Panglima TNI Jenderal Moeldoko ingin menambah pesawat tempur untuk
Angkatan Udara dana salah satu pesawat tempur yang diincar adalah Sukhoi
SU-35. “Tapi ini baru tahap diskusi, kalau maunya Panglima sih iya,”
Ujar Jenderal Moeldoko, sambil tersenyum kepada wartawan di Lapangan
Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta, 6 Januari 2014.
Moeldoko mengaku sudah berdiskusi langsung dengan Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro. Menteri Purnomo pun setuju upaya menambah kekuatan
tempur Angkatan Udara Indonesia.
Pesawat tempur Sukhoi SU-35 adalah pesawat kelas berat penghubung
generasi keempat dan kelima. Saat ini Indonesia baru mempunyai satu
skuadron atau 16 unit pesawat campuran Sukhoi SU-27 dan dan SU-30 yang
bermarkas di Makassar, Sulawesi Selatan.
Selain Sukhoi SU-35, Moeldoko juga membidik pesawat tempur buatan
Amerika Serikat. Namun, mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu belum mau
menyebut rinci pesawat tempur apa saja yang masuk incarannya. “Apakah
F-16 atau produk terbaru lainnya, Insya Allah kami bisa (membeli pesawat
tempur lagi).”
Tahun ini, TNI Angkatan Udara bakal menerima belasan pesawat baru dan
bekas berbagai jenis. “Ada pesawat tempur jet, pesawat tempur
baling-baling, dan pesawat angkut,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI
Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto saat dihubungi Tempo,
Sabtu, 4 Januari 2014.
Dari jajaran pesawat tempur jet adalah F-16 blok 24 hibah dari
Amerika Serikat. Menurut Hadi, sebelum bulan Oktober 2014 Angkatan Udara
bakal menerima delapan dari 24 unit pesawat hibah yang diperbaiki lagi
sistem avioniknya. Sesuai rencana pesawat F-16 bakal “tinggal” di
Skuadron 16, Pekanbaru, Riau.
Angkatan Udara juga bakal menerima secara bertahap pesawat tempur
bermesin jet T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Dari satu skuadron
atau 16 unit pesawat yang dipesan baru delapan unit yang diterima
Indonesia. Pesawat inilah yang bakal digunakan untuk melatih pilot-pilot
tempur TNI AU menggantikan pesawat Hawk 100/200.
Kapal Selam Kilo
Panglima TNI Jenderal Moeldoko juga berencana mengirim tim ke Rusia pada
akhir bulan ini. Tim ini ditugaskan menemani perwakilan Kementerian
Pertahanan untuk membicarakan kemungkinan pembelian kapal selam Kilo
Class buatan Negeri Beruang Merah tersebut. “Kami akan lihat dan dalami
dua pilihan,” ujar Jenderal Moeldoko.
Dua pilihan tersebut adalah kemungkinan membeli kapal selam Kilo
Class produksi baru atau membeli bekas dengan skema hibah. Meski begitu,
Moeldoko tetap berharap pemerintah bisa membeli kapal selam Kilo Class
produksi baru. “Mudah-mudahan saja, kalau kondisi anggaran pemerintah
bagus,” kata dia.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio sebelumnya pernah
menyebut ketertarikannya memboyong kapal selam jenis Killo Class dan
Amur Class buatan Rusia. Namun, dia belum bisa menentukan kapal selam
mana yang bakal diboyong ke Tanah Air.
Laksamana Marsetio telah menyambangi Rusia tahun lalu. Dia tertarik
dengan kemampuan kapal selam Kilo Class. Kapal yang diproduksi 1990-2000
itu tergolong canggih karena mampu menembakkan rudal dari dalam laut ke
permukaan. Rudal yang diluncurkan pun punya jangkauan jauh, yakni 300
kilometer. “Indonesia belum punya kapal selam seperti ini,” kata
Marsetio (Tempo.co/ INDRA WIJAYA)