Jumat, 22 Mei 2015

Airbus Helicopters EC 725 Super Cougar: Andalan SAR Tempur Paskhas TNI AU

self protection systems for ec725 caracal-050210yourfile
Peran SARpur (SAR/search and rescue Tempur) atau combat rescue adalah bagian dari kemampuan yang dimiliki Korps Paskhas TNI AU. Saat terjadi kecelakaan yang melibatkan pesawat udara/helikopter, kemudian lagi jika muncul situasi pilot jatuh di behind enemy lines, maka tim penolong harus punya kemampuan SAR dan tempur secara bersamaan. Andalan untuk misi SAR tempur yang paling dominan tak lain adalah helikopter.
TNI AU pun sudah punya pengalaman panjang dalam misi SAR tempur, dukungan ‘jembatan’ udara dalam operasi Seroja menjadi medan pembuktiannya bersama dengan satuan heli lain di lingkungan TNI AD. Dan, belakangan untuk menunjang misi SARpur TNI AU mempercayakan pada heli lawas jenis S-58T Twinpac, SA-330 Puma, dan NAS-332 Super Puma. Kesemuanya tak ada masalah untuk menunjang misi SARpur, namun untuk menyikapi tantangan dan potensi ancaman yang terjadi kedepan, ketiga heli tersebut dinilai menjadi kurang ideal, pasalnya ketiga heli hanya dilengkapi persenjataan konvensional (sebatas senapan mesin dan roket) tanpa bekal perangkat elektronik, sensor, dan navigasi yang menunjang.

Perancis sangat mengandalkan heli ini dalam misi combat rescue.
Perancis sangat mengandalkan heli ini dalam misi combat rescue.

Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun.
Super Cougar dibekali dua pucuk FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai door gun.

Sementara disisi lain, negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah lebih maju dalam adopsi heli angkut taktis. Menyikapi kebutuhan update pada lini heli angkut taktis untuk misi SARpur, TNI AU pun telah mengambil ancang-ancang sejak lama untuk mengadopsi jenis helikopter baru. Yang dilirik pun punya ternyata punya ‘benang merah’ dengan heli sebelumnya, yaitu EC 725 Super Cougar buatan Airbus Helicopters (d/h Eurocopter). Dirunut dari pengembangannya, Super Cougar tak lain adalah hasil pengembangan dari AS 532 Cougar, sementara AS 523 Cougar adalah update versi militer dari NAS-332 Super Puma.
Kedatangan Super Cougar bukan isapan jempol, dipastikan pada tahun 2014 ini akan diserahkan secara bertahap 6 unit EC 725 pada TNI AU. Total jumlah Super Cougar yang dipesan ada 16 unit dengan jadwal penyerahan hingga tahun 2015. Seperti halnya heli AS 565 Panther TNI AL dan heli AS 550 Fennec yang juga buatan Eurocopter, maka Super Cougar juga akan dirakit oleh PT. Dirgantara Indonesia. Terkait kerjasama dengan Eurocopter, PT DI kebagian peran untuk menjadi pembuat komponen fuselage (badan utama) dan tailboom (ekor) EC-725.

Super Cougar dapat membawa dua pod kanon GIAT kaliber 20mm. Untuk tiap pod terdiri dari 180 amunisi.
Super Cougar dapat membawa dua pod kanon GIAT kaliber 20mm. Untuk tiap pod terdiri dari 180 amunisi.

Tampak pada sisi kiri, Super Cougar membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2.75 inchi. Dalam satu peluncur dapat ditempati 19 roket.
Tampak pada sisi kiri, Super Cougar membawa peluncur roket Forges Zeebrugge 2.75 inchi. Dalam satu peluncur dapat ditempati 19 roket.

Skadron 9
TNI AU sudah mempersiapkan secara matang kedatangan Super Cougar, yakni dengan pembentukan skadron baru, yaitu skadron udara 9 yang akan bermarkas di lanud Kalijati – Subang, Jawa Barat. Dengan hadirnya skadron 9, menjadikan TNI AU nantinya berkekuatan tiga skadron heli angkut berat, yaitu skadron 8 yang ditempati SA-330 Puma dan skadron 6 yang ditempati NAS-332 Super Puma.
Selain punya label Super Cougar, nama lain heli ini adalah EC 725 Caracal. Kemampuan yang cukup mencolok dari heli dengan dua awak ini (pilot dan co-pilot) adalah kebisaan untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara (air refuelling). Berkat kemampuan tersebut, heli ini disebut sebagai heli taktis jarak jauh. Metode isi bahan bakar di udara pada heli ini menggunakan teknis hose, serupa dengan Hawk 200 dan Su-30 Sukhoi TNI AU. Dengan begitu, Super Cougar dapat menyusu dengan KC-130B Hercules.
Dengan kemampuan air refuelling, heli ini dapat terbang cukup lama.
Dengan kemampuan air refuelling, heli ini dapat terbang cukup lama.
Cougar pantas diandalkan sebagai heli militer karena memiliki crashworthiness yang tinggi. Termasuk toleransi benturan dan ketahanan sistem vital dan komponennya. Penumpang di dalam kabin helikopter terlindung dari benturan hingga kecepatan 11,4 meter per detik. Tangki bahan bakarnya disegel, dengan sistem pasiokan silang hingga tetap memasok secara kontinu bahkan di saat satu sirkuit bahan bakar gagal.
Rotor utama dan tail rotor (ekor) dilengkapi dengan hub spheriflex tahan benturan, dengan bearing antifriksi metal yang tak perlu dilubrikasi. Rotornya sendiri tahan terjangan proyektil dari kanon kaliber 20 mm dan senapan mesin berat 12,7 mm. Untuk melindungi diri, terdapat pelapis baja untuk pilot dan co-pilot. Sementara gearbox bisa terus berputar selama 30-60 menit. Dalam keadaan tanpa pelumas pun masih bisa berputar 30 menit. EC 725 Super Cougar ditenagai dua mesin Turbomeca Makila 2A1, dimana tiap mesin dapat menghasilkan tenaga 1.776 kW atau setara 2.382 hp.
Rotor utama dilengkapi 5 bilah baling-baling.
Rotor utama dilengkapi 5 bilah baling-baling.
Heli multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti LCD multi fungsi 6"x8" pada cockpit, terintegrasi dengan peta digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dan lain-lain
Heli multi-role ini dilengkapi teknologi canggih seperti LCD multi fungsi 6″x8″ pada cockpit, terintegrasi dengan peta digital/peperangan elektronik, full glass cockpit, dan lain-lain
Untuk menunjang misi SAR Tempur , heli Cougar dilengkapi dengan personnel locator system (PLS), yang bekerja berdasarkan sistem encrypted communication homing, alat ini berkomunikasi dengan komputer navigasi Avionique Nadir MK2 dari Thales yang kemudian memilih moda navigasi. Dalam memudahkan observasi pada suatu sasaran, Super Cougar dilengkapi dengan kubah pemantau pada pintu kabin, lampu pencari, perangkat FLIR (forward looking infra red) pada sisi bawah hidung, dan radar pendeteksi berjangkauan pandang luas dengan PLS. Awaknya dilengkapi perangkat NVG (night vision goggles) generasi ketiga. Pendek kata, kokpit Cougar yang serba digital sudah kompatibel dengan NVS (night vision systems).
Dalam misi SAR yang melibatkan penyelamatan dari laut, dapat digunakan fitur auto pilot digital SFIMPA yang diatur pada operasional kelas berat. Pada mode operasi ini, manuver untuk transisi dan hovering berlangsung secara otomatis.
Sebagai heli yang mampu mengembang misi tempur secara total, Cougar juga dilengkapi dengan sistem peringatan peluncur rudal (EWR), hal ini amat diperlukan mengingat heli banyak beroperasi di wilayah konflik, ketika harus terbang rendah, maka potensi serangan dari rudal panggul (SAM MANPADS) menjadi sangat berisiko. Tak hanya itu, heli ini juga dapat dilengkapi dengan sistem pengacau infra merah dan radar serta flare decoy, maklum ada beberapa rudal panggul yang mengandalkan pemandu infra red. Kelengkapan tambahan lain adalah centrisep multi purpose air intake yang memungkinkan helikopter dapat beroperasi dengan aman di wilayah gurun pasir maupun medan berdebu. Nah, bicara soal main ‘debu’ sudah dibuktikan dengan handal, tatkala heli ini dikerahkan secara maksimal dalam berbagai misi tempur di Afghanistan.
EC 725 milik AU Thailand
EC 725 milik AU Thailand
Dari segi daya angkut, Cougar layak disebut heli angkut sedang, meski di lingkungan TNI AU akan disebut sebagai heli angkut berat dengan kemampuan membawa 29 prajurit dengan senjata lengkap, atau dapat enam penumpang yang ditandu, ditambah sepuluh penumpang lain
Tahun 2006, EC 725 Perancis dikerahkan di Lebanon untuk membantu evakuasi personel, juga di Afghanistan. Dua EC 725 ditempatkan di Kabul sejak awal 2007 untuk mendukung operasi NATO internationa Security Force. Lebih dari 95% operasi di Kabul menggunakan EC 725. Memasuki tahun 2009, AD Perancis mengoperasikan EC 725 Super Cougar. Selain Indonesia yang akan menerima Super Cougar pada tahun ini, negara lain yang sudah menggunakan heli ini lebih dulu adalah AU Malaysia, AU Thailand, AU Tunisia, AU/AL Meksiko, AU/AL/AD Brazil, AU/AL Perancis, dan AU Kazakhstan. (Sam)

Spesifikasi EC 725 Super Cougar
– Kru : 2 (pilot + co-pilot)
– Kapasitas : 29 pasukan bersenjata lengkap dengan beban maksimum 5.670 kilogram
– Panjang : 19,5 meter
– Tinggi : 4,6 meter
– Bobot kosong : 5,330 kilogram
– Bobot tempur : 11,000 kilogram
– Diameter rotor utama : 16,20 meter
– Performance EC 725 Cougar
– Kecepatan maksimal : 324 kilometer/jam
– Kecepatan jelajah : 285 kilometer/jam
– Jangkauan tempur maksimal : 1.325 kilometer
– Ketinggian terbang maksimal : 6.095 meter
– Kecepatan menanjak : 7,4 meter/detik

Kamis, 21 Mei 2015

Bakamla Minati Pesawat Amfibi ITB

 
Ilustrasi Pesawat Amfibi
Ilustrasi Pesawat Amfibi

Badan Keamanan Laut (Bakamla) berencana membeli pesawat amfibi buatan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membantu pelaksanaan tugas pengamanan laut. Menurut pelaksana tugas Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut, Laksamana Pertama Dicky R. Munaf, pesawat amfibi dapat menjadi solusi pemberantasan tindakan ilegal di laut Indonesia.
Dicky mencontohkan, kapal-kapal asing pelaku tindakan ilegal sering berada di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif atau berjarak 200 mil laut dari garis pantai Indonesia. Dengan begitu, mereka mudah melarikan diri ketika aparat keamanan Indonesia menyergap mereka. Kapal-kapal asing itu cukup bergerak sedikit menuju laut internasional, sehingga tak bisa ditangkap petugas.
“Padahal untuk mengerahkan kapal patroli dari pantai ke Zona Ekonomi Eksklusif bisa makan waktu delapan jam. Kalau pakai pesawat amfibi, waktu tempuh lebih singkat,” kata Dicky di kantor Bakamla, Jakarta, Rabu, 20 Mei 2015.
Sesuai dengan rencana, pesawat amfibi tersebut bisa dinaiki minimal tiga orang, yang terdiri atas pilot, navigator, dan penyidik Bakamla. Penyidik Bakamla menjadi awak terpenting dalam pesawat itu. Sebab kejahatan di laut harus ditangani pada saat itu juga oleh petugas Bakamla.
Dicky menjelaskan, saat satelit pusat Bakamla menemukan kejanggalan aktivitas kapal di laut, pesawat amfibi akan dikerahkan ke lokasi kapal itu. Pesawat akan mendarat di dekat kapal yang dicurigai. Penyidik selanjutnya menaiki rakit untuk menuju kapal guna melakukan pemeriksaan. “Jadi penyidikannya bisa dilakukan di laut langsung,” katanya.
Bakamla belum tahu persis rupa pesawat amfibi yang bakal dibeli dari ITB itu. Sebab sampai sekarang Mulyo Widodo, profesor dari ITB, masih berupaya menyelesaikan riset pesawat itu. Meski hasil rise itu belum jelas, Dicky mengatakan, Bakamla siap membeli enam pesawat amfibi dari ITB. Pesawat-pesawat itu akan disebar ke sejumlah pangkalan Bakamla di Batam, Manado, dan Ambon. “Kami belum buka tender, tapi kami minta ITB segera menyelesaikan produknya,” kata Dicky.
Sebelumnya, Bakamla membeli sepuluh robot bawah air dari ITB. Robot tersebut akan digunakan dalam misi search and rescue dan pemberantasan kejahatan bawah laut. Robot ITB mampu menyelam hingga kedalaman 100 meter dan dilengkapi dua kamera, di depan dan belakang badan, yang bisa langsung menampilkan video di bawah laut kepada operator yang berada di atas kapal. Robot bawah laut ITB dihargai Rp 1,7 miliar per unit.
Tempo.co

Ketika Merah Putih Berkibar Pertama Kali di Papua

Pasukan Gerak Tjepat di Papua mengibarkan sang saka merah putih pertama pada 21 Mei 1962 (Foto: tni-au.mil.id)
Pasukan Gerak Tjepat di Papua mengibarkan sang saka merah putih pertama pada 21 Mei 1962 (Foto: tni-au.mil.id)

Tanggal 21 Mei 1998, jadi periode penting perjalanan bangsa Indonesia yang merupakan transisi besar dari rezim orde baru ke era reformasi. Tapi ada satu momen yang tak kalah penting di tanggal yang sama 53 tahun silam 1962, namun jarang diingat publik.
Pengakuan kedaulatan Belanda atas Republik Indonesia pada 1949, tak serta-merta membuat Belanda angkat kaki dari segenap wilayah nusantara. Papua yang dulu bernama Irian Barat, jadi daerah terakhir yang berupaya dicengkeram erat Belanda.
Terlepas dari berbagai kisah dan fakta kontroversial soal pembebasan Papua, patut diketahui bahwa pada 21 Mei 1962, adalah kali pertama sang saka Merah Putih berkibar di wilayah paling timur Indonesia itu.
Presiden Soekarno sejak 1961 sudah mulai curiga bahwa Belanda berencana membuat negara boneka yang bisa mereka setir. Tujuannya tentu mencegah Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Soekarno pun memerintahkan Adam Malik, untuk bertemu perwakilan Belanda terkait hal itu.
“Dam, saya mau berikan opdracht (perintah) supaya kami bertemu wakil Belanda. Saya ingin tahu apa Belanda benar mempunyai keinginan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat,” cetus Soekarno dalam buku ‘Maria van Engels’.
Awal Desember pada tahun yang sama di Bonn (Jerman Barat), perundingan pun berlangsung dan sayangnya “dicederai” penyampaian resolusi kepada Dewan Keamanan (DK) PBB dari Menteri Luar Negeri Belanda, Joseph Luns, yang berniat memisahkan Irian Barat dari Indonesia.
Mendengar hal itu, Soekarno melantangkan seruan, “Gagalkan usaha Belanda mendirikan Negara Papua!”. Sosok berjuluk Putra sang Fajar itu pun menegaskan bahwa sebelum ayam jantan berkokok pada 1 Januari 1963, Irian Barat sudah harus dibebaskan dari Belanda!
Tri Komando Rakyat (Trikora) pun digagas dengan merancang Komando Mandala. Sejumlah operasi pun digelar, termasuk penerjunan 54 anggota Pasukan Gerak Tjepat (PGT, sekarang Paskhas TNI AU) di Teminabuan pada 19 Mei 1962.
Mereka terjun di atas tangsi Belanda dan langsung terjadi kontak senjata. Kendati dua prajurit gugur, yakni Kopral Udara II Alex Sangido dan Wangko, pasukan Belanda yang terkejut memilih mundur ke wilayah Kota Teminabuan.
Setelah konsolidasi segenap pasukan penerjun dilakukan dengan mengumpulkan 40 personel di Kampung Wersar, Sersan Udara II Mengko melahirkan inisiatif untuk para pasukannya menebang pohon untuk dijadikan tiang kayu. Bendera merah putih pun dikeluarkan dari ranselnya untuk kemudian dikibarkan.
Itu jadi momen perdana bendera merah putih berkibar di tanah Papua, meski sedianya mereka masih belum lepas dari aksi pertempuran dengan Belanda. Tak berapa lama, pasukan Belanda mulai dibantu kekuatan udara mereka.
Pesawat pembom Lockheed Neptune dan pesawat pemburu Fairey Firefly merongrong posisi pasukan Mengko, hingga terpencar jadi beberapa grup kecil. Beberapa personel PGT tertawan, di antaranya Prajurit Udara I Kardi, Kopral Udara II Ngatijan, Kopral Udara II Hadi Suprapto, Kopral Udara I Radar dan Kopral Udara II Basri.
Sementara itu sisa personel PGT mengundurkan diri dan terus mendapat serangan dari Belanda hingga ikut tertawan pada 22 Juni 1962. Mereka bari dibebaskan pada September 1962 lewat sebuah perjanjian dua negara yang bersengketa itu. (Okezone)

Ada pihak yang ingin lemahkan TNI

Ada pihak yang ingin lemahkan TNI
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Prajurit TNI adalah milik masyarakat..."
Panglima TNI Jendral Moeldoko menilai ada upaya secara sistematis dari pihak-pihak tertentu untuk melemahkan organisasi TNI dengan memisahkannya dari masyarakat.

"Kita tidak boleh kalah oleh upaya itu. TNI harus tetap kuat, karena Bangsa Indonesia yang besar didukung oleh TNI yang besar," tegasnya saat jamuan makan malam di aula gubernuran Sumatera Barat(Sumbar), Rabu.

Menurut dia, untuk bisa besar, TNI harus manunggal dengan rakyat.

"TNI tidak akan bisa menjadi organisasi yang besar jika tidak mendapatkan dukungan dari rakyat," katanya.

Ia juga memberikan apresiasi kepada Danrem 032/WRB Brigjen Widagdo Hendro S yang dinilai telah bisa membuat kegiatan yang kreatif dan inovatif sehingga TNI dapat berbaur dengan masyarakat sesuai harapan.

"Lanjutkan apa yang telah dilakukan di Sumbar dan himpun semua sumber daya yang ada serta bekerjasama dengan semua pihak untuk melaksanakan tugas-tugas TNI di daerah," ujarnya.

Ia juga berpesan kepada Pemprov Sumbar untuk menjaga prajurit TNI di daerah itu agar tetap menjadi prajurit yang baik, tidak macam-macam dan menjalankan tugas secara profesional.

"Prajurit TNI adalah milik masyarakat, karena itu pergunakanlah untuk kepentingan masarakat," katanya.

Dalam kesempatan itu, Panglima TNI bertukar cindrera mata dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Selain itu, Panglima TNI juga mendapatkan oleh-oleh berupa batu akik khas Sumbar dari Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim.
 

