Selasa, 28 Januari 2014

Pesawat Tempur SU 35 Favorit Pengganti F 5


su-35-tni
Sukhoi SU 35
Pesawat tempur F-5 Tiger TNI Angkatan Udara akan memasuki masa pensiun dan segera dikandangkan tahun 2014. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia mengatakan telah membuat kajian soal opsi-opsi pesawat pengganti.
“Kajian tersebut sudah saya kirim ke Menteri Pertahanan dan Markas Besar TNI. Nanti akan diputuskan di sana,” kata Putu Dunia kepada wartawan di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 27 Januari 2014.
Pilot Indonesia Lihat Su 35 (photo: Gombaljaya)
Pilot Indonesia Lihat Su 35 (photo: Gombaljaya)
Dalam kajian tersebut, TNI Angkatan Udara merekomendasikan sejumlah pesawat tempur canggih pengganti F-5 Tiger. Antara lain pesawat tempur Sukhoi SU 35 buatan Rusia, F-16 Fighting Falcon di atas blok 24 buatan Amerika Serikat, F-15 Strike Eagle buatan Amerika Serikat, atau SAAB Gripen buatan Swedia.
TNI Angkatan Udara juga membuat peringkat dari pesawat-pesawat tersebut sesuai kebutuhan mereka. Pada urutan pertama adalah Sukhoi SU-35, disusul SAAB Gripen, dan terakhir adalah F-15 Strike Eagle. Dengan kata lain, pesawat tempur bikinan Rusia menjadi pilihan utama pengganti F-5 Tiger.
Menurut Putu, ketiga pesawat pengganti itu dipilih karena daya tangkal yang mumpuni, khususnya terhadap negara-negara tetangga. “Termasuk faktor persenjataan, perawatan, dan banyak faktor lain,” kata dia.
Putu menginginkan pemerintah segera membeli pesawat tempur pengganti F-5 Tiger pada periode 2015-2019. Idealnya, kebutuhan TNI Angkatan Udara sebanyak 16 unit atau satu skuadron. “Tapi kami kembalikan pada kemampuan keuangan negara,” kata dia.
Sukhoi SU 35 Rusia
Sukhoi SU 35 Rusia
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menginginkan pesawat tempur SU 35 sebagai pengganti F-5 Tiger. Menurut dia, pesawat buatan Rusia itu punya efek gentar yang tinggi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Sedangkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ingin Angkatan Udara punya pesawat tempur canggih yang mampu menggendong rudal jarak jauh, seperti Brahmos buatan India. (tempo.co / INDRA WIJAYA)

Minggu, 26 Januari 2014

Ibu Tien bikin Taman Mini, Pak Harto menindak para penentangnya


 Ibu Tien Soeharto. ©2013 Merdeka.com/repro Museum Purna Bakti Pertiwi



Banyak tokoh besar, bahkan sekelas presiden sekalipun, yang tahan terhadap serangan dan kritik terhadap dirinya, tetapi tidak apabila kritik itu ditujukan kepada istri dan anak-anaknya. Seperti halnya penguasa Orde Baru selama 32 tahun, Presiden RI Ke-2 Mohammad Soeharto.

Dalam era kepemimpinan Soeharto, semua tahu peran Ibu Negara Fatimah Siti Hartinah Soeharto tidak kecil. Ibu Tien, demikian dia disapa, adalah Ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada 28 Agustus 1968. Ibu Tien juga yang menggagas pembangunan miniatur Indonesia, yang diberi nama Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Konon, ide tersebut diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual. Oleh sebab itu, Ibu Tien kemudian mengusulkannya agar dibuat taman tersebut. Karena itu usulan istri, Soeharto agaknya tak bisa menolak.

Namun ketika TMII dibangun menjelang akhir 1971, dampaknya bisa ditebak. Soeharto banyak mendapat kritik dan perlawanan dari banyak orang. Demonstrasi digelar di banyak titik untuk menolak rencanan pembangunan tersebut. Lalu apa sikap Soeharto?

Sebagai presiden, dan tentunya sebagai seorang suami, Soeharto pasang badan terhadap isu, kritik, dan demonstrasi penolakan pembangunan TMII. Terhadap penolakan tersebut, dalam pidato tanpa teks sewaktu meresmikan Rumah Sakit Pusat Pertamina di Kebayoran Baru, Jakarta pada Kamis 6 Januari 1972, Pak Harto mengatakan sebagai berikut:

"Saya akan menghantam siapa saja yang mencoba melanggar konstitusi, dan saya akan mendapat dukungan dari ABRI. Kalau ada seorang ahli hukum yang mengatakan bahwa Presiden tidak bisa menindak orang yang tidak mengerti dan tidak mau mengerti, maka Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966) bisa saya gunakan sebagai alasan karena mengganggu ketertiban umum." (buku 'Jejak Langkah Pak Harto', oleh Team Dokumentasi Presiden RI, penerbit Citra Lamtoro Gung Persada - 1991).

