KRI
Teluk Peleng-535 milik TNI AU dalam keadaan miring 90 derajat dan
nyaris tenggelam di Dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Hingga Kamis (20/11) sore, evakuasi belum dilakukan.
KRI Teluk Peleng-535 Nyaris Tenggelam
Setengah
badan kapal berada dalam air. Peristiwa itu terjadi sejak Rabu (19/11)
kemarin. Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan dan menyebut ada
kelalaian komandan kapal saat kapal bersandar. "Ada satu KRI eks
Jerman yang akan, bukan tenggelam. Karena pada saat dia parkir dia
nabrak pilar beton sehingga bocor, terus agak nyungsep 90 derajat," kata
Moeldoko di kantor Badan Intelejen Strategis (BAIS) TNI, Jakarta, Rabu
(20/11).
Soal kelalaian, Moeldoko membenarkan. Berdasarkan
informasi yang diterimanya dari KSAL, ada keteledoran komandan kapal.
Jadi bukan karena usia kapal yang sudah tua. Kapal yang nyaris tenggelam
itu mengalami kebocoran di bagian lambung kanan.
Berdasarkan
informasi yang dihimpun, KRI Teluk Peleng (535) merupakan kapal kelima
dari kapal perang jenis kapal pendarat. KRI Teluk Peleng dibangun oleh
VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1978 untuk Angkatan
Laut Jerman Timur dengan nomor lambung 632.
Kapal berjenis
Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah untuk TNI Angkatan Laut
dan masuk armada pada tahun 1993. KRI ini termasuk dalam paket
pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto.
KRI Teluk Peleng bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik. Strategi.
Hanya beberapa jam menerima serangan hacker Indonesia, situs Federal Police Australia malam ini lumpuh 100 persen. Kepastian rontoknya situs ini dapat dibuktikan dengan tidak bisanya situs beralamat di www.afp.gov.au diakses.
Penyerangan
terhadap situs Polisi Federal Australia ini dilakukan oleh Hacker
Anonymous Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Security Down Team.
Serangan sendiri dimulai sekitar Pukul 19:25 WIB malam ini. Situs Polisi
Federal Australia memiliki alamat internet protocol (IP) di IP :
125.7.101.101 port : 80. Dengan tool-tool yang ada, siapapun bisa saja
menyerang situs tersebut dengan hanya memasukkan IP yang bersangkutan.
Inilah yang membuat peserta penyerangan terhadap situs Australia cukup
banyak, mencapai seribuan hacker. Hacker Australia juga sebelumnya
mencoba menyerang situs Presiden RI tapi lagi-lagi salah sasaran, karena
yang diserang adalah www.presiden.go.id, padahal situs ini sama sekali
tidak ada.
Hacker Australia juga diduga menjadi dalang rontoknya
situs Bank Indonesia selama beberapa jam tadi siang sebagai balasan
serangan hacker Indonesia terhadap Bank Sentral Australia.
Situs
Bank Sentral Australia, meski tak sempat dibuat 404 Not Found, tapi
sempat kembang kempis dan beberapa kali pingsan atau jatuh bangun. Situs
tersebut sampai harus mengganti internet protocol (IP) nya agar bisa
terhindar dari serangan hacker Indonesia.
Serangan hacker
Indonesia diprediksi masih akan berlanjut malam ini sampai besok pagi
dengan target dan sasaran yang berbeda atau sama dengan sasaran
sebelumnya.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sambil menunggu jawaban resmi
Australia soal penyadapan, Indonesia menghentikan sejumlah kerjasama
dengan Negeri Kanguru itu. Presiden menyatakan, akan menghentikan sementara semua kerjasama militer dan intelijen antara kedua negara.
