensi perjuangan
bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Radiogram Serangan Umum
Salah satu radiogram yang menjadi topik dalam kelanjutan diplomasi
antara Republik Indonesia dan Belanda di PBB, adalah diterimanya
radiogram serbuan pasukan Indonesia di siang hari ke Yogyakarta pada
tanggal 1 Maret 1949. Sampai dengan hari ini tidak banyak yang
mengetahui pengirim gerilya yang mengirim radiogram berita, mengenai
serbuan Pasukan Indonesia ke Yogyakarata keluar negeri, yang akhinya
sampai ke Perwakilan RI di New Delhi dan PBB.
Radiogram Serangan Umum Tentara Republik ke Kota Yogyakarta yang
diterima Stasiun Radio AURI "UDO" di Bidar Alam, dikirim oleh Opsir
Udara III Dick Tamimi langsung kepada Ketua Menteri Syafruddin pada pagi
hari 3 Maret 1949. Setelah diterima dan dibaca, Ketua Menteri
menginstrusikan agar radiogram tersebut segera dikirim ke New Delhi dan
New York sesuai alamat. Bapak Danu Sekretaris PDRI dan Teuku Hassan
Menteri Dalam Negeri kebetulan berada di rumah Ketua Menteri, sewaktu
Tamimi menghadap Ketua.
Radiogram berita tersebut diterima oleh Stasiun Radio "UDO" pada
larut malam 3 Maret 1949 menjelang pagi hari tanggal 4 Maret 1949.
Telegrafis yang menerima adalah telegrafis Koesnadi. Radiogram tersebut
dikirim dari Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen, Yogyakarta oleh
telegrafis Sersan Mayor Udara Basukiharjo. Seperti biasa
radiogram-radiogram ke luar negeri dikirim melalui Stasiun Radio PHB
AURI "NBM" Tangse. Radiogram mengenai 1 Maret 1949 tersebut di Tangse
diterima oleh Sersan Udara Nurbaman.
Khusus mengenai radiogram Serangan Umum 1 Maret 1949 tersebut dibuat
oleh MBKD Pusat Pimpinan Angkatan Darat di Banaran. Radiogram tersebut
dikirim dengan kurir ke Stasiun Radio "POP" PHB AD di Desa Dukuh,
sekitar 3 Km dari Banaran. Pimpinan stasiun radio tersebut adalah
Perwira Angkatan Darat bernama Koesoemo Dartojo. Radiogram lalu dikirim
(istilahnya pada waktu itu diketok) ke Stasiun Radio PHB-AURI PC-2
Playen. Dari Stasiun Radio AURI tersebut radiogram seterusnya dikirim ke
Bidar Alam, nama sebuah desa yang ditempati Pimpinan Pusat PDRI Mr.
Syafruddin Perwira Negara melalui Stasiun Radio PHB AURI UDO dan
selanjutnya dikirim ke luar negeri melalui jalur radio seperti diuraikan
di atas.
Berita-berita pertempuran disiarkan melalui Radio Siaran biasa,
seperti halnya berita mengenai masuknya Tentara RI ke Yogyakarta,
menjadi berita penting pula bagi Radio Siaran biasa. Radio Siaran
Belanda misalnya, dengan versinya menyiarkan berita tersebut paling
dahulu, kemudian Radio Siaran Luar Negeri yang biasanya mendahului Radio
Siaran dalam negeri. RRI Jawa Tengah sebagai Radio Siaran RI juga tidak
ketinggalan menyiarkan berita tersebut.
Sedangkan Stasiun Radio AURI yang bukan merupakan Radio Siaran dan
pada waktu itu melayani pemerintah baik di Jawa maupun di Sumatera
bahkan ke luar negeri (Ranggoon), mengirim berita 1 Maret dengan surat
radiogram resmi dari Pemerintahan Sipil Militer di Jawa ke Perwakilan RI
baik yang berada di New Delhi maupun di PBB. Sementara radio-radio
Siaran seperti Radio Siaran NICA di Jakarta, BBC di London, ABC di
Australia, serta lain-lain menyiarkan warta berita melalui Radio Siaran
lebih dahulu sebelum radiogram yang ditujukan ke suatu alamat, seperti
halnya radiogram mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949.
Sebelum radiogram sampai di Perwakilan-perwakilan RI di PBB atau New
Delhi, kota-kota tersebut sudah mendengar terlebih dahulu berita
mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949 melalui berbagai radio siaran
seperti tersebut di atas. Pejabat-pejabat RI di luar negeri baru
mengambil aksi setelah menerima radiogram resmi yang dikirim oleh
Pemerintah RI di Indonesia (Jawa/Sumatera), dengan kata lain bukan
bersumber dari berita Radio Siaran berupa warta berita. Radiogram
mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dimaksud, dikirim dari Playen
ke UDO PDRI Bidar Alam, dan melalui Stasiun Radio AURI di Tangse dan
Kotaraja dikirim ke Ranggoon dan dari Ranggoon selanjutnya ke New Delhi
dan PBB.
Menurut tulisan Aboe Bakar Lubis yang pada Perang Kemerdekaan RI II
menjabat sebagai salah seorang Staf Penerangan Perwakilan Republik
Indonesia di New Delhi dalam bukunya Kilas Balik Revolusi pada halaman 316 dan 318 dikatakan sebagai berikut:
Pertama, Pendirian PDRI, diperoleh melalui radio yang
diterima dari Ranggoon dan diteruskan ke New Delhi yang kemudian
diteruskan ke Paris tempat Dewan Keamanan berada dan kepada seluruh
dunia. (Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana)
Langganan:
Postingan (Atom)