Dalam buku itu Soeharto juga menolak pendapat sementara kalangan yang mengatakan bahwa proyek yang merupakan miniatur Indonesia itu adalah proyek mercusuar. Ia juga membantah proyek ini menghisap uang rakyat dan membahayakan pembangunan, karena proyek ini akan dibiayai oleh dana-dana swasta.

Pada hematnya, kata Soeharto, proyek TMII telah dijadikan isu politik oleh orang-orang dan pelaku yang sama sejak tahun 1968. Isu politik tersebut dalam jangka pendek bertujuan mendiskreditkan pemerintah, dan dalam jangka panjang untuk mendepak ABRI keluar dari lembaga eksekutif. Usaha itu akan menghilangkan Dwifungsi ABRI dan menjadikan ABRI alat pertahanan keamanan saja. 'Dan saya tegaskan bahwa saya tidak akan melepaskan Dwifungsi ABRI".

Kalau tujuan aksi-aksi anti Taman Mini Indonesia itu untuk menyingkirkan Presiden, Pak Harto melanjutkan, jawabannya mudah. Karena ia adalah Kepala Negara yang dipilih melalui MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara), maka ia dapat diberhentikan secara konstitusional melalui sidang MPR.

"Kalau ada usaha menggantikannya secara inkonstitusional maka saya akan kembali mengambil sikap seperti pada 1 Oktober 1965, ketika menghadapi PKI (Partai Komunis Indonesia). Waktu itu yang mendukung saya hanyalah isteri saya, sedangkan Front Pancasila dan Angkatan 66 belum lahir."

Selanjutnya ia menjelaskan, proyek TMII mempunyai dua tugas pokok. Keluar, sebagai sarana memperkenalkan wajah Indonesia kepada bangsa lain; dan ke dalam, agar supaya rakyat Indonesia secara keseluruhan bisa melihat dan merasa bangga akan kebudayaan tanah airnya

Enambelas tahun kemudian, dalam bukunya berjuduk: Soeharto: Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya, G.Dwipayana dan Ramadhan KH, menulis pernyataan Soeharto. "Saya dan isteri saya mempunyai cita-cita untuk membangun suatu pusat kebudayaan peninggalan nenek moyang kita yang akhirnya nanti bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan juga tempat untuk mengembangkan kebudayaan."

Akhirnya, kata Soeharto, proyek yang kami cita-citakan itu terlaksana, dibangun mulai tahun 1975. Kritik terhadap ide kami itu muncul lagi. Namun, sebenarnya pihak yang mengkritik itu belum tahu tujuan kami. Mereka khawatir bahwa pembangunan itu akan membuat pemborosan saja dan tidak ada artinya.

"Padahal tujuan kami bukan seperti yang dikhawatirkan itu. Kenyataan, sekian tahun kemudian menunjukkan bahwa setelah Taman Mini Indonesia Indah itu jadi, pengkritik-pengkritik itu akhirnya mengakui manfaatnya."

Skadron 16 Siap Tampung F-16 Hibah Amerika Serikat

Skadron 16 Siap Tampung F-16 Hibah Amerika Serikat
Pesawat jet F-16. fas.org
 
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara hampir merampungkan pembangunan infrastruktur untuk menampung 16 pesawat tempur F-16 yang dibeli dari Amerika Serikat. Panglima Komando Operasional Angkatan Udara Satu Marsekal Muda Muhammad Syaugi mengatakan Skadron Udara 16 di Pekanbaru, Riau, siap menampung kedatangan pesawat legendaris bikinan Amerika Serikat tersebut.

"Hanggar, shelter, taxi way, dan infrastrukturnya di Pekanbaru sudah hampir selesai," kata Syaugi kepada wartawan di Markas Komando Operasional Angkatan Udara Satu, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat, 24 Januari 2014.

Menurut Syaugi, Indonesia mendatangkan 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat. Pengiriman pesawat itu dilakukan bertahap. Untuk Skadron 16, kata Syaugi, bakal ada 16 unit pesawat F-16 yang akan bermarkas di sana. Delapan unit pesawat F-16 bakal ditempatkan di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

Mantan pilot pesawat tempur F-16, F-5 Tiger, dan Hawk 100/200 ini meyakinkan bahwa 24 pesawat F-16 blok 25 sudah dibekali senjata seperti rudal. "Kalau pesawat tempur tak ada senjatanya namanya pesawat angkut," katanya sembari tertawa.

Syaugi berharap tambahan pesawat tempur F-16 mampu memperkuat pengamanan wilayah udara Indonesia, khususnya kawasan barat dan utara, termasuk kawasan Selat Malaka. Sebab, sampai saat ini wilayah tersebut hanya dijaga oleh pesawat tempur Hawk 100/200 yang sudah terbilang uzur.
 

