Selasa, 22 Maret 2016

Sagem Sigma 40XP: Sistem Navigasi Inersial Digital Laser di Kapal Selam Nagabanda Class TNI AL

changbogo class submarine
Dengan basis rancangan yang kustom, tiga kapal selam terbaru TNI AL Nagabanda Class menawarkan keunggulan pada racikan sistem navigasi, sensor, dan sistem senjata yang kelak bisa memberi ‘kejutan’ saat nanti beroperasi. Setelah di artikel terdahulu Indomiliter.com mengupas elemen radar intai taktis, CMS (Combat Management System), tipe periskop, dan sistem senjata yang diadopsi Nagabanda Class, kini tak lengkap bila belum disinggung mengenai sistem navigasi yang dicangkok pada kapal selam yang juga kondang disebut Changbogo Class.
Merujuk sumber dari situs navyrecognition.com (25/11/2013), ketiga kapal selam pesanan Indonesia yang digarap DSME (Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering) akan dilengkapi sistem navigasi Sagem (Safran grup), manufaktur perangkat teknologi penerbangan dan pertahanan dari Perancis. Berdasarkan sumber tersebut, Sagem memasok solusi Sigma 40XP (extended performance). Ini merupakan paket solusi navigasi yang digadang untuk kebutuhan kapal selam konvensional diesel listrik dan kapal selam nuklir. Sesuai dengan platform Type 209 Changbogo Class yang mendukung kustomisasi, adaptasi Sigma 40XP juga bersifat modular.
36415
Sigma 40XP mengandalkan teknologi ring laser gyro inertial navigation system dan digital filtering, solusi ini menawarkan kalkukasi pada sistem dan mentransmisikan informasi beragam posisi kapal kepada awak. Tingkat akurasi yang ditawarkan mencapai 1 nautical mile/24 jam tanpa menghitung ulang kalkukasi dari GPS dalam mode autonomous. Sigma 40xP juga menawarkan kinerja tinggi, mendukung navigasi untuk misi endurance jarak jauh. Sigma 40XP yang di install di kapal selam terdiri dari dua komponen, yakni unit laser gyro inertial dan perangkat komputer. Yang disebut terakhir berperan penting untuk menjamin keselamatan kapal saat penyelamana, serta punya kontribusi pada peran submarine stealth.
rokn_sagem_sigma40xp
Sebagai informasi, sistem navigasi inersial adalah sistem navigasi berbasiskan seperangkat sensor yang dikenal sebagai sensor inersial (inertial sensor), yaitu accelerometer dan gyroscope. Secara umum, inersial sensor pada kapal selam dibutuhkan sebagai pemasok sistem inertial guidance, melengkapi teknologi pemandu basic kapal selam yang berbasis sonar. Inertial guidance tetap akurat hingga 150 jam waktu operasi dan harus kembali disetel kembali dengan sistem navigasi lain yang harus diakses di permukaan (GPS, radio, radar, satelit). Dengan adanya sistem ini, maka kapal selam bisa ternavigasi dengan akurat dan tetap berada dalam radius seratus kaki dari tujuannya.
nagabanda
Sagem 40XP bukan perangkat baru dalam teknologi INS (Inertial Navigation System) kapal selam. Di situs resminya, disebut sudah 60 unit kapal selam dari beragam 14 tipe/class yang mengandalkan Sagem 40XP. Lain dari itu INS Sagem 40XP juga sudah melengkapi 300 unit kapal permukaan. (Gilang Perdana)

Technical specifications
– Dimensions: 285x225x410 mm (INU) & 352x356x510 mm (MS-XP)
– Weight: 24 kg (INU) & 24 kg (MS-XP)
– Power supply: < 60 W (24 VDC)
– Environment: military naval standards
– Digital interface: up to 8 RS422
– Synchro interfaces: heading, roll & pitch
– Heading: < 3 arc minutes Sec Lat (RMS)
– Roll and pitch: < 1arc minute (RMS)
– Data availability at dockside: 3 minutes (full accuracy: < 15 minutes)
– Data availability at sea: 6 minutes

