Senin, 04 November 2013

Snowden serukan dunia lawan spionase AS

Snowden serukan dunia lawan spionase AS
Demonstran anti-penyadapan AS mendukung tindakan Snowden (Istimewa)
Penyadapan global Amerika Serikat (AS) dan Australia, yang diduga juga menyasar Asia, termasuk Indonesia telah mengguncang dunia. Sang pembocor, Edward Snowden, 30, kini mencari dukungan dunia untuk melawan AS yang menuduhnya sebagai penjahat spionase.

Dia juga menyerukan masyarakat internasional untuk melawan tindakan penyadapan yang dilakukan AS. Menurutnya, dengan tekanan dunia, AS diyakini akan kapok untuk melakukan penyadapan global.

Setelah berkali-kali Presiden AS Barack Obama dan NSA membela diri dan membantah penyadapan, tapi Jumat kemarin, secara mengejutkan, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengakui tindakan penyadapan NSA sudah berlebihan.

Snowden, yang merupakan bekas kontraktor National Security Agency (NSA) itu, memanfaatkan kemarahan para pemimpin dunia untuk mencari bantuan. Snowden, yang bersembunyi di Rusia setelah mendapat suaka setahun dari Pemerintah Vladimir Putin, mulai bangkit untuk menghadapi tuduhan AS.

Dia telah membuat surat yang dititipkan anggota parlemen Jerman, Hans-Christian Stroebele yang menemui Snowden di Rusia, Kamis lalu. Pertemuan itu berlangsung tiga jam di lokasi yang dirahasiakan, mengingat Snowden tercatat sebagai buronan AS.

Dalam surat yang diketik satu halaman, Snowden mengeluhkan, perlakukan Pemerintah AS yang mengkriminalkan suara kebenaran untuk dunia. ”Berbicara kebenaran bukan merupakan tindak pidana,” tulis Snowden dalam suratnya seperti dikutip USA Today.

”Saya yakin bahwa dengan dukungan dari masyarakat internasional, Pemerintah AS akan meninggalkan perilaku berbahaya (penyadapan),” lanjut Snowden. Dia akan mengajukan banding atas tuduhan Pemerintah AS yang memvonisnya sebagai penjahat spionase. Dia siap membeberkan apa yang dia ketahui soal skandal spionase AS di hadapan Kongres AS.

Namun, di Washington, juru bicara Departemen Luar Jennifer Psaki, tidak akan merespon langsung banding yang akan diajukan Snowden. ”Sikap AS terhadap Snowden, tidak akan berubah,” katanya.

”Meskipun ada laporan baru atau pernyataan terbaru dari Snowden, seperti yang kita nyatakan berkali-kali sebelumnya, dia dituduh membocorkan informasi rahasia, menghadapi tuduhan kejahatan di sini di Amerika Serikat,” lanjut Psaki. ”Kami percaya ia harus dikembalikan sesegera mungkin (ke AS), di mana ia akan diganjar hukuman di bawah hukum AS.”

Alutsista 2014 dan Operasi Angkasa Yudha

Latihan Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Natuna, Kepri (photo: msn.com)
Latihan Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Natuna, Kepri (photo: msn.com)

Enam “elang besi” Hawk 100/200 menderu seperti merobek  langit Natuna, Kepulauan Riau, meliuk-liuk sambil menjatuhkan bom berbobot ratusan kilogram. Sasarannya satu objek di sebuah pulau kecil. Dari arah lain melintas tiga pesawat F-16. Empat bom meluncur ke sasaran.

batam-tni-au

Tak lama, muncul pula tiga pesawat Sukhoi SU-27/30. Di setiap pesawat garang itu, tersemat 6 bom yang lalu dilepas untuk menumbuk sasaran. Bak kelincahan seekor alap-alap, Sukhoi terakhir melontarkan puluhan roket. Sasaran pun hancur lebur.

