Jumat, 28 Februari 2014

LCS Memanas, TNI Perkuat Natuna


Panglima_TNI_dan_China
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bersama Panglima Angkatan Bersenjata China Jenderal Fang Fenghui di Markas Besar Angkatan Bersenjata China di Beijing (photo: Antara/ Rini Utami).

TNI berencana menambah kekuatan di sekitar perairan Natuna yang merupakan salah satu wilayah terdepan Indonesia, sekaligus mengantisipasi instabilitas di Laut China Selatan.
“Penambahan dan pengerahan kekuatan di Natuna juga untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan ‘rembesan-rembesan’ akibat instabilitas di Laut China Selatan,” ungkap Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menjawab Antara di sela-sela kunjungan lima harinya di China.
Ia menuturkan penambahan kekuatan itu meliputi kekuatan di darat, laut dan udara. “Seperti misalnya peningkatan status pangkalan angkatan laut menjadi pangkalan utama angkatan laut dan seterusnya,” kata Jenderal Moeldoko.
Pulau Natuna dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, di utara berbatasan dengan peraiaran Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan dengan Malaysia Timur, Kalimantan Barat dan Brunei Darussalam.
Sementara itu, di barat Pulau Natuna dengan luas lautan 262.156 kilometer persegi berbatasan dengan Semenanjung Malaysia bagian barat. “Posisi geografi yang strategis ini, bisa dijadikan pangkalan oleh musuh, sebelum masuk ke wilayah RI,” kata Panglima TNI.
Karena itu penambahan dan penempatan kekuatan yang proposional di Natuna perlu dilakukan sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia dan TNI, sekaligus dalam mengantisipasi dampak instabilitas di Laut China Selatan.
“TNI senantiasa memantau setiap perkembangan di Laut China Selatan, dan siap mengantisipasi apapun akibat dari instabilitas di wilayah tersebut,” kata Panglima TNI menegaskan.
natuna-map

China Klaim 90 Persen LCS
Sementara itu Wakil Ketua Komisi Pusat Militer China Fan Changlong menegaskan China menentang upaya internasionalisasi persoalan di Laut China Selatan, termasuk campur tangan pihak luar, khususnya Amerika Serikat.
China, lanjut dia, akan berupaya memelihara dan menjaga stabilitas kawasan di Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan dengan menyelesaikan persoalan melalui mekanisme dialog bilateral dengan negara yang bersengkata dengan China di wilayah itu.

Natuna1.jpg
Pulau Natuna

China mengklaim sekitar 90 persen dari 3,5 juta kilometer persegi Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.
Tidak itu saja, China juga berencana menetapkan Zona Indentifikasi Pertahahan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan. Hal tu mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat dan menyebut ide Beijing itu sebagai ide buruk.
Sebelumnya China juga menetapkan Zona Indentifikasi Pertahanan Udara di Laut China Timur yang mendapat kecaman dari Washington, Tokyo dan Seoul. (Antara).

Belanda anugerahkan medali kehormatan kepada TNI AL

Kamis, 27 Februari 2014 18:23 WIB | 1376 Views
KASAL Laksamana TNI Marsetio (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
TNI AL merupakan institusi kedua yang menerima penganugerahan medali kehormatan Prins Hendrik ini,"
Pemerintah Belanda melalui Royal Netherlands Navy menganugerahkan medali kehormatan "Prins Hendrik" kepada TNI Angkatan Laut sebagai bentuk apresiasi atas kerja sama dan persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun.

Penganugerahan medali kehormatan disampaikan Commander of The Royal Netherlands Navy (RNN) Matthieu JM Borsboom kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio dalam upacara militer di KRI Ahmad Yani-351 yang sandar di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Kamis.

Hadir dalam acara tersebut, antara lain Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia HE Mr Tjeer de Zwaan berserta stafnya, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono dan para pejabat TNI AL.

Selama ini, menurut Matthieu JM Borsboom, medali kehormatan Prins Hendrik diberikan kepada institusi atau perorangan yang telah memberikan kontribusi positif kepada RNN atau AL Belanda.

"TNI AL merupakan institusi kedua yang menerima penganugerahan medali kehormatan Prins Hendrik ini," katanya.

Matthieu Borsboom sebelumnya juga telah melakukan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko, KSAL Laksamana TNI Marsetio, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, serta Pangkotama TNI AL.

