Jumat, 14 Februari 2014

Indonesia May Replace F-5s With Su-35s

Jakarta's Choice: Indonesia will replace its aging F-5 fighter aircraft, built by US company Northrop, with the latest Sukhoi Su-35s, similar to this Russian Air Force Su-35S, flying at the MAKS-2011 airshow in Russia.
Jakarta's Choice: Indonesia will replace its aging F-5 fighter aircraft, built by US company Northrop, with the latest Sukhoi Su-35s, similar to this Russian Air Force Su-35S, flying at the MAKS-2011 airshow in Russia. (Alex Beltyukov via Wikimedia Commons)
Indonesia’s defense authority is leaning toward a plan to purchase 16 of the latest generation of Russian twin-engine Sukhoi Su-35 multirole fighters to replace its F-5 Tigers.
The decision to purchase the Russian fighters came after a meeting between Defense Minister Purnomo Yusgiantoro and Indonesian military top brass, including Military Commander Gen. Moeldoko and Air Force Chief of Staff Marshal Ida Bagus Putu Dunia in mid-January.
Speaking to reporters, Yusgiantoro said they also considered other options to replace the aging Tigers beyond the Su-35 purchase.
Moeldoko said the Air Force will hold further evaluations of other fighters prior to making a final decision. Other fighters under evaluation are the Saab JAS 39 Gripen, Lockheed Martin F-16 Block 60, Boeing’s F-15 Silent Eagle and F/A-18 Super Hornet, and the Dassault Rafale.
An Air Force adviser — a retired three-star Air Force marshal — hinted that the American fighters would likely be preferable for Indonesia.
The adviser, however, said the Tiger replacement would not be decided in the near future, despite claims that Indonesia is ready to equip its Air Force with a squadron of new fighters.
The Indonesian Air Force operates six F-5Es and two South Korean T-50 Golden Eagle advanced supersonic trainers.
The Air Force is also equipped with 10 F-16A/Bs and a squadron of Su-27/30s.
During the first phase of the Indonesian Defense Strategic Plan, the Air Force has begun receiving 16 T-50s, with final delivery expected by the end of this year.
Debate has been rife in Indonesian defense circles over whether to buy Russian, European or US fighters. A final decision will be made after the presidential and legislative elections scheduled for October.

Twitter Presiden SBY: tak perlu khawatir modernisasi senjata RI



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, tidak perlu ada kekhawatiran atas langkah Indonesia memodernisasi alat utama sistem senjata karena hal itu semata-mata untuk menegakkan kedaulatan dan juga menjaga keutuhan wilayah.

"Beberapa pihak di luar negeri khawatir atas modernisasi dan peningkatan kekuatan militer Indonesia. Ini tidak perlu terjadi. Indonesia cinta damai, tetapi kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI tentulah harga mati. Perang adalah jalan terakhir jika tidak ada pilihan lain," kata Presiden dalam akun twitternya @SBYudhoyono yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat dini hari.

Presiden dalam tweetnya mengatakan, seiring pertumbuhan ekonomi dalam sembilan tahun terakhir, memodernisasi alat utama sistem senjata TNI agar mampu melakukan Operasi Militer Gabungan.

"Hari ini (Kamis 13/5) kita menyaksikan 16 unit pesawat tempur T-50i sebagai 1 skadron TNI AU, melengkapi 24 unit pesawat F-16 dan 16 unit Super Tucano. Kita juga melengkapi skadron pesawat Sukhoi," kata Presiden.

TNI AU juga mendapatkan sembilan unit pesawat CN-235, sembilan unit pesawat C-130, sejumlah helikopter dan pesawat latih baru, serta pesawat terbang tanpa awak.

"Alat utama sistem senjata TNI ini sudah mulai berdatangan sejak tahun 2013 yang lalu. Insya Allah semua akan masuk ke formasi TNI pada tahun 2018," katanya.

Indonesia, kata Kepala Negara, sedang dan akan terus aktif bermitra serta bekerja sama dengan negara-negara sahabat, termasuk kerja sama pertahanan.

Membandingkan 4 Jet Tempur Baru Milik TNI AU

 
Angkatan Udara Indonesia sempat menjadi anak emas Presiden Sukarno karena memiliki pesawat tempur tercanggih di zamannya. Sehingga muncul ungkapan 'AURI, anak lanang Bung Karno'.

Kurun waktu 1960-an kekuatan Angkatan Udara Indonesia membuat gentar negara tetangga di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Saat itu kesatuan dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa', atau sayap pelindung angkasa nusantara itu telah memiliki pesawat jet pembom stategis tercanggih pada masanya.

Akan tetapi, perkembangan teknologi dan kondisi Indonesia terus berubah sehingga angkatan udara Indonesia tertinggal. Tak sedikit peristiwa kecelakaan kendaraan tempur udara yang terjadi sepanjang tahun 2000 sampai 2013.

Catatan detikcom, Kamis (13/2/2014), pemerintah Indonesia tidak tinggal diam, TNI AU kini membenahi armadanya sejak tahun 2012. Seperti jet tempur canggih asal Rusia Sukhoi Su-30 yang menjadi andalan untuk menjaga perbatasan NKRI.

Lalu ada F-16 produksi Amerika Serikat, Super Tucano dari Brasil, dan yang akan diupayakan untuk hadir adalah helikopter tempur Apache. Berikut penampakan dan kemampuan mereka:


1. Super TucanoUntuk memperkuat kekuatan Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, TNI AU telah membeli pesawat tempur taktis Super Tucano buatan Brasil sebanyak 16 unit dengan total biaya USD 143 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Pembelian ini dilakukan dalam beberapa tahap.

"Kita sudah beli pesawat tempur taktis Super Tucano EMB-314 beserta persenjataan lengkap yang sudah satu paket dengan pelatihan dengan harga USD 143 juta untuk 16 buah pesawat," kata Wakasau Marsdya TNI Dede Rusamsi pada 1 Desember 2012 lalu.

Pesawat tempur turbo propeller ini memiliki kemampuan taktikal seperti serangan antigerilya (counter insurgency), pengendali udara depan (forward air control), dukungan udara dekat (closed air support), penyekatan (interdiction) dan pertahanan udara (kecepatan rendah), dengan kemampuan tambahan sebagai pesawat latih dan fungsi pengawasan udara (air surveillance).

Teknisnya pesawat ini memiliki mesin tunggal Turboprop Pratt & Whitney PT6A-68C berdaya 1600 tenaga kuda dan sanggup terbang sejauh 1400 km atau 3,5 jam terbang. Namun bila ditambah drop tank atau tangki tambahan maka kemampuan terbangnya lebih jauh, yakni sejauh 2.855 km/jam atau 7,5 jam terbang.

Kecepatan pesawat maksimum 320 knot/580 kmph dengan kecepatan akselerasi normal 280 knot/500 kmph.



2. Fighting Falcon F-16
Pesawat tempur multi peran yang dikembangkan Lockheed Martin, Amerika Serikat, ini adalah kendaraan tempur yang cukup populer. TNI AU juga mengoperasikan 24 unit pesawat tempur senilai USD 18,8 juta pada tahun 1998 ini.

"F-16 jumlahnya 24 unit, dan akan ada penambahan Hercules dari Australia jumlahnya 2," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsma TNI Hadi Tjahjanto pada 18 Oktober 2013 lalu.

Dengan nama Fighting Falcon pesawat ini memiliki kemampuan menjalan beragam misi. Karena kemampuan wilayah tempurnya mencapai 550 Km, dan kemampuan jelajah sambil membawa tangki mencapai 4.220 Km.

F-16 memiliki kecepatan maksimum hingga 2 Mach atau 2.410 Km/jam, batas ketinggian mencapai 15.240 meter dari atas permukaan laut, dengan kecepatan menanjak 254 m/detik. Tak hanya itu, kemampuannya membawa beragam jenis bom atau rudal membuat belasan negara menjadikan F-16 sebagai ujung tombak kekuatan udaranya.


3. Sukhoi Su-30 MK
Inilah kendaraan tempur yang menjalankan misi-misi rahasi TNI AU saat ini. Pesawat jet tempur buatan Rusia ini menjadi ujung tombang 'anak lanang Bung Karno'.

Pada 22 Februari 2013, pesawat kargo berukuran sangat besar, Antonov AH-124-100 dengan kode penerbangan VDA 6132 dipiloti oleh Gorbunov Vladimir mendarat di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Pesawat dari Rusia itu membawa 2 unit Sukhoi Su-30 untuk TNI AU dari total 6 pesawat.

Sukhoi Su-30 bukan sembarang jet tempur, pesawat multi peran ini bisa disandingkan dengan F-18 Hornet milik Amerika Serikat. Pesawat ini mampu menembus kecepatan suara hingga 2 mach atau 2.120 Km/jam. Jangkauan jelajahnya mencapai 3.000 Km, dengan ketinggian maksimum 17.300 meter dari permukaan laut. Kekuatan menambah ketinggiannya mencapai 230 m/detik.

