Untuk kategori meriam, awalnya saya mengira bila meriam milik Armed
(Artileri Medan) TNI AD yang paling kecil kalibernya adalah 76 mm,
tepatnya diwakili tipe M-48, atau kondang disebut meriam gunung. Tapi
anggapan itu keliru, faktanya masih ada meriam kaliber 75 mm. Lebih
tepatnya meriam ini terlihat digunakan pada saat tembakan penghormatan
pada momen upacara HUT RI Ke-70 di Istana Negara, Jakarta.
Satu baterai meriam kaliber 75 mm steling pada posisi silang Monumen
Nasional (Monas). Total sebanyak 17x tembakan dilepaskan saat mengawali
prosesi upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Meski berada dalam
jarak ratusan meter dari lokasi upacara, di tangan prajurit Baret
Coklat, satuan Armed dari Yon Armed 7/105 GS Kodam Jaya, berhasil
melaksanakan tembakan salvo dengan peluru hampa sebagai rangkaian
penghormatan. Tak hanya beraksi di momen upacara 17 Agustusan, debut
meriam 75 mm ini juga acap kali digunakan sebagai elemen penyambutan
tamu-tamu Negara yang bertandang ke Istana.
Yang menarik, tentu saja sosok meriam 75 mm atau kondang disebut
salute gun. Berbeda dengan meriam pada elemen satuan Armed, salute gun
asasinya tidak dirancang untuk berperang. Sesuai namanya, meriam ini
lebih dikedepankan untuk melepaskan tembakan penghormatan dan atraksi.
Dalam beberapa hal, peran meriam ini tak ubahnya meriam karbit yang
kondang di Pontianak, Kalimantan Barat. Tapi bedanya, saluting gun punya
desain mirip meriam armed pada umumnya, ditempatkan dalam platform towed carrier, lengkap dengan dua roda yang memudahkan mobilitas.
Tidak diketahui persis tipe saluting gun yang dipakai Yon Armed 7.
Bila dilihat sekilas, harus diakui sosok meriam ini lebih mirip replika
meriam asli. Bentuknya begitu mungil untuk ukuran meriam Armed, tak
jarang orang yang pertama melihatnya merasa sanksi bila meriam ini bisa
menyalak.
Ada cerita yang menarik dari saluting (salute) gun TNI AD ini, bila
biasanya Indonesia kerap menerima senjata hibah dari negara sahabat,
lewat salute gun, justru Indonesia yang giliran memberikan hibah.
Berdasarkan catatan, pada Mei 2012, Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan
menyetujui rencana pemerintah untuk menghibahkan enam pucuk meriam
Salute Gun TNI AD kepada Republik Demokratis Timor Leste (RDTL).
Menhan Purnomo Yusgiantoro pada saat itu menyampaikan bahwa hibah
enam salute gun dalam rangka mendukung hari kemerdekaan RDTL yang ke-10,
dimana akan dihadiri banyak tamu negara asing. Selain itu kegiatan
hibah ini juga memiliki arti penting dalam menjaga hubungan bilateral
antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Timor Leste.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah melakukan hibah meriam salut gun
kepada pemerintah Papua Nugini (PNG) sejumlah 6 pucuk. Awalnya TNI AD
mempunya 18 pucuk salute gun, setelah hibah ke Timor Leste dan PNG, kini
unit yang tersedia di Yon Armed 7 tinggal tersisa enam pucuk.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah memiliki rencana untuk
mengadakan kembali 12 pucuk meriam untuk jenis sama, yang mana
rencananya ini telah dimasukan dalam anggaran penghematan APBN-P dan
optimalisasi tahun 2012 lalu.
Meski peran salutin gun dipegang oleh meriam mungil ini, namun dalam
beberapa kali kesempatan, salutin gun juga kerap menggunakan meriam
gunung M-48 dan Howitzer M2A2 kaliber 105 mm. (Ryan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar