Kamis, 21 November 2013

KRI Teluk Peleng "Nyungsep" di Tanjung Priok

KRI Teluk Peleng-535 milik TNI AU dalam keadaan miring 90 derajat dan nyaris tenggelam di Dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Hingga Kamis (20/11) sore, evakuasi belum dilakukan.

KRI Teluk Peleng "Nyungsep" di Tanjung Priok
KRI Teluk Peleng-535 Nyaris Tenggelam

Setengah badan kapal berada dalam air. Peristiwa itu terjadi sejak Rabu (19/11) kemarin. Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan dan menyebut ada kelalaian komandan kapal saat kapal bersandar.

"Ada satu KRI eks Jerman yang akan, bukan tenggelam. Karena pada saat dia parkir dia nabrak pilar beton sehingga bocor, terus agak nyungsep 90 derajat," kata Moeldoko di kantor Badan Intelejen Strategis (BAIS) TNI, Jakarta, Rabu (20/11).

Soal kelalaian, Moeldoko membenarkan. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari KSAL, ada keteledoran komandan kapal. Jadi bukan karena usia kapal yang sudah tua. Kapal yang nyaris tenggelam itu mengalami kebocoran di bagian lambung kanan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, KRI Teluk Peleng (535) merupakan kapal kelima dari kapal perang jenis kapal pendarat. KRI Teluk Peleng dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur pada tahun 1978 untuk Angkatan Laut Jerman Timur dengan nomor lambung 632.

Kapal berjenis Frosch-I/Type 108 ini kemudian dibeli pemerintah untuk TNI Angkatan Laut dan masuk armada pada tahun 1993. KRI ini termasuk dalam paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

KRI Teluk Peleng bertugas sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.
Strategi. 

Hacker Indonesia Lumpuhkan Situs Polisi Federal Australia

Hanya beberapa jam menerima serangan hacker Indonesia, situs Federal Police Australia malam ini lumpuh 100 persen. Kepastian rontoknya situs ini dapat dibuktikan dengan tidak bisanya situs beralamat di www.afp.gov.au diakses.


Penyerangan terhadap situs Polisi Federal Australia ini dilakukan oleh Hacker Anonymous Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Security Down Team. Serangan sendiri dimulai sekitar Pukul 19:25 WIB malam ini.

Situs Polisi Federal Australia memiliki alamat internet protocol (IP) di IP : 125.7.101.101 port : 80. Dengan tool-tool yang ada, siapapun bisa saja menyerang situs tersebut dengan hanya memasukkan IP yang bersangkutan. Inilah yang membuat peserta penyerangan terhadap situs Australia cukup banyak, mencapai seribuan hacker.
Hacker Australia juga sebelumnya mencoba menyerang situs Presiden RI tapi lagi-lagi salah sasaran, karena yang diserang adalah www.presiden.go.id, padahal situs ini sama sekali tidak ada.

Hacker Australia juga diduga menjadi dalang rontoknya situs Bank Indonesia selama beberapa jam tadi siang sebagai balasan serangan hacker Indonesia terhadap Bank Sentral Australia.

Situs Bank Sentral Australia, meski tak sempat dibuat 404 Not Found, tapi sempat kembang kempis dan beberapa kali pingsan atau jatuh bangun. Situs tersebut sampai harus mengganti internet protocol (IP) nya agar bisa terhindar dari serangan hacker Indonesia.

Serangan hacker Indonesia diprediksi masih akan berlanjut malam ini sampai besok pagi dengan target dan sasaran yang berbeda atau sama dengan sasaran sebelumnya. 

Indonesia Hentikan Kerjasama Militer dan Intelijen dengan Australia

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sambil menunggu jawaban resmi Australia soal penyadapan, Indonesia menghentikan  sejumlah kerjasama dengan Negeri Kanguru itu. Presiden menyatakan, akan menghentikan sementara semua kerjasama militer dan intelijen antara kedua negara.

