Selasa, 31 Maret 2015

Tim Paska Kopassus Sambangi Pulau Terluar yang Berbatasan dengan Australia

Tim Pasukan Katak (Paska) Sat-81 Kopassus menjalani penjelajahan ke Pulau terluar bagian selatan Indonesia, Pulau Ndana. Tim 2 Paska tersebut sedang melakukan survei pemetaan wilayah bersama Tim Agraria dari Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Rote.
"Pulau Ndana adalah pulau terluar bagian selatan berbatasan langsung dengan Australia," ungkap Komandan Satuan-81 Kopassus Kolonel Inf Thevi  A Zebua meneruskan laporkan Tim Paska, Selasa (31/3/2015).
Dari laporan tersebut, diketahui bahwa Pulau Ndana hanya dihuni oleh 10 Anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 744 ditambah dengan 23 personel Marinir dan 2 orang pos Angkatan Laut. Para personel TNI ini pun lantas bahu membahu bekerja bakti membersihkan Pulau Ndana.
"Mereka sedang melaksanakan kegiatan penjelajahan bergabung dengan Tim Ekspedisi NKRI di Wilayah Provinsi NTT. Mereka menjelajah pulau-pulau terluar. Sebagian (pulau) sudah ada penghuninya, tapi kalau menemukan yang baru juga akan dilaporkan," kata Thevi.
Ekspedisi NKRI 2015 sendiri merupakan lanjutan dari ekspedisi-ekspedisi yang digelar jajaran TNI sejak beberapa tahun lalu. Tahun 2011 bernama Ekspedisi Bukit Barisan yang digelar di wilayah Sumatera, 2012 di Kalimantan dengan nama Ekspedisi Khatulistiwa, kemudian Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi tahun 2013 dan Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara Tahun 2014 . Lalu pada tahun 2015 adalah Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara yang digelar pada 5 Februari-6 Juni 2015.
Berbagai kegiatan dilakukan pada Ekspedisi ini. Materi penjelajahan, penelitian yang terdiri  flora dan fauna, geologi, potensi bencana, kehutanan  serta sosial budaya. Para personel yang terlibat dalam ekspedisi juga melakukan kegiatan-kegiatan pengabdiaan masyarakat.
 
 

Duabelas Pesawat TNI AU Dukung Latihan PPRC

Duabelas Pesawat TNI AU Dukung Latihan PPRC
Pagi tadi ketika seluruh warga masyarakat Malang tengah terlelap dalam tidurnya, sejumlah 615 orang pasukan gabungan Brigif Linud Kostrad yang tergabung dalam Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) telah mandi keringat untuk mempersiapkan diri melaksanakan Latihan tersebut.  Pada waktu yang sama insan-insan dirgantara TNI AU juga tidak kalah sibuknya untuk menyiapkan pesawat C-130 Hercules dan CN-295 Casa yang bertugas menggeser ke-615 pasukan tersebut menuju daerah Latihan Poso.   Setelah semua persiapan selesai masing-masing pasukan segera memasuki 10 pesawat Hercules (5 herky dari Skadron 31 dan 5 lainnya dari Skadron 32 ) serta 2 pesawat CN-295 dari Skadron 2 Halim Perdanakusuma.  Ketika waktu menunjukkan pukul 01.51 WIB, satu per satu burung besi tersebut lepas landas meninggalkan Lanud Abd Saleh menuju daerah latihan yang telah ditetapkan.  Dua jam kemudian ke-12 pesawat tersebut telah sampai di koordinat yang dituju, satu per satu mereka menapakkan rodanya untuk menurunkan pasukan yang berada diperutnya.  Selamat berlatih wahai pejuang dan pemersatu NKRI.  Di pundakmu kami percayakan kejayaan Bumi Pertiwi.
Sementara untuk mendukung kesuksesan Latihan tersebut, Lanud Abd Saleh tadi malam (30/3) menggelar Pengajian dan doa serta zikir bersama di Masjid Baiturrachman Lanud Abd Saleh yang dihadiri seluruh pejabat dan anggota Lanud Abd Saleh beserta Insub dan  dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Sungkono, S.E., M.Si.
Sebelum pengajian dimulai Danlanud Abd Saleh, terlebih dahulu menjelaskan bahwa Latihan PPRC yang dilaksanakan di Poso melibatkan kurang lebih 3.222 personil TNI, dan ini merupakan jumlah yang besar serta melibatkan alutsista TNI AU yang banyak.  Latihan ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dengan skenario melaksanakan penindakan awal untuk menghancurkan agresor guna merebut kembali Poso Sulteng dalam rangka mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI.   Oleh karena sebagai bagian unsur latihan, Lanud Abd Saleh memandang sangat perlu melaksanakan doa bersama, agar latihan PPRC tahun 2015 dapat berjalan dengan aman dan lancar.
"Mari kita jadikan acara dzikir dan doa bersama ini sebagai sarana untuk memohon kepada Allah SWT, agar semua yang bersilaturahim di Masjid ini, senantiasa mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin,  serta latihan PPRC Tahun 2015 dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama," kata Danlanud Abd Saleh mengakhiri sambutannya.