Potensi Ancaman Indonesia

Rudal Yakhont  Frigate OWA-354
Rudal Yakhont Frigate OWA-354
Potensi ancaman bagi Indonesia dalam keutuhan wilayah NKRI, pencaplokan sumberdaya Indonesia dan penyerangan moral masyarakat Indonesia agar tetap dalam cengkraman asing sering kita diskusikan dalam tulisan tulisan saya terdahulu.
Kali ini kita mengupas bagaimana Potensi ancaman Indonesia bila dilihat dari sudut militer, konflik LCS dan perebutan pengaruh dan kepentingan asing terhadap geopolitik kawasan dalam perebutan sumberdaya alam.
Dengan beruntunnya gesekan antara Indonesia dan Australia semakin menyadarkan kita bahwa potensi ancaman di sekitar wilayah Indonesia sangatlah besar. Dengan terungkapnya skandal penyadapan dan disambung insiden masuknya 3 kapal RAN ke wilayah teritori Indonesia adalah sebagai “Wake up Call” agar kita tidak menyepelekan segala potensi ancaman yang ada.

Potensi Ketegangan LCS
Ketegangan dan memanasnya kondisi Laut China Selatan -yang dimulai dengan perebutan kepulauan Spratly yang kaya sumber daya alam,- antara negara negara Asean, Amerika Serikat dan RRC mau tidak mau membuat kita bersiaga akan segala dampak buruk yang ditimbulkan oleh ketegangan LCS bila sampai pecah.
Amerika serikat yang tidak ingin hegemoninya di pasifik terancam dengan bangkitnya China menajadi negara super power baru, membuat langkah dan taktik baru politik luar negerinya di pasifik. Sudah banyak berita yang mengabarkan bagaimana 60 persen kekuatan militer Amerika Serikat akan digeser dan ditumpuk di kawasan pasifik.
Bagaimana dengan posisi Indonesia di mata pihak pihak yang berseteru di LCS?

Potensi Ancaman China
Pihak china akan senang bila Indonesia mempertahankan politik Bebas dan aktif, Non Block dan Zero Enemy, itu bisa dilihat bagaiman reaksi China dengan peta lidah naganya yang tidak mencaplok Natuna dalam klaimnya, dan China berusaha mendekati terus gadis cantik Indonesia agar tidak jatuh dalam pelukan barat dan berbalik memusuhi china.
China bahkan menginginkan Timor Leste menjadi pangkalan militernya dengan imbalan ekonomi kepada negeri sempalan NKRI yang baru merdeka tersebut. Untungnya Timor leste mempertimbangkan perasaan Indonesia bila ada pengkalan militer china di wilyahnya.
KONON dengan halus Pemerintah Timor Leste menganjurkan China untuk terlebih dahulu meminta RESTU dari Indonesia dulu bila harus membuka pangkalan militer di wilayah Timor Leste.
China juga tidak diam saja mempengaruhi Indonesia dan MENGINTIP bagaimana sejatinya sikap Indonesia ke depan berkaitan dengan ketegangan di LCS.
Banyak iming iming TOT dan kerjasama militer dan paket bantuan ditawarkan China kepada Indonesia sebagai pemanasan bujukan agar keterpihakan Indonesia jelas kepada China dan mereka tetap melancarkan misi spionase ke segala aspek untuk mengintip bagaimana ke depan sikap Indonesia terhadap LCS dan kelanjutan pengolahan sumber daya alam yang dioperatori oleh negara tersebut.
Produk bersama dan TOT rudal C 705 dan hibah radar maritim adalah perwujudan pemanasan bujukan dan rayuan China terhadap dukungan Indonesia dan akan banyak tawaran yang menggiurkan bila Indonesia mau menjadi proxy China.
Proxy China di negara negara Asean seperti Laos dan Kamboja tidak ada artinya bila dibandingkan dengan Indonesia yang mau bergabung dengan China. Akan timbul block yang dahsyat bila negara berpenduduk terbanyak di dunia digabungkan dengan negara terbesar ke empat penduduknya di dunia.
Tidak menutup kemungkinan suatu saat China mengklaim Natuna masuk wilayah yang akan dicaploknya.

Potensi Ancaman Amerika dan Australia
Ada ANALISA yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat membiarkan Filipina yang lemah militernya untuk dijadikan umpan diinvasi China dalam ekspansi perebutan Pulau Spratly di Laut China Selatan, dan AS dengan aliansinya akan menggebuk bersama china berlindung dengan putusan dari PBB.
TETAPI menurut AS akan lebih hemat dan efisien bahkan revolusioner bila Indonesia yang mau mengahadapi China dan menghadang ekspansi china.
Indonesia bila dijadikan proxy oleh Amerika Serikat maka pihak barat akan mendapatkan suatu negara yang MUMPUNI dalam menghadapi china.
Indonesia adalah negara nomer empat terbesar penduduknya di dunia, mempunyai sumberdaya manusia yang besar, mempunyai sumber alam yang besar, mempunyai rakyat dengan jiwa militansi yang tinggi, dan Indonesia mempunyai sitim pertahanan SISHANTA dan pengalaman perang dengan negara negara barat. Dan yang paling penting GEOPOLITIK Indonesia sangatlah strategis yang diperkirakan sanggup menghadang China.
Hal hal tersebut di atas tidak dimiliki oleh Sekutu Sekutu Barat yang bertebaran di Asia Tenggara dan pasifik, baik itu oleh Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam bahkan Australia dan New Zealand sekalipun.
Amerika Serikat lebih percaya SUMBER DAYA Indonesia yang mampu menghadapi kebesaran China.
Bila saja Indonesia mau dan bersedia dijadikan proxy maka tak heran bila Indonesia menginginkan segala teknologi militer tercanggih dari barat pun akan diberikan.
Kalau kita mau TERIKAT dan bersedia “treaty” dengan segala tetek bengek yang MENGIKAT maka AS akan memperkuat otot otot TNI dengan cepat untuk mengahadapi china.
Mereka akan segera mengirimkan F-16 block 52 dan F-35 dengan jumlah yang nggilani (besar).
Untuk sekarang saja bagaimana mereka menawarkan dan memberikan teknologi Apache Guardian terbaru bahkan Singapura saja belum dikasih, juga alutsista lainnya seperti Javelin, Chinock, Blackhawk eks Afaganistan, F-16 Hibah dan sempat menawarkan fregat OHP class.
Konon ada tawaran terakhir berupa 38 unit F/A-18C/D Hornet hibah eks USMC ditambah 6 unit E-2C Hawkeye eks USN dengan paket lengkap plus retrofit dan tetek bengek lainnya. Bahkan, kalau paket F/A 18 hibah ini diambil, akan dikasih gratisan CH-46 Sea Knight dan SH-3 Viking, namun sampai sekarang tawaran ini belum kita respon positif.
Itu semua adalah PEMANASAN agar kita tetap melihat Barat sebagai Sekutu wealaupun tidak utama dan agar kita tidak berpaling ke Block Timur dan memihak kepada China,
Indonesia ibarat pemuda muda yang lugu di tengah godaan setan penguras SDA yang menjanjikan kenikmatan duniawi untuk kenikmatan sesaat.
Semoga pemimpin kita sekarang dan yang akan datang KUAT IMANnya dengan segala pemanasan, rayuan ringan sampai rayuan berat AS dan yang MENGGIURKAN tetapi akan sangat MEMATIKAN ke depannya bagi bangsa ini.
Sikap TERBAIK Indonesia adalah tetap NON BLOCK dan TIDAK MEMIHAK kesalah satu pihak yang berseteru di LCS tetapi tetap AKTIF untuk menyuarakan perlunya penyelesaian konflik secara damai dan berjalan di jalur diplomasi.
Sambil tetap MENGUATKAN otot sendiri dengan jalan yang BENAR diantaranya membeli alutsista dari berbagai block baik itu dari Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Asia dan Amerika Latin.
Penguatan otot sendiri adalah kebutuhan untuk menjaga kekuatan “critical element of combat-ready forces”. Kita tidak Ingin pemuda lugu ini dipaksa pecahkan karang dengan lemah jari tergumpal. Tetapi pemuda lugu yang BEROTOT dengan iman yang indah, cerdik dan BERUNTUNG, diberuntungkan oleh Tuhannya karena kedekatan dengan-Nya. Pemuda lugu ini perlu dibekali dengan mempunyai doa tolak setan penggoda dan pusaka tundung setan (pusaka yang bisa MENUNDUKkan setan jenis manapun)
Coba kita buka apa saja potensi ancaman yang mengililingi teritorial Indonesia:

Pangkalan Rahasia Militer Australia:
AUSTRALIA’s most secret sites are hidden well away from prying eyes, usually far from major population areas. But no one escapes the all-seeing eye of Google Google.
 Pangkalan Rahasia Militer Australia
One of the world’s biggest spy bases is located in the middle of Australia at Pine Gap, NT. (Google Earth Source: Supplied)

As Australian and British foreign and defence officials meet in Perth today to discuss stronger military ties, here’s our virtual tour of Australia’s most secret military and government sites.
One of the world's biggest spy bases is located in the middle of Australia at Pine Gap, NT. (Google Earth Source: Supplied)
One of the world’s biggest spy bases is located in the middle of Australia at Pine Gap, NT. (Google Earth Source: Supplied)

ASIO, ACT (Spy Agency HQ)
The new Australian Security Intelligence Organisation HQ in Canberra will house Australia’s national security service, responsible for protecting us from espionage, sabotage, attacks on the Australian defence system and terrorism. ASIO officers have similar powers to the UK’s Security Service (M15), and do not carry guns.
The new Australian Security Intelligence Organisation HQ in Canberra. (Google Earth)
The new Australian Security Intelligence Organisation HQ in Canberra. (Google Earth)

Campbell Barracks, WA (SAS HQ)
Located in suburban Perth, the low-key army base in Swanbourne, has been the base of the Australian Special Air Service (SAS) since the Regiment was established in 1957. Most training takes place at Bindoon army base, northeast of Perth, which includes live-fire ranges, training areas and an SAS mock-up area with ‘embassy’ building and sniper towers.
Campbell Barracks, WA (SAS HQ)
Campbell Barracks, WA (SAS HQ)

