Sabtu, 30 Mei 2015

Laut China Selatan Bisa Jadi Konflik Paling Mematikan

Laut China Selatan Bisa Jadi Konflik Paling Mematikan
Pesawat mata-mata P8-A Poseidon milik AS. (US Navy)

Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein, Sabtu, 30 Mei 2015, mengatakan sengketa Laut China Selatan bisa menjadi salah satu konflik paling mematikan, yang pernah terjadi dunia.

Berbicara pada para delegasi pada forum pertahanan Shangri-La Dialogue di Singapura, Hishammuddin mengatakan tantangan global baru muncul dari konflik lama, menyerukan dipatuhinya hukum di wilayah yang diperebutkan.

"Jika kita tidak hati-hati, itu akan meningkat menjadi konflik paling mematikan di masa kita, jika bukan sepanjang sejarah," kata Hishammuddin yang dikutip oleh laman Channel News Asia.

Dia memperingatkan, hanya karena terlihat damai di kawasan, tidak berarti menghalangi munculnya prospek konflik. Amerika Serikat (AS) dan China, telah menyuarakan pandangan mereka yang bertentangan secara terbuka.

AS menuding reklamasi China di Laut China Selatan, sebagai aktivitas yang mengkhawatirkan, sementara China bersikeras apa yang mereka lakukan, adalah bagian dari kedaulatan negaranya.

Beijing mengatakan telah menahan diri, menyebut AS berkontribusi atas meningkatnya ketegangan di kawasan. Hishammuddin mengatakan semua pihak harus bertanggungjawab, untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.

"Retorika berapi-api tidak akan memberi kebaikan bagi negara mana pun. Itu mungkin terlalu optimis untuk meyakini, bahwa kita bisa mencegah konflik dan eskalasinya dari waktu ke waktu," ucapnya.

Dia menambahkan bahwa negara-negara dapat bertindak, sesuai dengan apa yang mereka anggap pantas di wilayah kedaulatannya, namun harus mewaspadai konsekuensi dari keputusan mereka.

"Dunia ini tidak dapat menanggung konflik global lainnya. Dunia ini tidak dapat menanggung lebih banyak ketidakjelasan, ketidakstabilan, kematian dan kerusakan," ujarnya.
 

Mengenal Batalyon Banteng Raider

 
image
Indonesia memiliki 18 Pos perbatasan dengan Papua New Guinea yang harus diamankan termasuk oleh Yonif 400/Raider (Banteng Raider), yaitu Pos Komando Taktis (Arso Kota) Perwakilan/Kalan (Abepura), Pos Komando Utama (Arso Tami). Didalam wilayah pos tersebut terdapat 3 (tiga) Kompi yaitu Kompi A terletak di Kp. Wembi dan membawahi 4 pos yaitu Pos Udara Bewan Baru, Pos Kaliasin, Pos Kaliup, Pos Km76. Kompi B terletak di Kp. Kalipay dan membawahi 3 pos yaitu Pos Ampas, Pos Waris, Pos Kalibom. Kompi C terletak di Kp. Yabanda dan membawahi 3 pos yaitu Pos Yabanda Lama, Pos Kalipao, Pos Kalilapar.
Selain menjaga perbatasan, tugas mereka juga untuk membangun wilayah tersebut, tentu dengan kapasitas yang mereka miliki.
“Sesulit apapun kondisi di wilayah penugasan, itu bukanlah suatu halangan bagi prajurit 400/Raider, hal tersebut seperti layaknya semboyan Raider yaitu Banteng Raider Pantang Mundur”, ujar Komandan Satgas (Dansatgas) Yonif 400/Raider Letkol Inf Heri Bambang Wahyudi, dalam kunjungannya ke perbatasan RI-PNG, pertengahan Mei 2015.
Dalam setiap peninjauannya, Dansatgas Yonif 400/Raider selalu melakukan pengecekan kebersihan pos, mulai dari dapur, kamar tidur, kamar mandi, lingkungan pos, penampilan anggota mulai dari cukuran rambut sampai kerapihan pakaian, termasuk kebersihan senjata perorangan. Selain itu, Dansatgas juga mengapresiasi kepada prajurit yang aktif dan kreatif melaksanakan kegiatan pembuatan rak tanaman untuk sayuran, pembuatan lahan tidur menjadi kebun sayur, melaksanakan kegiatan karya bhakti, membantu mengajar di sekolah, melaksanakan pengobatan ke rumah-rumah saat patroli, dan melatih masyarakat bermain bola voly.
image
image
Komandan Satgas mempunyai peranan yang sangat penting karena harus bisa mengatur semua kegiatan pos-pos Satgas yang sudah dibuat dengan berpedoman pada tugas pokok Satgas Pamtas, ini tidak mudah sehingga setiap awal dan akhir bulan Komandan Satgas selalu melaksanakan pengecekan ke pos-pos satgas yang ada di bawah komandonya.
“Setiap hari komandan selalu memonitor kegiatan dan kondisi kesehatan melalui komunikasi radio, ini sebagai bentuk perhatian komandan terhadap anak buah karena yang terpenting adalah kegiatan terlaksana dengan mempertimbangkan faktor taktis dan keamanan, namun yang terpenting adalah kondisi anggota di pos harus selalu sehat dan aman”, kata Letkol Inf Heri.
Batalyon Yonif 400/Raider atau lebih dikenal dengan sebutan BR (Banteng Raider) merupakan salah satu Batalyon Pemukul dari Kodam IV/Diponegoro yang mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan tugas pengamanan perbatasan wilayah RI-PNG, bersama 450 prajurit lainnya, diterjunkan untuk bertugas di wilayah Arso Kota sampai dengan Yabanda.
image
image
Satgas Yonif 400/Raider merupakan satuan dibawah Brigif 13/1 Kostrad, dimana Brigif 13/Kostrad merupakan Komando Sektor Utara Satgas Pamtas RI-PNG yang bertugas melaksanakan operasi pengamanan perbatasan di sepanjang perbatasan darat RI-PNG, mulai dari Patok Batas Negara MM-1 s.d MM-7.2 untuk melaksanakan patroli keamanan, mencegah kegiatan illegal dan melaksanakan kegiatan teritorial.
Brigif 13/1 Kostrad membawahi 3 Batalyon tempur yang digelar sepanjang perbatasan RI-PNG di wilayah sektor utara, Yonif 323 di sepanjang sektor pengamanan perbatasan Batalyon mulai dari Skouw sampai dengan Bewan Lama,Yonif 400/ Raider di wilayah Arso Kota sampai dengan Yabanda, dan Yonif 133 mulai dari Kalimao sampai dengan Iwur.

