TNI berencana menambah kekuatan di sekitar perairan
Natuna yang merupakan salah satu wilayah terdepan Indonesia, sekaligus
mengantisipasi instabilitas di Laut China Selatan.
“Penambahan dan pengerahan kekuatan di Natuna juga untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan ‘rembesan-rembesan’ akibat
instabilitas di Laut China Selatan,” ungkap Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko menjawab Antara di sela-sela kunjungan lima harinya di China.
Ia menuturkan penambahan kekuatan itu meliputi kekuatan di darat,
laut dan udara. “Seperti misalnya peningkatan status pangkalan angkatan
laut menjadi pangkalan utama angkatan laut dan seterusnya,” kata
Jenderal Moeldoko.
Pulau Natuna dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, di utara
berbatasan dengan peraiaran Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan
dengan Malaysia Timur, Kalimantan Barat dan Brunei Darussalam.
Sementara itu, di barat Pulau Natuna dengan luas lautan 262.156
kilometer persegi berbatasan dengan Semenanjung Malaysia bagian barat.
“Posisi geografi yang strategis ini, bisa dijadikan pangkalan oleh
musuh, sebelum masuk ke wilayah RI,” kata Panglima TNI.
Karena itu penambahan dan penempatan kekuatan yang proposional di
Natuna perlu dilakukan sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia dan
TNI, sekaligus dalam mengantisipasi dampak instabilitas di Laut China
Selatan.
“TNI senantiasa memantau setiap perkembangan di Laut China Selatan, dan siap mengantisipasi apapun akibat dari instabilitas di wilayah tersebut,” kata Panglima TNI menegaskan.
China Klaim 90 Persen LCS
Sementara itu Wakil Ketua Komisi Pusat Militer China Fan Changlong menegaskan China menentang upaya internasionalisasi persoalan di Laut China Selatan, termasuk campur tangan pihak luar, khususnya Amerika Serikat.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi Pusat Militer China Fan Changlong menegaskan China menentang upaya internasionalisasi persoalan di Laut China Selatan, termasuk campur tangan pihak luar, khususnya Amerika Serikat.
China, lanjut dia, akan berupaya memelihara dan menjaga stabilitas
kawasan di Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan dengan
menyelesaikan persoalan melalui mekanisme dialog bilateral dengan negara
yang bersengkata dengan China di wilayah itu.
China mengklaim sekitar 90 persen dari 3,5 juta kilometer persegi
Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia,
Filipina, Vietnam dan Taiwan.
Tidak itu saja, China juga berencana menetapkan Zona Indentifikasi
Pertahahan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan. Hal tu mendapat reaksi
keras dari Amerika Serikat dan menyebut ide Beijing itu sebagai ide
buruk.
Sebelumnya China juga menetapkan Zona Indentifikasi Pertahanan Udara
di Laut China Timur yang mendapat kecaman dari Washington, Tokyo dan
Seoul. (Antara).