"Yang
jelas, untuk sementara atau saya meminta dihentikan dulu kerjasama yang
disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen di antara kedua
negara," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu
20 November 2013. SBY menyatakan, semua latihan militer antara
kedua negara apakah itu antara sesama angkatan darat, angkatan laut,
angkatan udara atau gabungan akan dihentikan. "Saya meminta dihentikan
sementara coordinated military operation, yang untuk menghentikan people
smuggling, di wilayah lautan," kata SBY. "Tidak mungkin kita melakukan
itu jika ada penyadapan terhadap tentara atau terhadap kita semua,"
katanya. Penghentian
kerjasama ini merupakan poin kedua pernyataan resmi pemerintah
Indonesia. Poin pertama berisi permintaan resmi pada Australia untuk
menyikapi soal penyadapan yang dilakukan terhadap sejumlah pejabat
termasuk Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Kemudian poin
ketiga adalah, untuk kerjasama ke depan, Indonesia meminta ada protokol
kode perilaku dan asas pedoman kemitraan di antara kedua negara untuk
menghadapi isu penyelundupan manusia atau kerjasama militer dan
intelijen. "Protokol code of conduct itu sifatnya mengikat, jelas dan
dijalankan. Itulah tiga hal yang akan kita tempuh," kata SBY. Kerugian Utama Bagi Australia Indonesia
mulai menurunkan derajat hubungannya dengan Australia setelah menarik
duta besarnya dari Canberra. Pemerintah RI pun meninjau ulang seluruh
kerjasama dengan Negeri Kanguru, termasuk di bidang pemberantasan
terorisme yang selama ini berjalan amat baik. Anggota Komisi
Hukum DPR Eva Kusuma Sundari menilai langkah keras yang diambil
Indonesia amat merugikan Australia, terutama di bidang penanganan
terorisme yang selama ini menjadi perhatian utama Australia paska
puluhan warganya tewas dalam tragedi Bom Bali 2002 dan 2005. “Meskipun
Australia memberikan bantuan pada Detasemen Khusus Anti-Teror 88, tapi
mereka sangat butuh informasi dari RI. Jadi Indonesia tak perlu bernyali
kecil,” kata Eva di Jakarta, Rabu 20 November 2013. Menurutnya,
Australia bahkan bergantung pada Indonesia soal penanganan terorisme. Eva
berpendapat Indonesia sesungguhnya lebih ahli dalam hal pemberantasan
terorisme, sebab Kepolisian RI sudah banyak menangani dan menangkap
pelaku terorisme. “Di sini Australia hanya user, yang bergantung pada
Indonesia untuk memperoleh informasi,” kata dia. Selain soal
terorisme, kerjasama dalam isu penyelundupan manusia juga kini dikaji
ulang Indonesia. Padahal, ujar Eva, Australia sangat buruh Indonesia
dalam menangani imigran gelap atau manusia peragu. “RI selama ini
dipakai sebagai tanggul untuk menahan gelombang ribuan imigran yang
hendak masuk ke Australia,” kata politisi PDIP itu. Sebaliknya,
Indonesia tak terlalu rugi bila menurunkan kualitas hubungannya dengan
Australia. Dari segi bisnis, kata Eva, investor terbesar Indonesia masih
berasal dari Jepang, Amerika Serikat, dan China. Oleh sebab itu
pemerintah RI tak perlu khawatir. “Jika impor daging dari
Australia kita stop, itu bisa beralih ke India. Syukur apabila bisa
menggenjot produksi dalam negeri. Realitanya RI tidak begitu bergantung
pada Australia, tapi sebaliknya,” ujar Eva. Secara terpisah,
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia
telah mulai menurunkan derajat kemitraannya dengan Australia. “Ini sudah
kami lakukan. Australia pun mulai merasakannya. Ibarat keran air,
Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit,” ujarnya. Setiap
langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Marty, dilakukan
secara terukur sesuai dengan tanggapan dan sikap dari Australia. Strategi.
KEPALA
Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman menegaskan, Angkatan Darat
(AD) tengah mempersiapkan diri agar terhindar dari penyadapan seperti
yang telah dilakukan negara Australia. Justru TNI AD bisa mengetahui apa
yang mereka lakukan.
"Untuk
menghindari penyadapan kedepan, saat ini kita sudah melakukan riset
dengan Universitas Suriah, baru saja tadi saya tanda tangani, ada 12
macam riset kita gunakan untuk kepentingan taktis, strategis dan
operasional," katanya saat memberi pengarahan kepada ratusan pasukan
perdamaian yang akan berangkat ke Libanon di Kostrad Cilodong, Depok,
Selasa (19/11). Menurut Budiman,
12 riset tersebut tak hanya sekadar riset, tetapi langsung praktek
melatih prajurit Indonesia. Ia mengklaim terkait penyadapan oleh negara
Australia, tak ada pengamanan atau penambahan personel secara khusus.
"Penambahan pengamanan itu tak usah terlalu dibesar - besarkan, yang
penting kita lakukan adalah lakukan pengamanan untuk tak dapat disadap.
Kedua, kita tahu cara - cara pekerja yang melakukan itu, sehingga kita
tau mengatasinya," tegasnya.
Budiman menuturkan, TNI AD
mempersiapkan diri tingkatkan pengetahuan agar makin mandiri. Dengan
begitu, lanjutnya, maka pihak lain tak akan memandang sebelah mata.
"Kami TNI AD sedang persiapkan diri, mendalami teknologi, karena itu
Lembaga Pengkajian Teknologi TNI AD di Malang, kita tingkatkan menjadi
sekolah tinggi TNI AD, dengan materi kedepan seperti teknik informasi,
nano teknologi, kimia, lalu elektronik, mesin, konstruksi, IT, dan
beberapa hal yang terkait, dan kemampuan kita pada satelit, sebetulnya
negara kita awal2 sudah mulai kuat, sehingga bagaimana kita tingkatkan
lagi," tutupnya.
Pada
1970-an, fasilitas radio Defense Signals di Shoal Bay luar kota Darwin
memonitor komunikasi militer Indonesia dan memberi informasi dini
mengenai hasrat Indonesia menduduki Timor Timur.
Pada 1999, laporan Defence Intelligence
yang bocor mengenai Indonesia dan Timor Timur menunjukkan intelijen
Australia memiliki akses luar biasa terhadap komunikasi militer dan
sipil Indonesia.
"Setiap Perdana Menteri
Australia sejak Robert Menzies (PM Australia 1949 - 1966) mendapat
pengarahan mendalam mengenai jangkauan penetrasi terus menerus Defence Signals Directorate terhadap komunikasi diplomatik, militer dan sipil Indonesia yang terus meningkat," tulis Dorling.
Kini, Defence Signals berusaha mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai hubungan politik dan personal Presiden Yudhoyono.
Operasi penyadapan ini, kata Dorling, adalah bagian dari program "Five Eyes"
dalam nama sandi "STATEROOM", sedangkan lokasi utamanya adalah di
Kedubes Australia di Jakarta, tepatnya daerah Kuningan, Jakarta Selatan.
Spionase
ini resminya ditujukan untuk perang melawan terorisme, namun menurut
seorang mantan agen rahasia Australia kepada Fairfax Media bahwa fokus
utama spionase itu adalah "intelijen politik, diplomatik dan ekonomi."
"Pertumbuhan
besar jejaring telepon mobile (Indonesia) adalah anugerah besar (bagi
Australia) dan elite politik Jakarta adalah gerombolan orang yang royal
bicara. Bahkan saat mereka (elite Indonesia) menganggap dinas
intelijennya sendiri sedang mencermati (aktivitas mata-mata), mereka
terus saja ngomong," kata sang mantan agen rahasia Australia itu.
Dorling
lalu menutup tulisannya dengan mengatakan kasus penyadapan Yudhoyono
ini akan sangat mempermalukan Australia, namun negeri itu tak akan
berhenti memata-matai Indonesia.
"Yang benar adalah kita memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia"
SYDNEY, Jaringnews.com - Perdana Menteri Australia
Tony Abbott menyatakan tidak akan meminta maaf pada Indonesia dan
bersikeras bahwa hubungan dengan Indonesia tetap dekat dan kuat,
meskipun kasus penyadapan kali ini telah benar-benar memicu kemarahan
besar dari Jakarta.
Seperti diketahui, Indonesia pada Senin kemarin menarik duta besarnya
dari Canberra karena badan intelijen Australia telah menargetkan telepon genggam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri dan sejumlah menteri seniornya.
Jakarta mengaku "tercengang" dengan bocoran dokumen yang dikeluarkan buronan intelijen AS Edward Snowden ke Australian Broadcasting Corporation dan surat kabar The Guardian. Indonesia bersumpah untuk meninjau semua kerjasama dengan Australia. Sayangnya, Indonesia tak memiliki nyali untuk mengusir Dubes Australia di Jakarta.
Duta Besar Indonesia untuk Canberra, Nadjib Riphat Kesoema pun telah
menuju ke bandara di Canberra pada Selasa ini. Ia mengatakan kepada
wartawan bahwa ia tidak tahu berapa lama ia akan dijauhkan dari negeri penyadap itu.
"Saya pikir penjelasan yang baik akan menjadi cara terbaik untuk meringankan masalah," tegasnya.
Abbott memang telah menolak untuk mengatakan apakah ia berencana untuk
menghubungi Yudhoyono langsung untuk menawarkan penjelasan atau
permintaan maaf.
"Saya tidak akan mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mungkin
dapat merusak persahabatan dan kerjasama yang kuat dengan Indonesia.
Saya tidak akan mengatakan apa-apa tentang masalah-masalah intelijen,"
katanya.
"Yang benar adalah kita memiliki hubungan yang sangat baik dengan
Indonesia. Satu hal yang pasti, saat ini tidak mungkin menjadi hari yang
terbaik dalam hubungan itu. Tapi bagaimanapun juga, kami memiliki
hubungan yang sangat baik dan kuat dengan Indonesia."
Dilihat dari desainnya, helikopter ini terlihat culun dibandingkan desain heli modern saat ini. Bila dilihat sekilas, bentuk heli ini bahkan mirip dengan helicak (heli becak),
kendaraan umum warga DKI Jakarta pada era 70-an. Tapi jangan salah,
heli yang menyandang nama Alouette III SA-316 ini punya andil sejarah
yang cukup besar dalam dunia dirgantara di Tanah Air, khususnya
melengkapi armada Penerbad TNI AD sejak tahun 1969.
Dirunut dari sejarahnya, Alouette III hadir di Indonesia sebagai pelipur lara, pasca Penerbad harus kehilangan armada heli Mil Mi-4 akibat di grounded
karena embargo suku cadang militer dari Uni Soviet. Di tahun 1969,
melalui Hankam, Penerbad kebagian jatah tujuh unit heli Aerospatiale
Aloutte III buatan Perancis. Dalam memperkuat operasi Seroja, pada tahun
1975 sebuah heli sejenis kembali diterima. Bahkan, di tahun 1985,
Penerbad mendapatkan dua heli Alouette II bekas pakai Pelita Air
Service. Di era yang sama, Penerbad juga tengah mengoperasikan heli NBO-105 dan Bell 205 A-1.
Bila NBO-105
dan Bell 205 A-1 digunakan untuk misi serbaguna, plus bantuan tembakan
ke permukaan. Maka peran Alouette III sebatas untuk misi angkut
personel, logistik, dan evakuasi medis, karena memang Aloutte III yang
dibeli Indonesia tidak dilengkapi dengan paket sistem senjata. Kiprah
Aloutte III dalam operasi militer dimulai pada 1969, tatkala heli ini
dilibatkan dalam operasi Sapu Bersih menumpas gerakan PGRS/Paraku di
Kalimantan.
Alouette II milik Penerbal TNI AL, Penerbad TNI AD pun juga punya jenis heli ini.
Alouette III Penerbad TNI AD
Alouette III di halaman Akademi Militer, Magelang.
Salah satu Alouette III TNI AD yang masih beroperasi, nampak di latar belakang heli angkut berat Mi-17.
Di tahun 1974, Alouette III dikerahkan untuk misi pengejaran Tapol
G-30S/PKI yang mencoba melarikan diri dari tahanan di Pulau Buru.
Kemudian di tahun 1975, Alouette III dilibatkan dalam operasi Flamboyan,
sebelum operasi Seroja di Timor-Timur.
Tercatat ada tiga heli Alouette III serta sembilan heli NBO-105
dikerahkan. Kiprah lain Alouette III juga ikut dalam operasi
pemberantasan GPK pimpinan Hasan Tiro di Aceh. Boleh dibilang Alouette
III sudah lumayan kenyang dilibatkan dalam operasi militer dan non
militer. Berbeda dengan NBO-105 dan Bell 205 A-1 yang kini masih eksis
digunakan, Alouette III saat ini sudah tak lagi dioperasikan secara
penuh oleh Penerbad. Sebagian dari armada Alouette III ada yang menjadi
monumen di halaman Akademi Militer, Magelang – Jawa Tengah.