Puspen TNI

Australia Ingin Bongkar Senjata Pindad

 
SS2 V4 Pindad
SS2 V4 Pindad

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan ada kejadian tidak mengenakkan ketika perwakilan TNI AD mengikuti perlombaan menembak di Australia pekan lalu. Dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) itu, tim TNI AD menang telak mengalahkan Australia, Amerika, dan sejumlah negara Eropa. TNI AD mengantongi 30 medali emas dari 50 medali yang diperebutkan.
“Karena perbedaan perolehan medali yang begitu mencolok, panitia Australia hendak membongkar senjata kami,” kata Gatot kepada wartawan di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Jumat, 29 Mei 2015.
Namun Gatot menolak memberikan izin kepada panitia lomba membongkar senjata-senjata yang dipakai perwakilan TNI AD. Jika panitia lomba hendak membongkar senjata TNI, Gatot pun meminta senjata semua peserta juga dibongkar.
Jenderal Gatot pun membantah isu yang menyatakan bahwa peserta lain dalam lomba tersebut mengalah untuk Indonesia. Menurut Gatot, kehormatan negara dan kesatuan militer para peserta dipertaruhkan dalam lomba tersebut. Dengan demikian, mustahil jika ada perwakilan negara tertentu yang pura-pura kalah. “Apakah Marinir Amerika Serikat mau mengalah dalam lomba menembak? Tentu tidak,” ujarnya.
Salah satu anggota kontingen TNI AD, Sersan Dua Misran, juga mengatakan bahwa Australia dan negara peserta lainnya kaget melihat perwakilan Indonesia memborong medali. Menurut Misran, panitia lomba mencurigai ada kecurangan dalam spesifikasi pistol G2 dan senapan serbu SS2 V4 buatan PT Pindad Persero yang dipakai personel TNI AD. “Padahal spesifikasi kami sama dengan senapan M-16 buatan Amerika Serikat yang dipakai juga di lomba itu,” tutur Misran.
Sebelumnya, dalam lomba bertajuk Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM), perwakilan Indonesia mampu mengalahkan tim tuan rumah, Amerika Serikat, dan Inggris dengan nilai telak.
Pada klasemen akhir, kontingen Indonesia berhasil mendapat 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Sedangkan Angkatan Darat Australia, yang duduk pada posisi kedua, mengantongi 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Perwakilan Amerika Serikat yang bertengger pada posisi ketiga mendapat 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Dalam lomba tersebut, TNI AD menurunkan 14 prajurit terbaiknya yang berasal dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Komando Cadangan Strategis (Kostrad). Lima staf dan dua tenaga ahli dari PT Pindad juga ikut serta menemani 14 prajurit TNI AD.
Tempo.co

Jenderal Terkenal dari Laos Ini Dulu Dilatih Kopassus

Jenderal Kong Le (ist)
Jenderal Kong Le (ist)

