Minggu, 10 November 2013

Baru 5 hari di Surabaya, Inggris kehilangan jenderal

Baru 5 hari di Surabaya, Inggris kehilangan jenderal
Pertempuran 10 November 1945. radenkusumaaa-ggmu.blogspot.com  

Dalam menghadapi Jerman dalam Perang Dunia II, Inggris tak pernah kehilangan satu pun jenderalnya. Namun saat pasukan Inggris tiba di Surabaya, lima hari kemudian atau pada 30 Oktober 1945 seorang jenderalnya terbunuh, yakni Brigadir A.W.S. Mallaby. Inilah muasal pertempuran 10 November 1945.

Dalam catatan Batara R. Hutagalung dalam buku, "10 November 1945: Mengapa Inggris Membom Surabaya?" (2001) menyebutkan, sebagai salah satu pemenang Perang Dunia II, Inggris bertujuan untuk melucuti senjata pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia.

Brigadir Mallaby tiba dengan pasukannya pada 25 Oktober 1945 di Surabaya. Pasukannya dikenal dengan Brigade 49 yang jumlah sekitar 6.000 pasukan. Brigade 49 juga bagian Divisi 23 pasukan Inggris yang dikenal dengan 'The Fighting Cock', yang memiliki pengalaman mengalahkan tentara Jepang di hutan Burma.

Batara Hutagalung yang juga Pendiri dan Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) menuliskan, tugas pokok Mallaby di Surabaya dari perintah Panglima Tertinggi Tentara Sekutu Komando Asia Tenggara Vice Admiral Lord Louis Mountbatten ada tiga hal. Pertama, melucuti senjata pasukan Jepang dan mengatur kepulangan. Kedua, membebaskan para tawanan Sekutu yang ditahan Jepang di Asia Tenggara. Ketiga, untuk menciptakan keamanan dan ketertiban.

"Ternyata ada tugas rahasia yang dilakukan oleh tentara Inggris dengan mengatasnamakan Sekutu, bertujuan mengembalikan Indonesia kembali sebagai jajahan Belanda," tulis Batara.
Hal itu dianalisa Batara dari dokumen Konferensi Yalta, sebuah kesepakatan antara Inggris-Amerika Serikat dan perjanjian bilateral Inggris dengan Belanda. Menurut Batara, hal itu adalah penyimpangan yang menggunakan atas nama aliansi pasukan Sekutu.

Pada 27 Oktober 1945, sekitar siang hari, sebuah pesawat Dakota terbang di atas Kota Surabaya dan menyebarkan pamflet. Pamflet itu berisi, agar seluruh penduduk menyerahkan senjatanya rampasan dari tentara Jepang kepada perwakilan Sekutu di Surabaya, yakni Inggris. Tenggat waktu yang diberikan hanya 2 x 24 jam. Pamflet itu instruksiMayor Jenderal Hawthorn, Panglima Divisi 23. Ancaman dalam pamflet itu akan menembak mereka yang tak taat.

Dalam pandangan Batara, saat pamflet disebarkan, Mallaby dikabarkan kaget, karena sehari sebelum kesepakatan, Inggris dan Indonesia tidak menyebut klausul penyerahan senjata. Namun, karena atasan yang memerintahkan, Mallaby akhirnya melaksanakan perintah, mulai dari penahan kendaraan dan menyita senjata yang dimiliki republik.

Tentara dan penduduk di Surabaya tidak terima dengan hak itu, Inggris dianggap melanggar perjanjian sebelumnya. Selain itu Inggris terlihat akan mengembalikan Indonesia sebagai negeri jajahan kepada Belanda. Sempat terjadi perundingan dengan Badan Keamanan Rakyat dengan Inggris, namun tak mencapai kesepakatan.

Pasukan Republik di Surabaya memperkirakan untung rugi jika menyerahkan senjata ke Inggris akan membuat republik akan lumpuh. Salah satu perhitungan untuk melawan adalah, pasukan Inggris baru datang di Surabaya dan tidak mengenal wilayah Surabaya. Kemudiankekuatan pasukan Inggris hanya satu brigade. Selain itu Inggris belum mengetahui jumlah pasukan Indonesia yang ada di Surabaya dan sekitar.

