Kamis, 27 Februari 2014

Anggaran Alutsista, Menkeu: Fiskal Space Tak Ada, Mau Apa?

Kemenhan menyatakan anggaran alutsista tahun ini membengkak.

Pameran Alutsista TNI AD di Kawasan Silang Monas, Jakarta.
Pameran Alutsista TNI AD di Kawasan Silang Monas, Jakarta. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Menteri Keuangan Chatib Basri menutup dengan rapat kemungkinan mencairkan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang diajukan Kementerian Pertahanan tahun ini.

Kementerian Keuangan yang diwakili Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati sudah menyatakan penolakan mencairkan anggaran tersebut, dalam rapat komisi I DPR dengan Kementerian Pertahanan beberapa hari lalu.
Chatib, Kamis 26 Februari 2014, usai menghadiri rapat kabinet menegaskan tidak akan mencairkan anggaran tersebut. "Fiscal space tidak ada, mau apa?" ujarnya.

Dia mengatakan soal ini sudah dibahas dalam sidang kabinet. Anggaran pemerintah benar-benar tidak ada ruang untuk mewujudkan pembelian alutsista tersebut.

"Fiscal space tidak cukup untuk APBN. Untuk anggaran tahun 2015 nanti, tanya menkeu baru," ujarnya.

Dalam APBN 2014, anggaran alutsista yang menjadi pagu anggaran yaitu sebesar Rp16 triliun. Kementerian Pertahanan mengklaim, gara-gara pelemahan rupiah anggaran tersebut membengkak menjadi Rp27 triliun.

Chatib mengungkapkan, sebenarnya anggaran itu bisa cair jika pembelian alutsista tersebut tidak langsung dilakukan atau secara bertahap, mengingat adanya pelemahan rupiah terhadap dolar.

"Masih banyak hal yang mesti dilakukan, tapi kan seharusnya tidak perlu langsung," ungkapnya. 

RI Berpotensi Jadi Kekuatan Besar, Tapi Amunisi Masih Sedikit

Anggaran RI untuk pertahanan dan bantuan internasional relatif kecil

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakai cenderamata helm pasukan perdamaian United Nations (UN) dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakai cenderamata helm pasukan perdamaian United Nations (UN) dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu. (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Indonesia punya potensi untuk memperkokoh pengaruhnya di arena internasional. Sayangnya, potensi itu masih belum segera diwujudkan lantaran Indonesia belum memiliki instrumen-instrumen yang cukup memadai, seperti masih kecilnya anggaran untuk pembangunan internasional dan pertahanan. 

Pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional sebenarnya terus berkembang. Namun, negara ini belum akan menjadi kekuatan besar dalam jangka pendek dan menengah.

Demikian analisis pengamat Indonesia dari Lowy Institute for International Policy, Dave McRae. Dia menguraikan pengamatannya soal perkembangan dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional melalui laporan berjudul “More Talk than Walk: Indonesia as a Foreign Policy Actor,” yang dikirim ke VIVAnews hari ini.

Menurut dia, berdasarkan jumlah populasi, lokasi geografi, dan potensi ekonomi, di masa depan Indonesia akan memainkan peran lebih besar dalam hubungan internasional ketimbang saat ini. "Namun, sebenarnya, Indonesia kecil kemungkinan untuk langsung tampil sebagai aktor yang lebih berpengaruh secara signifikan dalam lima tahun ke depan untuk bisa naik dari kelompok negara-negara kelas menengah," tulis McRae.

"Bila Indonesia ingin mencapai status sebagai kekuatan besar, seperti yang diperkirakan beberapa pengamat, maka baru akan tercapai dalam jangka waktu yang sangat panjang," lanjut dia.

Dalam analisis setebal 17 halaman itu, McRae menguraikan beberapa elemen yang menjadi potensi dan tantangan Indonesia dalam memperluas pengaruhnya di gelanggang internasional. Selain jumlah penduduk yang besar dan lokasi yang strategis, meningkatnya profil Indonesia di panggung dunia juga berkat kinerja ekonominya yang relatif stabil, rata-rata tumbuh 5,7 persen per tahun dalam satu dekade terakhir.