Kunjungan pimpinan AL Belanda tersebut untuk bersilaturahmi sekaligus memperkuat hubungan kedua negara, khususnya RNN dengan TNI AL.

KSAL Laksamana Marsetio menyambut baik kunjungan tersebut dan memberikan apresiasi terhadap segala perhatian AL Belanda yang diaktualisasikan dalam bentuk penganugerahan medali kehormatan Prins Hendrik.

"Ke depan, kami berharap hubungan kerja sama TNI AL dengan RNN dapat terus berjalan dengan baik dan konstrukstif, bahkan lebih ditingkatkan," katanya.

Selama ini, lanjut KSAL, kerja sama AL kedua negara telah menunjukan tren ke arah yang semakin positif dengan meningkatnya kunjungan pejabat AL kedua negara.

Selain itu, juga kerja sama di bidang pendidikan, pemberian asistensi dan akses perolehan informasi terkait penulisan buku sejarah perjuangan TNI AL, serta pengadaan alutsista TNI AL dari Belanda, antara lain kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal korvet SIGMA Class.
 

Kamis, 27 Februari 2014

Anggaran Alutsista, Menkeu: Fiskal Space Tak Ada, Mau Apa?

Kemenhan menyatakan anggaran alutsista tahun ini membengkak.

Pameran Alutsista TNI AD di Kawasan Silang Monas, Jakarta.
Pameran Alutsista TNI AD di Kawasan Silang Monas, Jakarta. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Menteri Keuangan Chatib Basri menutup dengan rapat kemungkinan mencairkan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang diajukan Kementerian Pertahanan tahun ini.

Kementerian Keuangan yang diwakili Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati sudah menyatakan penolakan mencairkan anggaran tersebut, dalam rapat komisi I DPR dengan Kementerian Pertahanan beberapa hari lalu.
Chatib, Kamis 26 Februari 2014, usai menghadiri rapat kabinet menegaskan tidak akan mencairkan anggaran tersebut. "Fiscal space tidak ada, mau apa?" ujarnya.

Dia mengatakan soal ini sudah dibahas dalam sidang kabinet. Anggaran pemerintah benar-benar tidak ada ruang untuk mewujudkan pembelian alutsista tersebut.

"Fiscal space tidak cukup untuk APBN. Untuk anggaran tahun 2015 nanti, tanya menkeu baru," ujarnya.

Dalam APBN 2014, anggaran alutsista yang menjadi pagu anggaran yaitu sebesar Rp16 triliun. Kementerian Pertahanan mengklaim, gara-gara pelemahan rupiah anggaran tersebut membengkak menjadi Rp27 triliun.

Chatib mengungkapkan, sebenarnya anggaran itu bisa cair jika pembelian alutsista tersebut tidak langsung dilakukan atau secara bertahap, mengingat adanya pelemahan rupiah terhadap dolar.

"Masih banyak hal yang mesti dilakukan, tapi kan seharusnya tidak perlu langsung," ungkapnya. 

RI Berpotensi Jadi Kekuatan Besar, Tapi Amunisi Masih Sedikit

Anggaran RI untuk pertahanan dan bantuan internasional relatif kecil

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakai cenderamata helm pasukan perdamaian United Nations (UN) dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakai cenderamata helm pasukan perdamaian United Nations (UN) dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Indonesia punya potensi untuk memperkokoh pengaruhnya di arena internasional. Sayangnya, potensi itu masih belum segera diwujudkan lantaran Indonesia belum memiliki instrumen-instrumen yang cukup memadai, seperti masih kecilnya anggaran untuk pembangunan internasional dan pertahanan. 

Pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional sebenarnya terus berkembang. Namun, negara ini belum akan menjadi kekuatan besar dalam jangka pendek dan menengah.

Demikian analisis pengamat Indonesia dari Lowy Institute for International Policy, Dave McRae. Dia menguraikan pengamatannya soal perkembangan dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional melalui laporan berjudul “More Talk than Walk: Indonesia as a Foreign Policy Actor,” yang dikirim ke VIVAnews hari ini.

Menurut dia, berdasarkan jumlah populasi, lokasi geografi, dan potensi ekonomi, di masa depan Indonesia akan memainkan peran lebih besar dalam hubungan internasional ketimbang saat ini. "Namun, sebenarnya, Indonesia kecil kemungkinan untuk langsung tampil sebagai aktor yang lebih berpengaruh secara signifikan dalam lima tahun ke depan untuk bisa naik dari kelompok negara-negara kelas menengah," tulis McRae.

