Jumat, 19 Juni 2015

Kalau Malaysia Masih Terobos Ambalat, Kami Serang

  image
Tentara Nasional Indonesia sudah berkali-kali mendesak Pemerintah RI mengajukan nota protes ke Malaysia terkait pelanggaran udara yang kerap dilakukan pesawat tempur negeri jiran tersebut.
Pelanggaran batas udara dimaksud khususnya terjadi di langit Ambalat, sisi timur pantai Kalimantan.
Walaupun diungkapkan Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, Malaysia hanya berani masuk Indonesia jika wilayah udara Kalimantan dan Sulawesi tak dijaga.
“Sekarang kami sudah taruh pesawat di Makassar,” kata Ryamizard saat berbincang dengan wartawan, Kamis (18/6/2015).
Meski begitu, Ryamizard mengatakan manuver Malaysia di Ambalat merupakan masalah kecil. Sehingga publik tak perlu risau, karena pemerintah sudah mengambil langkah waspada terhadap wilayah udara yang kerap disusupi Malaysia.
“Kalau masih terobos baru kami serang. Ini masih lewat saja. Saya sudah pantau ke sana. Kami tahu bagaimana jaga rumah,” kata mantan KSAD tersebut.
Untuk diketahui, sejak dekade 1960-an, Indonesia dan Malaysia kerap bersitegang mengenai Blok Ambalat. Puncak perseteruan terjadi pada 2002 ketika Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia pada sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang berada di Blok Ambalat.
image
Blok Laut Ambalat memiliki luas wilayah sekitar 15 KM persegi dan terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar, dekat perbatasan antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur.
Blok Ambalat menyimpan kekayaan tambang laut, utamanya minyak, meski tidak semua wilayah di blok ini kaya akan minyak mentah.
Untuk mencegah Malaysia kembali bermanuver di Ambalat, TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara saat ini menurut Ryamizard sudah menggelar Operasi Sakti di sekitar Blok Ambalat.
Kedua matra TNI itu menurunkan alat utama sistem persenjataan mereka seperti tiga kapal perang (KRI), dua pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30, dan tiga F-16 Fighting Falcon.

Tribunnews.com

Kamis, 18 Juni 2015

KRI Bintuni-520 pengangkut tank diserahterimakan

KRI Teluk Bintuni-520, kapal perang angkut yang khusus didedikasikan untuk mengangkut tank berteknologi canggih, Leopard 2A4 dan tank amfibi BMP-3F, produksi Galangan Kapal PT Daya Radar Utama, Lampung, diserahterimakan kepada Kementerian Pertahanan.

Untuk selanjutnya kapal perang buatan anak bangsa ini diteruskan kepada Markas Besar TNI dan TNI AL, dalam hal ini Komando Lintas Laut Militer TNI AL, sebagai pengguna, disaksikan langsung Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, di Lampung, Rabu.

Turut menyaksikan, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi,

Ini sekaligus bukti industri pertahanan nasional bisa memenuhi keperluan dan spesifikasi militer Indonesia sebagai pengguna. Yang menarik, dalam rancang bangun kapal perang ini juga melibatkan ITS Surabaya. 

"Ini bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimal atau MEF," kata Ryacudu.

KRI Teluk Bintuni-520 ini nanti diproyeksikan memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer TNI AL

KRI Teluk Bintuni-520 berdimensi panjang 120 meter, lebar 18 meter, tinggi 7,8 meter dan draft 3 meter serta lama waktu berlayar 20 hari. Dia mampu mengangkut 10 tank Leopard 2A4, 476 awak dan personel pasukan tempur, dan satu unit helikopter.

Dia juga mampu berlayar sejauh 7.200 mil laut dalam sekali isi perbekalan dan bahan bakar.

TNI AL Hidupkan Kembali Skadron 100 Anti Kapal Selam

  Helikopter Panther AS565
Helikopter Panther AS565

Skuadron Udara 100 TNI AL yang berintikan helikopter anti kapal selam yang pernah begitu ditakuti lawan pada dasawarsa ’60-an, akan dihidupkan kembali. Skadron 100 ini akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AL dalam operasi di laut.
Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Surabaya, Rabu 17/06/2015 menyatakan, “Langkah awal menghidupkan kembali Skadron 100 yang sempat dimiliki TNI pada ’60-an itu dengan 11 unit helikopter yang akan diterima secara bertahap pada tahun ini.”
Pada dasawarsa ’70-an, skadron helikopter TNI AL pernah diperkuat jajaran helikopter WASP buatan Inggris.
Walau sama-sama memakai helikopter, namun skadron helikopter TNI AL dan TNI AU memiliki beberapa perbedaan doktrin dan misi operasi.
Salah satunya adalah manuver pendaratan dan lepas landas dari geladak pendaratan (helipad) di kapal perang yang bergerak alias berlayar di laut pada berbagai skenario cuaca, misi, dan persenjataan.
Ini satu kemahiran utama yang sangat dipersyaratkan bagi penerbang-penerbang helikopter TNI AL, yang tidak diperlukan bagi penerbang helikopter di skadron udara TNI AU.
Dia ada di Surabaya untuk menerima brevet penerbang dari Pusat Penerbangan TNI AL dan diangkat menjadi warga kehormatan satuan itu oleh Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Sigit Setiyanta.
Penyematan brevet itu puncak rangkaian HUT Ke-59 Pusat Penerbangan TNI AL (1956-2015). Ritual pemberian brevet diawali dengan penerbangan Supandi dalam helikopter Bell-412 bernomor registrasi HU-420, yang dipiloti Mayor Pelaut Triwibowo.
Penerbangan kehormatan itu selama 28 menit di ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Saat mendarat, dua helikopter latih Bonanza mendampingi. Setelah mendarat, barulah Setiyanta menyematkan brevet itu di dada kanan seragam Supandi.
“Ke-11 helikopter itu penting, karena Skuadron 100 itu sempat dilebur dengan skuadron lain karena tidak memiliki pesawat. Kami ingin memiliki kekuatan tempur yang lengkap dengan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT),” kata Supandi.
SSAT dalam doktrin peperangan TNI AL memiliki empat komponen, yakni kapal perang, pesawat udara, pasukan pendarat/pendudukan (Korps Marinir TNI AL), dan pangkalan. “Dengan menjadi warga kehormatan, saya memiliki kewajiban untuk memberi perhatian kepada Pusat Penerbangan TNI AL,” katanya.
“Selain membangun kekuatan, kami juga berencana melakukan validasi organisasi baru yang sudah disetujui pemerintah adalah pembentukan Komando Armada Indonesia yang berpusat di Surabaya,” katanya.
Koarmada Armada Indonesia di Surabaya itu membawahkan tiga komando, yaitu Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Komando Armada Indonesia Kawasan Tengah TNI AL, dan Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
“Komando Armada Indonesia juga akan membawahkan 14 pangkalan utama TNI AL dan tiga pasukan Marinir TNI AL,” katanya. Sejauh ini ada 11 pangkalan utama TNI AL yang akan ditambah Pangkalan Utama TNI AL Pontianak, Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dan Pangkalan Utama TNI AL Sorong.
Khusus Pangkalan Utama TNI AL Tarakan, dinilai sangat penting karena menjadi titik fokus pengamanan perairan Blok Ambalat, yang pernah diributkan Malaysia sebagai milik sah mereka.
Semua satuan itu dipimpin seorang laksamana pertama TNI AL.