Indonesia Hentikan Kerjasama Militer dan Intelijen dengan Australia

"Yang jelas, untuk sementara atau saya meminta dihentikan dulu kerjasama yang disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen di antara kedua negara," kata Presiden dalam jumpa pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu 20 November 2013.

SBY menyatakan, semua latihan militer antara kedua negara apakah itu antara sesama angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara atau gabungan akan dihentikan. "Saya meminta dihentikan sementara coordinated military operation, yang untuk menghentikan people smuggling, di wilayah lautan," kata SBY. "Tidak mungkin kita melakukan itu jika ada penyadapan terhadap tentara atau terhadap kita semua," katanya.

Penghentian kerjasama ini merupakan poin kedua pernyataan resmi pemerintah Indonesia. Poin pertama berisi permintaan resmi pada Australia untuk menyikapi soal penyadapan yang dilakukan terhadap sejumlah pejabat termasuk Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

Kemudian poin ketiga adalah, untuk kerjasama ke depan, Indonesia meminta ada protokol kode perilaku dan asas pedoman kemitraan di antara kedua negara untuk menghadapi isu penyelundupan manusia atau kerjasama militer dan intelijen. "Protokol code of conduct itu sifatnya mengikat, jelas dan dijalankan. Itulah tiga hal yang akan kita tempuh," kata SBY.

Kerugian Utama Bagi Australia

 Indonesia mulai menurunkan derajat hubungannya dengan Australia setelah menarik duta besarnya dari Canberra. Pemerintah RI pun meninjau ulang seluruh kerjasama dengan Negeri Kanguru, termasuk di bidang pemberantasan terorisme yang selama ini berjalan amat baik.

Anggota Komisi Hukum DPR Eva Kusuma Sundari menilai langkah keras yang diambil Indonesia amat merugikan Australia, terutama di bidang penanganan terorisme yang selama ini menjadi perhatian utama Australia paska puluhan warganya tewas dalam tragedi Bom Bali 2002 dan 2005.

“Meskipun Australia memberikan bantuan pada Detasemen Khusus Anti-Teror 88, tapi mereka sangat butuh informasi dari RI. Jadi Indonesia tak perlu bernyali kecil,” kata Eva di Jakarta, Rabu 20 November 2013. Menurutnya, Australia bahkan bergantung pada Indonesia soal penanganan terorisme.

Eva berpendapat Indonesia sesungguhnya lebih ahli dalam hal pemberantasan terorisme, sebab Kepolisian RI sudah banyak menangani dan menangkap pelaku terorisme. “Di sini Australia hanya user, yang bergantung pada Indonesia untuk memperoleh informasi,” kata dia.

Selain soal terorisme, kerjasama dalam isu penyelundupan manusia juga kini dikaji ulang Indonesia. Padahal, ujar Eva, Australia sangat buruh Indonesia dalam menangani imigran gelap atau manusia peragu. “RI selama ini dipakai sebagai tanggul untuk menahan gelombang ribuan imigran yang hendak masuk ke Australia,” kata politisi PDIP itu.

Sebaliknya, Indonesia tak terlalu rugi bila menurunkan kualitas hubungannya dengan Australia. Dari segi bisnis, kata Eva, investor terbesar Indonesia masih berasal dari Jepang, Amerika Serikat, dan China. Oleh sebab itu pemerintah RI tak perlu khawatir.

“Jika impor daging dari Australia kita stop, itu bisa beralih ke India. Syukur apabila bisa menggenjot produksi dalam negeri. Realitanya RI tidak begitu bergantung pada Australia, tapi sebaliknya,” ujar Eva.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia telah mulai menurunkan derajat kemitraannya dengan Australia. “Ini sudah kami lakukan. Australia pun mulai merasakannya. Ibarat keran air, Indonesia sudah mengecilkan kucurannya sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Setiap langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia, menurut Marty, dilakukan secara terukur sesuai dengan tanggapan dan sikap dari Australia. 
Strategi.

TNI AD Telah Melakukan Antisipasi Penyadapan

KEPALA Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman menegaskan, Angkatan Darat (AD) tengah mempersiapkan diri agar terhindar dari penyadapan seperti yang telah dilakukan negara Australia. Justru TNI AD bisa mengetahui apa yang mereka lakukan.

TNI AD Telah Melakukan Antisipasi Penyadapan

"Untuk menghindari penyadapan kedepan, saat ini kita sudah melakukan riset dengan Universitas Suriah, baru saja tadi saya tanda tangani, ada 12 macam riset kita gunakan untuk kepentingan taktis, strategis dan operasional," katanya saat memberi pengarahan kepada ratusan pasukan perdamaian yang akan berangkat ke Libanon di Kostrad Cilodong, Depok, Selasa (19/11).

Menurut Budiman, 12 riset tersebut tak hanya sekadar riset, tetapi langsung praktek melatih prajurit Indonesia. Ia mengklaim terkait penyadapan oleh negara Australia, tak ada pengamanan atau penambahan personel secara khusus. "Penambahan pengamanan itu tak usah terlalu dibesar - besarkan, yang penting kita lakukan adalah lakukan pengamanan untuk tak dapat disadap. Kedua, kita tahu cara - cara pekerja yang melakukan itu, sehingga kita tau mengatasinya," tegasnya.

Budiman menuturkan, TNI AD mempersiapkan diri tingkatkan pengetahuan agar makin mandiri. Dengan begitu, lanjutnya, maka pihak lain tak akan memandang sebelah mata. "Kami TNI AD sedang persiapkan diri, mendalami teknologi, karena itu Lembaga Pengkajian Teknologi TNI AD di Malang, kita tingkatkan menjadi sekolah tinggi TNI AD, dengan materi kedepan seperti teknik informasi, nano teknologi, kimia, lalu elektronik, mesin, konstruksi, IT, dan beberapa hal yang terkait, dan kemampuan kita pada satelit, sebetulnya negara kita awal2 sudah mulai kuat, sehingga bagaimana kita tingkatkan lagi," tutupnya.

Australia intai Indonesia sejak 1954

Menurut Philip Dorling, Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah pos mata-mata dinas intelijen Australia (ANTARA/M Agung Rajasa)
Kita bekerjasama erat dengan Indonesia, termasuk dalam bidang keamanan dan intelijen, tapi kita tidak mempercayai mereka"

"Kita telah memata-matai Jakarta sejak lama," kata Dorling.

Dia menyebut Kedutaan Besar Australia di Jakarta yang dibangun pada 1954 sebagai pos mata-mata pertama di luar negeri dari dinas intelijen Australia (Australian Secret Intelligence Service, ASIS).

"ASIS senantiasa menjadikan Indonesia sebagai prioritas utama," tulis Dorling.

Dia lalu mencatut catatan harian mantan duta besar Australia untuk Indonesia Sir Walter Crocker yang tak pernah dipublikasikan.

Menurut Crocker, Defence Signals Directorate rutin mematai-matai diplomasi Indonesia sejak pertengahan 1950-an.

Pada 1960-an, GCHQ membantu Defence Signals Directorate memecahkan mesin sandi buatan perusahaan Swedia Hagelin yang digunakan Kedubes Indonesia di Canberra.

GCHQ adalah kependekan dari Government Communications Headquarters. Ini adalah dinas intelijen Inggris yang bertanggungjawab dalam menyediakan intelijen sinyal (SIGINT) dan jaminan informasi kepada pemerintah dan angkatan bersenjata Inggris. 

Pada 1970-an, fasilitas radio Defense Signals di Shoal Bay luar kota Darwin memonitor komunikasi militer Indonesia dan memberi informasi dini mengenai hasrat Indonesia menduduki Timor Timur.

Pada 1999, laporan Defence Intelligence yang bocor mengenai Indonesia dan Timor Timur menunjukkan intelijen Australia memiliki akses luar biasa terhadap komunikasi militer dan sipil Indonesia.