Maka pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Mallaby tahu Inggris akan kalah jika melawan. Maka dia minta agar Bung Karno dan Panglima Pasukan Inggris Divisi 23 Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya untuk melakukan perundingan damai. Perundingan kesepakatan damai terjadi 30 Oktober 1945. Isi perdamaian itu menghentikan tembakan dan Inggris menarik mundur pasukan di Surabaya secepatnya.

Usai perundingan, sekitar sore hari, Mallaby yang ingin memberitahukan itu ke pos-pos pasukannya. Saat mobilnya mendekati pos pasukannya di gedung Internatio atau dekat Jembatan Merah, mobilnya dikepung oleh pemuda. Dalam situasi panik dan tegang itu, terjadi baku tembak antara pemuda dan pasukan Inggris dan membuat tewas Mallaby.

Paskhas Pamer Kekuatan di Hadapan Tentara Cina

Korps Pasukan Khas TNI AU dan Tentara Pembebasan Rakyat Cina menggelar latihan bersama untuk memerangi teroris. Latihan yang diberi sandi Sharp Knife Airborne 2013 ini digelar di Pangkalan Udara Sulaiman, Kabupaten Bandung, Rabu, 6 November 2013.

"Latihan bersama selama enam hari ini adalah yang pertama dilakukan," ujar Komandan Korps Paskhas Marsekal Muda TNI Amarullah saat menjadi inspektur upacara, Kamis, 7 November 2013. Latihan diikuti 102 personel Paskhas dan 60 personel Tentara Pembebasan Rakyat China.

Menurut Amarullah,  Indonesia dan Cina punya tantangan serupa dalam menciptakan rasa aman di kawasan Asia dan Asia Tenggara. "Kedua anggota pasukan dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman," kata Amarullah.

Pimpinan Tentara Pembebasan Rakyat Cina Kolonel Senior Li Zhonghua mengatakan latihan bersama ini bakal merintis jalan baru persahabatan Angkatan Udara kedua negara. "Latihan ini meliputi taktik penerjunan dan taktik dalam operasi  menghadapi kekuatan teroris," kata dia. 

Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Paskhas Kolonel PSK DG Roland Wahab mengatakan materi  latihan ini meliputi  terjun freefall dari pesawat Hercules, terjun statik tempur, penyerbuan ke dalam gedung, serta kemampuan ilmu bela diri.  

TNI Angkatan Udara juga memperlihatkan kesiapan senjata Paskhas untuk menghadapi aksi teror. Misalnya, pistol Glock kaliber 9 mm buatan Austria yang berjarak tembak efektif 75 meter. Ada juga senjata serbu ruangan MP5PDW buatan Jerman dengan jarak tembak efektif sampai 150 meter serta senapan sniper kaliber 7,62 dan kaliber 12,7 buatan Inggris. Selain itu, diperlihatkan pula perlengkapan terjun dan rompi serbu.

Ini pertimbangan jika Indonesia 'cerai' dengan Amerika

Ini pertimbangan jika Indonesia 'cerai' dengan Amerika
Ilustrasi (ist)
Rencana Pemerintah Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomasi, dengan Pemerintah Amerika dan Australia diminta untuk dikaji terlebih dahulu.

Hal itu diungkapkan pengamat hubungan internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ganewati Wulandari. Menurutnya, pasca dugaan penyadapan yang dilakukan kedua negara, Indonesia harus melakukan kajian terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan tegas.

"Menurut saya harus dikaji, sejauh mana efektivitas dengan pemutusan diplomatik itu. Nilai kerugian apa, jika dibandingkan untuk kepentingan nasional yang jauh lebih besar," katanya, di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (9/11/2013).

Menurutnya, pengkajian itu penting dilakukan untuk menghitung segi positif dan negatif dengan pemutusan diplomatik tersebut.

"Apa dengan pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika itu lebih manfaat, positifnya apa? Apakah malah tidak merugikan? Amerika itu, mau tidak mau kita berbicara mengenai negara besar loh," ungkapnya.