Saat ini kekuatan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai homebase pesawat tempur SU-27 SKM dan SU-30 MK2 buatan industri KNAPO (Konsomolsk-na Amure Aircraft Production Associattion), berjumlah 10 unit pesawat tempur yang datang secara bertahap sejak tahun 2003 di Lanud Iswahyudi, Madiun dan selanjutnya di Lanud Sultan Hasanuddin sejak tahun 2009 dan 2010.

"Kekuatan Skuadron Udara 11 Wing 5 Sultan Hasanuddin saat ini menjadi 12 unit pesawat tempur yang akan menjaga pertahanan udara di Indonesia bagian timur," ujar Kepala Penerangan Lanud Sultan Hasanuddin Mayor Muliadi.


4. T-50i Golden Eagle
Ini armada terbaru TNI AU yakni T-50i Golden Eagle buatan Korean Aerospace Industries. 16 Pesawat tempur ini diserahterimakan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma dan dihadiri oleh Presiden SBY.

"Sebagai pesawat tempur, T-50i memiliki kelincahan, kepraktisan, dan kemampuan persenjataan untuk digunakan dalam misi multirole. Sanggup bertempur di udara dan cukup mematikan terhadap sasaran bawah," kata Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, Kamis (13/2/2014).

Pesawat ini akan digunakan sebagai pesawat Fighter Lead in Trainer atau untuk melatih calon penerbang tempur. Pesawat T-50i memiliki panjang 43 kaki, lebar sayap 31 kaki dan tinggi 16 kaki.

Dengan total kapasitas angkut persenjataan 5 ton, pesawat ini dilengkapi dengan kanon gatling internal 3 laras General Dynamics 20mm. Dengan spesifikasi ini, pesawat tempur T-50i mampu menyemburkan 2.000 peluru per menit.

Pesawat ini mampu membawa semua jenis bom, rudal, maupun roket. Rencananya T-50i akan dilengkapi dengan radar udara sehingga mampu mengubah misi dari latih jet menjadi semua misi operasi. Dengan mesin General Electric F404-GE-102, pesawat T-50i mampu menghasilkan daya dorong 17.700 poinds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga mil power. Pesawat ini bisa mencapai kecepatan maksimal 1,5 kali kecepatan suara atau 1.600 km/jam. Ia bisa terbang hingga ketinggian maksimal 55.000 kaki.

SBY Girang Lihat Pesawat Tempur Korea

SBY Girang Lihat Pesawat Tempur Korea
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, saat mencoba duduk di dalam kokpit pesawat tempur latih T50i Golden Eagle, di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (13/2). Kementerian Pertahanan menyerahkan satu skuadron atau 16 unit pesawat tempur latih T-50i Golden Eagle ke TNI Angkatan Udara. TEMPO/Imam Sukamto

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri serah-terima satu skuadron atau 16 unit pesawat tempur latih T-50i Golden Eagle dari Kementerian Pertahanan ke TNI Angkatan Udara di 'taxi way echo' Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 13 Februari 2014.

SBY disambut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, serta tiga Kepala Staf Angkatan. Tak lama duduk, Presiden langsung disuguhi tontonan apik. (Lihat FOTO: Presiden SBY Jajal Pesawat Latih Tempur AU Terbaru)

Empat unit pesawat tempur T-50i Golden Eagle dan dua unit Sukhoi SU-30 terbang membentuk formasi delta atau segitiga. Keenam pesawat tampak empat kali terbang di atas tenda upacara.

SBY tampak girang saat melihat pesawat-pesawat baru TNI AU beraksi. Mengenakan kaca mata hitam dan rompi warna cokelat, Yudhoyono terlihat senyum sambil menepukkan tangan.

Di akhir pertunjukan empat pesawat baru buatan Korea Aerospace Industry mendarat dan parkir di tepat di depan tenda Yudhoyono. Sebelum parkir, keempat pesawat menjalani ritual gerbang pelangi. Yakni dua unit mobil pemadam kebakaran menembakkan air tepat di atas keempat pesawat yang akan parkir. Saking kencangnya air yang disemprot ke atas seolah membuat gerbang dari air.

"Ini tradisi TNI AU jika menyambut pesawat baru. Kalau sudah begitu pesawat T-50 resmi masuk jajaran TNI AU," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto kepada wartawan.

Selanjutnya, Yudhoyono ditemani Menhan, Menkopolhukam, KSAD, KSAL, KSAU, dan perwakilan dari Korea Selatan foto bersama di depan pesawat T-50i Golden Eagle. Karena cuaca cukup terik, kaca mata hitam terus melekat di wajah Yudhoyono. Saat difoto, SBY tampak sumringah dan sesekali melambaikan tangan.

Pesawat tempur ringan ini, dia melanjutkan, dibeli pemerintah untuk menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang sudah uzur. Pesawat ini akan bermarkas di Skuadron Udara 15 di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.

Keenam belas pesawat T50i Golden Eagle dibeli dari pemerintah Korea Selatan pada tanggal 25 Mei 2011 dengan nilai kontrak US$ 400 juta. "Pembelian ini masuk dalam program modernisasi alat utama sistem pertahanan Indonesia," kata dia.

Pesawat T-50i Golden Eagle adalah pesawat tempur latih supersonik hasil kerjasama pabrikan Lockheed Martin (Amerika Serikat) dengan dengan Korean Aerospace Industry (Korea Selatan). Pesawat ini dilengkapi dengan 'missile guided/unguided', roket, bom, meriam 20 milimeter, dan radar.  

Tank Medium Pindad


ACV 300 BMP-3 Turret, FNSS Turki
ACV 300 BMP-3 Turret, FNSS Turki

Indonesia dan Turki sepakat bekerjasama untuk mengembangkan tank medium baru. Kesepakatan ini ditandatangani 6 Februari 2014 di Jakarta, antara perusahaan FNSS Turki dengan PT Pindad Indonesia, untuk mengembangkan tank bagi keperluan TNI AD.
Diperkirakan tank baru ini memiliki desain konvensional, yang memungkinkan dipasang turet dengan canon 105 mm serta  dual co-axial machine gun (MG) 7.62 mm dengan sistem penembakan bersifat komputerisasi.
Untuk memudahkan penyebarannya di Indonesia, diharapkan tank ini memiliki berat tempur sekitar 25 ton.
ACV 300 Turki
ACV 300 Turki
Disain Tank Pindad yang sempat beredar
Disain Tank Pindad yang sempat beredar

FNSS memiliki pengalaman luas dalam desain, pengembangan dan produksi kendaraan tempur lapis baja berpenggerak roda maupun rantai (tracked). Lapis baja buatan FNSS terakhir adalah keluarga/ varian Armoured Combat Vehicle (ACV), yang dibangun dalam jumlah signifikan untuk keperluan dalam negeri Turki maupun pasar ekspor.(Janes.com).

Kekuatan TNI Terus Meningkat


Pesawat T-50i Indonesia (photo:gombaljaya)
Pesawat T-50i Indonesia (photo:gombaljaya)

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kekuatan TNI Angkatan Udara berangsur-angsur terus meningkat, seiring bertambahnya alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AU pada  tahun 2014. Pernyataan ini disampaikan Menteri Pertahanan saat serah terima 16  pesawat tempur ringan T-50i Golden Eagle dari Korea Aerospace Industry (KAI) kepada Kementerian Pertahannan di Taxy Way Echo, Lanud Halim PK, Jakarta, Kamis (13/2/2014).
“Pesawat ini akan meningkatkan peran TNI dalam mengemban tugas yang lebih besar dalam menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa mendatang. Pada tahun ini, sejumlah pesawat tempur yang telah dipesan akan berdatangan dan makin memperkuat TNI AU” kata Purnomo.
Menhan menambahkan, tahun ini akan datang pesawat tempur F-16 setara Blok 52 buatan Amerika Serikat sebanyak 24 unit. Sampai awal semester II tahun 2014 akan hadir 16 pesawat tempur Super Tucano untuk melengkapi 1 skuadron dalam rangka mendukung operasi pengamanan dalam negeri.
Disamping itu, juga akan segera tiba UAV (pesawat terbang tanpa awak) untuk mengisi skadron UAV dalam rangka memperkuat operasi pemantauan perbatasan yang dipusatkan di Lanud Supadio Pontianak.
Menhan juga mengungkapkan, untuk pesawat angkut sedang, secara berurutan telah tiba di Indonesia sebagian besar dari 9 unit pesawat CN-295 yang merupakan hasil kerja sama produksi antara PT DI dengan Airbus Military dan rencananya akan menjadi 1 skuadron CN-295, dan 2 unit CN-235 serta 1 unit Casa-212 untuk angkut ringan.
Dalam rangka mendukung kegiatan airlif dan OMSP, telah dilakukan penambahan kekuatan sebanyak 9 unit pesawat angkut berat Hercules C-130H yang sudah mulai tiba secara bertahap.
TNI AU juga telah menerima dan mengoperasikan pesawat latih lanjut KT-1B Wong Be buatan Korea Selatan yang digunakan oleh Tim Aerobatik TNI AU, Jupiter sebanyak 1 skuadron.
Eurocopter Cougar EC-725 MkII (photo: Dmitry A. Mottl)
Eurocopter Cougar EC-725 MkII (photo: Dmitry A. Mottl)