"Pada 2012 Indonesia tumubuh menjadi ekonomi nomor 16 dunia, naik dari peringkat 27 pada tahun 2000. Pertumbuhan itulah yang membuat Indonesia kini masuk dalam kelompok elit G20," tulis McRae. 

Anggaran Kecil

Namun, raihan itu masih dipandang belum cukup bagi Indonesia untuk melesak jadi kekuatan besar dalam beberapa tahun mendatang. Pengaruhnya masih kecil. Salah satu faktor pertimbangan, Indonesia masih sedikit menyisihkan anggarannya untuk membantu pembangunan di luar negeri.

Menurut perhitungan kelompok negara OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan), Indonesia pada 2010 baru mengeluarkan sekitar US$10 juta untuk membantu pembangunan negara-negara tetangga yang masih miskin. Pada tahun yang sama, China menyisihkan sekitar US$2 miliar, Brazil US$500 juta, India US$640 juta dan Afrika Selatan US$118 juta.  

Selain itu, menurut McRae, Indonesia belum didukung dukungan militer yang memadai untuk menjadi negara kuat. Meski sudah bertekad membiayai anggaran pertahanan sebesar 1,5 persen dari total Produk Domestik Bruto (GDP), belanja militer Indonesia masih di bawah 1 persen dari GDP.

Anggaran tahunan belanja pertahanan RI pun masih sepertiganya dari Australia dan belum sebanyak Singapura, tulis McRae dengan mengutip angka dari Stockholm Institute for International Peace Research dalam laporan "SIPRI Yearbook 2013: Armaments, Disarmament and International Security." 

Dia juga mengutarakan bahwa kebijakan luar negeri RI akan ditentukan oleh empat faktor. Pertama, Indonesia memproyeksikan citranya sebagai kekuatan besar meski kemampuannya masih tergolong kekuatan menengah. Kedua, Indonesia akan tetap non-blok namun cenderung mendekat ke AS.

Ketiga, ASEAN masih tetap menjadi platform utama bagi Indonesia dalam menyampaikan aspirasi di tingkat kawasan dan internasional. Faktor keempat, lanjut McRae, Indonesia akan lebih aktif dalam menyuarakan isu-isu yang menyangkut umat Muslim ketimbang mendorong kebijakan luar negeri yang Islami.    
 
Terkait Indonesia-Australia, McRae melihat hubungan bilateral kedua negara itu tidak akan seerat seperti yang diperkirakan sebelumnya, apalagi saat kedua pemerintah sedang berseteru soal skandal penyadapan dan kontroversi penanganan pencari suaka atau imigran gelap. "Hubungan Indonesia dengan Australia kecil kemungkinan menjadi prioritas kebijakan luar negeri dalam beberapa tahun mendatang," lanjut McRae.
 

Roket Pertahanan Indonesia RX-320

 
roket-rx-lapan
Roket RX Lapan

Setelah keberhasilan Roket R-Han 122 mengisi alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI, Lapan kembali mencoba mengembangkan roket pertahanan lainnya, dengan daya jelajah 70 hingga 100 km. Untuk roket pertahanan ini, pengembangannya diambil dari roket RX-320 dan RX-450 seperti yang disampaikan Kapusroket Lapan, Dr. Rika Andiarti saat berbincang.

“R-Han tersebut akan dipenuhi oleh RX-320 untuk jangkauan 70 km dan RX-450 untuk jangkauan 100 km,”

RX-320 saat ini sedang dikembangkan oleh tim konsorsium roket yang terdiri dari Kemenristek, Kemenhan, PT DI, PT Dahana dan PT Pindad. Untuk RX-450 masih perlu uji statis kembali, karena saat peluncuran pertama hasilnya hanya ditingkat 75%, belum maksimal.
Sayangnya, rencana memperbanyak roket tidak didukung oleh pemantapan pembuatan pabrik propelan tanah air. Selama ini propelan masih menggunakan bahan baku dari negara lain.
Roket Lapan (photo: Audrey)
Roket Lapan (photo: Audrey)