angkasa-yudha-2013
Operasi Angkasa Yudha 2013, Natuna, Kepri
Operasi Angkasa Yudha 2013, Natuna, Kepri
Pemasangan Bom di Pesawat Tempur Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri
Pemasangan Bom di Pesawat Tempur Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri
Super Tucano dalam Angkasa Yudha 2013 di Bandara Hang Nadim
Super Tucano dalam Angkasa Yudha 2013 di Bandara Hang Nadim

Asap membubung tinggi. Tapi serangan belum berakhir. Sebagai penutup, tiga pesawat EMB-314 Super Tucano melintas. Bom kembali berjatuhan.
Di atas sasaran yang remuk redam itu, melintas tujuh pesawat C-130 Hercules, terbang tenang dikawal dua Sukhoi 27/30 bersenjata rudal. Dari lambung pesawat, ratusan personel Pasukan Khas Angkatan Udara melompat terjun.
Peterjun ini akan bertugas menyapu sisa-sisa musuh yang menguasai objek vital di Natuna, wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan yang sedang disengketakan lima negara itu.

Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau
Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: poskotanews.com)
Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: poskotanews.com)

Inilah aksi penutup Latihan Operasi Udara dengan sandi “Angkasa Yudha 2013” yang digelar di Pulau Natuna, pada Kamis 31 Oktober 2013 lalu. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, latihan ini untuk membina kemampuan dan kekuatan TNI AU, agar lebih siap siaga menghadapi kontijensi.
Latihan puncak TNI AU 2013 ini, melibatkan 21 pesawat tempur termasuk EMB-314 Super Tucano yang baru tiba. Pesawat tempur yang terlibat: empat F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3, enam Su-27/30 Sukhoi (Skadron Udara 11), empat Hawk 109/209 (Skadron Udara 12), empat Hawk 109/209 (Skadron Udara 1) dan tiga EMB-314 Super Tucano (Skadron Udara 21).
Latihan ini mengambil skenario adanya serbuan militer negara lain terhadap kepentingan dan kedaulatan Indonesia. TNI mengantisipasi dengan menjaga kesiapsiagaan operasional, sistem kesenjataan dan personel.

Skadron dari Timur
Yang menjadi “bintang” saat itu boleh dibilang enam Sukhoi yang terbang dari Lapangan Udara Hasanuddin di Makassar. Total ada 16 Sukhoi bermarkas di Makassar, membentuk Skuadron Udara Tempur 11.
Pesawat tempur Sukhoi memiliki kapasitas bahan bakar penuh 12 ribu liter untuk melakukan penerbangan selama 4 jam dan jika ditambah air refueling bisa 8 jam, melesat dengan kecepatan 2,5 MACH.

Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)
Operasi Udara Angkasa Yudha 2013, Kepulauan Riau (photo: detik.com)

Latihan Operasi Udara Angkasa Yudha 2013 menjadi semacam kebangkitan skadron tempur wilayah Timur Indonesia setelah lama kekuatannya bolong. Pesawat tempur bercat dasar abu-abu terang bercampur loreng abu-abu tua ini terdiri atas dua macam, yakni SU 27 SKM dan SU30MK2. Pembeda utamanya adalah SU 27 hanya punya satu kursi pilot, sementara saudaranya punya dua kursi pilot.
Saat VIVAnews mendatangi Markas Skuadron, Kamis 31 Oktober 2013, tampak hanya 10 Sukhoi terparkir. Enam lainnya sedang beroperasi di Natuna. Di kantor dan gedung teknisi yang berada di samping pesawat tempur diparkir, tampak sebuah spanduk besar terpampang bertuliskan, “Siapkan pesawat sebaik-baiknya seolah-olah hari ini ada perang”.
Perang itu memang masih jauh. Tapi, personel di Skadron 11 berlatih keras setiap hari, minimal 8 jam. Pesawat diistirahatkan meski tetap siaga antara Jumat sampai Minggu saja. Pagi, sebelum memulai latihan (training air), para petugas dan pilot terlebih dahulu apel siaga. Teknisi sudah terbagi-bagi ke dalam beberapa bidang, selalu memastikan pesawat dalam keadaan siaga penuh.

Rudal Sukhoi
Persenjataan terbaru yang terpasang di pesawat adalah kombinasi jenis Air to Air to Ground. Sukhoi bisa menyergap di udara dengan daya jelajah jauh. Ia juga mampu serang target di darat dengan peluru kendali atau bom pintar. Dia bisa membawa rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB 500Kr dan KAB-1500Kr.
Yang lebih asyik, Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 telah dilengkapi instrumen isi ulang bahan bakar di udara. Jadi kemampuan jelajah tempurnya kian jauh.
Jelas, kecanggihannya tidak kalah dengan F15 SG milik Singapura atau Super Hornet milik Australia. Di udara, bisa ofensif, namun juga bisa menghancurkan sasaran di laut dan darat. Sempurna untuk patroli udara untuk menjaga kedaulatan wilayah dan menghancurkan sasaran strategis musuh.
Minimum Essential Force
Dua pesawat Sukhoi tiba dari Rusia 4 September 2013, menggenapi skadron Sukhoi di Makassar dengan komposisi lima unit Su-27 SKM dan sebelas unit Su-30 MK.
Sukhoi ini menjadi andalan, karena di saat alutsista Indonesia mulai menua tahun 1990-an, Amerika Serikat sebagai pemasok utama alutsista Indonesia justru melakukan embargo, akibat pelanggaran hak asasi manusia di zaman orde baru berkuasa. Itu sebabnya, saat menjadi Presiden pada 2001, Megawati Soekarnoputri melirik Rusia. Negeri beruang salju itu dipilih sebagai alternatif mengganti armada yang menua.
Pada 2004, sejumlah Sukhoi pun mendarat di Lanud Iswahyudi, Madiun. Megawati pun seperti mengulang sejarah ketika ayahnya, Soekarno, membangun armada udara Indonesia dengan mengandalkan pesawat-pesawat tempur buatan Uni Soviet.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pengalaman embargo militer AS atas Indonesia pasca-1998 menjadi pelajaran untuk tidak menggantungkan persenjataan pada satu negara saja. Kekuatan pertahanan nasional akan dibangun dengan mengambil teknologi dari berbagai negara. Tak lupa, industri strategis dalam negeri diperkuat, seperti PT Dirgantara dan PT Pindad.
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)

Pembelian Pesawat
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Madya Hadi Tjahjanto, menyatakan, pembelian pesawat dipatok sampai 2024. Total, ada 102 pesawat yang didatangkan, antara lain 16 unit Sukhoi, 24 unit F16 dari Amerika Serikat, skadron T50 buatan Korea Selatan untuk menggantikan Hawk buatan AS, 8 unit pesawat latih G120PP buatan Jerman, 16 unit pesawat Supertucano buatan Brasil, 9 unit CN295 dari Spanyol, 4 unit Hercules hibah dari Australia dan sejumlah helikopter Fennec dari Prancis. “Semua Pesawat didatangkan secara bertahap,” kata Hadi.
Dari Rusia, selain membeli Sukhoi, Indonesia juga mendatangkan kendaraan tempur laut dan amfibi, helikopter serang MI-35, helikopter serbu MI-17 dan tak lupa, peluru kendali.
Sjafrie menyatakan, alutsista Rusia menjadi ‘idola’ karena menjawab kebutuhan minimum essential force (MEF). ”Yang kedua, harganya kompatibel. Ketiga adalah dia tak punya prasyarat politik,” kata mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu.
Anggaran modernisasi dan perawatan alutsista TNI sampai akhir tahun 2014 tercatat Rp 99 triliun, dan Kementerian Pertahanan masih membutuhkan tambahan anggaran Rp 57 triliun. “Kami prioritaskan mencari alutsista bergerak seperti pesawat temput dan tank. Sementara alutsista yang tak bergerak seperti radar,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Dengan anggaran sebegitu besar kekuatan armada udara Indonesia baru akan mendekati minimum essential force yang dipatok sampai 2019. “Bagaimana kita bisa memiliki kemampuan minimal agar kita bisa memiliki suatu daya pukul yang dahsyat dan juga mobilitas yang tinggi,” kata Sjafrie.
Dari mana duit itu berasal? Angka lebih dari Rp 150 triliun itu salah satunya didapatkan dengan pinjaman luar negeri US$ 6,5 miliar dolar. ”Jadi yang kita pergunakan kurang lebih 4 miliar dolar, artinya kurang lebih Rp 41 triliun. Sisanya kita mesti jadikan semacam cadangan untuk dipergunakan pada prioritas kedua. Sekarang prioritas pertama dulu,” kata Sjafrie.