AntaraNews.com

Rabu, 17 Juni 2015

PT DI Pesan Helikopter Dauphin di Paris Airshow

Helikopter AS365 N3+ Dauphin
Helikopter AS365 N3+ Dauphin

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) memesan dua helikopter AS365 N3+ Dauphin kepada Airbus Helicopter dan pengirimkan helikopter bermesin ganda ke PT DI dilakukan dalam waktu satu tahun.
Helikopter ini akan dirakit, uji kualitas dan disesuaikan dengan permintaan PT DI termasuk peralatan misi pendukung: hoists, flotation systems, direction finder, electronic optical system, dan casualty evacuation devices.
“Kami sangat akrab dengan platform Dauphin dan yakin dengan pemasangan peralatan SAR khusus, kami bisa menawarkan solusi yang tepat kepada Pemerintah Indonesia untuk kebutuhan SAR,” jelas Presiden Direktur PT DI Budi Santoso, saat upacara penandatanganan di Paris Airshow.
PTDI_signature_ceremony
Kerjasama strategis antara PT DI dan Airbus Helikopter telah menghasilkan lebih dari 130 helikopter selama 40 tahun terakhir.
“PTDI tahu kebutuhan Indonesia dan telah berperan dalam mengamankan aset yang tepat dan peralatan untuk pertahanan negara. Akuisisi ini merupakan contoh yang baik,” kata Wakil Presiden Penjualan dan Hubungan Pelanggan Eurocopter Asia Pacific, Fabrice Rochereau.
Saat ini ada lima helikopter Dauphin dalam pelayanan di Indonesia, untuk Polisi dan Basarnas sebagai sarana penegakan hukum dan misi SAR.
Tahun lalu, Angkatan Laut Indonesia telah memesan 11 unit helikopter Panthers (versi militer) khusus anti-kapal selam, yang juga akan diselesaiikan oleh PT DI dalam tiga tahun mendatang.
Airbus

Operasi MBT Leopard dan IFV Marder

  image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
TNI Angkatan Darat menggelar demo kekuatan dan kemampuan Profesional Keprajuritan dalam melaksanakan tugas pertempuran/demonstrasi pertempuran yang dilaksanakan di Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) TNI Angkatan Darat di Baturaja Sumatera Selatan, Selasa (16/ 6 ). Latihan tersebut disaksikan langsung oleh Presiden RI Ir Joko Widodo selaku Panglima tertinggi TNI serta Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan ketua beserta anggota Komisi 1 DPR RI.
Demonstrasi pertempuran yang dilaksanakan ini merupakan wahana untuk menunjukkan secara langsung gambaran kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Darat saat ini dalam melaksanakan suatu operasi gabungan baik Lintas Udara (linud) maupun operasi Matra Darat dengan menggunakan Alutsista baru yang dimiliki TNI Angkatan Darat. dalam demonstrasi pertempuran ditunjukkan sinergitas dan kerjasama yang sistematis dari seluruh unsur kecabangan yang berada di satuan jajaran Angkatan Darat dalam melaksanakan pertempuran di darat secara terintegrasi dengan satuan Bantuan Tempur (banpur). Bantuan Administrasi (banmin) dan satuan satuan lain yang terlibat dalam satu tim pertempuran.
Selain itu melalui demonstrasi pertempuran ini juga membuktikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahwasannya TNI Angkatan Darat saat ini sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dalam pembinaan kemampuan personel maupun materiil (Alutsista) yang dimiliki, sehingga TNI Angkatan Darat ke depan diharapkan akan semakin Profesional, Modern, Efektif dan Efisien, mampu menjadi garda terdepan sekaligus benteng terakhir dalam rangka menegakkan kedaulatan serta menjaga keutuhan Wilayah NKRI.
Dalam pelaksanaan demonstrasi pertempuran kali ini TNI Angkatan Darat mengerahkan sebanyak 4227 prajurit serta menurunkan 156 kendaraan tempur dan senjata berat dari 25 jenis berbeda yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat saat ini. adapun kendaraan tempur dan senjata berat yang diterjunkan dalam latihan kali ini antara lain tank Leopard, tank Marder, M113, Panser Anoa ,Scorpio, Meriam KH 178 dan 179 .sedangkan yang ikut terlibat dalam latihan ini adalah heli serang Mi 35 dan Mi17.

TNIAD.mil.id

Uji Terbang Eurocopter EC 725 Caracal TNI AU

ec-725-tni
Inilah wujud EC-725 Caracal setelah menggunakan camo TNI-AU. Terlihat warna camo disesuaikan dengan pesawat atau heli angkut TNI-AU lainnya, seperti CN-295 atau NAS-332.
Helikopter ini tengah menjalani uji terbang di pabrik PT. Dirgantara Indonesia, 16/06/2015. Uji terbang dilaksanakan oleh pilot uji asal pabrikan Airbus Helicopter. Namun tidak diketahui detail rute maupun jumlah jam terbang yang musti dilakukan heli combat SAR ini. Yang pasti, EC-725 masih akan terus menjalani test terbang selama beberapa hari ke depan.
Indonesia memesan 6 unit helikopter EC-725. Helikopter ini diperuntukan untuk misi khusus SAR Tempur. Namun, Indonesia membuka kemungkinan menambah heli sejenisini hingga mencapai 16 unit atau full 1 Skadron.

ARC.web.id

Barret M82A1: Kenyang Pengalaman Tempur, Dipercaya Kopassus Sebagai Senapan Anti Material

US_M82A1_Barrett
Hampir semua senapan anti material TNI telah di kupas di Indomiliter.com, tapi dari sekian ragam senjata heavy barrel tersebut, hanya beberapa yang benar-benar masuk kategori battle proven, dan salah satunya yang tak bisa dilewatkan adalah Barret M82A1 buatan Barret Firearms Manufacturing.
Karena menjadi senapan anti material standar pasukan AS dan banyak negara sahabat AS, wajar bila kiprah M82A1 cukup luas, medan perang di Timur Tengah dan Afghanistan menjadi ajang pembuktian senjata hasil rancangan Ronnie Barret ini. Indonesia pun yang punya kemitraan dan hubungan kerjasama militer dengan AS turut memiliki senjata penghantar maut ini. Seperti dikutip dari satuharapan.com (21/2/2015), satuan elit TNI AD Kopassus (Komando Pasukan Khusus) disebut telah memiliki 20 pucuk M82A1. Sebagai senjata perorangan, M82A1 masuk kategori SPR (senapan penembak runduk) untuk sniper.
Brigjen TNI Sabrar Fadhilah menjelaskan tentang senapan sniper tipe SPR Barrett M82A1 dalam Pameran Alutsista TNI pada Sabtu (21/2) di Jogja City Mall (JCM). (foto: satuharapan.com)
Brigjen TNI Sabrar Fadhilah menjelaskan tentang senapan sniper tipe SPR Barrett M82A1 dalam Pameran Alutsista TNI pada Sabtu (21/2) di Jogja City Mall (JCM). (foto: satuharapan.com)

Dibanding senapan anti material seperti Pindad SPR-2, Denel NTW-20, dan Zastava M-93 Black Arrow, maka M82A1 punya keunikan dari sistem operasi. M82A1 adalah senapan anti material kelas berat berkaliber 12,7 mm dengan sistem operasi semi otomatis pertama di dunia. Biarpun lahir dari proyek garasi, M82A1 pada akhirnya berevolusi menjadi menjadi senjata yang diadopsi banyak negara. Dari sisi desain, M82A1 masih menganut model konvensional dengan dua set receiver terbuat dari baja pres dan terhubung dengan cross pin yang bisa dibuka dengan mudah. Untuk ukuran kapasitas magasin, M82A1 dengan magasin berisi 10 peluru menjadi yang paling banyak diantara senapan anti material milik TNI.
M82a1M82A1_barrettm107_sniper_rifle_800
Untuk mempercepat disipasi panas, penerapan rancangan fluted barrel yang dipenuhi cekungan akan membantu mempercepat penguapan, sehingga laras tidak cepat memuai dan akurasi bisa tetap terjaga. Bila M82A1 tidak dilengkapi teleskop, masih ada BUIS (Back Up Iron Sight) yang memiliki setelan elevasi sampai jarak 1.500 meter ditambah setelan windage untuk menyesuaikan simpangan arah angin. Guna meningatkan akurasi, M82A1 dilengkapi kaki-kaki (bipod) yang bisa disesuaikan ketinggiannya. Bila dirasa belum cukup, M82A1 bisa pula dipasang di atas kaki tiga (tripod) M3/M122 milik SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB.
Pasukan Inggris dengan M82A1.
Pasukan Inggris dengan M82A1.
maxresdefaultbarrett_M82A1_416_9880webunnamed