Indonesia Unggul Telak di Lomba Tembak AASAM 2015

 
image
Tim Indonesia unggul telak dalam lomba tembak tahunan yang diselenggarakan oleh Australia. Indonesia bahkan mengalahkan sang tuan rumah dan hingga saat ini berhasil mendapatkan 28 medali emas dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015.
Berdasarkan informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia Canberra, Rabu (20/5/2015), tim Indonesia unggul di posisi pertama. Adapun 21 peserta Indonesia yang terdiri dari pejabat dan petembak profesional dari lingkungan TNI AD serta teknisi PT Pindad sudah berhasil meraih 28 medali emas, 16 medali perak, dan 10 medali perunggu.
“Prestasi yang membanggakan ini menunjukkan betapa tangguhnya anggota TNI dan persenjataan buatan Indonesia di medan laga,” puji Dubes RI untuk Australia Nadjib Riphat dalam keterangannya.
image
image
image
Sementara itu sang tuan rumah, Australia berada di posisi kedua dengan perbedaan raihan yang cukup jauh yakni 4 medali emas, 7 medali perak dan 5 medali perunggu. Bahkan tim petembak Indonesia jauh melampaui tim dari Inggris yang baru mampu meraih 3 medali emas, 5 medali perak, dan 3 medali perunggu. Sementara US Army hingga hari ini baru mendapat 1 medali perunggu.
Menambah keterangan Dubes Nadjib, Atase Militer KBRI Canberra, Taufan Gestoro menyatakan tim Indonesia bertarung dengan profesionalisme dan kemampuan tinggi. Tim Indonesia diperkirakan akan terus menambah perolehan medali hingga pertandingan berakhir pada 22 dan 23 Mei mendatang.
image
image
image
“Di bawah tekanan dan kompetisi internasional yang ketat, para peserta dari TNI bertanding dengan semangat yang luar biasa dan menyelesaikan tiap kompetisi dengan profesionalisme dan skill yang tinggi,” jelas Taufan Gestoro yang mendampingi Tim Indonesia selama pertandingan itu.
image
image
image
image
Perlombaan AASAM kali ini digelar di Puckapunyal, Victoria, mulai tanggal 2 hingga 23 Mei 2015. Selama perhelatan yang mengharumkan nama Indonesia, tim menggunakan 4 jenis senjata. Yaitu senapan buatan dalam negeri SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) dari PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia, dan senjata sniper AW buatan Inggris.
Keberhasilan bukan hanya didapat dari perlombaan kategori beregu. Pada kategori perorangan, prajurit TNI AD berhasil memenangkan kompetisi. Mereka adalah Letda Inf Safrin Sihombing (Kopassus), Serda Misran (Kostrad), Serda Suwandi (Kostrad), dan Serda Woli Hamsan (Kostrad).

Detik.com

Sikorsky S-58T Twin Pack: Kiprah Helikopter “Codot” TNI AU

5063_11402
Aslinya Skadron Udara 8 memang rumah bagi helikopter angkut berat, tapi pasca Mil Mi-6 di grounded pada akhir tahun 60-an. Skadron Udara 8 kini jadi home base bagi helikopter angkut serbaguna (utility helicopter) SA-330 Puma. Namun predikat satuan helikopter angkut berat mengalami perubahan, pasalnya SA-330 Puma produksi Aerospatiale masuk ke kelas helikopter angkut sedang. Nah, penghuni Skadron Udara 8 nyatanya tak hanya SA-330 Puma.
Sebelum kedatangan SA-330 Puma, Skadron Udara 8 sudah mengoperasikan helikopter Sikorsky CH-34 Choctaw. Satu unit helikopter ini datang pada awal tahun 60-an yang merupakan hadiah dari Presiden Amerika Serikat. Bagi Anda yang penasaran, sosok helikopter ini dapat dilihat sebagai koleksi di Museum Dirgantara Mandala – Yogyakarta. Heli yang terbang perdana pada tahun 1954 ini punya reputasi yang luas, awalnya dirancang untuk kebutuhan AL AS dalam misi AKS (anti kapal selam), dan telah terlibat di banyak pertempuran dandiproduksi hingga 2.108 unit.
CH 34 selanjutnya dijual untuk kepentingan sipil dan militer. Dengan mesin asli mesin piston Wright R-1820-84 Cyclone bertenaga 1.525 pk, heli ini mampu terbang menjelajah hingga kecepatan 156km/jam. Heli ini mampu menjangkau jarak 397 Km. Profil heli yang mampu membawa hingga 16 orang ini cukup unik, sebab bagian kokpit penerbang berada di atas kabin penumpang, sehingga penumpang bisa melihat pilot dan kopilot yang duduk di atas saat mengemudikan pesawat.
CH-34 Choctaw di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
CH-34 Choctaw di Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.

Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan operasional, mesin piston R-1820-84 dinilai terlampau “lemah” ketika operasional. Untuk mengatasi masalah ini, pada dasawarsa 80-an Sikorsky memperkenalkan kit mesin pengganti: dua mesin Turboshaft Pratt & WhitneyPT-6T-3/6 berkekuatan 1.875 shp. Heli pun berubah kode, dari S-58 menjadi S-58T Twin Pac.
Keberadaan helikopter S-58T Twin Pack di Indonesia bermula dari hibah pemerintah AS lewat program Defense Liaison Group (DLG) pada tahun 1975. Hingga tahun 2010, dari 12 unit yang ada, hanya delapan unit yang masih operasional dan di operasikan Skadron Udara 6. Keberadaan Twin Pack cukup identik dengan gelar operasional Paskhas hingga mendukung misi SAR. Untuk misi SAR, disematkan hoist untuk menarik dan mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan.
S-58T beraksi dengan hoist untuk misi SAR.
S-58T beraksi dengan hoist untuk misi SAR.
S-58T dalam perawatan.
S-58T dalam perawatan.

Dengan perubahan mesin, dari piston ke Turboshaft, maka bentuk heli berubah, khususnya pada bagian hidung, dari yang semula bundar setengah bola menjadi lonjong dan seolah memiliki “dua lubang hidung”. Dari bagian hidung, putaran mesin “dikirim” ke pemutar baling-baling utama melalui batang yang biasa disebut main drive shaft. Dari sisi tampilan, perubahan bentuk hidung inilah yang menjadi ciri khas dari S-58T Twin Pack.
S-58TwinPack01-by-gombaljay1948280_20130603071336
Dengan mesin baru tersebut, heli menjadi lebih bertenaga dan gesit. Gaining power heli menjadi lebih tinggi. Alhasil, pesawat bisa take-off secara cepat, segera memperoleh speed untuk naik, dan kalau perlu dapat segera berbelok tajam. Kelebihan ini jelas amat diperlukan dalam pengoperasiannya di wilayah konflik, sebagai misal ketika harus menghindar dar serangan darat.
Bagi yang eksis di dekade 80-an, pasti kenal mini seri "Riptide" di TVRI. S-58T jadi ikon dalam film tersebut.
Bagi yang eksis di dekade 80-an, pasti kenal mini seri “Riptide” di TVRI. S-58T jadi ikon dalam film tersebut.
Kecelakaan S-58T TNI AU di Riau pada Januari 2008.
Kecelakaan S-58T TNI AU di Riau pada Januari 2008.

Di lingkungan TNI AU, S-58T Twin Pac yang berhidung mirip kelelawar ini dikenal dengan julukan Codot. Heli yang dulunya tergabung dalam Skadron Udara 6 ikut tercatat terjun dalam berbagai operas militer di seluruh pelosok negeri. Di antara pengalaman terbangnya, ia ikut pula hadir dalam berbagai operasi bhakti. SAR, dan olahraga dirgantara, selain itu di operasi militer di Papua/Irian, Aceh, dan Timor Timur.
Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan S-58T acaian Amerika, Thailand, Uruguay, dan Argentina. Karena usia pakai yang sudah tua, ditambah seringnya terjadi kecelakaan, S-58T milik Skadron Udara 6 kini sudah di grounded, dan digantikan dengan NAS-332 Super Puma. Beberapa kecelakaan yang terkait S-58T seperti:
30 Oktober 2003: Sikorsky S-58T Twin Pack dengan nomor H-3408 jatuh di areal kebun kacang dan tanaman singkong di sekitar Lanud Atang Sanjaya, Bogor.
– 12 Oktober 2005: Twin Pack S-58T beregistrasi H-3451 milik TNI AU jatuh saat melakukan latihan rutin di sekitar Lanud Sentani Papua.
7 Januari 2008: Twin Pack S-58 nyungsep di antara batang-batang kelapa sawit di Desa Ogom Kecamatan Sei Kijang Kabupaten Pelalawan, Riau. Robert Viswanathan Chandran , miliader Singapura menjadi korbannya. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Sikorsky S-58T Twin Pack
– Crew: 2
– Capacity: 16 troops or 8 stretchers
– Panjang : 17,28 meter
– Tinggi : 4,85 meter
– Berat kosong : 3.355 Kg
– Berat penuh : 5.895 Kg
– Mesin : One 1340kW (1800shp) Pratt & Whitney Canada PT6T3 Twin Pac turboshaft
– Kecepatan maks : 222 Km per jam
– Kecepatan jelajah : 158 Km per jam
– Jarak tempuh : 480 Km

Rabu, 20 Mei 2015

Demo Flight UAV OS-Wifanusa

 
image
Lembaga riset maritim Indonesia Maritime Institute (IMI) bekerja sama dengan PT Trimitra Wisesa Abadi secara resmi memperkenalkan hasil pengembangan program Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle), di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, Selasa 19 Mei 2015.
Pengenalan PTTA yang diberi nama OS-Wifanusa ini juga diikuti dengan demo flight full system. Demo flight ini juga dihadiri beberapa pejabat dari Kementerian Pertahanan RI, di antaranya Direktur Materil Ditjen Kuathan Marsma TNI Darlis Pangaribuan, M.Sc. Dalam demo tersebut, PTTA OS-WIfanusa take off dan landing dengan sempurna dan system UAV berjalan dengan baik.
image
image
Direktur Eksekutif IMI, Y. Paonganan, menerangkan bahwa PTTA ini merupakan kreasi anak bangsa. Meskipun kreasi lokal, ia menjamin PTTA ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan buatan negara lain.
“PTTA buatan anak bangsa ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan produksi dari negara-negara lain,” ungkap Paonganan melalui pernyataan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Selasa 19 Mei 2015.
Pria yang akrab disapa Ongen ini menerangkan program ini merupakan salah satu bentuk pengabdian IMI kepada bangsa. Ia beralasan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan tingkat geografis yang unik.
Tidak sedikit batas-batas negara Indonesia berada di titik-titik yang sulit dijangkau seperti laut luas hingga pulau kecil. Ia khawatir kurangnya pengawasan di daerah perbatasan maupun daerah yang sulit dijangkau dapat berakibat fatal bahkan sampai mengganggu kedaulatan bangsa.
“Oleh karena itu, diperlukan inovasi teknologi anak bangsa untuk bisa menjadi solusi pengawasan wilayah perbatasan bahkan seluruh wilayah Indonesia,” tuturnya.
Ongen menerangkan, OS-Wifanusa memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di berbagai medan, baik di sungai, danau, laut maupun di darat. Memiliki lebar sayap 4 meter dan panjang 3 meter dan dilengkapi dengan floating untuk memudahkan operasi di air dan landing gear untuk pengoperasian di darat.
Pesawat ini menggunakan mesin 2 tak berkapasitas 170 cc mampu mengangkat pesawat dengan beban hingga 60 – 70 kg. Untuk lepas landas di air, pesawat ini hanya membutuhkan jarak sejauh 50 meter, sedangkan di darat hanya butuh landasan tanah rata sejauh 30 – 40 meter.
image
image
Ia menambahkan, dari segi sistem kendali jarak jauh (UAV System), pesawat ini mampu dikendalikan hingga 100 kilo meter dan menerima gambar video secara real time. OS-Wifanusa pun mampu terbang pada ketinggian 300 meter hingga 5000 meter dengan waktu terbang (endurance) mencapai 5 jam.
Ongen menjelaskan, Wifanusa dilengkapi kamera video yang hasil rekamannya mampu diterima secara real time di ground control station sebagai stasiun pengendali di darat selama melakukan operasi pemantauan. Selain itu, pesawat ini juga dilengkapi kamera LIDAR untuk keperluan foto udara dan pemetaan.
“Kemampuan yang dimiliki PTTA ini sangat cocok dioperasikan di wilayah perbatasn terutama untuk kegiatan pengawasan (surveillance) karena di wilayah tersebut belum memiliki infrastruktur memadai untuk mengoperasikan PTTA sejenis yang butuh landasan khusus dan panjang untuk lepas landas dan mendarat,” kata Ongen.
Ketika ditanya tentang kesiapan untuk produksi, Ongen mengatakan sanggup memproduksi sebanyak 10-20 unit per tahun.
“Kami sudah siap memproduksi PTTA OS-Wifanusa sebanyak 10-20 unit per tahun jika ada yang pesan,” katanya.

Viva.co.id