Inilah Jenderal Kong Le, seorang prajurit tangguh yang memiliki jasa besar terhadap negerinya dari invasi Viet Minh, pasukan komunis Vietnam di bawah kepemimpinan Ho Chi Minh. Dia anggota Angkatan Darat Kerajaan Laos, dan bergabung bersama pasukan payung.
Ketangguhannya dalam menjalani pertempuran membuatnya diberi kepercayaan untuk memimpin Batalion Parasut ke-2. Pasukan yang dipimpinnya ini memiliki pengalaman tempur dengan pasukan Viet Minh dalam rentang tahun 1959 dan 1960.
Kong Le bergabung dengan Angkatan Darat Kerajaan Laos pada pertengahan 1951, tidak lama setelah menyelesaikan pendidikan formalnya. Kemampuan bela diri membuatnya didaftarkan ke dalam Sekolah Kandidat Perwira angkatan ketiga di Dong Hene, Kamboja.
Penugasan pertama diberikan setelah OCS menempatkannya bersama Kapten Ouane Rattikone di Luang Prabang. Kemudian, dia dikirimkan untuk mengikuti pelatihan Ranger Intai di Fort William McKinley, Filipina pada 1957. Sekembalinya dari sana, dia langsung bergabung bersama Batalion Parasut ke-2.
Selain berlatih perang di Filipina, ternyata Kapten Kong ini juga pernah dilatih oleh Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha, kini Kopassus). Hal ini diungkap Luhut Pandjaitan kepada Hendro Subroto dalam bukunya ‘Para Komando: Perjalanan Seorang Prajurit’ terbitan Kompas.
“Korps Baret Merah mendidik pasukan Republik Kamboja maupun pasukan Pemerintah Laos untuk memperoleh kualifikasi para dan komando. Salah satu siswa komando dari Laos adalah Kapten Kong Le, kemudian hari menjadi seorang jenderal karismatik dalam memimpin Laos.”
Setelah mendapatkan mandat untuk memimpin sebuah batalion, Kong Le memimpin sebuah pemberontakan terhadap Raja Laos. Dia dan pasukannya memimpin sebuah pemberontakan pada 10 Agustus 1960 untuk menjatuhkan pemerintahan Laos. Kepada rakyatnya, dia menyebut tindakannya ini untuk memberangus korupsi di tubuh pemerintah dan untuk mengejutkan para perwira AS. Tak hanya itu, dia juga menuding kebijakan AS jadi penyebab kekacauan di Laos.
Namun, aksinya ini dapat diberangus dengan cepat pada 14 Desember 1960, oleh Jenderal Phoumi Nosavan. Kong Le, yang kemudian mengangkat dirinya sebagai Mayor Jenderal, bersama pasukannya melarikan diri hingga ke lokasi strategis bernama Plain of Jars. Di sana dia melakukan perekrutan baru, serta mendirikan Pasukan Bersenjata Neutraliste, dan menyebabkan Laos terlibat dalam perang saudara.
Setelah menjalani pertempuran panjang, kemampuan pasukannya ternyata tak mampu menandingi pasukan Kerajaan Laos. Tak hanya itu, mereka juga menghadapi masuknya sejumlah pasukan Vietnam Utara yang melintasi markas utamanya. Berbagai kekalahan lantas membuatnya melarikan diri dari Laos pada 17 Oktober 1966.
Sepanjang pelariannya, dia pernah bersembunyi di Indonesia, Hong Kong, AS. Dia menghembuskan napas terakhirnya saat berada di Prancis, awal tahun lalu.(Merdeka)

TR2400: Tactical Radio Infanteri TNI AD dengan Kemampuan Hybrid Analog Digital

IMAG1389
Selain bekal strategi perang yang mumpuni, senjata yang handal, dan mental personel yang kuat, harus diakui faktor penting yang jadi penentu keberhasilan dalam pertempuran infanteri adalah sistem komunikasi. Dan bicara sistem komunikasi pada lingkup infanteri, khususnya pada level pleton dan regu maka tak bisa dipisahkan dari keberadaan tactical radio (radio taktis) yang biasa dibawa dengan ransel (manpack) oleh prajurit operator radio.
Menyadari komunikasi antar satuan tempur begitu vital, infanteri di lingkungan TNI AD, TNI AL (Marinir), dan TNI AU (Paskhas) akrab dengan keberadaan tactical radio. Salah satu jenis tactical radio yang legendaris adalah AN/PRC-77. Radio ini pertama kali digunakan pada tahun 1968, dan langsung dioperasikan oleh GI (tentara AS) di Perang Vietnam. PRC-77 merupakan pengembangan dari seri AN/PRC-25, dimana tambahan kemampuan PRC-77 mencakup pada kekuatan amplifier, dukungan enkripsi voice, dan penggunaan vacuum tubes.

65113742
Meski sudah usianya sudah sangat tua, hingga kini PRC-77 yang mengandalkan teknologi analog masih dioperasikan di beberapa satuan TNI AD. Namun, sesuai tuntutan jaman, tactical radio jenis yang lebih baru pun sudah digunakan di lingkungan TNI AD, khususnya di Divisi Infanteri Kostrad. Yakni tactical radio TR2400 buatan Saab Grintek Communication Systems, Afrika Selatan. Dibanding PRC-77, TR2400 yang lebih modern punya banyak keunggulan, dari tampilan interface-nya sudah dilengkapi panel digital untuk beragam fungsi yang memudahkan operator.
Dari golongannya, TR2400 masuk dalam segmen HF (high frequency) transceiver yang berjalan di frekuensi 1,6 – 30 Mhz. Tactical radio ini menawarkan teknologi digital signal processing (DSP) untuk frekuensi tinggi hopping. Frekuensi Hopping adalah teknik lama yang diperkenalkan pertama kali dalam sistem transmisi militer untuk menjamin kerahasiaan komunikasi dan jamming tempur. Frekuensi Hopping adalah mekanisme di mana sistem perubahan frekuensi (uplink dan downlink) selama transmisi secara berkala. Hal ini memungkinkan saluran RF yang digunakan untuk pensinyalan kanal (SDCCH) timeslot atau saluran lalu lintas (TCH) timeslots, untuk mengubah frekuensi setiap frame TDMA (4,615 ms). Beberapa unggulan fitur radio ini adalah:
• Komunikasi dual band (FM dan AM ground to air/OTA). Komunikasi antar darat dan laut pada modulasi VHF 30 – 55 Mhz. Dengan kemampuan komunikasi ground to air, operator TR2400 dapat menjalankan peran pemandu tembakan dari pesawat tempur. Istilah dalam militer disebut sebagai ground FAC (forward air control).
• Multi role dan full military spec, dapat digunakan dalam berbagai medan operasi, dapat di adopsi mulai dalam moda manpack (radio panggul), base station, kendaraan taktis, ambulance, dan kapal laut.
48963780
• Multi mode, baik analog dan digital voice. Dilengkapi fitur komunikasi konvensional dengan suara analog maupun digital. Saat menggunakan kanal analog, juga dilengkapi sistem pengacak analog (AVS)
• Dilengkapi sistem pengamanan, berupa frekuensi hopping dengan kecepatan 100 hope per detik. Selain itu, TR2400 dibekali sistem pengacakan (encryption).
• Untuk mengetahui lokasi dan pergerakan radio lawan, ada fitur GPS (Global Positioning System) Blue Force Tracking.
TR2400-1
• Kemampuan daya pancar minimum 1 watt dan maksimum 10 watt dengan ketahanan selama delapan jam untuk menerima/standby. Sementara kemampuan untuk memancar hingga dua jam.
• Saat digunakan dalam manpack, daya yang digunakan 25 watt, sementara bila digunakan pada kendaraan dengan daya 100 watt. Konfigurasi sebagai base station hingga 320 watt.
• Tahan digunakan dalam lingkungan ekstrim dengan rentang suhu -30 hingga 70 derajat Celcius.
• Tahan di dalam air hingga kedalaman 1 meter.
• Mudah dalam pemeliharaan berkat konstruksi modular.
• Dilengkapi 99 channel memori dari panel atau dari PC, TR2400 dapat mengirimkan sinyal morse, email dan transfer file.

Spesifikasi TR2400
– Rentang frekuensi: 1,6 – 30 Mhz
– Dimensi perangkat: 296 x 231 x 93 mm
– Berat: 4,5 Kg
– Baterai: Lithium ion
– Power supply: 20 volt – 32 volt
– Output daya: 2,5 – 25 Watt
– Data: Modem MIL-STD-188-110A (2400 bit), STANAG 4285 (2400 bit modem), dan STANAG 4415 (75bps)
– Data Link Protocol (DLP): STANAG 5066 dan Internal ARQ SMS