"Bila Indonesia ingin mencapai status sebagai kekuatan besar, seperti yang diperkirakan beberapa pengamat, maka baru akan tercapai dalam jangka waktu yang sangat panjang," lanjut dia.

Dalam analisis setebal 17 halaman itu, McRae menguraikan beberapa elemen yang menjadi potensi dan tantangan Indonesia dalam memperluas pengaruhnya di gelanggang internasional. Selain jumlah penduduk yang besar dan lokasi yang strategis, meningkatnya profil Indonesia di panggung dunia juga berkat kinerja ekonominya yang relatif stabil, rata-rata tumbuh 5,7 persen per tahun dalam satu dekade terakhir.

"Pada 2012 Indonesia tumubuh menjadi ekonomi nomor 16 dunia, naik dari peringkat 27 pada tahun 2000. Pertumbuhan itulah yang membuat Indonesia kini masuk dalam kelompok elit G20," tulis McRae. 

Anggaran Kecil

Namun, raihan itu masih dipandang belum cukup bagi Indonesia untuk melesak jadi kekuatan besar dalam beberapa tahun mendatang. Pengaruhnya masih kecil. Salah satu faktor pertimbangan, Indonesia masih sedikit menyisihkan anggarannya untuk membantu pembangunan di luar negeri.

Menurut perhitungan kelompok negara OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan), Indonesia pada 2010 baru mengeluarkan sekitar US$10 juta untuk membantu pembangunan negara-negara tetangga yang masih miskin. Pada tahun yang sama, China menyisihkan sekitar US$2 miliar, Brazil US$500 juta, India US$640 juta dan Afrika Selatan US$118 juta.  

Selain itu, menurut McRae, Indonesia belum didukung dukungan militer yang memadai untuk menjadi negara kuat. Meski sudah bertekad membiayai anggaran pertahanan sebesar 1,5 persen dari total Produk Domestik Bruto (GDP), belanja militer Indonesia masih di bawah 1 persen dari GDP.

Anggaran tahunan belanja pertahanan RI pun masih sepertiganya dari Australia dan belum sebanyak Singapura, tulis McRae dengan mengutip angka dari Stockholm Institute for International Peace Research dalam laporan "SIPRI Yearbook 2013: Armaments, Disarmament and International Security." 

Dia juga mengutarakan bahwa kebijakan luar negeri RI akan ditentukan oleh empat faktor. Pertama, Indonesia memproyeksikan citranya sebagai kekuatan besar meski kemampuannya masih tergolong kekuatan menengah. Kedua, Indonesia akan tetap non-blok namun cenderung mendekat ke AS.

Ketiga, ASEAN masih tetap menjadi platform utama bagi Indonesia dalam menyampaikan aspirasi di tingkat kawasan dan internasional. Faktor keempat, lanjut McRae, Indonesia akan lebih aktif dalam menyuarakan isu-isu yang menyangkut umat Muslim ketimbang mendorong kebijakan luar negeri yang Islami.    
 
Terkait Indonesia-Australia, McRae melihat hubungan bilateral kedua negara itu tidak akan seerat seperti yang diperkirakan sebelumnya, apalagi saat kedua pemerintah sedang berseteru soal skandal penyadapan dan kontroversi penanganan pencari suaka atau imigran gelap. "Hubungan Indonesia dengan Australia kecil kemungkinan menjadi prioritas kebijakan luar negeri dalam beberapa tahun mendatang," lanjut McRae.
 

Roket Pertahanan Indonesia RX-320

 
roket-rx-lapan
Roket RX Lapan

Setelah keberhasilan Roket R-Han 122 mengisi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI, Lapan kembali mencoba mengembangkan roket pertahanan lainnya, dengan daya jelajah 70 hingga 100 km. Untuk roket pertahanan ini, pengembangannya diambil dari roket RX-320 dan RX-450 seperti yang disampaikan Kapusroket Lapan, Dr. Rika Andiarti saat berbincang.