Radar Menyusul
Lima tahun ke depan, setelah armada udara tempur nyaris lengkap, prioritas berikutnya penambahan Radar. Soal alat ini, Indonesia memang gawat. Ada radar yang tidak berfungsi 24 jam. Tapi sekarang, ”radar untuk kawasan barat sudah ter-cover, secara kuantitas. Kemudian kawasan timur yang kemudian akan kita isi segera,” kata Sjafrie.
Kadispen TNI AU menambahkan, rencananya radar ini akan ditempatkan di Singkawang, Kalimatan Barat; dan Tambolaka, Nusa Tenggara Timur. (viva.co.id)
JKGR.

Apa Target Spionase Kedubes Australia di Jakarta?

Stasiun Penyadap dari Intelijen Australia (foto : smh.com.au)

Pembocoran intersepsi Edward Snowden, mantan kontraktor CIA/NSA ke server utama badan intelijen Amerika Serikat telah membuka mata dunia tentang terjadinya skandal mata-mata. Badan intelijen AS pada awalnya khawatir Snowden adalah mata-mata yang disusupkan kedalam badan intelijen utama. Ternyata pengambil alihan data intelijen yang juga menyangkut kebijakan militer AS di copy secara acak, bukan dicuri dengan target spesifik.
Snowden membeberkan keterlibatan AS dalam menyadap demikian banyak negara, termasuk kepala pemerintahan, tidak peduli lawan ataupun negara sahabat. Dari 90 pos penyadap, ternyata beberapa stasiun dilakukan juga oleh kelompok komunitas intelijen khusus dengan sandi “5-Eyes” yang terdiri dari AS, Inggris, Australia, Canada dan New Zealand.
Media Fairfax pada hari Kamis (31/10/2013) melaporkan keterlibatan Australian Signals Directorate ( ASD ) dalam program penyadapan dari NSA (National Security Agency), dengan sandi STATEROOM, yang mengumpulkan informasi elektronik intelijen dari fasilitas rahasia dalam beberapa misi diplomatik baik di kedutaannya maupun kantor konsulatnya. Menurut seorang mantan perwira intelijen Australia (anonim), ASD beroperasi, “dari kedutaan Australia di Jakarta , Bangkok , Hanoi , Beijing dan Dili , serta Komisi Tinggi di Kuala Lumpur dan Port Moresby , dan juga  pos-pos diplomatik lainnya .” Dia juga mengatakan Konsulat Australia di Denpasar , Bali , juga telah digunakan untuk sinyal pengumpulan intelijen
Dokumen Snowden tersebut mencatat bahwa operasi dilakukan dengan sangat rahasia oleh tim  dalam ukuran kecil dan  misi mereka yang sebenarnya tidak diketahui oleh sebagian besar staf diplomatik di mana mereka berada. Stasiun itu digunakan untuk mencegat panggilan telepon dan data internet di seluruh Asia.  Terbongkarnya langkah penyadapan telah menuai protes baik dari China, yang menyatakan prihatin dan menuntut klarifikasi dan penjelasan. Pemerintah Malaysia, Thailand , Indonesia dan Papua Nugini juga menyatakan keprihatinan yang serius.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa  menyatakan bahwa pemerintah Indonesia “strongly protests”atas operasi spionase Australia, dan apabila dikonfirmasi benar, hal tersebut, “tidak hanya berupa pelanggaran keamanan , tetapi juga pelanggaran serius terhadap norma-norma diplomatik dan etika.” Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menolak untuk mengomentari laporan tersebut. Sementara Perdana Menteri Australia Tony Abbott hanya mengatakan bahwa pemerintah tidak melanggar hukum.
Mantan perwira intel Australia tersebut juga mengungkapkan  kepada Fairfax, bahwa “fokus utama pengawasan tim penyadap di Kedutaan Besar Australia di Jakarta adalah “masalah politik , diplomatik dan     ekonomi .   “Dia menjelaskan, “Pertumbuhan besar jaringan telepon seluler kini menjadi sebuah anugerah yang besar dan elit politik di Jakarta adalah sekelompok orang yang cerewet.” Ini menarik karena si agen menegaskan bahwa para elit politik tadi hanya terus meributkan dan mencurigai badan intelijen Indonesia menyadap mereka. Tetapi sebenarnya mereka tidak mengetahui ada badan intelijen negara lain yang telah lama menyadap mereka, tanpa disadari. Karena itu dia menyatakan “Jakarta’s political elite are a loquacious bunch.”
Fairfax juga melaporkan bahwa eksposur terbaru menggaris bawahi peran sentral agen mata-mata Australia dan penyediaan stasiun khusus untuk operasi pengawasan NSA di Asia . Sama dengan kebijakan pemerintahan Partai Buruh sebelumnya , yang berkomitmen untuk memberikan akses pangkalan militer Australia bagi kepentingan pasukan Amerika untuk menghadapi China. Dengan demikian maka Direktorat Signal Australia (ASD) benar-benar terintegrasi ke dalam jaringan mata-mata elektronik AS yang sangat luas.
Dari dokumen NSA yang bocor, terungkap bahwa tercatat ada empat lokasi penting di  Australia yang berkontribusi memberikan data ke program NSA dengan sandi  X -Keyscore , yang memisahkan data ke dalam aliran nomor telepon, alamat email , log-in dan aktivitas pengguna untuk penyimpanan di bank data besar . Stasiun pengumpul tersebut adalah US-Australian Joint Defence Facility di Pine Gap dekat Alice Springs , dan tiga fasilitas ASD lainnya, yaitu, the Shoal Bay Receiving Station dekat Darwin , the Australian Defence Satellite Communications Station di Geraldton di Australia Barat , dan the naval communications station HMAS Harman di luar kota Canberra.
Harian Sydney Morning Herald pada hari Jumat (1/11/2013) menyampaikan pengakuan mantan agen intelijen Australia,  bahwa  pos ASD, “dikhususkan untuk melakukan pengawasan maritim dan militer , khususnya Angkatan Laut Indonesia (TNI AL), Angkatan Udara (TNI AU), dan komunikasi militer.” Pangkalan Australia di Cocoos Islands kini telah disiapkan sebagai pangkalan potensial untuk pesawai intai tanpa awak (drone) AS dan pesawat tempur , karena  berdekatan dengan  jalur pelayaran strategis di kawasan  Asia Tenggara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nampaknya Australia yang tergabung dalam kelompok komunitas intelijen khusus “lima mata” memang telah melakukan kegiatan spionase melalui kantor kedutaan besarnya di Jakarta dan konsulatnya. Target mereka bukan hanya masalah terorisme saja tetapi Australia juga menyadap serta aktif memonitor masalah perkembangan politik, masalah diplomatik, dan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia. Amerika Serikat serta Australia jelas sangat berkepentingan dengan rangkaian pemilu dan pilpres, mereka akan berusaha mengetahui siapa pemegang kekuasaan pada tahun 2014, dan bukan tidak mungkin akan adanya campur tangan di dalamnya. Disamping itu, Direktorat Signal Australia juga memonitor dua kekuatan militer Indonesia (TNI AL dan TNI AU). Kedua kekuatan tersebut merupakan kekuatan yang berkemampuan serang strategis yang dikhawatirkan.
Walaupun informasi tentang spionase dari Australia dan Amerika Serikat terhadap Indonesia banyak ditanggapi oleh para pejabat tingggi, kini yang terpenting adalah bagaimana Badan Intelijen Negara serta Lembaga Sandi Negara melakukan pemeriksaan sekuriti terhadap sistem pengamanan baik informasi maupun kegiatan dari pejabat. Memang diakui sulit mengatasi penyadapan dari negara lain dengan teknologi yang sudah demikian canggih.
Tetapi jalan selalu ada selama niat, kemauan serta sense of intelligence tetap ditingkatkan dan dilaksanakan. Perang intelijen sudah lama terjadi, karena itu intelijen sebaiknya ditempatkan sebagai ujung tombak pemerintah dalam mengambil langkah kebijakan dan keputusan. Yang kini sangat perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran sekuriti para pejabat dan pemegang data rahasia negara dalam menghadapi penyadapan. Tanpa itu, kita akan terus ditelanjangi, walaupun memang sudah lama tanpa disadari kita memang sudah telanjang bulat.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
MI. 