Christmas Island, Indian Ocean (Detention Centre)
Home to 1500 Australian citizens, mostly of Chinese ethnicity, Christmas Island was a thriving phosphate producer before transfer to Australian sovereignty in 1957. Since the MV Tampa controversy in 2001, the island has been the primary goal of asylum seekers attempting to enter Australia. Opened in 2006, the Immigration Detention Centre contains approximately 800 beds, and cost $400m, double the estimated budget
Christmas Island, Indian Ocean (Detention Centre)
Christmas Island, Indian Ocean (Detention Centre)

Kojarena, WA (defence satellite station)
The Australian Defence Satellite Communications Ground Station is located at Kojarena, 30 km east of Geraldton. It is operated by the ADF Defence Signals Division, and houses five radomes and eight satellite antennas linked to a worldwide satellite communication signals interception system that is mainly operated by the US and UK.
Australian Defence Satellite Communications Ground Station at Kojarena, WA.
Australian Defence Satellite Communications Ground Station at Kojarena, WA.

Maralinga, SA (Nuclear Test Site)
The ancient home of the Maralinga Tjarutja indigenous people, Maralinga was the site of seven secret British nuclear tests in the 1950s, with four fission bomb tests followed by three tests of triggering mechanisms. A Royal Commission in 1985 identified significant contamination at the site. Native title was handed back to the traditional owners in January 1987 and efforts were made to clean up the site before resettling the land in 1995.
 Maralinga, SA (Nuclear Test Site)
Maralinga, SA, site of seven secret British nuclear tests in the 1950s.( Picture: Google Earth)

Nauru, Pacific Ocean (Detention Centre)
Originally opened in 2001 to take people rescued by the MV Tampa, the detention centre on the tiny island of Nauru was built to house 1200 asylum seekers in return for a pledge of $30m in development funds. Closed by Kevin Rudd in December 2007, the camp was reopened by the Gillard government in August 2012 to process record numbers of asylum seekers arriving by boat.
Nauru, Pacific Ocean (Detention Centre)
Nauru, Pacific Ocean (Detention Centre)

North West Cape, WA (US Naval Signals)
Naval Communication Station Harold E. Holt is located 6km north of Exmouth, which was built to provide support to the base and house dependent families of US Navy personnel. The base provides very low frequency (VLF) radio transmission to US and Royal Australian Navy ships and submarines in the Pacific and Indian Oceans and is the most powerful transmission station in the Southern Hemisphere
North West Cape, WA (US Naval Signals)
North West Cape, WA (US Naval Signals)

Nurrungar, SA (Ballistic Missile Control)
Located on the edge of Island Lagoon, approximately 15 km south of Woomera, Nurrungar was run by the ADF and the US Air Force from 1969 to 1999. It provided early detection of missile launches and nuclear detonations via US satellites in geostationary orbits. Operations moved to Pine Gap in 1999. Today the ADF uses the site for army tests
Nurrungar, mothballed ballistic missile control site near Woomera, SA. (Google Earth)
Nurrungar, mothballed ballistic missile control site near Woomera, SA. (Google Earth)

Pine Gap, NT (US Listening Post)
Probably the best known secret installation in Australia, Pine Gap near Alice Springs is one of the biggest ECHELON signals intelligence facilities in the world, with an estimated 1000 employees. A former US National Security employee who worked at Pine Gap has claimed that the facility is run by the CIA. Pine Gap controls American spy satellites as they fly over China, North Korea, Afghanistan and the Middle East.
One of the world's biggest spy bases is located in the middle of Australia at Pine Gap, NT
One of the world’s biggest spy bases is located in the middle of Australia at Pine Gap, NT

Swan Island, VIC (Special Forces)
The Department of Defence does not discuss what goes on at Swan Island, and information on the facility is not found on any government website. It is believed that Australia’s Special Forces carry out counter terrorism training here on a base shared with the Secret Intelligence Service
Swan Island, VIC (Special Forces)
Swan Island, Victoria, SIS and special forces training centre

Scherger, QLD (Detention Centre)
Villawood and Darwin are well known immigration detention centres, but did you know that up to 600 asylum seekers at any one time are housed at a facility at RAAF Scherger in Far North Queensland? One of three ‘bare bases’ in the tropics run by skeleton crews, Scherger is set up to house 1400 personnel and 40 aircraft if Australia ever gets into a shooting war with one of our northern neighbours.
Scherger, QLD (Detention Centre)
RAAF Scherger, advance air force base and detention centre. Far North Queensland

Symonston, ACT (Government Panic Room)
Protected by heavy gates, security fences and an array of CCTV cameras on a nondescript Canberra industrial estate, the main purpose of the classified facility at Symonston is believed to be to provide an alternative communications facility for the Australian government. Under the so-called “Plan Mercator”, this is where the Prime Minister, Governor-General and advisers would be whisked to in the event of a terrorist attack or threat against Parliament House.
Govenrment panic room in Symonston, suburban Canberra.
Govenrment panic room in Symonston, suburban Canberra.

TINDAL, NT (Fast jets, Stealth bombers)
Located near Katherine in the NT, RAAF Tindal houses the RAAF’s fast jets outside the cyclone zone at a site easy to defend against external attack. A key launching point for the Australian-led intervention in East Timor in 1999, the base is also rumoured to host US stealth spy planes.
TINDAL, NT (fast jets, stealth bombers)
TINDAL, NT (fast jets, stealth bombers)

Woomera, SA (Weapons Tests, Drones)
The Woomera Test Range in South Australia is a large weapons testing range operated by the RAAF, 500km northwest of Adelaide. A prohibited area off-limits to the public, the range was set up by Britain and Australia in 1946 and was the site for seven nuclear tests between 1955 and 1963 as well as tests for a wide range of conventional weapons before the Australian-Anglo joint project ended in 1980. After a long period when it was effectively abandoned, the range is currently used for ADF trials and leased to foreign militaries.
Woomera, SA (weapons tests, drones)
Woomera, SA (weapons tests, drones)

British stealth drone bomber Taranis, undergoing testing in the Australian outback in early-2013.
British stealth drone bomber Taranis, undergoing testing in the Australian outback in early-2013. (photo: BAE)
British stealth drone bomber Taranis, undergoing testing in the Australian outback in early-2013. (photo: BAE)

Woomera is the most likely test site for new British stealth drone Taranis, which will be conducting outback test flights in early 2013. At its peak the range covered 270,000 square km. Today it covers 127,000 square km, and remains the world’s largest weapons test range. (by: Satrio)
sumber asli: www.news.com.au/travel/australian-holidays/australias-top-secret-sites-uncovered-by-google-earth/story-e6frfq89-1226556475870

JKGR 

Sabtu, 25 Januari 2014

Jangan Remehkan Kekuatan Militer RI di 2014




Urutan 10 besar ranking militer se dunia dipegang secara berturut-turut : AS, Rusia, China, India, Inggris, Turki, Korsel, Perancis, Jepang dan Israel. Kemudian urutan 11 sampai dengan 20 besar adalah Brasil, Iran, Jerman, Taiwan, Pakistan, Mesir, Italia, Indonesia, Thailand dan Ukraina. Ranking negara ASEAN yang lain adalah Filipina ada di posisi ke 23, Malaysia posisi ke 27, Singapura ke 41.

Analisis ini memberikan sebuah definisi tentang peta kekuatan militer yang sesungguhnya, tidak terfokus pada keunggulan jumlah pesawat tempur atau kapal combatan seperti yang selama ini menjadi opini publik. Itu sebabnya walaupun Singapura punya kekuatan pesawat tempur terbanyak di ASEAN, negara pulau itu tetap tidak mampu mengungguli Malaysia, Filipina dan Indonesia. Indikator kekuatan alutsista bukan merupakan faktor penentu keunggulan militer sebuah negara.

Kita selama ini terpengaruh dengan opini psikologis bahwa Jakarta akan hancur dalam waktu dua jam jika diserang oleh pesawat tempur Singapura. Padahal apa iya, ini kan negara kepulauan yang paling besar di dunia, punya 240 juta penduduk berkarakter nasionalis, sumber daya alamnya melimpah dan yang terpenting dalam strategi militer, negara kita terdiri dari ribuan titik pertahanan. Bandingkan dengan negara pulau itu, hanya beberapa titik di sebuah pulau. Secara hankam, pulau itu lebih mudah ditaklukkan. Yang jelas angkatan udara tidak menjadi faktor utama untuk memenangkan pertempuran karena ibu dari segala perang adalah angkatan darat.

Sekedar perbandingan, berikut disampaikan peta kekuatan militer antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan analisis Global Fire Power :
INDONESIA – MALAYSIA


  • Total Population 245,613,043 - 28,728,607
  • Military Manpower Available 129,075,188 - 14,817,517
  • Fit for Military Service 107,538,660 - 12,422,580
  • Reaching Military Age Yearly 4,455,159 - 519,280
  • Active Military Personnel 438,410 - 124,000
  • Active Military Reserves 400,000 - 640,199
  • Total Aircraft 510 - 258
  • Total Land-Based Weapons 1,577 - 2,465
  • Total Naval Units 136 - 65
  • Towed Artillery 59 - 54
  • Merchant Marine Strength 1,244 - 321
  • Major Ports and Terminals 9 5
  • Aircraft Carriers 0 0
  • Destroyers 0 0
  • Frigates 6 4
  • Submarines 2 2
  • Patrol Coastal Craft 31 37
  • Mine Warfare Craft 12 4
  • Amphibious Operations Craft 8 1
  • Defense Budget $4,740,000,000 $3,500,000,000
  • Foreign Reserves $96,210,000,000 $106,500,000,000
  • Purchasing Power $1,030,000,000,000 $414,400,000,000
  • Oil Production 1,023,000 bbl 693,700 bbl
  • Oil Consumption 1,115,000 bbl 536,000 bbl
  • Proven Oil Reserves 4,050,000,000 bbl 2,900,000,000 bbl
  • Total Labor Force 116,500,000 12,200,000
  • Roadway Coverage 437,759 km 98,721 km
  • Railway Coverage 5,042 km 1,849 km
  • Waterway Coverage 21,579 km 7,200 km
  • Coastline Coverage 54,716 km 4,675 km
  • Major Serviceable Airports 684 118
  • Square Land Area 1,904,569 km 329,847 km