Selain itu, peremajaan pesawat-pesawat latih TNI AU telah dilakukan dengan mengganti pesawat latih T-34 C dan AS-202 Bravo yang sudah berusia sekitar 30 tahun dengan pesawat latih generasi baru yaitu Grob G-120 TP buatan Jerman sebanyak 18 unit yang direncananya akan menjadi 24 unit.
Menhan menambahkan, untuk “rotary wing”, telah ditambah beberapa jenis Helikopter yaitu Helly Super Puma NAS-332 sebanyak 3 unit dan Helly Full Combat SAR EC-725 Caugar dari Eurocopter sebanyak 6 unit.
Sedangkan untuk pertahanan udara nasional, telah diperkuat dengan pengadaan PSU (Penangkis Serangan Udara) sebanyak 3 batere/6 firing unit buatan Rainmetall Air Defence Switserland, untuk satuan-satuan di Korps Paskhas TNI AU, 7 unit radar canggih yang telah dan akan dipasang di beberapa lokasi antara lain Merauke, Saumlaki, Timika dan Morotai. (Setkab.go.id)

Kamis, 13 Februari 2014

Oerlikon Skyshield, Sistem Pertahanan Udara Canggih TNI

Sistem pertahanan udara Oerlikon Skyshield
Pertengahan tahun lalu, Indonesia memesan 6 unit sistem pertahanan udara Oerlikon Skyshield buatan Rheinmetall Air Defence, Swiss. Kepala Badan Sarana Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis tahun lalu mengatakan bahwa Kemenhan telah memesan 6 unit Oerlikon Skyshield dan sudah dalam proses produksi.

Total biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakuisisi 6 unit alutsista Swiss tersebut sebesar USD 202 juta atau per unitnya sekitar USD 33,6 juta. Skyshield baru akan dikirimkan ke Indonesia pada pada 2015 (4 unit) dan 2017 (2 unit). Kontrak di dalamnya termasuk juga pelatihan dan layanan logistik.

Oerlikon Skyshield merupakan sistem pertahanan udara modular, ringan, jarak pendek yang dikembangkan oleh perusahaan Swiss Oerlikon Contraves (sekarang menjadi anak perusahaan dari Rheinmetall dari Jerman ) .

Dengan teknologi canggih 35mm-nya yang sudah teruji, menempatkan Oerlikon Skyshield sebagai salah satu sistem pertahanan udara jarak pendek yang terbaik, mudah dimobilisasi, dan cocok melindungi tempat-tempat dan infrastruktur yang kritis dari ancaman serangan udara.

Sistem pertahanan udara ini terdiri dari dua Revolver Cannon 35mm dengan laju tembak 1.000 putaran per menit. Sistem kontrol tembaknya terdiri dari dua unit sensor dan pos komando yang terpisah. Skyshield juga dapat menembakkan hingga dua rudal permukaan ke udara 8-cell untuk menambah perannya sebagai anti-pesawat, selain fungsinya sebagai sistem pertahanan rudal.
Skyshield mudah dimobilisasi dengan truk dan sistem transportasi lainnya. Sistem kontrol tembaknya menggunakan radar pencarian dan pelacakan X-band, dan peralatan lain untuk pelacakan presisi radar/TV dan/atau Laser/FLIR. Pos komando dapat ditempatkan hingga 500 meter jauhnya dari unit kontrol tembak dengan menggunakan gelombang radio terenskripsi. Sistem Skyshield juga dapat dioperasikan dengan sistem pertahanan udara lainnya dalam satu jaringan untuk cakupan pertahanan udara yang lebih luas, meningkatkan efektifitas, dan menambah perannya dari pertahanan satu titik menjadi pertahanan wilayah.
Kemampuan Oerlikon Skyshield semakin mumpuni jika menggunakan amunisi khusus buatan Rheinmetall bernama Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD). Jika ditembakkan, peluru ini akan menyebar membentuk perisai (lihat video di bawah), sehingga tingkat presisi mencapai lebih dari 90 persen.

Rheinmetall adalah salah satu pembuat sistem pertahanan udara jarak pendek terkemuka di dunia. Memimpin dalam pengembangan dan pemasaran sistem pertahanan udara yang berbasis meriam seperti Skyshield.