"Setiap Perdana Menteri Australia sejak Robert Menzies (PM Australia 1949 - 1966) mendapat pengarahan mendalam mengenai jangkauan penetrasi terus menerus Defence Signals Directorate terhadap komunikasi diplomatik, militer dan sipil Indonesia yang terus meningkat," tulis Dorling.

Saat memata-mata Soeharto, Perdana Menteri Paul Keating berusaha mendapatkan pola pikir Soeharto mengenai diplomasi regional dan hubungan dengan Australia.

Kini, Defence Signals berusaha mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai hubungan politik dan personal Presiden Yudhoyono.

Operasi penyadapan ini, kata Dorling, adalah bagian dari program "Five Eyes" dalam nama sandi "STATEROOM", sedangkan lokasi utamanya adalah di Kedubes Australia di Jakarta, tepatnya daerah Kuningan, Jakarta Selatan.

Spionase ini resminya ditujukan untuk perang melawan terorisme, namun menurut seorang mantan agen rahasia Australia kepada Fairfax Media bahwa fokus utama spionase itu adalah "intelijen politik, diplomatik dan ekonomi."

"Pertumbuhan besar jejaring telepon mobile (Indonesia) adalah anugerah besar (bagi Australia) dan elite politik Jakarta adalah gerombolan orang yang royal bicara. Bahkan saat mereka (elite Indonesia) menganggap dinas intelijennya sendiri sedang mencermati (aktivitas mata-mata), mereka terus saja ngomong," kata sang mantan agen rahasia Australia itu.

Dorling lalu menutup tulisannya dengan mengatakan kasus penyadapan Yudhoyono ini akan sangat mempermalukan Australia, namun negeri itu tak akan berhenti memata-matai Indonesia.

Australia Tidak Sudi Minta Maaf pada Indonesia

Tony Abbott (Foto: Ist)
Tony Abbott (Foto: Ist)
"Yang benar adalah kita memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia"
SYDNEY, Jaringnews.com - Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan tidak akan meminta maaf pada Indonesia dan bersikeras bahwa hubungan dengan Indonesia tetap dekat dan kuat, meskipun kasus penyadapan kali ini telah benar-benar memicu kemarahan besar dari Jakarta.

Seperti diketahui, Indonesia pada Senin kemarin menarik duta besarnya dari Canberra karena badan intelijen Australia telah menargetkan telepon genggam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri dan sejumlah menteri seniornya.

Jakarta mengaku "tercengang" dengan bocoran dokumen yang dikeluarkan buronan intelijen AS Edward Snowden ke Australian Broadcasting Corporation dan surat kabar The Guardian. Indonesia bersumpah untuk meninjau semua kerjasama dengan Australia. Sayangnya, Indonesia tak memiliki nyali untuk mengusir Dubes Australia di Jakarta.

Duta Besar Indonesia untuk Canberra, Nadjib Riphat Kesoema pun telah menuju ke bandara di Canberra pada Selasa ini. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak tahu berapa lama ia akan dijauhkan dari negeri penyadap itu.

"Saya pikir penjelasan yang baik akan menjadi cara terbaik untuk meringankan masalah," tegasnya.

Abbott memang telah menolak untuk mengatakan apakah ia berencana untuk menghubungi Yudhoyono langsung untuk menawarkan penjelasan atau permintaan maaf.

"Saya tidak akan mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mungkin dapat merusak persahabatan dan kerjasama yang kuat dengan Indonesia. Saya tidak akan mengatakan apa-apa tentang masalah-masalah intelijen," katanya.

"Yang benar adalah kita memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia. Satu hal yang pasti, saat ini tidak mungkin menjadi hari yang terbaik dalam hubungan itu. Tapi bagaimanapun juga, kami memiliki hubungan yang sangat baik dan kuat dengan Indonesia."

