Sebagai kekuatan laut terbesar di Asia Tenggara, TNI AL tergolong ‘komplit’ untuk deployment beragam tipe alutsista, namun ada satu yang kurang, yakni ketiadaan pesawat amfibi untuk menunjang tugas intai dan patroli maritim. Begitu pun dengan TNI AU, setelah berakhirnya pengabdian UF-2 Albatross Skadron Udara 5, praktis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tak lagi memiliki pesawat amfibi.
Keberadaan pesawat amfibi untuk negara sekaliber Indonesia sebenarnya sangat dibutuhkan, tak hanya bicara untuk tugas intai maritime dan gelar pasukan, pesawat amfibi juga bisa diberdayakan untuk misi-misi kemanusiaan. Usaha untuk punya pesawat amfibi bukan tak ada, pabrikan yang mengetahui ada peluang untuk berjualan sudah hilir mudik menawarkan tipe pesawat amfibinya. Sebut saja ada Bombardier CL-414, ShinMaywa US-2, dan Beriev Be-200 dari Rusia yang sempat naik daun saat misi SAR AirAsia QZ8501. Bahkan dalam platform WiSE (Wings In Surface Effect), TNI pun sempat melirik, dibutikan dengan kehadiran Aron Flying Ship dari Korea Selatan yang sempat unjuk demo di Tanjung Priok. Malahan dari dalam negeri, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sudah berhasil membuat prototipe WiSE yang diberi label Belibis.
Tapi sayangnya, hingga saat ini belum ada juga kontrak dari pemerintah Indonesia untuk pengadaan untuk wahana yang bisa terbang dan melaju di air tersebut. Beratnya mendapatkan kontrak pengadaan rupanya tak menyurutkan kreativitas anak bangsa. Lewat terobosan teknologi drone yang tengah populer, Indonesia Maritime Institute (IMI) bekerja sama dengan PT Trimitra Wisesa Abadi, pada bulan Juni lalu berhasil melakukan uji coba prototipe drone pesawat amfibi OS-Wifanusa. Tak sekedar uji coba, mengambil lokasi di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, OS-Wifanusa berhasil mendapatkan sertifikasi oleh Dislitbang TNI AL.
Hadirnya OS-Wifanusa meramaikan bursa drone di Tanah Air, setelah proyek Wulung UAV yang kini sukses melengkapi keberadaan Skadron Udara 51 di Lanud Supadio, Pontianak, drone dalam wujud burung flapping wing, drone quadcopter yang dipersenjatai, hingga drone kapal laut dihadirkan para kreator muda Indonesia. OS-Wifanusa dari segi spesifikasi, masuk dalam segmen UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat nirawak.
Dari segi rancangan dan sistem kendali, OS-Wifanusa pun tak beda dengan Wulung. Hanya saja, karena OS-Wifanusa digadang sebagai pesawat amfibi yang kodratnya lebih banyak beroperasi di atas perairan, maka unit GCS (Ground Control Station) akan dikembangkan di atas platform kapal laut (speed boat), selain keberadaan GCS di darat yang mengandalkan platform mini truk.
Menurut Direktur Eksekutif IMI Dr Y Paonganan yang juga perancang drone pesawat amfibi ini, pengembangan OS-Wifanusa membutuhkan waktu 1,5 tahun. IMI melakukan riset pembutan flying boat ini dan telah membuat prototipe skala 1:3 yang bergasil terbang sempurna, dan sekarang memasuki proses pembuatan skala 1:1 yang nantinya bisa diawaki 4 orang.
Bicara soal kemampuan, OS-Wifanusa dapat dikendalikan dari jarak jauh (100 km) dan menerima real time video untuk keperluan penelitian. Pesawat ini dilengkapi kamera multispektral untuk remote sensing. Endurance OS-Wifanusa bisa mencapai 6-7 jam terbang nonstop, untuk mesin sudah menggunakan fuel injection, jadi lebih efisien apalagi jika terbang di ketinggian di atas 1.000 meter lebih aman daripada mesin yang masih gunakan karburator biasa.
OS-Wifanusa bisa terbang sampai ketinggian 5.000 meter dengan jarak tempuh sampai 500-600 km dengan kecepatan 100 km per jam. Dalam uji coba di Waduk Jatiluhur, OS-Wifanusa dapat melakukan take off dengan jarak pacu 50 meter. Sementara dalam uji coba di darat, yakni di Lanud Sulaiman, Bandung, drone ini dapat take off dari landasan 30 meter.
Dikutip dari JPNN.com (29/7/2015), Kadis Litbangal Laksma TNI Ir Fedhy E Wiyana beserta tim uji dari Mabes TNI AL dan Mabes TNI, menilai ujo coba OS-Wifanusa berlangsung sukses. “Kita patut berbangga atas karya anak bangsa ini, pesawat jenis ini sangat cocok dengan kondisi wilayah NKRI yang di dominasi lautan, semoga ke depan bisa dikembangkan untuk digunakan dalam menunjang berbagai aktivitas maritim, baik sipil maupun militer,” kata Fedhy. Dalam uji tersebut, OS-Wifanusa berhasil menunjukkan performa terbaik, baik dari kestabilan terbang maupun ketepatan system dalam menjalankan misi seperti yang diprogramkan. (Bayu Pamungkas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar