Sabtu, 12 Oktober 2013

Ada Senapan Sig 552 Kopassus di Pameran Alutsista



Jakarta  – Senapan serbu Sig 552 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) turut dipajang dalam pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) di pelataran Monumen Nasional Jakarta.

Sig 552 digunakan satuan tersebut karena mampu memberikan keakurasian yang tinggi.

Sig 522 dilengkapi dengan teknologi yang disebut aim point, alat penentu arah yang berfungsi untuk mengarahkan tembakan sehingga tepat sasaran.

“Pada layar kecil yang terdapat di bagian atas Sig 552, terdapat titik merah yang fungsinya untuk mengarahkan pembidik ke sasaran tembakan,” kata Sersan satu Ismael yang bertugas di stan Kopassus.

Kecanggihan senjata serbu Sig 552 menurut dia dapat dilihat dari beberapa aspek.

“Senjata dikatakan canggih jika memenuhi beberapa aspek, seperti aspek ergonomis, ekonomi, keamanan dan kemampuan senjata,” kata Ismael.

Dari aspek ergonomik, Sig 552 dirancang sesuai anatomi tubuh manusia sehingga ketika dipakai terasa nyaman.

“Sig 552 terasa nyaman saat posisi menembak meskipun tubuh penuh perlengkapan yag cukup berat seperti rompi, helm,  masker dan ransel,” jelas Ismael.

Selain mampu memberikan keakurasian yang tinggi, kemampuan Sig 552 terletak pada sistem penguncian kotak  peluru yang dapat mencengkeram peluru sehingga peluru tidak berjatuhan.

“Semakin banyak jumlah peluru, pada senapan lain, cengkeramannya kurang kuat sehingga sering berjatuhan. Sedangkan Sig 552 berbeda, semakin banyak jumlah peluru maka cengkramannya semakin kuat,” katanya lagi.

Dengan bobot 2,1 kg Sig 552 juga tahan terhadap macet (peluru tidak bisa ditembakkan).

Senjata buatan Jerman tersebut diperuntukkan saat tugas-tugas strategis terpilih.

“Senjata ini biasanya diperuntukkan seperti satuan 81 antiteror dalam menangani pembebasan sandera si Somalia,” ungkap Ismael.

Penumpang Helikopter Mi-17 TNI AD Selamat

Helikopter mi-17 TNI AD melakukan pendaratan darurat di Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang. Sejumlah bagian pesawat mengalami kerusakan

Enam kru helikopter Mi-17 beserta 8 personel TNI dari Satgas 126, selamat saat terjadi insiden pendaratan darurat sekitar 600 meter arah barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat (11/10/2013).
Pada pukul 10.05 WIT, Helikopter TNI AD jenis MI-17 yang sedang melakukan penerbangan membawa bantuan logistik dari Bandara Sentani Jayapura menuju Bandara Okbibab, tiba-tiba hilang kendali dan harus melakukan pendaratan darurat.
Menurut Kepala Penerangan, Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih, Kolonel Inf Lismer Lumban Siantar, kejadian berlangsung di Kampung Abnu Sibil, Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang.
“Saat pesawat berada pada jarak 600 meter dari Bandara Okbibab, tiba-tiba terjadi perubahan cuaca mendadak. Heli hilang kendali setelah dihempas angin kencang. Beruntung pesawat bisa melakukan pendaratan darurat sehingga semua kru dan penumpang selamat,” jelas Lismer melalui pesan singkat.
Akibat insiden ini, beberapa bagian heli mengalami kerusakan.
Setelah berkoordinasi dengan anggota TNI setempat, beberapa saat kemudian anggota TNI dari Koramil Okbibab bersama anggota TNI Satgas 126 mendatangi lokasi kejadian. “Mereka langsung mengamankan pesawat dan mengangkut logistik TNI yang dibawa dari Jayapura,”  ujar Kolonel Lismer. (Kompas.com).