Alouette III: Kiprah Heli Serbaguna Penerbad TNI AD Era 70-an

p1305894922-3
Dilihat dari desainnya, helikopter ini terlihat culun dibandingkan desain heli modern saat ini. Bila dilihat sekilas, bentuk heli ini bahkan mirip dengan helicak (heli becak), kendaraan umum warga DKI Jakarta pada era 70-an. Tapi jangan salah, heli yang menyandang nama Alouette III SA-316 ini punya andil sejarah yang cukup besar dalam dunia dirgantara di Tanah Air, khususnya melengkapi armada Penerbad TNI AD sejak tahun 1969.
Dirunut dari sejarahnya, Alouette III hadir di Indonesia sebagai pelipur lara, pasca Penerbad harus kehilangan armada heli Mil Mi-4 akibat di grounded karena embargo suku cadang militer dari Uni Soviet. Di tahun 1969, melalui Hankam, Penerbad kebagian jatah tujuh unit heli Aerospatiale Aloutte III buatan Perancis. Dalam memperkuat operasi Seroja, pada tahun 1975 sebuah heli sejenis kembali diterima. Bahkan, di tahun 1985, Penerbad mendapatkan dua heli Alouette II bekas pakai Pelita Air Service. Di era yang sama, Penerbad juga tengah mengoperasikan heli NBO-105 dan Bell 205 A-1.
Bila NBO-105 dan Bell 205 A-1 digunakan untuk misi serbaguna, plus bantuan tembakan ke permukaan. Maka peran Alouette III sebatas untuk misi angkut personel, logistik, dan evakuasi medis, karena memang Aloutte III yang dibeli Indonesia tidak dilengkapi dengan paket sistem senjata. Kiprah Aloutte III dalam operasi militer dimulai pada 1969, tatkala heli ini dilibatkan dalam operasi Sapu Bersih menumpas gerakan PGRS/Paraku di Kalimantan.
Alouette II milik Penerbal TNI AL, Penerbad TNI AD pun juga punya jenis heli ini.
Alouette II milik Penerbal TNI AL, Penerbad TNI AD pun juga punya jenis heli ini.
Alouette III Penerbad TNI AD
Alouette III Penerbad TNI AD
Alouette III di halaman Akademi Militer, Magelang.
Alouette III di halaman Akademi Militer, Magelang.
Salah satu Alouette III TNI AD yang masih  beroperasi, nampak di latar belakang heli angkut berat Mi-17.
Salah satu Alouette III TNI AD yang masih beroperasi, nampak di latar belakang heli angkut berat Mi-17.

Di tahun 1974, Alouette III dikerahkan untuk misi pengejaran Tapol G-30S/PKI yang mencoba melarikan diri dari tahanan di Pulau Buru. Kemudian di tahun 1975, Alouette III dilibatkan dalam operasi Flamboyan, sebelum operasi Seroja di Timor-Timur. Tercatat ada tiga heli Alouette III serta sembilan heli NBO-105 dikerahkan. Kiprah lain Alouette III juga ikut dalam operasi pemberantasan GPK pimpinan Hasan Tiro di Aceh. Boleh dibilang Alouette III sudah lumayan kenyang dilibatkan dalam operasi militer dan non militer. Berbeda dengan NBO-105 dan Bell 205 A-1 yang kini masih eksis digunakan, Alouette III saat ini sudah tak lagi dioperasikan secara penuh oleh Penerbad. Sebagian dari armada Alouette III ada yang menjadi monumen di halaman Akademi Militer, Magelang – Jawa Tengah.
Alouette III SA-316
Di antara deretan keluara Alouette, Alouette III adalah seri yang paling sukses. Menyandang predikat sebagai heli ringan serbaguna, Alouette III bisa ditemukan di banyak negara dan digunakan secara luas, baik di kalangan sipil dan militer. Salah satu keunggulan heli ini adalah kemampuannya untuk terbang tinggi, hingga 5.000 meter. Salah satu Alouette III pertama mendarat dan lepas landas Juli 1960 dengan tujuh orang diatasnya dan mampu mencapai ketinggian 4.810 meter di pegunungan Alpen Perancis, dekat Mont Blanc.
Masih soal ketinggian terbang, pada November 1960, Alouette III mencapai keberhasilan lebih lagi. Dan, hingga saat itu belum ada yang berhasil mencapainya, dimana heli ini dapat mencapai ketinggian 6.004 meter di Himalaya dengan mengangkut dua orang dan muatan 250 kg. Keberhasilan ini sontak mendapat perhatian luas dari seluruh dunia.
Tampilan 3D Alouette III
Tampilan 3D Alouette III
Mesin dibiarkan terbuka, mirip dengan desain di heli Westland Wasp.
Mesin dibiarkan terbuka, mirip dengan desain di heli Westland Wasp.