"Yang memiliki kemampuan finance dan daya dukung militer global. Apakah kita siap untuk itu? Kita jangan lupa, untuk ekspor saja, Amerika itu kan menjadi negara yang memiliki prioritas ekspor. Itu dalam konteks perdagangan," sambungnya.

Ia juga mengatakan, apakah Indonesia siap bila tidak mendapatkan bantuan dari Amerika dalam menghadapi persoalan di Laut China Selatan. Dirinya berharap, agar Indonesia juga belajar ketika diembargo, mengenai suku cadang militer oleh negeri Paman Sam tersebut.

"Dalam konteks keamanan regional, apakah kita akan mampu? Kita tidak punya back up, selain Amerika untuk menghadapi Laut Cina Selatan. Jadi, menurut saya itu hal-hal yang perlu kita pikirkan," katanya.

Dia menambahkan, ketika Indonesia diembargo militer, Indonesia mengalami kesulitan untuk mendapatkan suku cadang.

"Itu hanya satu sekrup, dalam konteks hubungan dalam Amerika. Karena semua peralatan kita buatan Amerika," tegasnya.

SEPAK TERJANG YONIF LINUD 432/WSJ DI UJUNG TIMUR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan tidak kenal menyerah mendatangi penduduk di perbatasan Indonesia khususnya di Kabupaten Merauke. Dua hal inilah yang menjadi bagian prinsip utama dalam pengabdian yang tulus yang diberikan Satgas Pamtas RI-PNG  Yonif Linud 432/WSJ. Memasuki bulan ke-3 penugasan di wilayah Papua ini, banyak sudah ditorehkan sentuhan Satgas kepada masyarakat. Memasuki awal bulan penugasan Satgas yang berjumlah 650 orang ini secara langsung melaksanakan Patroli patok batas Negara Republik Indonesia dengan Negara Papua New Guinea sebanyak 19 Patok batas dari mulai patok MM (Meridian Mile) 11,2 sampai 14.B. Jum’at, 8 November 2013.

Keseluruhan patok batas Negara ini telah diperiksa dan dirawat keberadaanya dengan melaksanakan patroli jalan kaki dan patroli melewati sungai. Kondisi nyata di lapangan, terdapat patok batas Negara MM 14.B yang terendam air laut begitu air laut naik pasang. Namun tidak melunturkan semangat prajurit Kostrad ini untuk memeriksa dan berpatroli di sekitar patok setiap bulannya. “Penugasan di tapal batas Negara ini, sudah menjadi komitemen bersama untuk menjalankan tugas pokok dan Pembinaan Teritorial tanpa batas kepada seluruh masyarakat” tegas Mayor Inf Aji Mimbarno selaku Dansatgas kepada seluruh Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Kabupaten Merauke. Setiap harinya, seluruh personil kesehatan dari tiap-tiap pos memasuki rumah-rumah masyarakat untuk melayani masyarakat yang banyak mengidap sakit vispa dan kulit serta dari personil kesehatan menanamkan cara hidup sehat bagi masyarakat dimulai dari mengajarkan menyikat gigi setiap hari bahkan membantu masyarakat dalam persalinan.

Kegiatan lainnya yang sangat membantu masyarakat yaitu bantuan tenaga pendidik dari Satgas, dengan berbekal penataran pendidikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, Makassar selama 2 (dua) bulan. Personil Satgas yang ditunjuk sebagai tenaga pengajar memasuki Sekolah Dasar dan SLTP di masing-masing desa binaan Pos Satgas Pamtas. Pada kondisi nyata, di lembaga pendidikan ini masih ditemukan kekurangan tenaga pengajar bahkan tidak ada tenaga pengajar. Itulah yang membuat personil Satgas untuk mengajar dan menanamkan rasa cinta kebangsaan dengan harapan kedepannya akan banyak pemimpin bangsa dari Papua. Berbagai pola pendekatan dilakukan dari berbagai bidang serta mengajak masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup. Luas dan kayanya alam Papua, merupakan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Setiap personil Satgas membantu masyarakat membuka lahan baru bagi masyarakat, diantaranya untuk menanam karet, tanaman buah-buahan dan lahan sawah. Setiap masyarakat diajarkan oleh Satgas untuk membuka dan tata cara menanam tanaman dari lahan yang dibuka dengan target Swasembada pangan bagi masyarakat di tiap-tiap desa. 

Peringatan Anonymous Australia untuk Hacker Indonesia

"Jangan libatkan pihak lain masuk ke dalam masalah ini."

Tampilan situs firstalertaustralia.com.au setelah diretas
Tampilan situs firstalertaustralia.com.au setelah diretas (VIVAnews)
Kelompok peretas asal Negeri Kanguru yang menamakan diri Anonymous Australia meminta kepada hacker asal Indonesia tidak menyasar situs-situs milik organisasi amal dan bisnis kecil dalam melampiaskan dendam atas aksi penyadapan. Mereka meminta kelompok peretas asal Indonesia hanya menyasar situs milik Pemerintah Australia saja.

Dilansir harian Australia, Sabtu, 9 November 2013 Sydney Morning Herald (SMH), Anoynmous Australia bahkan memperingatkan kelompok peretas Indonesia untuk mematuhi imbauan mereka.

"Situs-situs bisnis yang tak terkait masalah ini, seharusnya tidak diserang. Kami meminta sebagai sesama saudara agar fokus kepada target utama Anda, Pemerintah dan Badan Intelijen. Jangan libatkan pihak lain masuk ke dalam masalah ini" tulis Anonymous Australia dalam sebuah video di situs Cyber War News.
Apabila hal itu dilanggar, lanjut Anonymous Australia, maka para peretas Indonesia harus merasakan kemarahan dari satu sesama peretas dari Negeri Kanguru. Bahkan, Anonymous Australia berjanji akan membantu kelompok peretas tanah air untuk menyerang situs-situs Pemerintah, asal tak lagi menyasar situs resmi milik pengusaha dan organisasi amal.

Mengikuti permintaan Anonymous Australia, sebuah kelompok peretas Indonesia, Java Cyber Army, bersumpah akan melancarkan kembali serangan terhadap situs-situs milik Pemerintah Australia. Kali ini sasarannya situs milik Badan Intelijen Australia, ASIO.

Mereka bersumpah untuk mulai melancarkan serangan kedua pada Jumat malam kemarin. Hal itu juga tertulis dalam akun Facebook mereka. Kelompok tersebut pada Jumat kemarin melancarkan serangan denial-of-service (DOS) ke situs ASIO yang beralamat di asio.gov.au.

Menurut laman Softpedia, situs tersebut sempat kolaps selama dua hingga tiga menit sebelum akhirnya kembali normal dan dapat diakses. Dihubungi melalui Facebook oleh Fairfax Media, para peretas kelompok Java Cyber Army mengaku mereka kesal dengan respon Pemerintah Australia yang enggan meminta maaf soal aksi penyadapan yang diduga dilakukan dari balik Gedung Kedutaan di Jakarta.

Sebelumnya, kelompok ini telah menyerang berbagai situs non pemerintah. Situs-situs yang telah disasar antara lain, RS Queensland, asosiasi kanker anak, dan sebuah organisasi amal anti perbudakan.

Total ada sekitar 100 situs Australia yang berhasil diretas oleh hacker Indonesia.

"Katakan kepada Pemerintah Anda, kami akan berhenti beraksi apabila ada jawaban yang jelas terhadap aksi penyadapan ke Indonesia," tulis Juru Bicara Java Cyber Army ketika dihubungi melalui Facebook oleh SMH.

Sementara menurut Direktur Yayasan Tumor Anak Australia, Lisa Cheng, mengaku tak tahu menahu mengapa situs organisasinya malah disasar hacker Indonesia.

"Saya tidak dapat membayangkan mengapa ada orang yang mau menyerang sebuah organisasi amal skala kecil. Saya rasa kami target yang mudah untuk diserang," ujar Cheng.

Pihak Kedubes Australia di Jakarta yang dihubungi VIVAnews pada Sabtu, 9 November 2013 mengatakan tidak ingin berkomentar mengenai aksi penyerangan oleh hacker asal Indonesia. Juru Bicara Kedubes, Ray Marcelo, menyerahkan semua kasus ini kepada otoritas berwenang di Negeri Kangguru.