Kapal Selam Indonesia Dibangun PT PAL

Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo: MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)

PT PAL Surabaya- Jawa Timur siap memproduksi kapal selam di dalam negeri, dimulai tahun 2015. Pembuatan kapal selam pesanan Kementerian Pertahanan ini merupakan bagian kerjasama dengan perusahaan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME).
“Tahun 2015 kita sudah mulai. Sekarang kita siapkan orang dan fasilitasnya,” ujar Direktur Utama PAL Firmansyah (8/10/2013).
Produksi kapal type DSME 209 ini dilakukan saat proses pembuatan 2 unit kapal selam di Korea Selatan. Saat ini PAL secara bertahap sedang menugaskan para karyawan mereka untuk belajar proses perencanaan hingga produksi kapal selam di Korea Selatan.
“Saat kapal selam 1 dan 2 dibangun di sana (Korsel). Orang kita belajar di sana untuk mempersiapkan kapal yang ke-3. Total ada 206 orang yang belajar. Kirimnya bertahap. Ada silabus pelajarannya dan itu semua karyawan PT PAL,” ujar Firmansyah.

Changbogo Class Submarine (Foto: alutsista)
Changbogo Class Submarine buatan DSME Korea Selatan (Foto: alutsista)

Selain mempersiakan para ahli di Indonesia, PAL juga membangun lokasi pembuatan dan perawatan kapal selam senilai US$ 150 juta (Rp 1,5 triliun) di Surabaya, Jawa Timur.
“Workshop atau tempat membangun section dalam negeri. Investasi di dalam negeri US$ 150 juta. Termasuk untuk peralatan, kapal selam kan perlu dirawat, perlu fasilitas sendiri. Selama ini perawatan ke luar negeri memakan biaya yang mahal,” sebutnya.
Ditargetkan pada tahun 2017, Indonesia telah memiliki kapal selam asli karya putra-putri Indonesia. “Tahun 2017 Indonesia sudah punya kapal selam buatan PAL,” ujar Firmansyah menutup pembicaraan.(detik.com)


Uji Tembak Tarantula

Blarrrr...!! Blarrrr...!! Meriam 90mm Cockerill menyalak dahsyat bersahut-sahutan. Gema suaranya terdengar hingga kejauhan. Demikianlah suasana pelatihan penembakan senjata utama panser Tarantula yang dilaksanakan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD di kawasan Cipatat Bandung Jawa barat. Pelatihan ini sendiri melibatkan puluhan personel kavaleri dan 2 buah Panser Tarantula.
Layaknya pelatihan, puluhan amunisi juga disiapkan. Munisi yang digunakan untuk latihan adalah dari jenis HESH buatan Belgia. Satu persatu, calon awak Tarantula mencoba membidik sasaran lesan ukuran 4x4 meter yang diletakan sejauh 1 kilometer. Dari beberapa kali uji tembak, terlihat akurasi meriam Cockerill ini sangat baik. Beberapa tembakan mencetak skor bulls eye. Padahal, ini baru merupakan latihan pertama sehingga para awak belum terlalu terlatih. Selain itu, meriam cockerill MK-3 90mm LP ini cukup canggih. Ia dilengkapi dengan pengukur jarak laser serta penglihat malam. Namun, dalam pelatihan ini juga dilatihkan menembak tanpa laser range finder. Sehingga kemampuan awak kavaleri benar-benar teruji.
Dari pengamatan ARC, platform Tarantula rupanya cukup stabil. Ketika meriam ditembakan, hampir tidak ada tolak balik yang terjadi. Berbeda misalnya jika kita melihat penembakan AMX-13, dimana tubuh tank ikut berguncang. Buktinya, Instruktur bule tampak santai nangkring diatas Tarantula tanpa takut terjerembab ketika sesi penembakan berlangsung. Kecilnya recoil ini juga merupakan keunggulan dari meriam Cockerill MK-3. Sistem meriam 90mm Tarantula terpasang pada kubah yang dioperasikan oleh 2 awak, juru tembak (gunner) dan danran alias komandan kendaraan. Sementara, tipikal amunisi yang disediakan adalah APFSDS-T (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot-Tracer), HEAT (High Explosive Anti Tank), HE-T, dan Canister (anti personil). Walaupun munisinya sudah tidak efektif untuk melawan tank modern, kanon 90 masih memiliki gigi untuk tugas-tugas pengamanan, penyekatan, dan dukungan tembakan, fungsi yang nantinya akan diemban oleh Tarantula.
Pelatihan penembakan ini merupakan rangkaian dari pelatihan awak ranpur sebelumnya. Dimana sebelumnya juga telah dilatihkan operasional radio, mengemudi dan akhirnya penembakan. Bukan hanya siang hari, pelatihan menembak juga akan dilakukan pada malam hari, serta juga pelatihan penembakan senjata co-axial. Setelah pelatihan lengkap, prajurit Kavaleri pun makin siap dan sigap mengamankan negeri menggunakan senjata kebanggaan mereka yang baru, Tarantula.
(all photo: Pussenkav TNI-AD)
ARC.

Ketika Semangat Kemandirian JK Berbuah Panser Anoa

Anak-anak berkeliling menumpang Panser Anoa produksi Pindad dalam Pameran Alutsista TNI AD di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2013). Pameran yang digelar dalam rangka HUT ke-68 TNI tersebut berlangsung dari 4-7 Oktober 2013. (Warta Kota/Alex Suban)

JAKARTA - Beberapa waktu lalu 3-7 Oktober 2013, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyelenggarakan pameran sistem persenjataannya.
Organisasi militer ini mempertunjukkan senjata-senjata sekaligus kendaraan miliknya tersebut dalam pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digelar di pelataran Tugu Monas Jakarta.
Di antara stan-stan yang  ada, stan TNI Angkatan Darat (TNI AD) cukup banyak mendapat perhatian. Salah satu kendaraan senjata yang paling menarik minat pengunjung adalah sebuah panser. Panser ANOA namanya. Yang khusus dalam acara ini adalah, para pengunjung ternyata bukan hanya dapat ‘melongo’ menyaksikan mobil baja ini. Mereka juga bisa ikut menaikinya, tentu bukan untuk diberangkatkan perang, tapi keliling Monas.
Namun yang menarik dan mengesankan dengan panser ini bukan hanya kekuatan atau kecanggihannya yang memang sudah seperti panser-panser buatan negara maju. Tapi adalah cerita dibalik baja-baja berjalan inilah yang jauh lebih menarik.
Ini semua diawali dari rasa gregetan-nya seorang Jusuf Kalla . Waktu itu tahun 2007 JK mencanangkan kebijakan kemandirian industri pertahanan. Ia gemas melihat alat persenjataan militer negeri ini kebanyakan impor, khususnya panser.
Dalam suatu kesempatan ceramah di Lemhanas beberapa waktu lalu, JK mengatakan “Masa (panser) yang seperti ini saja kita tidak bisa buat? Saya tanya pindad berapa biayanya. Katanya 7 milyar.”
Hitung-hitungan JK saat itu menunjukkan bahwa jika Indonesia impor, maka biayana adalah 1 juta dolar. 
“Itu ‘kan 10 miliar? Waktu itu saya tegaskan, kita bisa buat sendiri dengan kualitas yang sama bahkan lebih baik!” kata mantan Wapres ini.
Waktu itu beberapa pihak termasuk dari TNI meragukan ide JK ini. Bagaimana keahliannya, itulah yang menjadi sumber keraguan. Tapi JK tak kehilangan akal.
“Saya panggil semua yang ahli menghadap. Siapa ahli trek, siapa ahli bodi, siapa ahli baja, siapa ahli listrik, siapa ahli kaca, saya kumpulkan mereka di kantor. Saya katakan, ‘Hei, kalian orang hebat di negeri ini, saya minta anda semua buat sesuatu untuk bangsa ini. Saya tak mau bayar, tapi Anda bantu negeri,” kata JK.
Masalah lain kemudian muncul. Bagaimana pembiayaannya? Waktu itu PT Pindad sama sekali tak punya kesanggupan finansial untuk proyek ketahanan ini.
“Bagaimana uangnya? Mudah saja. Saya panggil bank-bank pemerintah lalu saya tegaskan, ‘Hei bank, kasih dia (PT Pindad) 500 miliar.’ Waktu itu mereka bertanya tentang bagaimana dasarnya. Saya bilang, ‘Kau butuh apa?’ Keputusan pemerintah. Mudah saja. Saya langsung minta Bappenas buat proyek ini, juga Kemenhan buat proyek ini. Selesai,”ujarnya.
