Kamis, 14 November 2013

TNI Cegah Baku Tembak antara Tentara Lebanon dan Israel

Personel TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Indonesian Batallion (Indobatt) Kontingen Garuda/Pasukan Sementara PBB di Lebanon, berhasil meredakan ketegangan dan mencegah baku-tembak antara tentara Israel dan Lebanon


Kejadian bermula ketika tim dari Kompi Alpha Indobatt melakukan tugas jaga rutin di wilayah perbatasan Lebanon dan Israel. “Tim yang berjumlah enam personel dan dipimpin Serda Basuki tiba-tiba mendapati tiga personel IDF (Israel Defence Force) sudah mengambil posisi tiarap dan membidik ke arah personel LAF (Lebanese Armed Force),” kata Perwira Penerangan Satgas Konga XXIII-G/UNIFIL Kapten Sus Sundoko dalam rilis yang diterima VIVAnews, Kamis 14 November 2013.

Seketika itu juga personel Indobatt bertindak sebagai penyekat. Mereka berdiri di antara kedua belah pihak sambil mengibarkan bendera PBB. Mereka pun berkali-kali berteriak “Peace! Peace!” Pasukan TNI itu kemudian bernegosiasi sekitar enam menit dengan tentara Israel dan Lebanon.

Negosiasi itu pun menghasilkan kesepakatan untuk meredakan ketegangan antara kedua belah pihak. Tentara Israel pun menghentikan bidikannya ke tentara Lebanon. Kedua pihak kemudian meninggalkan lokasi ketegangan sehingga kondisi kembali normal.

Force Commander Mayjen Paolo Serra yang mendengar keberhasilan Indobatt dari Markas United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Indobatt.

Dalam apel luar biasa di Lebanon Selatan, Rabu 13 November 2013, Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Lucky Avianto menyerahkan piagam penghargaan dari Force Commander kepada enam personel Kompi Alpha yang telah berhasil melaksanakan misi perdamaian.
Strategi. 

"Operasi Informasi " doktrin Operasi Udara TNI AU Swa Bhuwana Paksa

Mengapa Operasi Informasi dimasukkan ke dalam salah satu operasi udara dalam doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa ?


"Operasi Informasi " doktrin Operasi Udara TNI AU Swa Bhuwana Paksa


TNI Angkatan Udara menyadarai bahwa ledakan pertumbuhan jaringan komunikasi telah mengakibatkan penurunan jumlah populasi terisolasi di dunia. Siapa saja kini terkoneksi melalui perangkat dan jaringan informasi. Munculnya informasi dari sistem kabel dan nirkabel canggih telah memasilitasi komunikasi global tidak saja dengan individu, perusahaan, dan pemerintahan namun juga digunakan organisasi dan individu ekstremis.

Kemampuan untuk berbagi informasi secara “real time” secara anonim dan terlindungi telah menjadi aset yang menguntungkan sekaligus menjadi potensi kerentanan terhadap kita, sekutu kita, dan tentunya juga pada lawan kita. Informasi adalah alat yang ampuh untuk memengaruhi, mengganggu, mencegah atau merebut kemampuan lawan untuk membuat keputusan serta membagi informasi.

Perangkat (instrumen) kekuatan nasional setiap negara yaitu instrumen Diplomatik, Informasional, Militer, dan Ekonomi telah menjadi sarana dan cara untuk menghadapi pesaing atau lawan yang mengganggu kepentingan nasional. Penggunaan segenap instrumen kekuatan nasional dalam lingkungan informasi membutuhkan kemampuan untuk secara aman menransmisi, menerima, menyimpan, dan memroses informasi secara “real time”.

Di sisi lain lawan-lawan kita, baik dalam bentuk negara dan organisasi non-negara tentunya juga  menyadari pentingnya teknologi baru ini, dan akan menggunakan kemampuan berbasis dengan informasi untuk mendapatkan keuntungan dalam lingkungan informasi, seperti halnya mereka tetap menggunakan teknologi militer tradisional untuk mendapatkan keuntungan dalam lingkungan operasional lainnya.

Lingkungan strategis pasti terus berubah, demikian pula dengan Operasi Informasi. Berdasarkan perubahan tersebut, Operasi Informasi bisa didefinisikan sebagai tugas  terpadu, selama operasi militer, dilaksanakan secara bersamaan dengan operasi lain untuk memengaruhi, mengganggu, merusak, atau merebut sistem pengambilan keputusan lawan dan lawan potensial sekaligus melindungi sistem kita sendiri. Jadi betapa pentingnya lingkungan informasi secara efektif diintegrasikan ke dalam sebuah operasi gabungan untuk menciptakan efek dan kondisi operasional yang dieksploitasi untuk mencapai tujuan sesuai keinginan Panglima Komando Gabungan.

Operasi Informasi diselenggarakan dalam lingkungan informasi kawan dan lawan. Lingkungan informasi adalah kumpulan individu, organisasi, dan sistem yang mengumpulkan, memroses, menyebarkan, atau bertindak berdasarkan informasi. Lingkungan ini terdiri dari tiga dimensi yang saling terkait, yang secara terus menerus berinteraksi dengan individu, organisasi, dan sistem. Dimensi ini adalah dimensi Fisik, dimensi  Informasi, dan dimensi Kognitif.
  • Dimensi Fisik terdiri dari sistem komando dan kendali, pengambil keputusan utama, dan sarana penunjang yang memungkinkan individu dan organisasi untuk menciptakan efek. Ini adalah dimensi dimana platform fisik dan jaringan komunikasi yang menghubungkan mereka berada. Dimensi fisik meliputi manusia, fasilitas Komando Kendali, koran, buku, menara microwave, unit pengolahan komputer, laptop, ponsel pintar, komputer tablet, atau benda lain yang tunduk pada pengukuran empiris. Dimensi fisik tidak terbatas hanya untuk sistem dan proses militer atau bahkan berbasis negara, namun merupakan jaringan yang terhubung melintasi batas-batas geografis,kedaulatan nasional, dan kepemilikan ekonomi. 
  • Dimensi Informasi menentukan di mana dan bagaimana informasi dikumpulkan, diolah, disimpan, disebarluaskan, dan lindungi. Dimensi kognitif meliputi benak orang yang mengirimkan, menerima, dan menanggapi atau bertindak berdasarkan informasi. Ini adalah dimensi di mana Komando Kendali kekuatan militer dilakukan dan di mana maksud tujuan Panglima disampaikan. Tindakan dalam dimensi ini memengaruhi isi dan arus informasi yang disampaikan.
  • Dimensi Kognitif meliputi pikiran orang-orang yang mengirim, menerima, dan menanggapi atau bertindak berdasarkan informasi. Hal ini mengacu pada individu atau kelompok  di mana terjadi pengolahan informasi, persepsi, penilaian, dan pengambilan keputusan. Unsur-unsur ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk  budaya dan kepercayaan individu, norma, kerentanan, motivasi, emosi, pengalaman, moral, pendidikan, kesehatan mental, identitas, dan ideologi. Mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi ini dalam suatu lingkungan tertentu sangat penting untuk memahami bagaimana cara terbaik mempengaruhi pikiran dari pembuat keputusan agar menciptakan efek yang diinginkan. Dengan demikian, dimensi ini merupakan komponen yang paling penting dari lingkungan informasi.

Kegiatan militer termasuk operasi informasi  harus selalu sejalan dengan hukum dan kebijakan . Unsur hukum (legal ops)  akan selalu memberi pertanyaan hukum dan kebijakan dalam perencanaan Operasi Informasi, baik dari aspek hukum lokal, nasional hingga internasional, khususnya hukum humaniter. Operasi Informasi dilihat lebih pada  kemampuan penggandanya  untuk menciptakan efek yang diinginkan di benak sasaran.

Ada banyak kegiatan dan kemampuan operasi informasi yang harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan, diantaranya : Komunikasi Strategis, Public Affairs, Operasi Sipil–Militer, Kontra Propaganda, Operasi Cyberspace, Operasi Serangan Fisik, Operasi Jaringan Komputer, Jaminan Informasi, Operasi Psikologi, Kontra Intelijen,  Pengelabuan Militer,  Operasi Keamanan Informasi, Intelijen Citra, Legal Ops, dan Operasi Perang Elektronika.

Semua kegiatan Ops Info ditujukan untuk merebut Information Superiority atau keunggulan informasi yang dibutuhkan sebelum kita meraih keunggulan udara. Serangan udara atau darat dan laut secara fisik akan lebih efektif bila kita memiliki perencanaan dan pelaksanaan operasi informasi yang baik, mulai dari doktrin, alutsista, pelatihan dan pembinaan personel yang baik. Perang modern tidak akan bisa dimenangkan tanpa kemampuan kita memenangkan pertempuran dalam benak manusia, untuk merebut hati dan pikiran publik. (Kol. Pnb. Agung Sasongkojati |

2014 Angkatan Laut ASEAN Plus Gelar Latihan Bersama di Kepulauan Riau

ANGKATAN Laut negara anggota ASEAN dan delapan negara di luar ASEAN (ASEAN Plus) akan menggelar latihan bersama pada tanggal 29 Maret sampai dengan 3 April 2014 di Batam, Anambas dan Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.

2014 Angkatan Laut ASEAN Plus Gelar Latihan Bersama di Kepulauan Riau

Latihan ini akan diikuti delagasi dari Angkatan Laut Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, China, India, Jepang, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Rusia, Singapura, Thailand, Vietnam, Philipina, Laos, dan Korea Selatan. Dalam latihan ini, 18 delegasi Angkatan Laut ASEAN Plus akan mengikuti latihan dalam tiga bagian yakni Harbour Phase pada tanggal 29-30 Maret 2014, Sea Phase tanggal 31 Maret sampai dengan 1 April 2014, dan Civic Mission Phase tanggal 2-3 April 2014.

“Tema Latihan ini adalah ASEAN Navy Cooperation for Stability (Bekerja sama untuk menjaga stabilitas di kawasan ASEAN,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio saat membuka Mid-Planning Conference Latihan Bersama Multilateral Komodo 2014, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/11).

Menurut Marsetio, acara Mid Planning Conference (MPC) bertujuan untuk membahas tentang materi latihan dan kesiapan Latihan Bersama Multilateral Komodo.

“Fokus pembahasan pada MPC ini adalah konfirmasi keikutsertaan negara peserta termasuk personel dan aset yang akan dilibatkan pada kegiatan table top exercise (TTX), Command Post Exercise (CPX), Field Training Exercise (FTX) dan Civic Mission.

Dalam latihan ini, lanjut KSAL, TNI Angkatan Laut sebagai tuan rumah akan melibatkan 12 KRI diantaranya adalah 2 fregat, 2 korvet sigma, 2 perusak kawal kelas KRI Pattimura, 1 Landing Platform Dock (LPD), 1 kapal bantu Rumah Sakit, 4 LST, 2 Pesud Fix Wing, 4 Helikopter, 1 Batalyon Zeni Marinir, 1 Batalyon Kesehatan Marinir, dan jajaran Rumah Sakit TNI AL Tanjung Pinang. Delegasi Angkatan Laut dari negara lain juga akan melibatkan kapal perangnya.

Dia berharap masing-masing Kepala Staf Angkatan Laut dari negara-negara peserta dapat menghadiri upacara pembukaan latihan yang berlangsung pada tanggal 29 Maret 2014 di Batam.

Marsetio menjelaskan penyelenggaraan latihan ini merupakan salah satu tonggak sejarah bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Pasifik, sebagai sarana untuk menjalin persahabatan, membuka peluang kerja sama, dan menyamakan persepsi dalam upaya penanggulangan bencana alam. Upaya menjalin kerja sama dalam konteks keamanan maritime dan penanggulangan bencana alam merupakan amanat yang dinyatakan dalam road map menuju Asean Community 2015.

“Oleh karena itu, Latihan Multilateral Komodo ini memiliki nilai yang sangat strategis mengingat peserta latihan tidak hanya dari negara-negara ASEAN, namun juga dari negara lain di kawasan Asia Pasifik (Asean Plus),” katanya.

Ia berharap spirit persahabatan dan kerja sama positif yang digelorakan oleh Indonesia dalam penyelenggaraan latihan ini dapat bergema ke seluruh dunia dan membawa pengaruh positif dalam mewujudkan perdamaian dunia dan kerja sama dalam penanggulangan bencana.

Dalam latihan bersama ini, bertindak sebagai Direktur Latihan (Dirlat) Komodo Multilateral Exercise 2014 adalah Laksamana Pertama TNI Dr. Amarulla Octavian, yang sehari-hari menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurla Koarmabar).

Ulah hacker menyerang Australia bikin repot Indonesia

Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) mengeluhkan ulah hacker muda yang tergabung dalam Anonymous Indonesia karena hanya merepotkan penjagaan keamanan situs penting pemerintah.

Ulah hacker menyerang Australia bikin repot Indonesia

Wakil Ketua ID-SIRTII Muhammad Salahudin mengatakan hacker muda Indonesia itu mengatasnamakan nasionalisme sempit tetapi menyengsarakan banyak pihak demi kejayaan diri sendiri atau kelompok, supaya tenar minta diakui padahal tidak peduli aksinya justru semakin mengundang masalah bagi jaringan Indonesia dan kemarahan pihak lain.


"Apa mereka tidak mikir orang seperti aku terpaksa harus meyakinkan counter part agar tidak ada balasan serangan yang sangat bisa jadi merontokkan jaringan kita, tetapi para ababil ini bersorak kemenangan menganggap pihak Australia misalnya sudah kibar bendera putih, di satu sisi jaringan kita drop turun kualitasnya karena ulah mereka berapa banyak pengguna dirugikan, kesal pria yang akrab dipanggil Didin itu kepada merdeka.com, Rabu (13/11).

Menurut Didin, kalau memang nasionalis, mereka seharusnya bergabung memperkuat ketahanan cyber Indonesia dan bekerja keras di belakang layar.

"Pekerjaan besar menunggu. Maukah menempuh jalan sepi tanpa tepukan penonton dan sorotan media? Serta imbalan cuma cukup buat jajan bakso? Sanggupkah komitmen dedikasi tak terbatas waktu dan tuntutan update, fast self learning serta kontribusi tanpa bertanya kontrak dan bayaran?" tantangnya.

Biasanya, lanjutnya, begitu tahu konsekuensinya, mereka ramai-ramai melipir kabur tiarap atau basa basi sebentar habis itu minggat tanpa kesan.

Untungnya, tambah mantan hacker itu, aset informasi Indonesia yang strategis tidak seberapa. Pihak counterpart, kata Didin, juga menjaga kondisi biar tidak makin keruh.

"Bahasa politiknya cooling down. Asal diketahui saja itu situs intelijen dan militer Australia bukan down karena serangan tetapi emang sengaja dimatikan agar tidak menjadi pemicu. Ini juga bukti bahwa aksi yang semacam itu tak ada gunanya," tuturnya.

Menurut Didin yang punya nama online Pataka itu, kalau secara ekspresi tentang martabat itu bagi Australia sudah cukup memalukan ketika dubesnya dipanggil dimintai penjelasan oleh pemerintah dan sampai Menhannya langsung datang itu secara politis adalah cara Australia meminta maaf.

"Memangnya yakin kita tidak melakukan hal yang sama, yaitu melakukan penyadapan ke mereka?" ujarnya sambil berlalu pergi. (Merdeka)

Rabu, 13 November 2013

Ini Dia Rimba Belantara di Kaltara, Lokasi Jatuhnya Heli MI-17

 
Foto: Istimewa

Kerja keras tim SAR gabungan untuk mengevakuasi 13 korban tewas jatuhnya heli MI-17 milik TNI AD usai sudah. Namun demikian, beratnya medan di lokasi kejadian yang berada di tengah hutan belantara Kalimantan, tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya.

Ya, hutan belantara di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara), dikenal masih sangat perawan. Termasuk wilayah yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia. Di sana juga masih ada Taman Nasional Kayan Mentarang yang dikenal masih sangat perawan dan menyimpan banyak kekayaan keanekaragaman flora dan fauna Indonesia khas negara tropis.

Hari Sabtu (9/11/2013) lalu, sekitar pukul 09.45 WITA, Heli MI-17 buatan Rusia yang mengangkut total 19 orang penumpang itu hilang kontak dengan Bandara Juwata Tarakan. Sekitar pukul 10.30-11.00 WITA dinyatakan bahwa helikopter dalam keadaan bermasalah.

"Saat itu dinyatakan trouble dan kami sudah bersiap-siap terjun ke lokasi," kata Kasi Operasional Basarnas Kaltim, Mujiono, dalam perbincangan bersama detikcom melalui telepon, Senin (11/11/2013).

Tim SAR gabungan Basarnas bersama Paskhas TNI berjumlah 5 orang menjadi tim pertama yang tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 14.45 WITA setelah diketahui titik koordinatnya. Lokasi jatuhnya heli tidak semudah yang dibayangkan karena berada di medan lereng dengan kemiringan 60-80 derajat dan berada di ketinggian 3.000-4.000 dpl (di atas permukaan laut). Bahkan cuaca berkabut dikelilingi hutan belantara serta lereng dan bukit menjadi tantangan tersendiri bagi tim SAR menuju lokasi heli.

"Kami menuruni ke lokasi heli dengan prosentase kemiringan itu juga harus menggunakan peralatan, tidak sembarangan dan kondisi heli saat itu masih sangat panas. Mungkin itu menyebabkan proses evakuasi berjalan agak lambat tapi kami berhati-hati dan berupaya sekuat mungkin," ungkap Mujiono.

"Yang jelas, menuju ke lokasi jatuhnya heli tidak turun seperti biasa. Medan berat karena di kelilingi hutan lebat, berkabut di bawah titik heli jatuh ada jurang. Kami juga harus membuat landasan helipad bersama TNI untuk memudahkan evakuasi," ungkap Mujiono

Patroli Di Laut Kidul Dan Perspektifnya

Laut Selatan ternyata tidak sesepi yang kita duga.  Kalau kita memandangnya dari Parangtritis Yogya atau pantai-pantai lainnya di Kidul Jawa memang seakan tak ada gerakan lain selain gerakan ombak besar yang menderu dan berlomba menuju pantai.  Tetapi beberapa pekan terakhir ini gerakan kapal perang negeri Kanguru mengharuskan Angkatan Laut kita menghadirkan diri di kawasan “kekuasaan” Ratu Kidul itu.
PM Australia Tony Abbot beraliran keras terhadap pendatang perahu yang transit dari negeri kepulauan di utara negerinya.  Dalam pandangannya kalau aliran pengungsi ini tak disekat bakalan ramai tuh perimbangan populasi wajah bule di Australia dengan wajah Asia yang warna warni.  Bayangkan saja rata-rata jumlah orang perahu yang datang setiap bulan berkisar 2000-3000 orang.  Kemudian dikalikan setahun, kemudian dikalikan berapa kali melahirkan dan beranak pinak.  Maka wajah Australia limapuluh tahun mendatang adalah wajah dominasi Asia.  Tapi itu urusan dialah.
Wapres Boediono dengan PM Abbot di Canberra
Yang menjadi urusan republik ini adalah, selalu saja tetangga selatan itu merasa dia benar sendiri lalu mengatur-atur Indonesia agar mau diatur.  Mulanya sih sebagai tetangga yang baik, kita tepo seliro alias toleransi untuk memahami kegelisahan tetangga Eropa itu. Tapi setelah berita sadap menyadap memecah kesunyian malam buta, membuyarkan kekhusyukan dalam berjiran.  Tetangga sebelah itu memang tidak pernah tulus dalam menjalin persahabatan dengan jirannya yang besar ini.
Merasa dikhianati tentu republik punya hak veto alias hak egois.  Memang kita perlu juga tunjukkan hak egois itu karena kita bernama Indonesia Raya.  Ditinjau dari delapan penjuru mata angin negeri kita lebih segalanya dari negeri selatan itu.  Yang kurang dari negeri kita adalah masih kurang makmur dan sejahtera dibanding negeri bule Asia itu.  Sesekali menyatakan tidak, sangat membanggakan dan itu sudah dinyatakan dengan jelas pada hari-hari terakhir ini.  Apalagi hari-hari ini Wapres Boediono lagi ada di negeri itu.
Tentu selain jawaban tidak itu, sebagai konsekuensinya kita juga harus mengerahkan kekuatan angkatan laut kita.  Ini juga bagian dari ujicoba kemampuan armada TNI AL yang selama ini jarang “bermain” di wilayah selatan.  Tetapi tentu pengerahan kapal perang ini harus mencerminkan kekuatan kewibawaan itu.  Maka pantas kalau yang dikerahkan kapal perang fregat atau korvet di kawasan itu. 
Mengapa disebut uji coba karena ke depan memang aliran kapal perang di Laut Kidul akan semakin ramai dengan dibukanya front Darwin, Christmas dan Kokos menghadapi Cina di Laut Cina Selatan (LCS).  Ini sesuai dengan kebijakan si polisi dunia AS yang akan membuka lebih banyak gelaran kapal perang dan kapal induk di Asia Pasifik.  Repotnya untuk menghadapi Paman Mao, Paman Sam dan keponakannya Aussi harus melewati halaman rumah tetangga yang bernama Indonesia.
Oleh sebab itu ke depan Angkatan Laut Indonesia perlu diperkuat dengan sejumlah kapal perang berkualifikasi destroyer dan kapal selam laut dalam.  Untuk tahap pertama minimal diperlukan 3-5 Destroyer dan 6-8 kapal selam herder.  Statemen Menhan tentang pengadaan 10 kapal selam dari Rusia baru-baru ini diyakini adalah dalam upaya merespons intensitas pergerakan kapal asing di Laut Kidul disamping mengawal LCS dan Ambalat. 
Kita berpandangan kapal selam Rusia memiliki kekuatan getar dan gentar dan sangat pantas jika kita mengambilnya meski tidak harus 10 unit.  Memiliki 6 kapal selam kelas kilo saja akan memberikan kekuatan otot angkatan laut untuk berani tampil di laut dalam seperti laut Kidul.  Masih ada waktu untuk berbenah diri memperkuat dan memodernisasi alutsista TNI segala matra.  Tidak salah kalau pemikiran tentang kehadiran 3-5 destroyer itu bersama 6 kapal selam kilo menjadi cita-cita dan harapan yang berbinar-binar.
Bersiap menuju tugas kawal negara
Peta patroli angkatan laut selama ini lebih terfokus pada LCS, Selat Malaka, Laut Sulawesi dan Arafuru.  Tetapi di depan mata akan semakin jelas gerakan kapal perang asing di Laut Kidul yang akan melewati selat Sunda menuju LCS atau sebaliknya.  Kehadiran 3 kapal perang light fregat dari Inggris tahun depan setidaknya mengurangi sesak nafas armada laut dalam.  Apalagi jika dalam lima tahun ke depan ada penambahan kapal perang kelas destroyer bersama 6 kapal selam laut dalam diniscayakan memberikan kekuatan striking force yang setara.
Bagaimanapun diplomasi adalah ranking utama dalam menyuarakan suara hati republik, tentang kesukaan, tentang ketidaksukaan dalam etika pergaulan antar bangsa.  Bahasanya tentu bahasa diplomatik, etika diplomatik dan tata cara diplomatik.  Namun kegagahan nilai diplomasi tentu sangat berkaitan erat dengan kegagahan militer sebagai payung kekuatan bernegara itu.  Dengan militer yang kuat bahasa diplomatik akan memberikan efek multiflier, gaungnya lebih menggema. Jelasnya, kita harus punya militer yang kuat, itu saja Om, permintaan kami yang jelata ini.

Kisah Laksda Soleman menjaga kedaulatan NKRI di Aceh

Kisah Laksda Soleman menjaga kedaulatan NKRI di Aceh
Tokoh GAM hadiri peluncuran buku TNI dan Perdamaian di Aceh. ©2013 merdeka.com/muhammad luthfi rahman



Laksda TNI (purn) Soleman B Ponto menceritakan pengalamannya ketika menjaga kesatuan NKRI di DI Aceh. Saat itu dia berada dalam kesatuan Badan Intelejen Strategis (BAIS) TNI sejak 1996.

Tugas Soleman saat itu adalah menemani Ketua Pelaksana Harian Aceh Monitoring Mision (AMM), Letnan Jenderal Bambang Darmono. Dan Soleman menemani Bambang untuk memberikan wawasan mengenai intelijen dan dunia internasional.

Soleman mengatakan saat itu ada beberapa hal kecil yang dapat membuat perdamaian di Aceh gagal tercapai. Pasalnya situasi saat itu sedang menuju perundingan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Permasalahan kecil yang dapat mengganjal seperti penggunaan pin berlogo GAM, pengibaran Bendera GAM, dan penggunaan senjata api," jelas Soleman di Hotel Borobudur dalam acara peluncuran buku bertajuk 'TNI dan Perdamaian di Aceh', Rabu (6/11).

Bambang mengatakan Soleman adalah sekretaris yang tidak pernah luput dalam mendokumentasikan perbincangan formal maupun informal. "Dalam perdebatan yang ramai pun tidak ada yang lepas dalam catatannya. Kecuali ketika dia (Soleman) tidak ada," kenangnya.

Lengkapnya data dokumentasi mengenai rapat untuk menuju kedamaian Aceh, maka ini mempermudah Soleman untuk menggabungkannya menjadi satu. Dan dalam buku ini banyak bercerita mengenai keseharian TNI selama di Aceh.

Ketika ditanyai mengenai polemik terumit, Bambang mengatakan ketika sedang ingin menandatangani MoU Helsinki sempat terjadi perdebatan. "Ketika itu kami akan lakukan apapun agar UUD 45 dapat diterima oleh GAM. Karena memang itu sumpah kita sebagai anggota TNI," jelas Bambang.

Tetapi Soleman menambahkan, "Ketika bersama Pak Bambang, cuman tau sekitar 450 senjata. Tetapi GAM mengatakan bahwa kami (TNI) akan memberikan 840 senjata." Untungnya 'miss comunication' ini dapat diselesaikan.

Bambang dalam kesempatan ini menyampaikan rasa bangganya kepada Soleman. Sebab dia merasa Soleman adalah perpanjangan tangan dari TNI. "Ini adalah kali pertama seorang TNI menulis tentang TNI," tutupnya bangga.
Merdeka.