Dari data diatas beberapa catatan bisa kita letakkan pada kondisi terkini, misalnya posisi cadangan devisa RI saat ini sudah mencapai $ 122.000.000.000,- , jumlah KRI saat ini berkisar 152 unit. Kapal-kapal yang berstatus KAL, KKP dan Polisi Air tidak diperhitungkan oleh GFP, padahal kapal-kapal jenir ini ikut berperan dalam patroli keamanan laut atau patroli pantai (Patrol Coastal Craft). Kemudian komponen cadangan (Active Military Reserves) jumlahnya bisa melebihi perhitungan GFP jika Satuan Pengamanan, Satuan Polisi Pamong Praja, Pertahanan Sipil masuk dalam perhitungan.

Analisis GFP yang disajikan merupakan evidence yang cukup obyektif dan terbarukan, mampu menyajikan data terkini yang memberikan gambaran menyeluruh dari kekuatan militer sebuah negara berdasarkan kekuatan sumber daya militer, sistem persenjataan, kekuatan armada angkatan laut, dukungan logistic dan sebaran pangkalan, sumber daya alam untuk survival, dukungan financial dan kondisi geografis. Yang menarik kekuatan pesawat tempur digabung dengan sistem persenjataan lain apakah itu pesawat angkut, helikopter, tank, panser, artileri yang menjadi kekuatan angkatan darat. Sementara kekuatan angkatan laut menjadi faktor terpisah dan memberikan kontribusi real pada kekuatan militer sebuah negara.



Nah, semakin jelas bahwa kita adalah yang terbaik di kawasan ini dalam ranking kekuatan militer. Oleh sebab itu kita perlu mengeliminir opini-opini psikologis yang mengunder estimate kekuatan TNI, seakan-akan TNI yang paling lemah, seakan-akan TNI tak mampu mengatasi serangan udara Singapura, seakan-akan TNI tak mampu mengawal teritori NKRI. Dalam kondisi minimum essential force yang belum tercapai militer kita ternyata mampu menduduki ranking 18 dunia. Padahal mulai tahun 2012 sd tahun 2014 saja akan berdatangan setidaknya 60 pesawat tempur baru berbagai jenis, 15 pesawat angkut berbagai jenis, 55 Heli tempur berbagai jenis, 30 Kapal Cepat Rudal, 3 Kapal Selam, 2 Fregat, ratusan Tank dan Panser berbagai jenis. Belum lagi proyek rudal surface to surface, surface to air, rudal anti tank dan ribuan roket Rhan produksi dalam negeri.

Ini artinya peluang untuk meningkatkan ranking militer itu sangat terbuka. Namun lebih dari itu, kita harus selalu percaya diri dengan kemampuan hulubalang pengawal negara kita, dengan semangat tempurnya, dengan kualitas prajuritnya yang selalu mengungguli tentara negara jiran. Sekali lagi militer kita adalah yang terunggul diantara para jiran. Dan itu harus kita rawat dan pelihara dengan suplai alusista yang modern dan menggentarkan. Dan itu harus konsisten dan berkesinambungan,- sumber:Kekuatan milter Indonesia

Oleh karna itu Kita tidak boleh minder atau takut dengan negara lain,Buktinya lembaga Survey Internasional Juga (GFP) mengakui kekuatan militer Negara kita..ingat loh kita mempunyai kekuatan militer terbesar di ASEAN ini bahkan Australia juga di bawah kita.








Air keras

Es balok

Debus  Kaskus. 

Ukroboronprom Won the Tender for the Supply of BTR-4 to Indonesia

BTR-4 recovery vehicle series (all photos : survincity)

DHZP "Spetstehnoeksport", which is part of the SC "Ukroboronprom" won the tender of the Ministry of Defence of Indonesia to supply for the needs of the Indonesian Navy Party BTR-4 in the amount of 5 units.

It is expected that a contract will be signed in the first quarter of this year.

In August 2013 a delegation of the Ministry of Defence of Indonesia during his official visit to Ukraine acquainted with the challenges of BTR-4 at a Ukrainian landfills.



Indonesian military provided praised performance characteristics and capabilities of modern Ukrainian armored personnel carriers.

As previously reported, the Ukrainian BTR-4 according influential international magazine Army Technology entered the top ten armored vehicles globally in the protection, firepower and mobility.

BTR-4 - armored develop SE "Kharkiv Machine Building Design Bureau named O.O.Morozova", adopted by the Armed Forces of Ukraine, serially produced for the SE "Factory named V.O.Malysheva."