"Kami menyadari adanya serangan hacker yang melibatkan situs individu dan bisnis kecil. Saat ini aksi tersebut tengah ditelusuri oleh polisi di negara bagian yang bersangkutan. Kedubes Australia tidak ingin mengomentari terkait aksi tersebut," tulis Marcelo dalam surat elektronik ke VIVAnews.  
Vivanews. 

Antonov An-12B Cub: Eksistensi Pesawat Angkut Berat TNI AU Yang Terlupakan


an12 auri color
Dalam benak orang di Republik ini, pesawat angkut berat TNI AU akan merujuk pada satu nama, yakni C-130 Hercules buatan Lockheed Inc. Hal tersebut terasa lumrah, mengingat pengabdian Hercules di Tanah Air sudah lebih dari 50 tahun, pesawat ini dikenal punya mobilitas tinggi dalam menunjang operasi militer dan operasi militer bukan perang. Tapi, tahukah Anda bila sejatinya Hercules di Indonesia punya ‘rekan sejawat’ yang sama-sama digolongkan sebagai pesawat angkut berat?
Tepatnya guna mempersiapkan operasi Trikora, di awal tahun 60-an Indonesia berupaya keras mendatangkan alutsista dari Uni Soviet dan Negara Pakta Warsawa. Selain nama-nama sangar seperti KRI Irian, KRI Ratulangi, pembom Tu-16, jet MiG-21, kapal selam kelas Whiskey, dan tank amfibi PT-76, rangkaian pengadaan sista juga mencakup pesawat transportasi berat. Memang faktanya sejak Maret 1960, TNI AU sudah mengoperasikan C-130 Hercules yang tergabung dalam skadron udara 31 dengan kekuatan 10 unit C-130B Hercules. Hadirnya 10 unit Hercules ini tak lepas dari jasa Presiden Soekarno yang langsung melobi Presiden AS, John F. Kennedy saat kunjungannya ke Washington pada tahun 1959. Konfigurasi yang didapatkan yakni, 8 unit tipe cargo dan 2 unit tipe tanker.
Jumlah 10 unit pesawat angkut berat dirasa tidak memadai kala itu, apalagi guna mempersiapkan operasi militer dalam skala besar. Untuk itu, pada Desember 1960, Jenderal AH. Nasution bertolak ke Moskow, Rusia untuk menegosiasikan pengadaan tambahan alutsista, dimana salah satu item-nya adalah kebutuhan akan pesawat angkut berat jarak jauh. Hingga kemudian, TNI AUberhasil memperoleh pesawat turbo propeller Antonov An-12B Cub. Jumlah yang dibeli sebanyak 6 unit, dan mulai berdatangan pada tahun 1964 – 1965.

an12-auri-t-1206
An-12-1204-1
Keenam pesawat mendapat registrasi, T-1201 hingga T-1206. Kedatangan Antonov An-12 sekaligus melahirkan skadron angkut kedua di lingkungan TNI AU, yakni skadron udara 32 yang resmi berdiri pada 27 Juli 1965. Skadron udara 32 awal berdirinya ditempatkan di lanud Hussien Sastranegara, Bandung. Menurut beberapa informasi, ada dua An-12 TNI AU yang mengalami crash, T-1203 crashed pada 16 oktober 1964 saat take off dari Palembang. Kemudian ada satu tipe lagi yang crash di area lanud Halim Perdanakusumah menjelang operasi Dwikora.
Namun akibat peristiwa G-30S/PKI membawa dampak besar pada arah perpolitikan dan kekuatan tempur Indonesia. Akibatnya, Antonov An-12 ikut menjadi korban dan di non-aktifkan akibat tiadanya pasokan suku cadang dari Uni Soviet. Lewat sistem kanibalisasi suku cadang, An-12 TNI AU masih ada yang sempat terbang hingga tahun 1970 hingga kemudian dinyatakan di grounded.
Akibat grounded total Antonov An-12, praktis skadron udara 32 menjadi kosong tanpa kekuatan sama sekali. Melalui Keputusan Menhankam/Pangab No. Skep/14/IV/1976, skadron udara 32 dipindah ke lanud Abdulrachman Saleh, Malang, meskipun saat itu tanpa kekuatan pesawat. Baru kemudian pada 11 Juli 1981, skadron 32 diaktifkan kembali dengan perkuatan pesawat C-130B Hercules.
images
Antonov An-12B Cub