PT Dahana mengaku sudah berhasil membuat propelan dari bahan baku lokal dengan nilai komponen sebesar 20 persen. Setelah pabrik ada, pengembangan komponen lokal akan dinaikkan. Koordinator Proyek Khusus PT Dahana Yusep Nugraha mengaku pembangunan pabrik ini masih terkendala pada anggaran.
“Kalau merujuk kemandirian dan kebutuhan pertahanan, kita ingin pabrik propelan dibangun mulai tahun 2014, tapi pada akhirnya pemerintah yang akan menentukan kapan anggaran untuk propelan bisa dialokasikan,”.
rx-lapan-3
Roket RX Lapan

Seperti yang kita ketahui, R-Han 122 dibagi menjadi dua versi, yaitu untuk TNI AL dan TNI AD. Untuk TNI AD hasil pengembangan roket RX-1210 berdiameter 120 mm dengan panjang propelan 1 meter. R-Han varian pertama ini memiliki berat 38 kg dan menjangkau sejauh 14 km.
Sedangkan Roket TNI AL atau R-Han 122b ini memiliki ukuran yang lebih panjang dari varian pertama. Selain memiliki panjang yang berbedan daya jangkau lebih jauh, bisa mencapai 25 km. (by Jalo)

Maret 2014, Lapan Tembakkan Roket 100 km

Rhan-Lapan
Roket Rhan Lapan, siap tembus jarak 100 km

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang terlibat dan mengembangkan proyek roket canggih yang jarak tembaknya hingga 100 Kilometer.
Deputi Bidang Teknologi Lapan, Soewarto Hardhienata mengatakan, pengembangan roket ini merupakan kerja sama lanjutan yang pernah dilakukan sebelumnya, yakni pembuatan roket dengan jarak tembak sekitar 40 Kilometer.
“Konsorsium roket dengan PT DI, bersama dengan Bahana mengembangkan roket pertahanan. Tanggal 5 atau 6 Maret kita uji coba dan ini di atas 100 Km,” ucap Soewarto di kantor pusat Lapan, Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Soewarto menyebutkan, roket ini diberi label RHAN 320, RHAN 420 serta RHAN 520. Roket sebelumnya yang pernah dikembangkan Lapan bersama PT DI adalah RHAN 122.
“Ini untuk roket pertahanan dan untuk Kementerian Pertahanan. Sekarang sudah ada RHAN 122 itu jarak tembak baru 40 Km,” tegasnya.

Pengembangan Pesawat
Selain mengembangkan roket, LAPAN dan PT DI juga mengembangkan dan membuat pesawat terbaru yaitu N245 dan N270. Proyek ini akan dikerjakan setelah proyek pesawat ringan N219 selesai dikerjakan tahun 2016.
“Setelah ini akan ada N245 dan N270 yang segera dimulai pada pertengahan tahun 2016 kita buat desain. N245 itu untuk 45 penumpang, N270 untuk 70 penumpang dan kedua pesawat ini pakai 2 mesin. Diharapkan cita-cita kita adalah R&D (penelitian dan pengembangan) ada di LAPAN, produksinya ada di DI,” ujar Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan S Prabowo  di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Saat ini, LAPAN menganggarkan Rp 400 miliar untuk mengembangkan pesawat N-219 yang diserahkan kepada PTDI. Namun apabila pesawat itu sudah jadi dan dijual secara komersial, LAPAN tidak mendapatkan keuntungan penjualan.
n-2130
PT DI dan Lapan siapkan N245 dan N270, sebelum ke N2130

“LAPAN itu hanya kembangkan design center. Hasil penjualan itu nggak masuk ke kita. Kita berhenti hanya sampai prototype saja,” ungkapnya. Dana sebesar Rp 400 miliar akan dikucurkan selama 2 periode yaitu tahun 2014 sebesar Rp 310 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp 90 miliar.
LAPAN sebagai lembaga yang dimiliki negara hanya mengambil keuntungan dari hak cipta pesawat dan keterlibatan 30 tenaga ahli LAPAN untuk bekerjasama membuat pesawat N219 dengan PTDI. (merdeka.com/finance.detik.com)

Rabu, 26 Februari 2014

Pesawat N219 Buatan PT DI Akan Ganti Skuadron Nomad TNI AL

PT Dirgantara Indonesia (PT KAI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menargetkan pesawat N 219 mengudara pada 2016. Itu artinya, pesawat buatan anak negeri tersebut ditargetkan lolos sertifikasi paling lambat tahun tersebut.