Rheinmetall Rh202 20mm: Kanon PSU Yang Ditakuti Perompak

Awak KRI Ki Hajar Dewantara sedang berlatih menembakkan Rheinmetall Rh202
Awak KRI Ki Hajar Dewantara sedang berlatih menembakkan Rheinmetall Rh202

Ragam dan tipe senjata untuk kapal perang di lingkungan TNI AL tentu berbeda, bicara seputar kanon misalnya, kalibernya jelas disesuaikan pada ukuran kapal dan peran dari kapal perang itu sendiri. Uniknya meski kaliber kanon di kapal perang TNI AL berlainan, tapi ada jenis kaliber yang menyatukan diantara beragam tipe kapal perang tersebut, yaitu pada platform kanon kaliber 20 mm.
Bila di frigat/korvet dan LST (landing ship tank), keberadaan kanon kaliber 20 mm menjelma sebagai senjata pendukung untuk target jarak dekat – sedang, termasuk pada peran PSU (Penangkis Serangan Udara). Maka lain hal untuk armada Satrol (Satuan Patroli) TNI AL, dengan basis kapal cepat dan bertonase ringan, sosok kanon kaliber 20 mm menjadi senjata utama, seperti dicontohkan pada kapal tipe PC-36 dan PC-40 yang mengusung kanon lawas Oerlikon 20mm/70 MK4. Dengan minimal menggotong kanon kaliber 20mm, diharapkan paling tidak kapal patroli TNI AL masih percaya diri dan mampu memberi efek deteren untuk malawan target sekelas perompak konvensional yang kerap menenteng senapan mesin.
38
KRI Pulau Rupat dan KRI Pulau Rengat, penyapu ranjau kelas Tripartite mengusung Rheinmetall 20 mm pada sisi haluan.
KRI Pulau Rupat dan KRI Pulau Rengat, penyapu ranjau kelas Tripartite mengusung Rheinmetall 20 mm pada sisi haluan.

TNI AL pun hingga kini punya beragam tipe senjata dengan basis kaliber 20mm. Selain generasi lawas Oerlikon 20mm/70 MK4, ada lagi kanon yang lebih baru, seperti Vektor G12 yang dipasang pada korvet SIGMA class dan KRI Clurit 641. Tapi ternyata yang populasinya paling banyak saat ini adalah tipe Rheinmetall Rh202 buatan Jerman.
Sejatinya Rheinmetall 20mm dirancang untuk menggasak sasaran udara yang terbang rendah, meski demikian kanon ini juga lumayan sangar untuk melibas sasaran di permukaan. Penempatan Rheinmetall 20mm Rh202 pada armada kapal perang TNI AL terlihat di LST KRI Teluk Banten, KRI Ki Hajar Dewantara 364, Penyapu Ranjau KRI Pulau Rupat 712, KRI Pulau Rengat 711, dan seri FPB-57.
af96d1efe3
Kanon ini sejatinya mulai dikembangkan sejak tahun 1968, dan pada 1969 mulai digunakan untuk memperkuat arhanud AU Jerman Barat pada masa Perang Dingin. Apa saja kebolehan kanon ini? Dari segi jangkauan tembak, Rheinmetall 20 mm mampu mengenai target hingga jarak maksimum 7.000 meter. Namun untuk efektivitas daya hancur hitungannya lain lagi, untuk sasaran udara, jarak tembak efektif hanya 1.600 meter, sedangkan untuk sasaran di permukaan, jarak tembak efektivnya 2.500 meter.
Untuk kecepatan memuntahkan amunisi, Rheinmetall 20 mm sanggup menembakkan mulai dari 880 hingga 1.030 peluru per menit. Lebih dalam lagi, kecepatan luncur peluru sanggup mencapai 1.050 meter per detik dengan amunisi tipe HE-T, dan 1.100 meter per detik dengan amunisi tipe AP-T. Amunisi disalurkan lewat sistem belt ke laras, dimana tiap belt dapat dirangkai hingga 200 peluru. Bila TNI AL menggunakan Rheinmetall Rh202 dengan laras tunggal, maka versi laras ganda (twin gun) kanon ini juga telah lama digunakan oleh satuan Arhanud TNI AD sejak era-90an.
Secara umum, kanon kaliber 20mm menjadi pilihan ideal untuk menghadapi ancaman konvesional bersenjata di lautan. Tentu tidak pas bila menghadapi perompak yang melaju dengan speed boat bermanuver tinggi dengan kanon kaliber berat. Sementara bila dihadapi dengan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm seperti M2HB atau DShk-38 yang juga banyak terpasang di kapal TNI AL, jarak jangkauan tembaknya cenderung terbatas. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Rheinmetall Rh202 20 mm
Negara asal : Jerman
Kaliber : 20 mm
Jangkauan tembak maksimum : 7.000 meter
Jangkauan tembak efektif : 2.500 meter
Laras : Tunggal
Berat kanon : 76 kg

Indomil.