An-12 tergolong pesawat medium size medium range transport aircraft. Serupa dengan C-130 Hercules, An-12 juga dilengkapi dengan empat mesin turbo propeller dan ramp door pada bagian ekor untuk cargo . Identitas ‘Cub’ merupakan pemberian dari NATO. An-12 pertama kali meluncur pada 15 Desember 1957, dan resmi diperkenalkan ke khalayak pada 1959.
16_1
16_2
Dilihat dari spesifikasinya, Antonov An-12 mampu terbang dengan kecepatan maksimum 777 Km per jam, serta kecepatan jelajah 670 km per jam. Tenaganya dipasok empat buah mesin Progress AI-20L or AI-20M turboprops, dengan kekuatan 4.000 eHP (3.000 KW) untuk tiap mesin. Kapasitas bahan bakar keseluruhan bisa mencapai 1.390 liter, dan dapat ditambahkan dengan ekstra fuel tanks . Untuk urusan daya angkut, An-12 lebih unggul dari C-130B Hercules yang bermesin turboprop Allison T56A-7. An-12 dapat mengangkut muatan maksimum hingga 20.000 kg, sementara C-130B Hercules hanya 16.363 kg. Bobot maksimum saat take off mencapai 61.000 kg, sedangkan C-130B bisa mencapai 79.380 kg.
An-12 diawaki oleh 5 personel, yakni pilot, co pilot, flight engineer, navigator, dan operator radio. Dari sisi teknis, An-12 dengan kapasitas bahan bakar maksimum, sanggup terbang hingga 5.700 km non stop. Sementara bila terbang dengan muatan maksimum 20 ton, jarak terbangnya menyusut hingga 3.600 km. Kecepatan menanjaknya mencapai 10 meter/detik dengan ketinggian terbang maksimum 10.200 meter.
Ruang kokpit An-12
Antonov5
Jendela intai pada bagian moncong
Jendela intai pada bagian moncong

Sebangun dengan C-130 Hercules, An-12 juga diluncurkan dengan cukup banyak varian, diantaranya ada versi intai maritim, SAR, angkut rudal balistik, cargo, linud, dan juga lumayan laris dipakai oleh penerbangan sipil, seperti Aeoroflot, Air Guinee, Alada , British Gulf International Airlines, Avial Aviation, Heli Air Service, Tiramavia, Aerovis Airlines, Veteran Airlines, KNAAPO and Vega Airlines, ATRAN Cargo Airlines. Total ada 77 airlines di seluruh dunia pernah menggunakan An-12.
Desain Hybrid
Hadir dikala berkecamuknya perang dingin, An-12 pun tidak sekedar di desain murni sebagai pesawat angkut. Keunggulan An-12 terletak pada adopsi ruang kanon pada bagian ekor (tail turret). Wujudnya berupa kompartemen juru tembak, jenis kanonnya bukan abal-abal, melainkan tipe Nudelman-Rikhter NR-23 kaliber 23 mm dengan dua laras. Kanon ini dapat memuntahkan 850 proyektil dalam satu menit, dengan kecepatan tembak 690 meter per detik. Keberadaan kanon ini dipersiapkan sebagai elemen pertahanan jika sewaktu-waktu pesawat dicegat atau dibuntuti lawan.
kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Kanon Nudelman-Rikhter NR-23 pada pembom Tu-16, juga digunakan pada An-12
Tampilan ruang cargo
Tampilan ruang cargo