Masalah ternyata tak berhenti di situ saja. Waktu itu, bank-bank pemerintah masih meragukan permintaan JK agar mereka mengucurkan dana pinjaman pada PT Pindad. Namanya bukan JK kalau kehabisan akal.
JK menceritakan, “Waktu itu mereka (Bank-bank) bilang, ‘Wapres, siapa yang akan menjamin (pembayaran pinjamannya)? Lalu saya jawab, Menteri Keuangan yang akan menjamin. Kita (pemerintah) akan bayar tahun depan. Beres.”kata JK.
Maka, cerita JK, datanglah mereka para ahli yang sudah ia kumpulkan secara keroyokan ke PT Pindad. Setelah melalui serangkaian proses dan tahapan,jadilah buat panser setengah harga impor yang lebih hebat.
Kini Panser ANOA terus jadi favorit TNI jadi bagian alutsistanya. Seperti dilaporkan Kantor Berita Antara, panser ANOA milik TNI ini memang lebih baik dari buatan luar negeri misalnya dengan Panser VAB buatan Prancis.
Salah satu pembeda Anoa dan VAB terletak pada plat baja yang digunakan untuk melindungi kaca anti peluru. Apabila musuh menembak bagian kaca, maka plat baja itu yang melindungi sehingga tidak pecah. VAB tidak memiliki perlengkapan seperti ini.
Selain itu, bagian kabin Anoa telah dilengkapi dengan CCTV (kamera pengawas), NVG (alat deteksi malam hari), dan pendingin udara. Dengan kelengkapan tersebut Anoa menjadi lebih nyaman dari pada VAB yang belum dilengkapi semua kelengkapan itu.
“Kita selama ini dibodohi saja. Oleh orang lain atau juga diri kita sendiri! Kita impor ini-itu karena merasa tak bisa mandiri. Soal proses pemberian proyek ke Pindad, apa yang salah? Tak ada yang salah. Cuma satu yang bisa buat panser. Peraturannya kalau cuma satu tak perlu tender. Apalagi lebih murah,” kata Wakil Presiden RI 2004-2009 ini.

Jumat, 11 Oktober 2013

Fokus: 7 Generasi Jet Latih TNI AU



Datangnya pesawat jet latih T-50 Golden Eagle mengisi jajaran alutsista TNI AU memberikan harapan baru dalam upaya pembangunan kekuatan dirgantara nasional. Pesawat Lead in Fighter Trainer (LIFT) generasi terbaru ini diharapkan menjadi jenjang untuk meningkatkan kapabilitas para penerbang tempur TNI AU di masa sekarang dan mendatang. T-50 merupakan jenis jet latih ketujuh yang dioperasikan TNI AU setelah de Haviland Vampire, MiG-15 UTI, L-29 Dolphin, T-33A T-Bird, Hawk Mk.53, dan Hawk 109. Berikut selayang pandang tujuh jet latih TNI AU dan perjalanan panjang penantian T-50. Disiapkan oleh Roni Sontani dilengkapi tulisan Rangga Baswara dan Setiyo Nugroho.

            HUT TNI ke-68 pada 5 Oktober tahun ini ditandai kado istimewa dengan telah berdatangannya beberapa alutsista baru melengkapi kekuatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Upaya pemerintah menggelontorkan anggaran untuk memperkuat alutsista yang dibutuhkan ketiga matra TNI ini patut diberi acungan jempol dan dukungan. Bagaimana pun Tentara Nasional Indonesia membutuhkan alutsista-alutsista yang sesuai dengan perkembangan zaman, selain pengembangan sumber daya manusia yang harus terus ditingkatkan.

            Khusus TNI AU, datangnya pesawat EMB-314 Super Tucano yang menggantikan OV-10F Bronco di Skadron Udara 21, lalu CN295 yang menggantikan Fokker 27 di Skadron Udara 2, pesawat Latih Dasar Grob G 120TP-A yang akan menggantikan pesawat AS-202 Bravo dan T-34C Turbo Mentor di Skadron Pendidikan 101, merupakan bagian dari pesawat-pesawat baru yang dibeli Indonesia dan telah datang secara bertahap.

Selain itu penambahan pesawat tempur Su-27SKM dan Su-30MK2 sehingga Skadron Udara 11 genap memiliki 16 unit Su-27/30 berikut persenjataan lengkapnya, menjadikan Skadron Udara 11 makin bergigi dan diperhitungkan negara-negara tetangga. Sementara rencana penambahan sembilan pesawat C-130H Hercules bekas pakai AU Australia untuk persiapan Skadron Udara 33 di Makassar diharapkan makin menambah kekuatan unsur pesawat angkut di wilayah Timur dan memenuhi kebutuhan dukungan pergerakan pesawat tempur, personel, maupun logistik latihan, masih ditunggu proses realisasinya. Demikian juga dengan pembelian helikopter Cougar yang akan dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia akan meningkatkan kekuatan skadron sayap putar.

Sedangkan pembelian 24 F-16C Block 32+ yang dijadwalkan mulai mengisi Skadron Udara 16 di Pekanbaru tahun depan, akan melengkapi kekuatan tempur di wilayah Barat dan Tengah yang saat ini ditopang oleh dua skadron pesawat Hawk 109/209, yakni Skadron Udara 12 di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 di Pontianak. Di wilayah Barat, TNI AU juga sedang mempersiapkan skadron intai baru yang akan diisi oleh pesawat CN235-200 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia.

Dalam rencana ke depan, TNI AU juga akan mengganti pesawat F-5 Tiger II Skadron Udara 14. Beberapa pesawat sedang dalam tahap penjajakan pengkajian sehingga diharapkan nantinya didapatkan pesawat pengganti yang sesuai dan kapabilitasnya tinggi. Sementara pesawat tempur IFX yang dikerjasamakan produksinya dengan Korea Selatan, masih menunggu kelanjutan prosesnya terkait kebijakan pemerintahan baru di negeri itu.
Elang Emas.

Tanggal 11 September lalu, dua unit Elang Emas T-50i tiba di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur setelah melakukan penerbangan feri dari pabriknya, Korean Aviation Industries (KAI), di Sacheon, Gyeongsang, Korea Selatan. Penerbangan melalui Kaohsiung (Taiwan), Cebu (Filipina), serta Balikpapan, Kalimantan Selatan. Sebelum mendarat di sarangnya kedua pesawat yang diterbangkan oleh empat pilot uji KAI, Kwon Huiman, Lee Dong-kyo, Kang Cheol, dan Shin Donghak itu disambut oleh dua Hawk Mk.53 dengan callsign Hawk Flight di East Area Iswahjudi Aerodrome yang diterbangkan oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum beserta Mayor Pnb Hendra dan Kapten Pnb Gultom beserta Lettu Pnb Yudistira.

Setelah mendapat pengawalan dan penyambutan kehormatan, kedua Elang Emas join up dengan “saudara tua”-nya membentuk formasi kotak dipimpin flight leader Komandan Skadron Udara 15. Di bawah, Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna, Danlanud Iswahjudi Marsma TNI Yuyu Sutisna, Vice Presiden KAI Kim Kyuhak, dan segenap pejabat TNI/Polri serta Muspida se-Karesidenan Madiun telah menunggu. Suasana riuh terdengar manakala pesawat bercat biru kuning T-50 dan abu-abu Hawk Mk.53 tampak dalam pandangan mata, melakukan flypass dua kali di atas hanggar Skadron Udara 15 dari arah yang berbeda.