“R-Han tersebut akan dipenuhi oleh RX-320 untuk jangkauan 70 km dan RX-450 untuk jangkauan 100 km,”

RX-320 saat ini sedang dikembangkan oleh tim konsorsium roket yang terdiri dari Kemenristek, Kemenhan, PT DI, PT Dahana dan PT Pindad. Untuk RX-450 masih perlu uji statis kembali, karena saat peluncuran pertama hasilnya hanya ditingkat 75%, belum maksimal.
Sayangnya, rencana memperbanyak roket tidak didukung oleh pemantapan pembuatan pabrik propelan tanah air. Selama ini propelan masih menggunakan bahan baku dari negara lain.
Roket Lapan (photo: Audrey)
Roket Lapan (photo: Audrey)

PT Dahana mengaku sudah berhasil membuat propelan dari bahan baku lokal dengan nilai komponen sebesar 20 persen. Setelah pabrik ada, pengembangan komponen lokal akan dinaikkan. Koordinator Proyek Khusus PT Dahana Yusep Nugraha mengaku pembangunan pabrik ini masih terkendala pada anggaran.
“Kalau merujuk kemandirian dan kebutuhan pertahanan, kita ingin pabrik propelan dibangun mulai tahun 2014, tapi pada akhirnya pemerintah yang akan menentukan kapan anggaran untuk propelan bisa dialokasikan,”.
rx-lapan-3
Roket RX Lapan

Seperti yang kita ketahui, R-Han 122 dibagi menjadi dua versi, yaitu untuk TNI AL dan TNI AD. Untuk TNI AD hasil pengembangan roket RX-1210 berdiameter 120 mm dengan panjang propelan 1 meter. R-Han varian pertama ini memiliki berat 38 kg dan menjangkau sejauh 14 km.
Sedangkan Roket TNI AL atau R-Han 122b ini memiliki ukuran yang lebih panjang dari varian pertama. Selain memiliki panjang yang berbedan daya jangkau lebih jauh, bisa mencapai 25 km. (by Jalo)

Maret 2014, Lapan Tembakkan Roket 100 km

Rhan-Lapan
Roket Rhan Lapan, siap tembus jarak 100 km

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang terlibat dan mengembangkan proyek roket canggih yang jarak tembaknya hingga 100 Kilometer.
Deputi Bidang Teknologi Lapan, Soewarto Hardhienata mengatakan, pengembangan roket ini merupakan kerja sama lanjutan yang pernah dilakukan sebelumnya, yakni pembuatan roket dengan jarak tembak sekitar 40 Kilometer.
“Konsorsium roket dengan PT DI, bersama dengan Bahana mengembangkan roket pertahanan. Tanggal 5 atau 6 Maret kita uji coba dan ini di atas 100 Km,” ucap Soewarto di kantor pusat Lapan, Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Soewarto menyebutkan, roket ini diberi label RHAN 320, RHAN 420 serta RHAN 520. Roket sebelumnya yang pernah dikembangkan Lapan bersama PT DI adalah RHAN 122.
“Ini untuk roket pertahanan dan untuk Kementerian Pertahanan. Sekarang sudah ada RHAN 122 itu jarak tembak baru 40 Km,” tegasnya.

Pengembangan Pesawat
Selain mengembangkan roket, LAPAN dan PT DI juga mengembangkan dan membuat pesawat terbaru yaitu N245 dan N270. Proyek ini akan dikerjakan setelah proyek pesawat ringan N219 selesai dikerjakan tahun 2016.
“Setelah ini akan ada N245 dan N270 yang segera dimulai pada pertengahan tahun 2016 kita buat desain. N245 itu untuk 45 penumpang, N270 untuk 70 penumpang dan kedua pesawat ini pakai 2 mesin. Diharapkan cita-cita kita adalah R&D (penelitian dan pengembangan) ada di LAPAN, produksinya ada di DI,” ujar Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan S Prabowo  di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Saat ini, LAPAN menganggarkan Rp 400 miliar untuk mengembangkan pesawat N-219 yang diserahkan kepada PTDI. Namun apabila pesawat itu sudah jadi dan dijual secara komersial, LAPAN tidak mendapatkan keuntungan penjualan.
n-2130
PT DI dan Lapan siapkan N245 dan N270, sebelum ke N2130

“LAPAN itu hanya kembangkan design center. Hasil penjualan itu nggak masuk ke kita. Kita berhenti hanya sampai prototype saja,” ungkapnya. Dana sebesar Rp 400 miliar akan dikucurkan selama 2 periode yaitu tahun 2014 sebesar Rp 310 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp 90 miliar.
LAPAN sebagai lembaga yang dimiliki negara hanya mengambil keuntungan dari hak cipta pesawat dan keterlibatan 30 tenaga ahli LAPAN untuk bekerjasama membuat pesawat N219 dengan PTDI. (merdeka.com/finance.detik.com)

Rabu, 26 Februari 2014

Pesawat N219 Buatan PT DI Akan Ganti Skuadron Nomad TNI AL

PT Dirgantara Indonesia (PT KAI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menargetkan pesawat N 219 mengudara pada 2016. Itu artinya, pesawat buatan anak negeri tersebut ditargetkan lolos sertifikasi paling lambat tahun tersebut.