Pangkalan Militer Baru TNI AU di Kalimantan

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan mendapat pangkalan baru di Kalimantan, tepatnya Kalimantan Utara. Hal ini menyusul akan segera diresmikannya Bandara Internasional Juwata oleh Presiden Joko Widodo. Rencananya, bandara yang terletak di Tarakan itu akan diresmikan pada hari Selasa (22/03).
Lahan yang dimanfaatkan untuk Pangkalan Militer TNI AU di Bandara Juwata Tarakan ini seluas 39 hektar dari total luas bandara 238 hektar. Dengan begitu, adanya pangkalan militer ini tidak akan mengganggu penerbangan sipil di bandara.
Bandara Juwata telah memiliki apron (lapangan parkir pesawat) khusus bagi kegiatan militer. Apron ini nantinya akan tersambung dengan runway (landasan pacu) melalui military taxiway.
Empat Pesawat Sukhoi tiba di Bandara Juwata Tarakan (08/2015).
Empat Pesawat Sukhoi tiba di Bandara Juwata Tarakan (08/2015).

Menurut Kepala Seksi Operasi dan latihan pangkalan TNI AU Tarakan, Lettu Tek Fadjar Arinta, military taxiway ini nantinya akan dapat digunakan setelah hasil verifikasi Kemenhub selesai dilaksanakan. Apabila taxiway ini telah digunakan, maka apron TNI AU Tarakan dapat menampung beberapa jenis pesawat militer, termasuk empat unit Sukhoi dan dua unit Hercules.
Dengan begitu, lapangan udara tipe B yang dipimpin oleh Danlanud Kolonel Pnb Umar Fathurrohman ini pun semakin siap untuk menjaga pertahanan perbatasan di utara Indonesia.
Bandara Juwata memiliki runway 2.250 m x 45 m, taxiway 2x (82 m x 23 m) dengan 1 x (176,59 m x 23 m) taxiway ke apron TNI AU. Saat ini telah dikembangkan baik pada sisi udara maupun sisi daratnya. Pada sisi udara telah dikembangkan apron dari semula 335 m x 70 m menjadi apron baru 335 m x 97 m.

Tribunnews dan Detik.com

Konstruksi Kapal Selam Rampung, Changbogo Class TNI AL Kini Bisa Disebut Nagabanda Class

nagabanda
Tak ada yang keliru saat orang menyebut kapal selam terbaru TNI AL adalah Changbogo Class, pasalnya saat penandatanganan kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dari Korea Selatan di tahun 2011, belum disebutkan secara definif penamaan ketiga KRI. Namun kabar terbaru menyebut unit pertama Changbogo Class TNI AL telah rampung konstruksi fisiknya dan siap memasuki masa uji coba. Ikut terungkap pula identitas unit kapal selam perdana sebagai KRI Nagabanda 403.
KRI Nagabanda 403 di fasilitas galangan DSME, Korea Selatan.
KRI Nagabanda 403 di fasilitas galangan DSME, Korea Selatan.

Dengan label kapal perang Indonesia KRI Nagabanda 403, mulai saat ini Changbogo Class sah-sah saja bila disebut sebagai Nagabanda Class. Seperti halnya PKR (Perusak Kawal Rudal) SIGMA 10514 Class yang telah resmi didapuk sebagai Martadinata Class. KRI Nagabanda 403, menjadi pesanan pertama dari tiga kapal perang TNI AL yang dipesan, unit kapal kedua dan ketiga masing-masing diberinama KRI Trisula 404 dan KRI Nagarangsang 405. TNI AL memang membangkitkan kembali nama-nama kapal perang yang sudah purna tugas. Di lini kapal perang permukaan, PKR KRI Martadinata 331 yang belum lama ini diluncurkan PT PAL adalah reinkarnasi dari destroyer escort Samadikun Class KRI Martadinata 342.
Konstruksi KRI Nagabanda 403 kini telah rampung, dan kapal siap diluncurkan dari fasilitas galangan kapal DSME (Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering). Meski konstruksi kapal sudah selesai, untuk menyelesaikan beragam uji coba masih akan memakan waktu panjang sampai nantinya kapal siap diserahkan ke Kementerian Pertahanan RI dan TNI AL. Merujuk ke jadwalnya, KRI Nagabanda 403 memang baru akan diserahterimakan ke user pada tahun 2017.
Indonesia menandatangani kontrak pengadaan tiga kapal selam dengan DSME pada 20 Desember 2011, keseluruhan kapal akan diselesaikan pada tahun 2019. Sebanyak 2 kapal selam dibuat di Korea Selatan, sedangkan satu kapal selam dibuat di galangan kapal PT PAL Surabaya.
Area pabrik kapal selam PT PAL dalam proses pembangunan.
Area pabrik kapal selam PT PAL dalam proses pembangunan.