TNI AL Akan Ganti Skuadron Nomad Dengan Pesawat N219 Buatan PT DI
Pesawat N 219 Rancangan PT DI dan Lapan

Kepala Program N 219 Lapan Agus Aribowo mengatakan walau masih dalam tahap pengembangan, pesawat tersebut sudah banyak di pesan. Pemesannya beragam, mulai dari maskapai penerbangan, pemerintah daerah, hingga negara tetangga.

Menurut Agus, Lion Air telah berkomitmen memesan 100 pesawat, Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 pesawat. Lalu, pemda Papua dan Papua Barat sebanyak 15 pesawat.

"Pemda Aceh dalam negosiasi ada 6 pesawat, Sulawesi (6), Riau (4). Thailand (Nomad) itu pengawas pantai (18 plus cadangan 2), serta TNI AL (Nomad) 1 skuadron 9-15 pesawat," kata Agus di Lapan, Jakarta, Selasa (25/2)

Direktur Pengembangan Teknologi PT DI Andi Alisjahbana menambahkan, Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga memesan 20 pesawat. "Tapi ini sudah 8 bulan yang lalu," katanya.

Pesawat Nomad TNI AL
Pesawat Nomad TNI AL
Khusus pemda pembeli pesawat, menurut Andi, pihaknya masih mencari cara agar mereka mendapat Air Operation Certificate (AOC). Salah satu opsinya, pemda bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan yang sudah memiliki izin terbang.

"Nanti mungkin Pemda yang memiliki, kita kerjasamakan dengan operator yang memiliki AOC, mereka menyediakan pilot, teknisi, operasi menggunakan perusahaan daerah," tegasnya.

Selain itu, Pemda juga diusulkan menggunakan dana non-APBD untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat tersebut.

"Menggunakan perusahaan financing mungkin bank daerah dan nanti kita cari jalan. Sekarang kita coba kerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk cari jadi satu solusi."


Kemampuan dan Spesifikasi Pesawat N219

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mengebut penyelesaian pembuatan pesawat N219. Pesawat buatan anak bangsa tersebut telah menyelesaikan tahap preliminary design dan akan memasuki detail design dan kemudian akan memasuki pembuatan komponen.

Rencananya, integrasi komponen pesawat akan dilaksanakan pada 2015 ditandai dengan roll out pesawat pertama. N219 akan terbang perdana pada 2016. Namun, bagaimana spesifikasi pesawat buatan putra putri Indonesia itu?

Pesawat N219 berkapasitas 19 tempat duduk dan cocok untuk penerbangan perintis. Pesawat ini tergolong mudah dan sederhana dalam proses perawatannya.

N219 memiliki konfigurasi yang dapat diubah dengan cepat, biaya operasi rendah, bersertifikasi dasar CASR 23 dan menggunakan sepasang mesin PT6A-42 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda.

Dari keterangan yang diperoleh merdeka.com, pesawat ini dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat ini memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu yang fleksibel.

N219 mampu lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek atau hanya memerlukan landasan 500 hingga 600 meter. Pesawat ini juga dilengkapi dengan alat bantu navigasi sehingga mampu lepas landas dan mendarat di bandara bandara perintis dengan peralatan minimal.

Unjuk kerja dan berat
Max. Cruise Speed : 215 Kts
Max. Range @available playload : 831 nm
Stall Speed : 59 Kts
Takeoff distance : 435 m
Landing distance : 485 m
Max. Take off weight : 7.030 Kg
Operaring empty weight : 4.305 Kg
Maximum payload : 2.318 Kg
Usefull load : 2.750 Kg
Max. Fuel capacity : 1.588 Kg
Available payload with maximal fuel : 1.157 Kg
Cruise Altitude : 10.000 ft
Max. Ceiling altitude : 24.000 ft
 