Alouette III SA-316
Di antara deretan keluara Alouette, Alouette III adalah seri yang paling
sukses. Menyandang predikat sebagai heli ringan serbaguna, Alouette III
bisa ditemukan di banyak negara dan digunakan secara luas, baik di
kalangan sipil dan militer. Salah satu keunggulan heli ini adalah
kemampuannya untuk terbang tinggi, hingga 5.000 meter. Salah satu
Alouette III pertama mendarat dan lepas landas Juli 1960 dengan tujuh
orang diatasnya dan mampu mencapai ketinggian 4.810 meter di pegunungan
Alpen Perancis, dekat Mont Blanc.
Masih soal ketinggian terbang, pada November 1960, Alouette III
mencapai keberhasilan lebih lagi. Dan, hingga saat itu belum ada yang
berhasil mencapainya, dimana heli ini dapat mencapai ketinggian 6.004
meter di Himalaya dengan mengangkut dua orang dan muatan 250 kg.
Keberhasilan ini sontak mendapat perhatian luas dari seluruh dunia.
Tampilan 3D Alouette III
Mesin dibiarkan terbuka, mirip dengan desain di heli Westland Wasp.
Prototipe Alouette III SA-316 mengudara pada 28 Februari 1959.
Awalnya heli menggunakan mesin turbin gas Turbomeca Artouste 3 yang
tingkatnya lebih rendah, menjadikan heli ini dapat beroperasi dengan
baik di bawah 880 hp. Tampilan kompartemen mesinnya mirip dengan heli Westland Wasp TNI AL,
dibiarkan terbuka tanpa pelindung. Pra seri edisi pertama SA-316 A
lepas landas untuk pertama kalinya di Juli 1960.Setelah dua prototipe
dan heli pra seri, produksi dimulai pada tahun 1961.
Heli ini diawaki oleh seorang pilot dan mampu membawa enam
penumpang. Untuk kapasitas medis, dua tandu, seorang cedera, dan seorang
petugas medis dapat diangkut. Sebagai heli angkut serbaguna, kargo 740
kg di kabin dan 750 kg di luar muatan bisa dibawanya. Peran lain heli
ini juga kerap digunakan untuk pemantauan saat kebakaran hutan, dan
fotografi udara.
Tampilan pada kokpit.
Alouette III dapat pula dipasangi door gun, tidak tanggung-tanggung menggunakan kanon kaliber 20mm.
Alouette versi AKS, lengkap dengan radar Doppler dan torpedo MK46
Alouette III tengah melepaskan rudal AS.11
Lebih tajam perannya sebagai heli militer, Alouette III terbilang galak,
bahkan heli ini dapat ditambahkan dengan perangkat radar. Dengan label
seri SA-319, heli dapat dibekali radar ORB-31, dan senjata mautnya
adalah rudal AS.11 buatan Aerospatiale. AS.11 adalah rudal udara ke
permukaan yang dapat melesat hingga kecepatan 580 km/jam. Alouette III
dapat membawa 4 rudal AS.11. Selain laris digunakan AD, heli ini juga
cukup banyak digunakan oleh AL. Berangkat dari atas geladak kapal
perang, heli ini bahkan sanggup membawa dua torpedo MK-46. Ini artinya
Alouette III sanggup berperan dalam memperkuat elemen AKS (anti kapal
selam). Khusus untuk misi di lautan, selain membawa dua torpedo,
Alouette III dapat dilengkapi radar Doppler, auto pilot dan komputer
navigasi.
Produksi Alouette III berakhir pada Mei 1985, sekitar 1.473 unit
telah dibuat dan beroperasi di 90 negara. Jumlah ini masih harus
ditambah lagi sekitar 500 unit yang dibuat dibawah lisensi di India dan
Rumania. Selain Indonesia, di Asia Tenggara, Alouette III juga digunakan
oleh militer Malaysia dan Singapura. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Alouette III
Panjang : 10,03 meter
Diamater rotor utama : 11,02 meter
Tinggi : 3 meter
Main rotor area: 95.38 m2
Empty weight : 1,143 kg
Gross weight : 2,200 kg
Mesin : 1 × Turbomeca Artouste IIIB turboshaft, 649 kW (870 shp) derated to 425 kW (570 hp)
Kecepatan max : 210 km/jam
Kecepatan jelajah : 185 km/jam
Jarak jelajah : 540 km
Ketinggian terbang normal : 3,200 meter
Kecepatan menanjak : 4,3 meter/detik