Embarkasi Pasukan Latihan Kesiapsiagaan Oprasional TNI AL


KRI Teluk Bone-511 sebagai salah satu unsur pendukung kegiatan tahap manuvra lapangan (Manlap) dalam Latihan Kesiapsiagaan Operasional Kolinlamil Tahun 2013, melaksanakan embarkasi pasukan di Dermaga Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (2/11/2013).
KRI TBO-511 yang tergabung dalam Satuan Tugas Laut (Satgasla) dengan komandan Letkol Laut (P) Bayu Alisyahbana ini, mengangkut unsur darat dari Divisi Infanteri 1 Kostrad sebagai bagian dari Komando Tugas Gabungan Pendarat (Kogasgabrat).
Sementara itu menurut Komandan Satuan Tugas Laut (Dansatgasla) Letkol Laut Toto Suharyanto, S.T., pelaksanaan kegiatan manuver lapangan yang merupakan bagian latihan Kesiapsiagaan Operasional Kolinlamil pada tahap latihan lapangan ini, akan dilaksanakan antara lain di Teluk Jakarta, Laut Jawa, Selat Sunda, serta diakhiri dengan pendaratan administrasi di Lampung.
Lebih lanjut Dansatgasla menjelaskan bahwa dalam kegiatan manuvra lapangan, akan mensimulasikan operasi untuk merebut kembali daerah yang dikuasai oleh musuh. Hal ini sesuai dengan perintah operasi militer yang disampaikan oleh Panglima TNI pada saat penyampaian taklimat operasi.
Latihan Kesiapsiagaan Operasional Kolinlamil Tahun 2013, dengan penyelenggara Komando Pendidikan Latihan (Kodiklat) TNI ini, telah memasuki tahap manlap yang terbagi atas Latihan Posko yang telah dilaksnakan yaitu mulai tanggal 28 s.d. 31 Oktober 2013, dengan bertempat di Mako Kolinlamil, Jakarta. Sedangkan Latihan Lapangan berlangsung mulai 01 s.d. 08 Nopember 2013, bertempat di  Teluk Jakarta, Laut Jawa, Selat Sunda, serta Lampung.
MI. 