TNI. 

Proyek KFX Semakin Terang

  image
Korea Selatan memilih Korea Aerospace Industries (KAI) dan mitranya Lockheed Martin untuk kontrak multi-miliar dolar bagi pembangunan 120 jet tempur dalam negeri, menggantikan armada pesawat tempur Korea Selatan yang sudah menua, 30/3/2015.
Tawaran dari KAI dan Perusahaan raksasa aerospace AS ini, akan masuk proses penyaringan sebelum resmi disetujui. Namun perusahaan ini dipandang sebagai favorit untuk memenangkan tender 8,6 triliun won ($ 7,8 miliar) atas tawaran pesaingnya Korean Air (KAL) yang bekerja sama dengan Airbus.
Kementerian Pertahanan secara terpisah juga menyetujui kesepakatan pembelian $1,28 miliar untuk rudal Patriot PAC-3 dan meng-upgrade sistem pertahanan udara yang bertujuan mencegat rudal balistik Korea Utara.
Proyek KF-X dirancang untuk mengembangkan dan memproduksi 120 jet tempur baru buatan dalam negeri, menggantikan armada F-4 dan F-5 Korea Selatan.
“Kami telah memilih KAI sebagai pemenang lelang berdasarkan review kami … biaya, rencana pembangunan dan pengembangan kemampuan dari dua peserta tender,” kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) dalam sebuah pernyataan.
“Kami berencana menandatangani kontrak (final) pada semester pertama tahun ini setelah negosiasi teknologi dan harga dengan pemenang lelang …”, katanya.
Pemerintah Korea Selatan akan menyediakan 60 persen biaya pengembangan, dengan sisanya ditanggung bersama oleh konsorsium pemenang tender dan Indonesia, yang terlibat dalam perjanjian pertahanan bilateral.
Aliansi KAI-Lockheed berada di atas angin, karena kemitraan yang sama dalam mengembangkan jet latih T-50, yang merupakan pesawat supersonik homegrown pertama Korea Selatan.
Lockheed, yang memenangkan kontrak pada 2013 untuk penjualan 40 jet tempur F-35A ke Korea Selatan, berjanji mentransfer teknologi kunci untuk proyek KF-X ke Seoul.
Terkait pembuatan jet tempur KFX, Korean Air (KAL) mengajukan penawarannya dengan dukungan teknis dari Airbus, yang merupakan bagian konsorsium Eropa dalam mengembangkan jet tempur Eurofighter.
Sebelumnya, Airbus telah membuat sejumlah kontrak untuk militer Korea Selatan, termasuk kesepakatan $ 1,38 miliar dalam pengadaan pesawat tanker pengisian bahan bakar udara.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan meminta desain baru untuk proyek KF-X, meskipun para ahli mengatakan versi modifikasi besar-besaran dari model pesawat tempur yang ada, juga akan diterima.
Pejabat DAPA Korea Selatan juga akan membeli rudal “hit and kill” PAC-3 dari Lockheed Martin dengan jumlah tidak disebutkan, pada tahun 2020 untuk meningkatkan kemampuan rudal anti-balistik.
Kontraktor pertahanan AS Raytheon telah terpilih untuk meng-upgrade fire control system PAC-2 Korea Selatan agar dapat meluncurkan, baik rudal PAC-2 maupun PAC-3, ujar juru bicara Dapa Kim Si-Cheol kepada wartawan. (AFP).

Oerlikon Millenium 35 mm: Perisai Reaksi Cepat Andalan PKR SIGMA Class 10514 TNI AL

Millennium-35mm
Jika tak ada halangan, di tahun 2016 TNI AL akan kedatangan kapal perang tercanggihnya, Perusak Kawal Rudal (PKR) SIGMA Class 10514. Kini kapal sedang dalam tahap pembangunan dan perakitan di galangan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda dan PT PAL, Surabaya, dan kita berharap semua proses dapat berjalan lancar sesuai rencana, dan kemudian berlanjut ke pembangunan kapal kedua. Sebagai kapal perang tercanggih, SIGMA Class 10514 yang masuk golongan light fregate disokong aneka persenjataan terbaru di kelasnya.
Sejauh ini belum ada rilis resmi mengenai jenis dan jumlah persenjataan PKR 10514. Hanya saja disebutkan kapal ini nantinya bakal punya kemampuan peperangan tiga dimensi, yaitu permukaan, udara, dan bawah permukaan. Menilik desain atau gambar yang dikeluarkan PT PAL bisa ditebak meriam utama akan menggunakan kaliber 76 mm. Untuk peluru kendali anti kapal, besar kemungkinan masih mengadopsi keluarga Exocet.
PKR SIGMA Class 10514 TNI AL
PKR SIGMA Class 10514 TNI AL
Tampilan dua dimensi PKR SIGMA Class 10514 TNI AL.
Tampilan dua dimensi PKR SIGMA Class 10514 TNI AL.

Dari gambaran juga, bisa di lihat pada bagian depan anjungan terdapat semacam roket anti kapal selam. Namum, yang menarik di belakang meriam utama, terdapat sejumlah peluncur rudal anti serangan udara dengan sistem vertical launch system (VLS) seperti yang ada di korvet Bung Tomo Class. Selain itu, PKR 10514 dipastikan membawa sejumlah senjata lain seperti kanon jarak dekat model CIWS dan tentunya peluncur torpedo. Nah, bicara tentang kanon CIWS, berdasarkan ilustrasi yang dibuat pihak Damen, nampak kapal pesanan TNI AL menggunakan kanon Oerlikion Millenium kaliber 35 mm, ini merupakan versi lain dari Oerlikon Skyshield yang digunakan Paskhas TNI AU.
Sistem Skyshield menggunakan basis kanon kaliber 35 mm, lebih besar dibanding peluru yang digunakan kanon CIWS Phalanx ataupun Goalkeeper. Sistem hanud Skyshield sudah digelar AD Jerman untuk melindungi pos pasukan mereka di Afghanistan, sebagai sistem anti mortir dan artileri yang terpentek mati di sekitar markas.
Melihat kesuksesan sistem berbasis darat tersebut, memacu Rheinmetall Defence untuk mencoba mengadopsinya di platform kapal perang. Ditambah kebanyakan galangan membangu kapal dengan sistem modular, semakin memudahkan bagi Rheinmetall untuk mencari celah memasukkan produk andalannya ke dalam integrasi SEWACO (Systems, Weapon, and Command) dari masing-masing kapal perang.
Dan, wujudnya kemudian hadir dalam label Millenium ILDS (Inner Layer Defense Systems). Seperti halnya Skyshield, Millenium juga mengandalkan jenis kanon Oerlikon Contraves 35/1000 kaliber 35 mm L79 GDF-007 dengan mekanisme gas serta pendingin berupa air. Kanon ini digadang mampu melibas sasaran berupa helikopter, jet tempur yang terbang rendah, sampai rudal jelajah. Karena dipasang di wahana kapal perang, maka Millenium di setting untuk tiga peran utama. Pertama, short target warfare guna mendukung pasuka pendarat amfibi kawan dan menekan ancaman pasukan pertahahan pantai. Lalu surface warfare, yakni mengatasi ancaman asimetris di sekitar perairan litoral dan penegakan hokum di lautan. Dan yang ketiga anti air warfare, yakni untuk menetralisir ancaman dari pesawat tempur, drone, dan dari sistem artileri musuh saat kapal sandar di dermaga.
Millenium dipasanhg pada dudukan ISO Mount.
Millenium dipasanhg pada dudukan ISO Mount.
Millenium dengan standard gun mounting.
Millenium dengan standard gun mounting.

Rheinmetall memberi jaminan, amunisi 35 mm yang dilontarkan dari larasnya mampu menghantam sasaran kecil yang bergerak cepat seperti jetski. Bahkan kalau perlu periskop kapal selam yang sedang timbul pun dapat dilibas. Semua itu bukan tanpa alasan, pasalnya Millenium dibekali sistem stabililasi mutakhir pada dudukan kanon, serta komputer balistik yang mampu mengompensasi kemiringan, guncangan, arah kapal, kecepatan angin, dan lain-lain.
Guna menyesuaikan pada rancangan kapal perang modern yang streamline dan modular, Rheinmetall sudah menyiapkan pemasangan dudukan kanon agar sesimpel mungkin. Millenium disiapkan untuk dapat dioperasikan tanpa awak, namun memiliki backup manual apabila dibutuhkan, peran awak lebih ditekankan untuk proses reload cartridge amunisi. Sementara untuk kendali tembakan, dilakukan terpadu dari PIT (Pusat Informasi Tempur). Pada istilah Syshield dikenal CP (Commmand Post) berupa kontainer yang menjadi pusat kendali tembakan. Pada CP terdiri dari dua LCD besar yang menampilkan sasaran di layar kiri berikut berbagai macam data terkait seperti vector, kecepatan, dan perkiraan tipe sasaran. Sementara disisi kanan yang merupakan konsol komandan menampilkan layar radar. Juru tembak/operator di kursi kiri mengendalikan joystick yang terkoneksi ke dua kanon Skyshield.
Millennium_U47-4
Menyadari bahwa di kapal perang sarat aneka sensor dan perangkat elektronik dari beragam vendor, menjadikan Rheinmetall harus merancang sistem Millenium agar fleksibel, diwujudkan dengan kemampuan kanon ini untuk kompatibel dengan sistem sensor, radar pencari, dan rajak penjejak buatan negara-negara NATO.
Untuk mengakomodir kebutuhan galangan kapal, Rheinmetall menyediakan dua opsi dudukan. Hebatnya kedua dudukan tidak membutuhkan penanaman sistem di bawah dek yang masif, hampir seluruh sistem dapat diakomodir dalam rumah kanon, dimana hanya dibutuhkan lubang akses untuk kabel daya dan sinyal. Opsi dudukan pertama adalah standard gun mounting, sistem Millenium dipasang pada dek dengan cincin dudukan standar.Kemudian opsi dudukan kedua adalah ISO-Mount, dimana Millenium tidak langsung ditempelkan di dek, tetapi ke sistem dudukan ISO berbentuk kontainer kotak. ISO Mount mudah dilepasa pasang, sehingga memudahkan dalam perawatan. Kontainer ISO Mount juga dapat menyimpan amunisi tambahan, kotak peralatan, crane untuk perawatan serta baterai cadangan.
Sebagai sumber tenaga,Millenium mendapat pasokan sistem baterai isi ulang yang terkoneksi dengan listrik kapal. Dalam kondisi kapal rusak dan kehilangan tenaga, Millenium masih bisa beroperasi secara mandiri berkat cadangan tenaga dari baterai tersebut.
Meski kanon Skyshield menggunakan jenis laras tunggal, kanon ini nyatanya dapat melontarkan 1.000 proyektil dalam satu menit. Hal tersebut dapat berlangsung berkat adopsi sistem revolver empat kamar. Peluru yang dipasok sabuk memasuki salah satu lubang peluru dari revolver untuk kemudian ditembakkan dari revolver yang terus berputar, menghasilkan kecepatan tembak cukup tinggi tanpa perlu menghambur-hamburkan peluru dibanding kanon multilatras dengan konsep Gatling pada Phalanx. Dalam hal kecepatan tembak, proyektil Skyshield dapat melesat hingga 1.440 meter per detik dengan jangakaun tembak efektif hingga 4 kilometer.