Jenis kanon ini juga ditempatkan pada pembom Tu-16 dan Tu-95. Tentu pada versi sipil, ruang kompartemen kanon ini ditiadakan. Khusus An-12B milik TNI AU terlihat ada kompartemen juru tembak, meski dalam foto tidak tampak keberadaan laras kanonnya. Keunikan lain dari An-12 yakni pada rancangan bagian hidung yang bergaya ala pembom Tu-16, dimana pada moncong pesawat ditempatkan jendela/kaca intai.
Di negara asalnya, An-12 diprioduksi terakhir pada tahun 1973, total ada 1.248 yang berhasil diproduksi. Dan, seperti yang sudah-sudah, Cina pun mengembangan pesawat laris ini, tapi dengan identitas baru, yakni Shaanxi Y-8 (Yunshuji-8). Y-8 terbilang pesawat angkut militer/sipil dan cargo yang paling populer di Cina. Bahkan, Y-8 pun cukup laris di pasaran ekspor. Hingga tahun 2010, Y-8 telah diproduksi sebanyak 169 unit.
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan
Nampak An-12 versi sipil bersanding dengan C-130 Hercules AU Pakistan

Bila Y-8 laris manis di pasar ekspor, lain hal dengan An-12. Karena usia yang sudah tua dan kian penuh risiko bagi awak dan penumpangnya, beberapa negara telah melarang terbang pesawat ini. Contohnya pada 12 Januari 2009, pemerintah Uni Emirat Arab resmi melarang setiap An-12 yang terbang atau melitas di wilayah udaranya.
Sayangnya, tidak ada satu pun An-12 TNI AU yang tersisa untuk diabadikan sebagai koleksi museum atau monumen. Meski waktu pengabdiannya terbilang singkat di Indonesia, selayaknya pihak museum Dirgantara Yogyakarta juga memiliki koleksi pesawat ini. Walau bagaimana pun, An-12 telah menjadi bagian dari sejarah eksistensi TNI AU. 
Spesifikasi Antonov An-12 Cub:
Manufacture : Antonov
Payload: 20.000 kg
Length: 33,10 meter
Wingspan : 38 meter
Height : 10.53 meter
Wing area : 121.7 m²
Empty weight : 28,000 kg
Max. takeoff weight: 61,000 kg
Powerplant : 4 × Progress AI-20L or AI-20M turboprops, 4,000 ehp (3,000 kW) each
Maximum speed : 777 km/h
Cruise speed: 670 km/h
RangeWith maximum fuel: 5,700 km
RangeWith maximum load: 3,600 km
Service ceiling: 10,200 m
Rate of climb: 10m/s
Armament : Guns: 2× 23 mm (0.906 in) Nudelman-Rikhter NR-23 cannons
Indomil.

Situs intelijen Australia rontok dihajar hacker Indonesia

 





Ancaman hacker Indonesia yang akan membombardir situs pemerintah Australia ternyata bukan isapan jempol. Seperti sudah dikobarkan sebelumnya, peretas Indonesia menggempur habis-habisan situs penting pemerintah Australia, di antaranya situs intelijen yang down 100 persen hanya dalam hitungan jam saja.

Situs Badan Intelijen Australia atau Australian Intelligence Service yang beralamat di www.asis.gov.au sudah tidak bisa dibuka. Dan jika kita melihat status situs ini, dinyatakan bahwa situs vital keamanan Australia itu 100% down atau mati total.

Menurut Indonesia ICT Institute, memang sempat beberapa hacker kebingungan soal sasaran apa yang akan dituju. Jika sebelumnya begitu banyak situs yang diganti tampilannya alias di deface, nampaknya malam ini serangan fokus ke situs yang berpengaruh.

Apalagi, banyak pihak mengatakan bahwa situs yang diretas sebelumnya tidak berkualitas, padahal hacker Indonesia saat ini diakui kualitasnya sebagai peretas nomor satu di dunia. Selain situs www.asis.gov.au, ada situs intelijen lain yang sempat disasar, tapi kemudian akhirnya mengarah ke situs ini.

Situs www.asis.gov.au yang diserang hacker-hacker Indonesia ini terlihat sempat pingsan sebelum akhirnya mati total. Situs yang dibuat down oleh para peretas Indonesia sesekali hidup kembali.

Kondisi situs ini bisa dilihat di status.ws untuk mengetahui situs-situs apa saja yang down dan terlihat situs vital Australia ini beberapa kali down, sampai terlihat bahwa situs ini tidak bisa dibuka.

Serangan terhadap situs penting Australia diprediksi masih akan berlanjut hingga keesokan harinya. Serangan dari hacker Indonesia merupakan pembalasan atas penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap jaringan internet Indonesia.