Kasad Lepas Tim Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014


Kasad Lepas Tim Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara 2014

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman memberikan pembekalan sekaligus melepas tim Ekspedisi NKRI koridor Maluku dan Maluku Utara 2014, bertempat di Aula Pusdikpassus, Batujajar, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/2).
Pada kesempatan tersebut Kasad berpesan kepada  para peserta agar selalu ikhlas, gembira dan tidak mudah menyerah dalam pelaksanaan tugas di lapangan sehingga hasil yang didapat benar benar memuaskan.
Tim Ekspedisi NKRI koridor Maluku dan Maluku Utara 2014 berjumlah 574 orang yang terdiri dari personil TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, Mahasiswa serta Tim Ahli (peneliti).
Dalam pelaksanaan tugas dilapangan peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok/ tim yaitu Tim Penjelajah, Tim Geologi, Tim Komsosbud, Tim Flora Fauna dan Tim Kehutanan.
Rencana pemberangkatan akan dibagi tiga gelombang mulai tanggal 24 sampai dengan tanggal 26 Februari 2014 dengan menggunakan pesawat hercules dari bandara Husein Sastranegara, Bandung dan akan bertugas di Maluku dan Maluku Utara lebih kurang sekitar 4 (empat) bulan dan akan kembali tanggal 26 Juni 2014.
Turut hadir dalam acara pembekalan dan pelepasan tersebut Dankodiklad, Pangdam III/ Siliwangi, Asops Kasad, Aspers Kasad, Danpusterad, Kaskostrad, Danjen Kopassus, para Kabalakpus, Kapolda Jabar, Pejabat dari Kemenko Kesra dan Pejabat Kementrian Kehutanan. (Dispenad)

16 Jet Tempur F-16 Segera Bermarkas di Pekanbaru



Pembangunan Skuadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin TNI-AU di Pekanbaru, Riau, hampir rampung. Tak lama lagi, 16 unit pesawat tempur F-16 yang baru saja dibeli dari Amerika Serikat akan datang.

"Pembangunannya hampir selesai. Dengan begitu 16 unit F-16 siap didatangkan karena pangkalannya hampir selesai," kata Panglima Komando Operasi Angkatan Udara Satu Marsekal Muda M Syaugi di Pekanbaru, Selasa (25/2/2014).

Syaugi datang ke Pekanbaru menggunakan pesawat angkut VIP milik TNI AU jenis Foker 28. Ia menyempatkan berkeliling di pangkalan udara bersama Danlanud Riau Kolonel Pnp Andyawan.

Syaugi menjelaskan, Skuadron Udara 16 di Pekanbaru sudah dibangun sejak Juni 2013. Bangunan yang menampung pesawat legendaris asal Amerika itu didirikan diatas lahan seluas 7 hektare.

"Skuadron akan dilengkapi hanggar beserta ruang perawatan, kantor operasional, mess, dan infrastruktur pendukung lainnya. Secara keseluruhan cukup baik. Kalau ada kekurangan, akan segera benahi," ujar Perwira bintang dua itu.

Pembangunan skuadron bersumber dari alokasi dana Kementerian Pertahanan melalui APBN. "Kalau besarannya saya tidak tahu," tegas Syaugi.

Pemilihan Riau sebagai penempatan 16 unit F-16, sebut Syaugi, karena teritorialnya yang berdekatan dengan Selat Malaka dan beberapa negara tetangga. Pelanggaran udara sering dilakukan negara tetangga.

"Untuk menjaga keamanan udara Indonesia, dibutuhkan armada tempur kuat. Kita sengaja memilih Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin ini untuk pembangunan skuadron Udara 16. Karena jaraknya tidak jauh dari Selat Malaka dan negara tetangga lainnya," pungkas Syaugi.

Indonesia sebelumnya mendatangkan 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat. Pengiriman pesawat dilakukan bertahap.

Untuk Skuadron 16, bakal ada 16 unit pesawat F-16 yang akan bermarkas di Pekanbaru. Selebihnya bakal ditempatkan di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

Sebanyak 24 pesawat F-16 blok 25 sudah dibekali senjata seperti rudal. Kedatangan F-16 diharapkan mampu memperkuat pengamanan wilayah udara Indonesia, khususnya kawasan barat dan utara, termasuk kawasan Selat Malaka. (Ali/Eks)