Mengingat desaim kapal selam ini bersifat custom dan menyesuaikan dengan kebutuhan TNI AL maka pada bulan April 2013 barulah basic design dinyatakan komplet dan konstruksi dapat dimulai. Desain kapal selam berangkat dari Type 209/1200 dan spesifikasi yang disepakati menghasilkan kapal selam dengan bobot di permukaan 1.442 ton dan bobot ketika menyelam 1.572 ton.

Bila kelak korps Hiu Kencana TNI AL akan melengkapi armada kapal selamnya hingga jumlah 12 unit, maka nama-namanya dapat, seperti KRI Candrasa 406, KRI Alugoro 407, KRI Cundamani 408, KRI Wijayadanu 409, KRI Pasopati 410, KRI Hendrajala 411, dan KRI Bramastra 412. Yang kesemuanya adalah nama-nama eks kapal selam Whiskey Class dari Uni Soviet yang dulu memperkuat TNI AL di dekade 60 dan 70-an. (Gilang Perdana)

Sabtu, 19 Maret 2016

AS Jual 36 Rudal Canggih AIM-120C-7 AMRAAMs ke Indonesia

Amerika menjual rudal canggih AIM120C7 AMRAAMs pada Indonesia. U.S. Air Force
Amerika menjual rudal canggih AIM120C7 AMRAAMs pada Indonesia. U.S. Air Force
 
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan 36 rudal canggih AIM-120C-7 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missiles (AMRAAMs) kepada Indonesia. Total nilai penjualan senjata AS itu diperkirakan mencapai USD95 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DCSA) AS dalam keterangan tertulisnya melaporkan penjualan rudal canggih pada Indonesia itu.
DSCA adalah badan utama di Departemen Pertahanan AS yang bertanggung jawab untuk penjualan senjata, pelatihan dan mempertahankan kontak militer AS dengan negara-negara sekutu.
Penjualan senjata itu yang meliputi peralatan, pelatihan, dan dukungan logistik, masih harus disetujui oleh Kongres AS bulan ini. Satu pemandu rudal juga ikut dalam bagian penjualan tersebut.
“Juga termasuk dalam penjualan ini adalah; kontrol dukungan peralatan, suku cadang, jasa, logistik, teknis rekayasa kontraktor dan dukungan teknis, pemuatan adapter, publikasi teknis, pelatihan dan sosialisasi, alat uji, dan unsur terkait lainnya,”demikian penjelasan DSCA, seperti dikutip The Diplomat, Jumat (18/3/2016).
Pada bulan Mei 2015, Departemen Luar Negeri AS juga menyetujui penjualan rudal AIM-9X-2 Sidewinder ke Indonesia dengan nilai penjualan diperkirakan mencapai USD 47 juta. Kemudian, pada bulan Desember 2015, parlemen Indonesia meneken pengajuan anggaran USD38 juta untuk pembelian awal dari sejumlah rudal udara untuk Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Rudal canggih AS biasanya diproduksi oleh kontraktor pertahanan Raytheon. “Penjualan diusulkan guna meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mencegah ancaman regional dan memperkuat pertahanan Tanah Air-nya. Indonesia mampu menyerap peralatan tambahan ini dan dukungan di angkatan bersenjatanya,” lanjut keterangan DCSA.
Militer Indonesia saat ini juga menanti pasokan 10 pesawat jet tempur Su-35 Rusia yang kesepakatan akhir pembeliannya dijadwalkan diteken bulan April 2016 mendatang.
Namun, surat kabar Rusia, Izvestia, melaporkan, pasokan pesawat jet tempur Su-35 Rusia untuk Indonesia baru bisa dikirim mendekati tahun 2018. Penyebabnya, produsen pesawat tempur itu kebanjiran pesanana dari banyak negara dan Indonesia harus antre.

Pengamat: hindari keterlibatan pihak ketiga dalam pembelian Sukhoi

Pengamat: hindari keterlibatan pihak ketiga dalam pembelian Sukhoi
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Pembeliannya harus lengkap. Jangan sampai seperti yang sudah-sudah beli pelurunya menyusul atau belum lengkap."
Rencana pemerintah Indonesia dalam pembelian pesawat tempur Sukhoi dari Rusia diharapkan menghindari keterlibatan pihak ketiga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kata pengamat pertahanan dari Imparsial Al Araf.

"Dalam pengadaan alutsista jangan sampai melibatkan pihak ketiga, atau broker," kata Araf saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Ia berpendapat sebaiknya kontrak pembelian pesawat tempur tersebut dilakukan antarpemerintah "G to G" atau antarpabrikan "B to B".

Selain itu juga ia berharap proses pengadaan Sukhoi tersebut dilakukan secara transparan dan akuntabel agar tidak terjadi dugaan "mark up" harga. "Harganya juga harus disesuaikan dengan harga pasar," kata dia.

Araf juga mengatakan Indonesia harus belajar dari pengalaman dalam pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan membeli secara utuh.

"Pembeliannya harus lengkap. Jangan sampai seperti yang sudah-sudah beli pelurunya menyusul atau belum lengkap," kata dia.

Ia juga menekankan pentingnya "transfer of technology" dalam pembelian alutsista sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Araf tidak menampik transfer teknologi dalam pembelian alutsista dari negara lain memang sulit didapatkan, namun bukan berarti mustahil.

Dia menekankan pentingnya negosiasi pemerintah Indonesia dalam pembelian tersebut, dan mengingatkan prinsip "pembeli adalah raja".

"Harus ada mekanisme offset, tidak selalu harus transfer teknologi, bisa juga dalam bentuk kerja sama lain," kata dia.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan akan berkunjung ke Rusia bulan ini untuk menjadi pembicara di seminar sekaligus membahas kontrak pembelian pesawat Sukhoi.

Ryamizard mengatakan pemerintah Indonesia berencana membeli secara bertahap hingga nanti terpenuhi untuk satu skuadron.

Menanti Kemampuan Maksimal Tank Leopard


Komisi I DPR mengunjungi Markas Batalyon Kavaleri 8 Kostrad di Pasuruan, Jawa Timur, yang menjadi operator tank tempur utama Leopard 2A4 buatan Krauss-Maffei dan Rheinmetall, Jerman, beberapa waktu lalu. Ternyata tank kebanggaan yang dibeli era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini masih kurang kelengkapannya, sehingga belum dapat dioperasikan secara maksimal.
Tidak hanya kelengkapan tank yang belum dipenuhi TNI, sarana latihan pun masih terbatas. “Alat pengatur tembakan tank ini tidak ada, sehingga dilakukan manual, pengindera malam juga tidak ada, perkakas dongkrak tank seharusnya ukuran 20 ton, namun yang tersedia hanya 10 ton, sehingga tidak bisa untuk perbaikan kubah. Persenjataan ringan juga belum ada,” ujar anggota Komisi I DPR TB Hasanudin.
Tank yang memiliki meriam berukuran 120 milimeter ini, merupakan tank terbesar di jajaran tank TNI. Dengan meriam sebesar 120mm itu, lapangan tembak TNI AD yang ada, menjadi terlalu kecil. Selama ini, ukuran meriam tank TNI AD berkisar 75 milimeter dan 90 milimeter.
“Akhirnya, yang bisa digunakan adalah lapangan uji penembakan dan pengeboman Air Weapon Range (AWR) milik TNI AU di Lumajang,” ujar Hasanudin.
Kecanggihan Main Battle Tank Leopard 2A4 juga mencakup kemampuan menyelam dengan perlengkapan snorkel hingga peperangan Nuklir-Biologi-Kimia. Tank Leopard memiliki panjang 9,97 meter dan berat 63 ton. Untuk ke daerah operasi, tank ini diangkut dengan tank transporter, yang untuk Leopard menggunakan truk Astra buatan Iveco dengan panjang keseluruhan 20 meter lebih.
KSAD (kala itu) Jenderal Pramono Edhie Wibowo pada tahun 2012 memaparkan rencana gelar kekuatan MBT Leopard dalam tiga kali rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR. Pada rapat dengar pendapat pertama, MBT Leopard disebutkan akan ditempatkan di perbatasan Kalimantan dengan Sabah-Sarawak untuk efek gentar. Apalagi Malaysia memiliki MBT PT91 yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Indonesia di Kalimantan.
Pada rapat dengar pendapat kedua disebutkan, MBT Leopard ditempatkan di ibu kota provinsi Kalbar, Pontianak dan Samarinda, Kalimantan Timur. Namun entah kenapa, pada rapat dengar pendapat ketiga disebutkan, MBT Leopard 2A4 ditempatkan di Jawa Barat dan Jawa Timur, di bawah Divisi I dan II Kostrad.
Pramono Edhie mengklaim mendapat 100 tank Leopard seharga 287 juta dollar AS. Sebelumnya dengan anggaran yang sama hanya didapat 44 unit dari Belanda. Indonesia beralih ke Jerman, setelah Belanda membatalkan penjualan MBT Leopard mereka ke Indonesia.
Selanjutnya pada arsip Kompas 8 Maret 2012 diklaim Pramono Edhie, Jerman menawarkan transfer teknologi dalam pembelian MBT Leopard. Ada kemungkinan mekanisme produksi bersama, kata Pramono Edhie, ketika itu.
Bagaimana mengangkut tank Leopard ke luar Jawa?. Kementerian Pertahanan telah memesan landing ship tank khusus yang bisa mengangkut tank seberat Leopard. Salah satunya adalah KRI Teluk Bintuni yang dibuat di dalam negeri oleh PT Daya Radar Utama.
Menanggapi belum lengkapnya MBT Leopard, Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Leonardi mengatakan, dari 163 tank Leopard yang dibeli, sudah 103 unit yang datang, yang terdiri dari 61 unit MBT Revolution dan 42 unit MBT 2A4. Menurut Laksda Leonardi, semua akan dilengkapi agar kekuatan MBT Leopard dan sarana pendukungnya sesuai rencana semula.

Sumber : KOMPAS

Detasemen Arhanud Rudal Dumai, Dilengkapi Starstreak


Panglima Kodam I/Bukit Barisan memastikan dalam waktu dekat, prajurit Den Arhanud Rudal 004 Dumai, Riau akan mendapatkan alutsista baru, yakni rudal pertahanan udara Starstreak dari Thales, Inggris. Alutsista ini, akan menggantikan alutsista yang ada.
Pangdam memerintahkan agar para prajuritnya tidak canggung, saat nanti mengoperasikan alutsista tersebut. Rencananya sekitar 16 unit Starstreak akan ditempatkan di Den Arhanud Rudal 004 Dumai.
Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender
Starstreak dengan platform jip Land Rover Defender
Rudal dengan teknologi mutakhir dari INggris ini akan diawaki oleh prajurit Den Arhanud Rudal 004. Mereka pun sudah dipersiapkan dengan baik untuk mengawaki Starstreak rudal tersebut.
Starstreak platrform peluncur RAPIDRanger
Starstreak platrform peluncur RAPIDRanger
“Mereka sudah mendapat pendidikan dan pelatihan di Pusdik Arhanud, agar profesional mengoperasikan alutsista ini,” ujar Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewijk Pusung di Den Arhanud Rudal 004 Dumai, Jum’at (18/3/2016).

Tribunnews.com