Amunisi Skyshield
Untuk urusan amunisi 35 mm, pihak pabrikan meracik AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction). AHEAD merupakan peluru dari tipe airbursting atau pecah di udara. Peluru ini punya dua varian, yaitu ADV (air defence variant) dan IFV untuk menghadapi kendaraan tempur. Khusus untuk peluru ADV, tiap ujung proyktil tersimpan 152 pellet (sub proyektil) berbahan tungsten yang setiap pellet memiliki bobot 3,3 gram. Bila yang dihadapi sasaran seperti rudal, digunakan AHEAD konvensional dengan 31 sub proyektil yang masing-masing terdiri dari susunan 11 pellet dengan bobot 1,5 gram.
mil-2
Unit sensor dan radar penjejak untuk Millenium.
Unit sensor dan radar penjejak untuk Millenium.

Ketika tungsten dipanaskan oleh ledakan, maka dengan mudah menembus bodi alumunium pesawat tempur, helikopter, dan pastinya rudal. Saat proyektil AHEAD pecah di udara, pellet pecah tersebar bak peluru senapan tabur raksasa. Sebarannya membentuk pola radial/kerucut yang akan menangkap rudal dalam jangkauan sebarannya. Dengan proyektil yang pecah pada jarak berdekatan, pellet-pellet membentuk awan metal raksasa yang mampu ‘menjaring’ setiap sasaran. Secara teori, Skyshield mampu mencegat rudal lawan pada jarak satu sampai tiga kilometer. Dengan saru magasin yang terdiri dari 252 peluru, kanon ini dirancang mampu menghalau 10 rudal atau pesawat yang melintas dengan kecepatan tinggi.
Unit sensor Millenium menyediakan kemampuan pencarian, akusisi, penjejakan dan penindakan sasaran, kemudian mengirimkannya ke sistem kendali penembakan untuk memberikan solusi penembakan berdasarkan sejumlah parameter data yang dihasilkan unit sensor. Sistem yang dipasang terdiri dari radar pencari, radar penjejak, dan sensor elektro optik untuk menjejak sasaran. Radar pencari berbentuk kotak dan beroperasi pada i-band di frekuensi 8,6 – 9,5 Ghz, berputar dengan kecepatan 40 kali per menit dan memiliki moda gelombang penjejak 2D atau 3D sesuai kebutuhan.
Sistem radar pencari dihubungkan dengan modul IFF (identification friend or foe) untuk dapat mengenali target di udara. Kemampuan menjejak sasaran dibagi dalam dua radius: 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20 kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Pemancaran gelombang radar dilengkapi moda burst untuk mencegah jamming, plus modul ECCM (electronic counter measure) untuk menghadapi situasi perang elektronik. (dari berbagai sumber)

Spesifikasi Oerlikon Millenium 35 mm
Manufaktur : Rheinmetall Defence
Sistem Kendali : Remote/DC Servo
Kecepatan Tembak : 1000 proyektil per menit
Kecepatan proyektil : 1.440 meter per detik
Jangkauan Efektif : 4.000 meter
Bobot : 400 kg
Panjang : 4.110 mm
Sudut elevasi laras : -15 sampai 85 derajat
Kapasitas amunisi : 252 peluru per magasin
Sistem Daya : 120 VDC/40 Ah
ISO Mount : 1.630 Kg

Panglima TNI Imbau Santoso Menyerahkan Diri jika Tidak Ingin Mati

Panglima TNI Jenderal Moeldoko. (ist)
Panglima TNI Jenderal Moeldoko, mengimbau Santoso, gembong teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, untuk menyerah kepada aparat keamanan. TNI tengah menggelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dengan kekuatan 3.200 personel di sana.
“Nanti kalau ketemu TNI ada dua risikonya, mati atau dia (Santoso) menyerahkan diri,” kata Moeldoko, di Kota Palu, Senin (30/3/2015), sesaat sebelum terbang ke Poso untuk membuka latihan perang gabungan TNI.
Santoso adalah pimpinan kelompok teroris yang diduga kuat melakukan serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah.
Saat ini terdapat latihan PPRC di Poso dari Divisi II Komando Strategis TNI AD yang diperkuat beberapa unsur dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD.
Moeldoko mengatakan saat ini di Kabupaten Poso terdapat sekelompok sipil kecil dan bersenjata dan tidak boleh dibiarkan. Kelompok dimaksud adalah 20-an orang yang saat ini bersembunyi di hutan dan kerap menebar teror kepada aparat dan masyarakat.
“Kelompok itu jangan sampai dibiarkan. Kalau dibiarkan, kelompok radikal lain bisa merasa nyaman di Poso dan tumbuh besar,” ujarnya.
Dia mengatakan jika kelompok pimpinan Santoso itu dibiarkan maka kelompok radikal Negara Islam di Suriah dan Irak (NIIS/ISIS) suatu saat bisa bergabung dengan mereka.
“Saya tegaskan, tidak ada tempat untuk ISIS di Indonesia, termasuk di Poso,” kata Jenderal bintang empat ini.
Dia juga kembali menegaskan latihan perang seperti di Poso itu latihan rutin tahunan yang lokasinya bisa di mana saja. “Tapi kalau ketemu Santoso dan tidak mau menyerah, ya saya tembak,” katanya, menegaskan. (Kompas)

Buka Latihan TNI, Moeldoko Minta Jaringan Santoso Menyerah

Panglima TNI Jenderal Moeldoko. (ist)
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan bahwa tak ada tempat untuk berkembangnya kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia, termasuk di Poso. Penyataan ini disampaikan Moeldoko di Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (30/3/2015).
Moeldoko mengatakan jangan sampai ada kelompok radikal ISIS yang kembali dari Suriah dan berkembang di Indonesia.
Moeldoko sendiri datang ke Sulawesi Tengah untuk melepas pemberangkatan pasukan TNI menuju kawasan latihan tempur di Poso yang akan digelar 31 Maret-15 April 2015. Menurut dia, latihan tempur dipusatkan di Pegunungan Biru, Tamanjeka, Poso, lantaran Poso dianggap sebuah wilayah yang perlu mendapat perhatian.
“Di Poso ini ada sekelompok kecil bersenjata dan tidak boleh dibiarkan. Karena jika dibiarkan lama-lama kelompok ini merasa nyaman di Poso dan nantinya bisa berkembang dan menjadi besar,” kata Moeldoko.
Terkait pertanyaan bahwa latihan tempur yang dilakukan TNI di Pegunungan Biru Poso juga bertujuan mengejar kelompok teroris pimpinan Santoso yang diduga bersembunyi di kawasan tersebut, Moeldoko tidak menampiknya.
“Tugas pokok kita kan untuk mengenal daerah operasi dulu. Nanti kita lihatlah situasinya. Kalau ketemu kelompok Santoso dan dia tak mau menyerah dan dia juga bersenjata serta melakukan perlawanan, ya kita tembak. Tapi kalau dia mau menyerah ya lebih bagus lagi,” ujarnya.
Moeldoko juga mengimbau agar kelompok Santoso segera menyerahkan diri.
“Kalau tidak menyerah dan nantinya tabrakan dengan TNI, ada dua risiko. Risikonya mati. Tapi kalau menyerah belum tentu mati,” tegas Moeldoko.(kompas)