Mekanisme M82A1 menerapkan prinsip laras yang bergerak ke belakang untuk mengkompensasi gaya tolak balik yang dihasilkan. Ketika peluru ditembakkan, laras bergerak ke belakang sejauh +/- 25 mm, menyentuh tonjolan pada bolt yang kemudian melepaskan bolt dari posisi kuncinya. Setelah memukul bolt, laras langsung kembali ke depan berkat bantuan sepasang pegas recoil yang terpasang di kiri kanan laras. Begitu bolt dalam posisi bebas, lengan akselerator yang membawa sebagian energi dari gaya tolak balik langsung menghantamnya, sehingga bolt akhirnya berotasi dan bergerak ke belakang. Gerakan bolt ke belakang ini sekaligus menarik keluar selongsong hasil penembakan, dan memasukan peluru baru ketika mulai bergerak ke depan. Ketika bolt kembali ke posisinya semula akibat dorongan pegas,, akan terkunci secara otomatis dengan laras dan peluru baru siap ditembakkan.
Pada awalnya, M82A1 hanya digunakan pasukan khusus AS untuk misi-misi rahasia yang membutuhkan aplikasi senapan runduk dari jarak ekstra jauh. Baru pada Perang Teluk 1991, pasukan reguler mulai memperoleh M82A1. Biarpun lahir di AS, angkatan bersenjatanya bukanlah pengguna pertama M82A1. Sejatinya adalah Swedia yang pertama kali memesan 100 pucuk M82A1 pada tahun 1989, ditambah CIA yang membeli 25 pucuk pada tahun yang sama untuk dikirim ke pejuang Mujahidin di Afghanistan. Jika awalnya diniatkan untuk menjatuhkan Mi-24 Hind Soviet, sekarang pasukan koalisi ISAF (International Security Assistance Force) di Afghanistan yang harus berhati-hati karena diperkirakan senjata ini sudah jatuh ke tangan milisi Taliban.
Untuk bisa mendapatkan Barret M82A1 memang diperlukan kocek yang lumayan, pasalnya per pucuknya di banderol US$6.600 (1992), US$7.000 (2003), bahkan situs Wikipedia.com melansir harga M82A1 mencapai US$8.900 per pucuk, tentu saja perbedaan harga terkait varian yang dibeli. Sampai saat ini Barret Firearms Manufacturing telah merilis M82A1, M82A2, M107, dan XM500. Meski beda varian ada tentu beda kinerja, tapi kaliber yang diusung semuanya adalah .50 BMG.
Dari beragam varian, yang digunakan oleh Kopassus TNI AD adalah varian dasar M82A1. Model ini dilengkapi muzzle brake berbentuk bulat, sementara varian akhir menggunakan muzzle brake berbentuk kotak dua tingkat. Selain itu M82A1 versi awal cenderung berwarna hitam karena menggunakan lapisan parkerized finish, sementara M82A1 yang sekarang beredar rata-rata berwarna metal natural.

Spesifikasi Barret M82A1 “The Light Fifty”
– Negara asal: Amerika Serikat
– Tahun pembuatan: 1982
– Kaliber: .50 BMG (12,7 x 99 mm)
– Sistem operasi: semi otomatis, short recoil
– Panjang total: 1.448 mm
– Panjang laras: 737 mm
– Bobot kosong: 12,9 kg
– Kecepatan proyektil: 854 meter per detik
– Jarak tembak efektif: 1.800 meter
– Akurasi tembakan: 1,5 – 2,0 MoA
– Kapasitas magasin: 10 peluru