Jumat, 26 Juni 2015

Kisah TNI AU Mau Bom Pangkalan Jet Tempur Inggris di Singapura

B-26 Invader. ©repro buku Baret Jingga
B-26 Invader. ©repro buku Baret Jingga
Tahun 1965, Inggris membangun pangkalan utama di Singapura. Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base menjadi markas jet tempur Inggris.
Saat itu hubungan Indonesia dan Malaysia sedang memburuk. Malaysia meminta bantuan Inggris, Australia dan Selandia Baru. Bantuan langsung datang. Pesawat jet, kapal perang, hingga pasukan elite mereka disiagakan di perbatasan dengan Indonesia.
TNI AU melihat Pangkalan Udara Inggris di Singapura sebagai ancaman. Komando Mandala Siaga (Kolaga) merancang rencana untuk mengebom pangkalan tersebut.
Panglima Komando Operasi Komodor Leo Watimena memimpin briefing di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
“Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base dijaga dengan radar dan misil anti serangan udara. Bukan tugas mudah untuk menyerang dan menghancurkannya,” kata Komodor Leo Watimena.
Dia melihat para komandan skadron di depannya. “Siapa di antara kalian yang siap berjibaku menghancurkan tengah ABF?” tanya Leo.
“Saya siap Panglima!” teriak seorang perwira senior.
Tantangan itu dijawab dengan gagah oleh Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel (Oedara) Pedet Soedarman. Dia merasa perlu mengobarkan semangat anak buahnya dalam konfrontasi melawan Malaysia dan sekutunya.
Pedet Soedarman pilot berpengalaman. Dia kenyang pengalaman menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai penumpasan pemberontakan yang terjadi di tanah air.
Maka saat merencanakan mengebom Tengah ABF, 2 pesawat itu juga yang akan digunakannya. Demikian dikisahkan Pedet Soedarman dalam buku Pengalaman Heroik Penerbang Bomber tahun 2003.
“Direncanakan 50 persen bom yang dijatuhkan dari pesawat itu akan mampu menghancurkan landasan sekaligus mencegah musuh melakukannya,” kata Pedet.
Rencana dan persiapan terus dilakukan. Moril para anggota TNI AU tinggi untuk melaksanakan tugas itu.
Namun angin berubah cepat. Peristiwa G30S mengubah peta politik Indonesia. Presiden Soekarno jatuh dan penggantinya, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengakhiri konflik dengan Malaysia.
Dalam waktu singkat pula TNI AU menderita akibat pemerintah Orde Baru memutus semua kerja sama dengan Rusia dan China. Pesawat-pesawat paling canggih milik TNI AU tak bisa terbang gara-gara kekurangan suku cadang. Berakhirlah era Macan Terbang Asia.
Misi mengebom pangkalan jet tempur itu tak pernah digelar. (Merdeka)

Di luar Rusia, Indonesia bakal jadi negara pertama pengguna SU-35

Sukhoi Su-35.  Wikipedia.org
Sukhoi Su-35. Wikipedia.org
TNI AU berencana membeli Sukhoi SU-35 sebagai pengganti pesawat tempur F-5 tiger. Jika rencana ini terealisasi, Indonesia bakal tercatat sebagai negara pertama di luar Rusia yang menggunakan pesawat Sukhoi SU-35.
Selain Indonesia, yang kini sedang bernafsu untuk membeli Sukhoi adalah China. Mereka merasa perlu menambah kekuatan udaranya terkait ketegangan di Laut China Selatan.
Sementara 2012 lalu, Venezuela sudah hampir menandatangani kontrak. Namun belakangan dikabarkan mereka akhirnya memilih Sukhoi SU-30.
Malaysia juga tengah melirik Sukhoi SU-35 untuk memperkuat Tentara Udara Diraja Malaysia. Sukhoi memang bukan produk asing bagi Malaysia. Mereka sudah memiliki Sukhoi SU-30 MKM.
Saat ini baru Rusia yang mengoperasikan Sukhoi SU-35. Pesawat ini memang tidak murah, satu unitnya dibanderol dengan harga sekitar Rp 844 miliar. Harga yang diklaim Rosoboron sebanding dengan kemampuan tempur dan manuver pesawat yang dijuluki pembunuh di angkasa ini.
Harga itu sebenarnya jauh lebih murah dari F-16 tipe terbaru yang ditawarkan AS sebesar Rp 2 triliun lebih.
Jika Indonesia menjadi negara pertama di luar Rusia yang menggunakan Sukhoi SU-35, maka ini mengingatkan kita pada era 1960. Saat itu banyak alutsista yang dijual eksklusif hanya kepada Indonesia di luar Uni Soviet.
Pesawat bomber TU-16 misalnya. Hanya Indonesia yang diperbolehkan menggunakannya. Pesawat inilah yang bikin takut Blok Barat tahun 1960an.
Begitu juga dengan kapal selam kelas kilo. Cuma Indonesia yang diberi hak istimewa untuk membelinya. Tak tanggung-tanggung Rusia menjual 12 kapal selam sekaligus. Menjadikan Indonesia adalah pemilik kapal selam di bumi bagian selatan ini.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin menjelaskan bila hal tersebut sudah masuk tahap yang lebih serius. Kendati begitu, soal kapan kesepakatan pembelian SU-35 bisa terjalin, dia sedikit menghindari dengan alasan isu tersebut bersifat internal.
“Jika ditanya sejauh mana, hal itu belum bisa diungkap ke publik, namun kerjasama seputar hal tersebut terus menuju ke arah yang positif,” kata Galuzin ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis, (25/6).
“Dalam pameran Aerospace dan Army exhibition yang dibuka 16 Juni lalu di Moskow, TNI AU diketahui turut menghadiri dan terus berkonsultasi seputar hal itu,” lanjutnya.
Kita tunggu saja, akankah si pembunuh di udara ini akan masuk barisan pesawat buru sergap TNI AU. (Merdeka)

Dua Kapal Perang Indonesia Muncul di Australia

Dua kapal perang Indonesia berlabuh di Darwin, Australia untuk latihan militer bersama. | (Twitter @Portal_Kemlu_RI)
Dua kapal perang Indonesia berlabuh di Darwin, Australia untuk latihan militer bersama. | (Twitter @Portal_Kemlu_RI)

Dua kapal perang Indonesia muncul di dermaga Darwin, Australia. Dua kapal perang bernama KRI Tombak dan KRI Hiu itu akan latihan militer dengan Angkatan Laut Australia.
Latihan militer tahun kali ini dinilai mengejutkan, karena berlangsung di saat hubungan Indonesia dan Australia sedang tegang. Pemicunya adalah laporan bahwa para pejabat Australia menyuap para penyelundup manusia untuk “membuang” para pencari suaka ke wilayah Indonesia. Indonesia sudah menuntut Australia menjelaskan masalah itu, namun pemerintah Australia menolaknya.
Menurut laporan abc.net.au, Jumat (26/6/2015), kapal perang Angkatan Laut Indonesia, KRI Tombak dan KRI Hiu telah merapat di markas militer HMAS Coonawarra.
Australia dan Indonesia sejatinya telah melakukan kerjasama patroli maritim bernama “AUSINDO Corpat”. Kerjasama itu dimulai dengan patroli pertama pada tahun 2010. Namun, latihan militer bersama in baru pertama kalinya sejak 2013.
Sebelum polemik suap penyelundup manusia, hubungan Indonesia dan Australia dipanaskan oleh eksekusi dua gembong narkoba Bali Nine asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang dilakukan di Nusakambangan. Sebelum itu, hubungan kedua negara juga pernah memanas setelah muncul laporan mata-mata Australia menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009.
Direktur Pusat Hukum Indonesia Universitas Melbourne, Profesor Tim Lindsey, berharap latihan militer bersama ini akan menjadi cara untuk memperbaiki hubungan Indonesia dan Australia yang sempat retak.
”Hubungan Australia-Indonesia telah dingin,” katanya. ”Fakta bahwa latihan ini akan menjadi kemajuan , ini berita yang sangat baik,” katanya lagi.
”Ini menunjukkan bahwa apa pun yang mungkin terjadi di pemerintah puncak, ada hubungan antara instansi pemerintah dan pasukan pertahanan yang masih tangguh,” ujarnya.
“Australia hanya memiliki satu tetangga raksasa, tetangga utama dan itulah Indonesia raksasa, tetangga utama dan itulah Indonesia. Jika hubungan ini tidak dalam kondisi yang baik, maka akan memiliki implikasi besar bagi kami.” (Sindonews)

TNI AL: Skuadron 100 Jadi Efek Gentar Bagi Penyusup RI

Ilustrasi (ist)
Ilustrasi (ist)
TNI Angkatan Laut kian memantapkan niat untuk menghidupkan kembali Skuadron 100 –pasukan pemburu kapal selam yang berjaya di tahun 1960-an. Pembelian sebelas helikopter antikapal selam (AKS) menjadi tonggak untuk merealisasikan rencana itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut M Zainudin tak menampik kebanggaan institusinya terhadap Skuadron 100 yang dahulu disegani angkatan bersenjata negara lain. “Tentu ditakuti, sebab kapal selam (asing yang menyusup ke perairan Indonesia) bisa dilihat dari atas (oleh helikopter antikapal selam),” kata dia kepada CNN Indonesia, Kamis (25/6).
Oleh sebab itu helikopter antikapal selam menjadi alat utama sistem senjata (alutsista) yang vital dalam pembentukan Skuadron 100. Helikopter-helikopter itu dapat dengan mudah melihat bayangan kapal selam penyusup melalui sonar sembari terbang di atas laut. Sebelas helikopter AKS akan tiba secara bertahap ke tanah air.
“Ini sudah masuk rencana strategi TNI 2015-2019. Program jangka panjang. Satu skuadron terdiri dari 12 helikopter AKS. Sebelas helikopter cukup. Satu skuadron saja terpenuhi bisa menimbulkan efek gentar bagi negara-negara lain di kawasan, terutama yang kerap melanggar wilayah RI,” kata Zainudin.
Apabila pelanggaran wilayah RI oleh kapal perang atau pesawat tempur asing kasatmata, tidak demikian halnya dengan penyusupan oleh kapal selam asing ke laut Indonesia. “Kapal selam tak bisa dilihat langsung oleh mata. Itulah pentingnya helikopter antikapal selam,”ujar Zainudin.
Dahulu Angkatan Bersenjata RI membangun Skuadron 100 dengan helikopter-helikopter Rusia (dulu Uni Soviet). Namun armada peninggalan Rusia itu kini telah uzur dan rongsok, membuat TNI AL kekurangan alat operasional sehingga Skuadron 100 yang sempat menjadi pusat kekuatan operasi laut ‘tenggelam’, dilebur dengan skuadron lain. Sejak 1990-an, TNI AL tak punya lagi helikopter antikapal selam.
Kini TNI AL mulai membangun kembali Skuadron 100 secara bertahap. Sebelas helikopter antikapal selam diproduksi di Perancis oleh Airbus Helicopters (dulu Eurocopter) bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Zainudin mengakui alutsista TNI AL memang belum lengkap dan jauh dari sempurna, tapi mereka berupaya melengkapinya dengan bertahap. Itu semua demi menjaga kedaulatan dan ketahanan negara.
Komisi I DPR selaku mitra kerja TNI mengatakan pembelian 11 helikopter antikapal selam masuk dalam program karena TNI AL memang memerlukan helikopter dengan jangkauan luas yang dapat didaratkan di kapal-kapal perang mereka.
“Skuadron itu merupakan bagian dari armada tempur TNI Angkatan Laut. Ada kapal selam, kapal tempur, dan salah satunya helikopter antikapal selam itu,” kata anggota Komisi I Tubagus Hasanuddin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supendi optimistis Skuadron 100 dapat dihidupkan lagi. “Dulu pesawatnya belum ada. Sekarang ada, tinggal mengaktifkan kembali skuadron itu,” kata di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta, Rabu malam (24/6).
Sejak 2013, TNI AL menekankan pentingnya helikopter antikapal selam sebagai mata dan telinga kapal perang dalam menjaga kedaulatan maritim RI yang luas perairannya mencapai lebih dari 5,8 juta kilometer.
Untuk diketahui, pasukan militer negara-negara tetangga RI memiliki helikopter antikapal selam di kapal perang mereka. Singapura misalnya menggunakan Sikorsky S-70 B Seahawk, Australia memakai Sikorsky MH-60 R, dan Malaysia punya Super Lynx.(CNN Indonesia)

Cassidian Optronics: Periskop Canggih Untuk Kapal Selam Changbogo Class TNI AL

Colombia_Submarine209_Mast
Bicara tentang kapal selam tentu tak bisa dilepaskan dari keberadaan periskop. Ya, alat inilah yang digadang bagi para awak kapal untuk bisa melihat kondisi langsung di permukaan saat kapal sedang di bawah permukaan air. Selain fungsinya untuk mengamati kondisi aneka obyek di permukaan, periskop juga dapat difungsikan sebagai perangkat bantu bidik untuk penembakkan torpedo.
Korps Hiu Kencana TNI AL yang bakal kedatangan alutsista baru, yakni kapal selam Changbogo Class buatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan, kabarnya akan dilengkapi persikop canggih berteknologi optronics (optical electronics) buatan Cassidian, Jerman. Cassidian sendiri merupakan bagian dari divisi Airbus Defence and Space. Secara label, solusi yang dijual populer dengan sebutan Cassidian Optronics, atau dahulu dikenal dengan nama Carl Zeiss Optronics.
Struktur Cassidian Optronics SERO 250.
Struktur Cassidian Optronics SERO 250.
Konsol lensa pembidik dan lensa pada bagian luar.
Konsol lensa pembidik dan lensa pada bagian luar.
0000240670_resized_rer251onCASSIDIAN-Optronics'-optron
Apa kecanggihan dari Cassidian Optronics? Menurut siaran pers, periskop ini masuk dalam teknologi search periscope yang dibekali sensor infra red untuk meningkatkan kapabilitas intai kapal selam. Lewat tipe SERO 250, Cassidian menawarkan sistem instalasi yang mudah secara modular dan plug in ke struktur kapal selam, menjadikan pihak pemakai tak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk mengganti periskop tuanya.
SERO_250_1_gross
Secara umum, bekal teknologi canggih pada periskop Cassidian Optronics mencakup High-performance optics, Dual-axis, line-of-sight stabilisation, 3-stage optical magnification changer, ESM-EW/GPS antenna interface, Integrated IR camera sensor dan eye-safe laser rangefinder. Dengan segala keunggulan infra red, maka periskop kapal selam dapat beroperasi maksimal di kegelapan malam.
Pelanggan setia Cassidian Optronics adalah kapal selam besutan HDW, Jerman, yaitu Type 209, atau dikenal di lingkup TNI AL sebagai KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Bulan Maret tahun 2013, Cassidian Optronics mendapat paket upgrade untuk ‘mempercanggih’ kapal selam Type 209 milik AL Kolombia, dan sebelumnya periskop ini juga telah digunakan oleh AL Turki. (Gilang Perdana)

Kamis, 25 Juni 2015

[Video] F-16 Over Ambalat

Pelanggaran wilayah perbatasan yang kerap dilakukan Malaysia, utamanya di sekitar perairan Ambalat, tentu harus disikapi serius oleh Pemerintah. TNI-AU sebagai alat negara tentu harus siap mengamankan wilayah perbatasan dari gangguan. Salah satunya dengan mengerahkan pesawat tempur. Dan beberapa saat lalu TNI-AU mengerahkan pesawat tempur F-16 asal Skadron 3 yang tergabung dalam operasi Sakti.

ARCinc beruntung mendapatkan video rekaman kokpit saat operasi pengamanan dilakukan. Seolah terbang dengan F-16, itulah sensasi yang didapatkan ketika menonton video ini. Selamat menikmati sembari menunggu waktu berbuka.


Peremajaan fregat kelas Van Speijk mendesak

Peremajaan fregat kelas Van Speijk mendesak
KSAL, Laksamana TNI Ade Supandi (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

TNI AL memiliki enam kapal fregat kelas Van Speijk bekas pakai Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang berasal dari dasawarsa ’70-an.

“Sudah terlalu tua dan perlu diremajakan dan kami juga fokus pada hal ini,” kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu malam. 

Dia menyatakan itu menanggapi wacana dari sebagian anggota Komisi I DPR tentang perkuatan TNI AL dan TNI AU. Pemerintah seharusnya lebih menguatkan kedua matra TNI ini ketimbang TNI AD mengingat fokus pembangunan yang bervisi kemaritiman. 

Jika fokus ini konsisten dilakukan, menurut sebagian anggota Komisi I DPR dalam satu diskusi, Selasa (23/6), maka anggaran pertahanan perlu ditambah dan alokasi anggaran kepada TNI AL dan TNI AU harus ditambah. 

TNI AL, menurut Supandi, berpatokan pada peta jalan Kekuatan Efektif Minimum (MEF) yang telah ditetapkan sejak pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono. 

Salah satu peta jalan perkuatan arsenal TNI AL itu adalah melanjutkan pembangunan dua kapal patroli berpeluru kendali buatan PT PAL dan koleganya di Korea Selatan, pengganti kapal latih tiang tinggi KRI Dewaruci —juga akan dinamakan KRI Dewaruci— yang sedang dibangun di Spanyol, dan pengadaan dua kapal hidrografi canggih dari Prancis (satu sudah datang, KRI Rigel). 

Ditanya apakah TNI AL menyiapkan “rencana cadangan” jika ada penambahan anggaran negara untuk perkuatan arsenalnya, Supandi menjawab, “Ada, percepatan fregat itu. Kami evaluasi kapal yang dari Belanda itu, kami punya enam fregat kelas Van Speijk itu dan evaluasi sedang dilakukan di PT PAL.”

KRI Karel Sasuit Tubun-356 dari kelas Van Speijk itu juga sudah banyak jasanya bagi negara, di antaranya menjadi “benteng” terapung TNI AL saat konflik Ambalat pertama mengemuka. 

Sejak KRI Karel Sasuit Tubun-356 hadir di perairan itu, kapal-kapal perang Tentera Laut Diraja Malaysia menjaga jarak secara signifikan dari Karang Unarang dan perairan di Ambalat. 
Dalam doktrin perang di laut, keberadaan kapal perang kelas fregat ini sangat menentukan. Fregat tidak didedikasikan untuk pasukan pendarat dan berada di atas kelas korvet serta di bawah kelas destroyer.

Dengan ukurannya yang menengah dari sisi dimensi dan tonase, dia mampu menjadi pangkalan udara terapung, pijakan peluncuran peluru kendali permukaan dan bawah laut, penginderaan, intelijen (peluncuran tim pasukan khusus), dan pengamatan, hingga "jangkar" eksistensi angkatan laut di perairan.