Prajurit TNI di Lebanon Bangun Patung Garuda

Prajurit TNI di Lebanon Bangun Patung Garuda

Force Commander UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) Mayor Jenderal Paolo Serra yang berasal dari negara Italia meresmikan Patung Garuda di lapangan Soedirman Camp markas Satgas Indo FPC (Force Protection Company) Kontingen Garuda (Konga) XXVI-E2/Unifil, Naqoura, Lebanon Selatan, Jumat (1/11/2013).
"Saya cukup takjub atas kerja dari personel Satgas Indo FPC, dan hampir tidak percaya kalau bangunan yang berdiri ini merupakan sentuhan-sentuhan tangan prajurit TNI dan tampak seperti sentuhan tangan profesionalisme. Anda memang benar-benar prajurit pasukan khusus selain handal dalam kemiliteran namun bidang seni juga mahir," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Minggu (3/11/2013).
Pembuatan patung Garuda di Soedirman Camp ini menghabiskan waktu kurang lebih 6 bulan. Ide pembuatannya berasal dari Dansatgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil Letkol Inf Yuri Elias Mamahi. Sementara dalam pengerjaannya sebagai arsitek Serma Muhidin, Sertu Gunawan, Sertu Ibnu, Kopda Nainggolan dan Kopda Simson dibawah pimpinan Letda Sus Bagus Kurniawan.
Sebelum peresmian pemotongan pita oleh Jenderal Italia Paolo Serra, Letda Sus Bagus memberikan penjelasan tentang Garuda yang merupakan lambang dari negara Republik Indonesia tercinta.
"Bulu burung Garuda memiliki arti simbol sendiri yang bertepatan dengan Proklamasi Indonesia 17-8-1945, yaitu 17 helai bulu masing-masing sayap, 8 helai bulu ekor, dan 19 helai bulu dibawah perisai atau pada pangkal ekor serta 45 helai bulu di leher," kata Letda Bagus.
Pada kesempatan tersebut, Dansatgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil Letkol Inf Yuri Elias Mamahi mengucapkan terimakasih atas kerja keras seluruh prajurit yang sudah bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah hingga berdirinya patung Garuda ini, dan sekarang sudah menjadi ikon kebanggaan seluruh Kontingen Indonesia yang tergabung dalam misi perdamaian UNIFIL.
Usai meresmikan patung Garuda, Jenderal Paolo Serra dan rombongan menerima paparan Dansatgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil Letkol Inf Yuri Elias Mamahi tentang sejarah awal keberadaan Satgas Indo FPC lima tahun yang silam tepatnya pada tahun 2009.
Dansatgas juga menjelaskan main task satgas, yaitu menjaga keamanan Head Quarter UNIFIL seperti penjagaan Gas Station Gate, Observation Post, Quick Reaction Team, Crowd and Riot Control serta pengamanan Force Commander dalam pelaksanaan Tripartite Meeting dan tugas protokoler lainnya diantaranya Guard of Honour tamu kehormatan UNIFIL.
Sementara itu, Jenderal bintang dua asal Italia mengatakan cukup antusias atas kerja Satgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil di lapangan di tengah kondisi siang, malam, panas dan hujan tetap semangat terlebih dengan teriakan penghormatan yang sudah tidak asing lagi didengarnya yaitu Garuda.
"Indonesia merupakan saudara yang baik, percaya diri dan selalu tampil dalam setiap event," ujarnya.
MI. 

Kemlu: Indonesia jaga stabilitas Laut China Selatan


Indonesia berkepentingan menjaga suasana stabil dan kondusif di Laut China Selatan untuk menghindari konflik antarnegara, kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Pitono Purnomo.
"Selama ini sering terjadi potensi gesekan antara negara-negara yang mengklaim beberapa pulau di Laut China Selatan, sehingga Indonesia mengelola potensi konflik menjadi area untuk bekerja sama," katanya di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia pada "The 23rd Workshop on Managing Potential Conflicts in The South China Sea", Indonesia menggunakan trek satu setengah, yakni gabungan antara ahli pemerintah dan nonpemerintah bekerja sama untuk mengatasi potensi konflik di Laut China Selatan.
"Indonesia yang menggagas ide itu sejak 23 tahun yang lalu, yang kini telah dijadikan kebijakan di Laut China Selatan bukan sebagai area konflik, tetapi area bekerja sama untuk perdamaian dan stabilitas melalui serangkaian kebijakan," katanya.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan yang dibacakan Wakil Gubernur Paku Alam IX mengatakan kawasan Laut China Selatan telah dipandang memiliki kepentingan ekonomi yang strategis sejak zaman dulu.
"Wilayah itu merupakan salah satu jalur maritim dan lintas pelayaran yang paling strategis di dunia, selain merupakan kawasan yang menyimpan berbagai biodiversitas kelautan terkaya," katanya.
Menurut dia, sebuah kawasan atau negara akan menjadi primadona bagi kawasan atau negara lain, manakala kawasan atau negara tersebut mempunyai aspek strategis yang bisa mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan kawasan dan negara tertentu.
"Menyadari kecenderungan dan kompleksitas situasi di kawasan Laut China Selatan tersebut sudah seharusnya kita bertindak bersama-sama dan menemukan langkah efektif untuk mengurangi dampak buruk dari situasi tersebut," katanya.
Ia mengatakan hal itu dalam rangka mempertahankan stabilitas kawasan serta melindungi dan menjamin kebebasan navigasi.
"Dengan kata lain, saat ini kita dituntut untuk memperkuat kerja sama dalam rangka menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan Laut China Selatan," katanya.
MI. 