Jumat, 29 Mei 2015

Badan Siber Nasional Bakal jadi Pengawas Internet

Ilustrasi (ist)
Ilustrasi (ist)
Pemerintah Indonesia melalui sejumlah kementerian terus menyiapkan segala hal dalam membentuk Badan Siber Nasional (BSN). Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno mengatakan, badan ini bakal jadi koordinator dalam menjaga keamanan siber nasional.
“BSN akan jadi koordinator. Kita siap membentuk BSN. Sedang mendengar masukkan dari pihak lain,” ujar Tedjo dalam jumpa pers bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Jakarta, Kamis (28/5).
BSN menurut rencana akan menjadi koordinator membawahi lembaga-lembaga lain yang memiliki unit keamanan siber. Seperti diketahui, lembaga yang telah memiliki unit keamanan siber sendiri adalah Polri, TNI, Kemenkominfo, hingga Kemenkopolhukam.
Saran terkait BSN ini akan ditampung Kemenkopolhukam dalam acara Simposium Nasional Cyber Security 2015 yang diadakan pada 3 sampai 4 Juni 2015 di Hotel Borobudur Jakarta.
BSN akan menjadi lembaga baru setingkat kementerian dengan utama memastikan terjadinya koordinasi keamanan siber nasional.
“Kerangka komprehensif cyber security mutlak diperlukan untuk menjamin bergulirnya roda ekonomi melalui partisipasi serta urun rembuk pelaku dan pemangku kepentingan ranah siber yang majemuk,” jelas Tedjo.
Ia mengatakan Keputusan Presiden soal BSN ini akan segera terbit setelah tugas dan kewajiban lembaga baru ini selesai. Sejumlah ahli dan praktisi keamanan siber akan menjadi sumber daya di lembaga baru ini.
Indonesia dinilai belum memiliki satu sistem keamanan nasional maupun kerangka legal yang pas untuk keamanan siber.
Pada April lalu, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri mengungkapkan kerugian akibat program jahat (malware) pencuri uang perbankan oleh warga negara asing mencapai Rp 130 miliar dalam sebulan. Uang dari nasabah Indonesia itu ditransfer ke negara Eropa Timur melalui rekening kurir onlone Western Union atau Moneygram.
Lembaga yang mengawasi keamanan Internet nasional, Indonesia Security Incidents Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), mencatat pada tahun 2014 lalu ada 3.288 insiden serangan terhadap situs pemerintah dengan domain .go.id.
Secara totla ID-SIRTII mencatat ada 48,4 juta serangan siber yang melanda Indonesia tahun 2014 lalu. Serangan tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan 18 juta serangan.
Serangan dalam bentuk program jahat atau malware masih mendominasi, sekitar 12 juta serangan, pemanfaatan masuk ke celah keamanan dengan 24.168 serangan, record leakage 5,970 kasus, pengelabuan 1.730 kasus, serta domain leakage 215 kasus.(CNN Indonesia)

Nota Provokatif Belanda Jadi Trigger Agresi Militer I

Bala Tentara Belanda bersiap jelang Agresi Militer I (Foto: Wikipedia)
Bala Tentara Belanda bersiap jelang Agresi Militer I (Foto: Wikipedia)
Provokasi demi provokasi biasa dijadikan Belanda untuk memancing kekuatan militer Indonesia untuk bertempur di front terbuka. Belanda merasa punya keuntungan dengan jumlah personel sekira 100 ribu pasukan, jika bentrok dengan TNI yang dianggap tak punya perlatan tempur memadai di medan terbuka.
Dan, salah satu provokasi “resmi” jelang melancarkan Agresi Militer I dengan sandi ofensif “Operatie Produkt” pada 21 Juli 1947, Belanda melayangkan nota bernada ancaman nan provokatif dua bulan sebelumnya.
Ya, pada 27 Mei 1947 (68 tahun silam), Belanda mengeluarkan ultimatum yang berisi sejumlah tuntutan. Tuntutan yang dirasa takkan bisa dipenuhi pemerintah RI dan wajib dibalas dalam tempo dua pekan.
Nota yang disampaikan pada pemerintah RI melalui perwakilan Belanda, Dr. P.J.A Idenburg itu berisikan sebagai berikut, seperti dikutip dari ‘Kronik Revolusi Indonesia’:
1. Pembentukan pemerintahan peralihan bersama.
2. Mengadakan garis demiliterisasi dan pengacauan di daerah-daerah Konferensi Malino (Negara Indonesia Timur, Kalimantan, Bali) harus dihentikan.
3. Mengadakan pembicaraan pertahanan negara, di mana sebagian Angkatan Darat, Laut dan Udara Kerajaan Belanda harus tinggal di Indonesia.
4. Pembentukan Kepolisian demi melindungi kepentingan dalam dan luar negeri.
5. Hasil-hasil perkebunan dan devisa diawasi bersama.
Merespons ultimatum itu, Perdana Menteri Sutan Sjahrir pun hanya bisa menafsirkannya antara kapitulasi (menyerah) pada Belanda, atau perang total. Belanda sendiri sedianya sudah mulai bersiap dengan menyiagakan sejumlah pasukan sejak Maret 1947.
Sjahrir tentu menolak dan itu jadi “trigger” atau pemicu tersendiri buat Kepala Staf pasukan Belanda Jenderal Simon Hendrik Spoor, untuk me-launching serangan total yang tentunya sesuai instruksi dari Den Haag.
Namun rencana Spoor sempat tersendat, lantaran pada akhirnya Sjahrir bertekuk lutut pada tuntutan tersebut. Akibatnya, Kabinet Sjahrir pun tumbang lantaran tak lagi dipercaya rakyat. Adapun Belanda, kembali melayangkan ultimatum pada 15 Juli 1947 dengan tuntutan pasukan TNI mundur 10 kilometer dari garis demarkasi.
Lantaran PM Amir Sjarifoeddin yang menggantikan Sjahrir tak memberi jawaban, maka meletuslah ofensif Belanda yang pertama ke berbagai wilayah RI di Sumatera dan Jawa pada 21 Juli 1947.
Terlepas dari sejumlah kejadian yang terjadi dalam agresi itu, pemerintah juga belum berhenti ikut bertarung di arena diplomasi. Sjahrir dan H. Agus Salim diutus ke Sidang Dewan Keamanan PBB, di mana akhirnya diputuskan Belanda harus menghentikan serangan pada 1 Agustus dan gencatan senjata sudah harus terjadi tiga hari setelahnya.
Spoor pribadi sedianya ‘kebelet’ meneruskan gerak ofensif pasukannya hingga Yogyakarta yang kala itu jadi Ibu Kota RI, yang kemudian ditentang pemerintah sipil Belanda.
Seperti termaktub dalam buku ‘Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949’, Spoor bercita-cita menguasai Yogyakarta yang kelak baru bisa dilakukannya pada Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
Satu fakta menarik bahwa jelang Agresi Militer I itu, markas Tentara Belanda bahkan melancarkan psywar kepada tentaranya sendiri. Mereka menyebarkan selebaran yang tercatat dikeluarkan di Batavia (kini Jakarta) tertanggal 27 Mei 1947, bersamaan dengan keluarnya nota pemerintah Belanda kepada RI.
Selebaran itu dikatakan dikeluarkan pihak RI untuk memecah-belah Belanda antar kesatuan campuran KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda dengan Divisi I “7 December” yang merupakan kesatuan asli Angkatan Darat Belanda (Koninklijke Landmacht).
Tujuannya, agar para personel Divisi “7 December” kian terdongkrak spirit-nya jelang Agresi Militer I. Berikut kira-kira isi selebaran itu jika diterjemahkan dari bahasa Belanda:
“Para Perwira, Prajurit Divisi 7 Desember.
Dengan meningkatnya gejolak pemerintah menyelamatkan pasukan dalam setiap harinya ketika terlibat dan bertemu langsung dengan unit campuran dari KNIL, di mana mayoritas mereka menunjukkan simpati untuk Indonesia, 100 persen tidak dibenarkan, khususnya oleh kita yang empat tahun hidup di bawah cengkeraman Jerman.
Kita telah digolongkan jadi alat untuk dengan kehendak Pemerintah terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia, untuk menahan kontak bersenjata. Kami berharap dalam hati terdalam, bahwa orang-orang dari Divisi ’7 Desember’ yang terkenal itu akan menyingkir demi mencegah pertumpahan darah yang tak perlu dan tidak dibenarkan dengan masyarakat Indonesia.
Semoga waktu yang singkat, kelompok kapitalis dan penjajah bertaubat, dan membiarkan kita menjadi yang pertama berhadapan dengan resistensi yang umumnya pasif dari mereka (TNI), demi Tanah Air kita tercinta dan kesejahteraan negara,”. (Okezone)