Sejak adopsi rudal Yakhont pada salah satu frigat kelas Van Speijk,
otomatis TNI AL memasuki babak baru dalam teknologi peluncuran rudal.
Pasalnya, Yakhont yang menyandang predikat rudal jelajah anti kapal
(ASM/anti ship missile) diluncurkan secara VLS (vertical launching system). Sebelum hadirnya Yakhont, armada TNI AL hanya berkutat pada pola peluncuran rudal secara konvensional, yaitu platform rudal terpasang kearah tertentu (heading) yang biasanya ke sisi atau kanan lambung kapal dengan besaran sudut tertentu terhadap cakrawala.
Pola peluncuran rudal secara konvesional di lingkungan TNI AL,
mencakup pada model peluncuran setiap rudal anti kapal (ASM) dan rudal
anti serangan udara (SAM/surface to air missile). Contohnya
bila platform SAM terpasang pada heading kiri lambung kanan sudah habis,
sementara target datang dari arah kiri lambung kanan kapal, maka SAM
yang tersisa pada heading kanan lambung harus diputar arahnya, dan
adakalanya badan atau struktur kapal yang menjadi penghalang, alhasil
tidak memungkinkan bagi pos peluncur SAM yang terpasang pada sisi lain
untuk menghadang target yang datang dari sisi lainnya. Kasus ini nampak
kentara pada sistem peluncur rudal Sea Cat, Strela, dan Mistral,
termasuk rudal Mistral dalam peluncur Tetral yang terpasang pada korvet
SIGMA Class. Khusus di SIGMA Class peluncur ditempatkan di atas
anjungan dan buritan, digerakan secara otomatis, namum terbatas dalam
sudut cakrawala.
Nah, mengatasi keterbatasan pola konvensional diatas, maka jawabannya
adalah lewat pola VLS. Dengan peluncuran posisi vertikal, maka
dimanapun datangnya target, SAM dapat melakukan penyesuaian arah setelah
rudal meluncur ke udara. Tentu tidak semua SAM bisa dilontarkan secara
vertikal, pihak manufaktur umumnya telah mendesain sedari awal pola
peluncurannya. Bila untuk rudal anti kapal TNI AL sudah diperkenalkan
VLS lewat Yakhont. Selanjutnya segmen sista SAM untuk armada kapal
perang TNI AL akan kedatangan rudal anti serangan udara dengan pola VLS.
Hadir Lewat Korvet Nakhoda Ragam Class
Di tahun 2014 ini, Satuan Kapal Eskorta TNI AL akan kedatangan 3 unit korvet (light fregate) kelas Nakhoda Ragam (F2000) buatan BAE Systems Marine, Inggris. Terdiri dari KRI Bung Tomo 357, KRI Usman Harun 358 dan KRI John Lie 359. Meski dari bobot masuk kelas korvet (1.940 ton), tapi kapal perang yang bisa melaju hingga 30 knots ini punya bekal sistem senjata yang cukup canggih untuk ukuran armada TNI AL.
Di tahun 2014 ini, Satuan Kapal Eskorta TNI AL akan kedatangan 3 unit korvet (light fregate) kelas Nakhoda Ragam (F2000) buatan BAE Systems Marine, Inggris. Terdiri dari KRI Bung Tomo 357, KRI Usman Harun 358 dan KRI John Lie 359. Meski dari bobot masuk kelas korvet (1.940 ton), tapi kapal perang yang bisa melaju hingga 30 knots ini punya bekal sistem senjata yang cukup canggih untuk ukuran armada TNI AL.
Komposisi utama terdiri dari kanon reaksi cepat OTO Melara kaliber 76 mm, rudal anti kapal MM-40 Exocet Block II (2 x 4 Quad), 2 peluncur torpedo triple tube kaliber 324mm, 2 kanon anti serangan udara kaliber 30 mm,
dan 16 SAM Mica Naval. Dari jenis senjata yang disebutkan tadi, semua
sudah bukan barang ‘anyar’ bagi awak kapal tempur TNI AL, kecuali satu,
yaitu rudal anti serangan udara Mica. Alasannya jelas, bahwa seumur-umur SAM VLS belum pernah digunakan TNI AL.
Sebelum membedah spesifikasi Mica, perlu diketahui, bahwa aslinya korvet ex pesanan Brunei ini mengusung SAM VLS jenis Sea Wolf
buatan British Aerospace. Tapi lantaran usia Sea Wolf sudah uzur
(pertama diproduksi tahun 1979), dan pihak pabriknya sudah tidak
memproduksi lagi, maka Indonesia memilih Mica buatan MBDA, konsorsium
manufaktur senjata dari Eropa Barat. Soal pemilihan Mica bisa disebabkan
beberapa faktor, diantaranya MBDA sudah menjadi rekanan TNI untuk
memasok beberapa rudal sebelumnya. MBDA (Aerospatiale) – Perancis
menjadi vendor untuk rudal Exocet MM-38/MM-40, Mistral Tetral, dan
Mistral Simbad untuk TNI AL. Sementara TNI AD juga menggunakan rudal Mistral dengan peluncur Atlas untuk Arhanud.
Rudal Mica Naval
Total ada 16 peluncur rudal Mica di korvet Nakhoda Ragam Class, posisi penempatannya berada diantara anjungan dan di belakang kanon OTO Melara pada haluan kapal. Oleh MBDA rudal ini dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat (rapid reaction), mampu beroperasi di segala cuaca, dan mampu menyesuaikan dengan arah datangnya target hingga 360 derajat.
Total ada 16 peluncur rudal Mica di korvet Nakhoda Ragam Class, posisi penempatannya berada diantara anjungan dan di belakang kanon OTO Melara pada haluan kapal. Oleh MBDA rudal ini dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat (rapid reaction), mampu beroperasi di segala cuaca, dan mampu menyesuaikan dengan arah datangnya target hingga 360 derajat.
Rudal ini dioperasikan secara otomatis dari Combat Management Systems (CMS) yang berada di PIT (Pusat Informasi Tempur). Untuk pasokan data dan arah datangnya target dipasok dari radar surveillance 3D.
Saat rudal berhasil diluncurkan, tidak diperlukan dedicated target
tracker, artinya Mica dapat melaju menghantarkan maut secara fire and
forget. Untuk sistem pemandu, rudal ini mengusung teknologi IR (infrared) atau radio frequency homing head.
Target favorit rudal ini adalah pesawat tempur, UAV, helikopter dan
menyergap rudal anti kapal, termasuk sasaran dalam modus sea skimming.
Sistem CMS Mica dapat meng-handle multi target secara simultan. Guna
menghadapi skenario serangan dari beragam target secara bersamaan, Mica
dapat diluncurkan dalam tembakan salvo.
Bicara soal jangkauan, Mica dapat menyergap sasaran sejauh 20.000 –
25.000 meter dengan ketinggian 30.000 feet (setara 9.144 meter). Kalau
kepepet, Mica bisa saja ditembakan dengan jarak minimum sasaran sejauh 1
km. Soal kecepatan, Mica dapat melaju hingga Mach 3. Rudal ini punya
bobot total 112 kg dengan berat hulu ledak 12 kg. Aktivasi hulu ledak
didasarkan proximity radar fuze. Sementara untuk panjang rudal
3,1 meter dengan diameter 0,16 meter. Yang patut diacungi jempol, Mica
sanggup menghadapi target yang punya kemampuan manuver tinggi. Semisal
berhadapan dengan jet tempur, rudal ini sanggup meladeni G-force hingga
50G pada jarak 7 km, dan 30G pada jarak 12 km.
Di dalam kapal perang, Mica dikemas dalam sealed container
untuk melindungi beragam komponen elektroniknya dari bahaya lingkungan
eksternal. Masa aktif rudal dirancang hingga 25 tahun. Bisa dibilang
Mica adalah rudal yang low maintenance, dengan segala kecanggihannya hanya dibutuhkan satu kali pengecekan setiap 5 tahun.
Bila ada Mica Naval, maka ada juga versi Mica Land. Yang disebut terakhir adalah peluncur rudal Mica dalam pola ground based. Penempatannya mengusung platform truk. Dimana setiap truk dapat membwa 4 unit rudal Mica. Untuk gelar full deployment
hanya butuh waktu 10 menit. Dan peluncur dapat di-reload dalam waktu 15
menit oleh 2 personel. Setiap unit peluncur Mica Naval dioperasikan
oleh 3 awak operator. Dalam hal spesifikasi, Mica Land dan Mica Naval
setali tiga uang.
MBDA baru memperkenalkan sosok Mica Land dan Mica Naval pada tahun
2010. Namun sebelumnya, Mica lebih kesohor namanya sebagai rudal udara
ke udara (AAM). Sebagai AAM, Mica digunakan sejak 1996, dan sudah lumrah
dipasang pada jet Mirage 2000, Rafale, dan F-16E Block 60. Uniknya,
sebagai AAM, Mica disebut sebagai rudal udara ke udara jarak menengah,
sementara Mica SAM VLS dikategorikan sebagai SAM SHORAD (Short Range Air Defence).
Selain hadir untuk memperkuat 3 unit korvet, kabarnya Mica Naval juga
didapuk sebagai SAM untuk PKR (Perusak Kawal Rudal)/frigat SIGMA 10514
TNI AL yang sedang memasuki awal produksi di Damen Schelde Naval
Shipbuilding (DSNS) Belanda. Hadirnya SAM VLS untuk TNI AL jelas
merupakan angin segar dalam update teknologi alutsista. Adopsi ini
menjadikan kekuatan rudal SAM TNI AL dapat sejajar dengan Singapura dan Malaysia, yang sudah jauh lebih dulu mengoperasikan SAM VLS untuk frigat-frigatnya. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Mica VLS
Panjang : 3,1 meter
Diameter : 0,16 meter
Berat total : 112 kg
Berat Hulu Ledak : 12 kg
Kecepatan Luncur : Mach 2.5 – Mach 3
Jangkauan : 20.000 meter – 25.000 meter
Jangkauan Minimum : 1.000 meter
Ketinggian : 9.144 meter
Platform Peluncur : Naval dan Land based (truk min 4 ton)
Panjang : 3,1 meter
Diameter : 0,16 meter
Berat total : 112 kg
Berat Hulu Ledak : 12 kg
Kecepatan Luncur : Mach 2.5 – Mach 3
Jangkauan : 20.000 meter – 25.000 meter
Jangkauan Minimum : 1.000 meter
Ketinggian : 9.144 meter
Platform Peluncur : Naval dan Land based (truk min 4 ton)