TNI AL Akan Ganti Skuadron Nomad Dengan Pesawat N219 Buatan PT DI
Pesawat N 219 Rancangan PT DI dan Lapan

Kepala Program N 219 Lapan Agus Aribowo mengatakan walau masih dalam tahap pengembangan, pesawat tersebut sudah banyak di pesan. Pemesannya beragam, mulai dari maskapai penerbangan, pemerintah daerah, hingga negara tetangga.

Menurut Agus, Lion Air telah berkomitmen memesan 100 pesawat, Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 pesawat. Lalu, pemda Papua dan Papua Barat sebanyak 15 pesawat.

"Pemda Aceh dalam negosiasi ada 6 pesawat, Sulawesi (6), Riau (4). Thailand (Nomad) itu pengawas pantai (18 plus cadangan 2), serta TNI AL (Nomad) 1 skuadron 9-15 pesawat," kata Agus di Lapan, Jakarta, Selasa (25/2)

Direktur Pengembangan Teknologi PT DI Andi Alisjahbana menambahkan, Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga memesan 20 pesawat. "Tapi ini sudah 8 bulan yang lalu," katanya.

Pesawat Nomad TNI AL
Pesawat Nomad TNI AL
Khusus pemda pembeli pesawat, menurut Andi, pihaknya masih mencari cara agar mereka mendapat Air Operation Certificate (AOC). Salah satu opsinya, pemda bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan yang sudah memiliki izin terbang.

"Nanti mungkin Pemda yang memiliki, kita kerjasamakan dengan operator yang memiliki AOC, mereka menyediakan pilot, teknisi, operasi menggunakan perusahaan daerah," tegasnya.

Selain itu, Pemda juga diusulkan menggunakan dana non-APBD untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat tersebut.

"Menggunakan perusahaan financing mungkin bank daerah dan nanti kita cari jalan. Sekarang kita coba kerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk cari jadi satu solusi."


Kemampuan dan Spesifikasi Pesawat N219

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mengebut penyelesaian pembuatan pesawat N219. Pesawat buatan anak bangsa tersebut telah menyelesaikan tahap preliminary design dan akan memasuki detail design dan kemudian akan memasuki pembuatan komponen.

Rencananya, integrasi komponen pesawat akan dilaksanakan pada 2015 ditandai dengan roll out pesawat pertama. N219 akan terbang perdana pada 2016. Namun, bagaimana spesifikasi pesawat buatan putra putri Indonesia itu?

Pesawat N219 berkapasitas 19 tempat duduk dan cocok untuk penerbangan perintis. Pesawat ini tergolong mudah dan sederhana dalam proses perawatannya.

N219 memiliki konfigurasi yang dapat diubah dengan cepat, biaya operasi rendah, bersertifikasi dasar CASR 23 dan menggunakan sepasang mesin PT6A-42 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda.

Dari keterangan yang diperoleh merdeka.com, pesawat ini dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat ini memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu yang fleksibel.

N219 mampu lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek atau hanya memerlukan landasan 500 hingga 600 meter. Pesawat ini juga dilengkapi dengan alat bantu navigasi sehingga mampu lepas landas dan mendarat di bandara bandara perintis dengan peralatan minimal.

Unjuk kerja dan berat
Max. Cruise Speed : 215 Kts
Max. Range @available playload : 831 nm
Stall Speed : 59 Kts
Takeoff distance : 435 m
Landing distance : 485 m
Max. Take off weight : 7.030 Kg
Operaring empty weight : 4.305 Kg
Maximum payload : 2.318 Kg
Usefull load : 2.750 Kg
Max. Fuel capacity : 1.588 Kg
Available payload with maximal fuel : 1.157 Kg
Cruise Altitude : 10.000 ft
Max. Ceiling altitude : 24.000 ft