Prototipe Alouette III SA-316 mengudara pada 28 Februari 1959. Awalnya heli menggunakan mesin turbin gas Turbomeca Artouste 3 yang tingkatnya lebih rendah, menjadikan heli ini dapat beroperasi dengan baik di bawah 880 hp. Tampilan kompartemen mesinnya mirip dengan heli Westland Wasp TNI AL, dibiarkan terbuka tanpa pelindung. Pra seri edisi pertama SA-316 A lepas landas untuk pertama kalinya di Juli 1960.Setelah dua prototipe dan heli pra seri, produksi dimulai pada tahun 1961.
Heli ini  diawaki oleh seorang pilot dan mampu membawa enam penumpang. Untuk kapasitas medis, dua tandu, seorang cedera, dan seorang petugas medis dapat diangkut. Sebagai heli angkut serbaguna, kargo 740 kg di kabin dan 750 kg di luar muatan bisa dibawanya. Peran lain heli ini juga kerap digunakan untuk pemantauan saat kebakaran hutan, dan fotografi udara.
Tampilan pada kokpit.
Tampilan pada kokpit.
Alouette III dapat pula dipasangi door gun, tidak tanggung-tanggung menggunakan kanon kaliber 20mm.
Alouette III dapat pula dipasangi door gun, tidak tanggung-tanggung menggunakan kanon kaliber 20mm.
Alouette versi AKS, lengkap dengan radar Doppler dan torpedo MK46
Alouette versi AKS, lengkap dengan radar Doppler dan torpedo MK46
Alouette III tengah melepaskan rudal AS.11
Alouette III tengah melepaskan rudal AS.11


Lebih tajam perannya sebagai heli militer, Alouette III terbilang galak, bahkan heli ini dapat ditambahkan dengan perangkat radar. Dengan label seri SA-319, heli dapat dibekali radar ORB-31, dan senjata mautnya adalah rudal AS.11 buatan Aerospatiale. AS.11 adalah rudal udara ke permukaan yang dapat melesat hingga kecepatan 580 km/jam. Alouette III dapat membawa 4 rudal AS.11. Selain laris digunakan AD, heli ini juga cukup banyak digunakan oleh AL. Berangkat dari atas geladak kapal perang, heli ini bahkan sanggup membawa dua torpedo MK-46. Ini artinya Alouette III sanggup berperan dalam memperkuat elemen AKS (anti kapal selam). Khusus untuk misi di lautan, selain membawa dua torpedo, Alouette III dapat dilengkapi radar Doppler, auto pilot dan komputer navigasi.
Produksi Alouette III berakhir pada Mei 1985, sekitar 1.473 unit telah dibuat dan beroperasi di 90 negara. Jumlah ini masih harus ditambah lagi sekitar 500 unit yang dibuat dibawah lisensi di India dan Rumania. Selain Indonesia, di Asia Tenggara, Alouette III juga digunakan oleh militer Malaysia dan Singapura. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Alouette III
Panjang : 10,03 meter
Diamater rotor utama : 11,02 meter
Tinggi : 3 meter
Main rotor area: 95.38 m2
Empty weight : 1,143 kg
Gross weight : 2,200 kg
Mesin : 1 × Turbomeca Artouste IIIB turboshaft, 649 kW (870 shp) derated to 425 kW (570 hp)
Kecepatan max : 210 km/jam
Kecepatan jelajah : 185 km/jam
Jarak jelajah : 540 km
Ketinggian terbang normal : 3,200 meter
Kecepatan menanjak : 4,3 meter/detik