Indonesia menjadi pengguna pertama T-50 di luar Korea Selatan. Pesawat yang tampilannya mirip dengan F-16 Fighting Falcon ini dikembangkan bersama oleh KAI dan Lockheed Martin, AS pembuat F-16. Indonesia membeli 16 unit T-50i dimana delapan unit diberi cat aerobatic painting dan delapan lainnya diberi cat camouflage painting.

Perkembangan Roket dan Tank Pindad

rhan-122.tni-2013
PT Pindad sedang mengembangkan roket balistik Rhan 122 yang memiliki jangkauan 15 kilometer serta bisa dikendalikan dengan GPS. Roket berpandu GPS ini dikerjakan PT PIndad bersama:PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, Ristek dan BPPT, yang tergabung dalam sebuah konsorsium.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan roket balistik ini pernah diuji coba di Baturaja- Sumatera Selatan, serta di Garut Selatan, Jawa Barat.
Pembuatan roket masih dalam tahap penyempurnaan dan masih perlu mendapatkan tabel tembak. Tabel tembak baru bisa didapat jika sudah dilakukan pengujian beberapa kali dan tembakannya akurat. “Tabel tembak, kita harus menembakkan berapa ratus kali dan sekian kali. Kalau itu akurat baru dibuat tabel tembak. Nama roketnya Rhan 122,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo.
Roket Rhan-122 dikembangkan berpandu GPS
Roket Rhan-122 dikembangkan berpandu GPS
Roket ini nantinya akan dipakai oleh TNI yang selama ini masih memakai produk impor. Menurut Wahyu, roket ini adalah roket balistik pertama untuk industri pertahanan. “Sekarang ini akan diuji dulu. Ini roket balistik pertama untuk pertahanan. Roket ini bisa dikendalikan GPS di sirip siripnya kita kendalikan. Nanti ada GPS segala macam dan ini generasi pertama,” jelasnya.
Roket Rhan122 ditargetkan bisa digunakan tahun 2015 mendatang. Untuk mengejar tabel tembak yang diperkirakan butuh waktu 2 tahun.
Tank Pindad
Selain mengembangkan roket Rhan 122 ber-GPS, Pindad juga mengembangkan tank kelas medium, dengan menggandeng perusahaan Turki. “Kerja sama ini tidak murni untuk bisnis, melainkan kerja sama antar pemerintah”, ujar Wahyu Utomo.
Namun, ada hal yang disayangkan dari kerja sama dengan Turki. Marketing Manajer PT Pindad Sena Maulana mengatakan, perusahaan Turki yang bekerja sama dengan Pindad, belum ahli dan belum pernah membuat medium tank.
Prototype Tank Pindad (photo: Audrey)
Prototype Tank Pindad (photo: Audrey)
Prototype Tank SBS Pindad (Photo: Kenyot10)
Prototype Tank SBS Pindad (Photo: Kenyot10)
tank-sbs
tank-medium
Pindad kini mendisain sendiri tank-nya. Pemerintah Indonesia dengan Turki bekerja sama, namun masih penjajakan. Turki tidak memiliki kapabilitas yang kita harapkan. Kita ingin partner yang lebih jago. Tapi kerjasama dengan Turki itu, telah bersifat G to G, pemerintah ke pemerintah,” katanya.
Untuk itu, disamping pengembangan medium tank dengan Turki, Pindad juga mengembangkan medium tank sendiri dengan nama SBS dan saat ini sedang mengembangkan prototype-nya.
“Daripada proyek dengan Turki masih diam, kita kembangkan sendiri tanknya. namanya SBS. SBS sudah jalan sekarang. 2014 target sudah mulai bisa jalan jauh,” ujar Sena Maulana. PT Pindad terus mendorong pembuatan medium tank, karena jumlah medium tank yang dibutuhkan TNI cukup banyak. (Merdeka.com).