Lakukan Kegiatan Penyadapan, Indonesia Bisa Usir Dubes AS dan Australia

Lakukan Kegiatan Penyadapan, Indonesia Bisa Usir Dubes AS dan Australia

Tindakan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang melayangkan nota protes atas kegiatan penyadapan yang dilakukan AS dan Australia dinilai sudah tepat. Namun, jika kurang puas, pemerintah Indonesia bisa mengusir duta besar AS dan Australia dari Indonesia.
"Bila Indonesia menganggap penjelasan resmi sudah memadai maka isu penyadapan akan selesai sampai situ. Namun bila Indonesia tidak puas dengan penjelasan dari AS dan Ausralia maka Indonesia dapat melakukan tindakan pengusiran atau persona non grata atas sejumlah diplomat yang bertugas di Kedubes AS dan Australia," kata Pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana dalam pernyataannya, Minggu(3/11/2013).
Tidak hanya itu, menurut Hikmahanto, pemerintah Indonesia dapat memanggil pulang duta besar Indonesia dan Australia, bahkan memperkecil diplomat yang bertugas di perwakilan kedua negara.
"Ini sebelum tindakan keras berupa pemutusan hubungan diplomatik. Semua akan bergantung pada bagaimana reaksi pemerintah Indonesia terhadap insiden penyadapan. Pemerintah Jerman dan Brazil telah mengungkap kemarahannya dengan mengusulkan ke PBB draf resolusi terkait hak privasi," ujar Hikmahanto.
Akan tetapi Hikmahanto meragukan sikap pemerintah Indonesia yang bakal bersikap keras serupa dengan Jerman dan Brazil. Alasannya, ketergantungan Indonesia terhadap kedua negara tersebut sangat besar.
"Hal itu menjadi pertanyaan besar. Keputusan pemerintah akan dibayang-bayangi dengan ketergantungan Indonesia terhadap kedua negara dan bagaimana kedua negara memainkan posisi tawar mereka terhadap Indonesia," ujarnya.
Terkuaknya penyadapan oleh AS dan Australia bukan didasarkan atas hasil kerja dari BIN melainkan pengkhinatan yang dilakukan oleh mantan pegawai kontrak, Snowden.
Snowden telah mengungkapkan penyadapan yang dilakukan oleh AS di Jerman, China, Malaysia, bahkan Indonesia.
Tindakan penyadapan dilakukan untuk mengumpulkan informasi secara ilegal sehingga pemerintah AS atau Australia dapat mengetahui terlebih dahulu serta mengantisipasi kebijakan yang akan dibuat oleh pemerintah Indonesia.
Penyadapan menurut Hikmahanto dianggap tidak sehat dalam melakukan hubungan internasional karena didasarkan pada kecurigaan dan keinginan untuk terlebih dahulu tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah dari negara yang akan disadap.
"Penyadapan dianggap bertentangan dengan hukum internasional karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan norma yang diatur dalam Konvensi tentang Hubungan Diplomatik," ujarnya.
MI.