Senin, 30 Maret 2015

Airbus A400M Atlas: Next Generation, Pesawat Angkut Berat Strategis TNI AU

800x600_1334772551_A400M_In
PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) menjadi ujung tombak TNI dalam gelaran unsur pemukul infanteri secara massif yang dapat dihadirkan dalam tempo singkat lewat platform lintas udara (linud) atau kondang dengan istilah airborne. Karena sifatnya yang reaksi cepat, elemen Batalyon Infanteri Linud diharuskan mampu diterjunkan di setiap titik wilayah Tanah Air sejak 24 jam perintah operasi dikeluarkan oleh Panglima TNI.
Guna mewujudkan perintah operasi linud, PPRC jelas butuh wahana yang tak lain adalah pesawat angkut berat, dalam hal ini merujuk ke jenis C-130 Hercules yang dinaungi Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 32. Bisa disebut, identitas pasukan linud TNI memang identik dengan sosok C-130 Hercules. Sejarahnya lekatnya pasukan linud TNI dan C-130 Hercules sudah cukup lama mengakar. Meski di tahun 70-an belum ada istilah PPRC, namun penyerjunan pasukan payung besar-besaran telah dilakukan TNI AD dan Paskhas TNI AU dalam babak pembukaan operasi Seroja tahun 1975, sebagai target kala itu untuk menguasai obyek-obyek vital di kota Dili, Timor Timur.
Dalam konteks saat ini, PPRC dalam satu sortir dapat menerjunkan sekitar 560 paratroopers dari sepuluh unit C-130 Hercules. Tentu saja jumlah pasukan yang diterjunkan bisa berkurang bila ada pesawat yang mengalami kendala teknis. Memang masih ada unsur bantuan, semisal dari armada CN-235 dan C-295 yang berasal dari Skadron Udara 2, namun dalam skenario operasi PPRC dukungan dari kedua pesawat tersebut jarang dilibatkan secara maksimal. Pelibatan pesawat angkut dalam jumlah cukup banyak juga mengundang kerawanan, belum lagi gelaran pesawat dalam jumlah banyak dipandang kurang efisien dari segi biaya operasional.
151603_pesawat-airbus-a400m-di-halim-perdanakusuma_663_382151611_pesawat-airbus-a400m-di-halim-perdanakusuma_663_382151606_pesawat-airbus-a400m-di-halim-perdanakusuma_663_382A400M-1
Kiprah C-130 Hercules tentu masih sangat diunggulkan, dan tidak ada yang meragukannya. Namun, dalam konteks gelar dan pergeseran pasukan, idealnya TNI AU minimal punya lima skadron angkut berat. Maklum, peran pesawat angkut berat terbilang strategis di Republik ini, tak hanya handal untuk misi milter, kiprahnya juga sangat dominan dalam operasi militer bukan perang.
Melihat peluang kebutuhan TNI akan hadirnya pesawat angkut berat yang punya volume lebih besar dari C-130 Hercules, mendorong Airbus Military cukup serius menawarkan jagoannya yakni Airbus A400M Atlas ke Indonesia. Hingga kini Airbus A400M masih dalam kajian Kemenhan untuk opsi pembelian. Mengutip dari Tempo.co (18/4/2012), mantan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan Indonesia tidak akan membeli pesawat Airbus Military A400M hingga 2015. “Kalaupun ada pembelian, tidak dengan anggaran sampai 2015,” kata Purnomo. Pesawat Airbus A400M akan diteliti kemampuan dan kapabilitasnya. Setelah 2015, barulah Indonesia akan menentukan apakah akan membeli pesawat ini atau tidak.
151612_pesawat-airbus-a400m-di-halim-perdanakusuma_663_3827424857_20141203032855800x600_1342130400_A400M-caairbus-a400m-cargo-bay-05-7
Pihak Airbus Military memang lumayan gencar mengadakan pendekatan, beberapa kali A400M hadir di Tanah Air. Pertama kalinya mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pada 18 April 2012. Dan, belum lama juga hadir menyertai rombongan pesawat demo Rafale pada 23 Maret 2015 lalu di Lanud Halim Perdanakusuma. Pihak pabrikan yang dimotori militer Perancis terbilang gencar melibatkan promo A400M dalam dukungan beberapa operasi militer Perancis, seperti di kawasan Afrika.

Airbus A400M Atlas
Ditilik dari kemampuan angkut dan jangkauan, Airbus A400 berada di antara pesawat angkut strategis C-17 Globemaster III dan C-130J Hercules. Dari sisi teknologi, Atlas punya inovasi tinggi dengan adopsi sistem kemudi fly by wire yang memudahkan penerbangan, sistem forward facing crew cockpit yang membuat operasi penerbangan efisien, dan ruang kabin terbesar yang memungkinkan peberbangan jarak jauh menjadi lebih hemat. Karena sudah serba terkomputerisasi, A400M hanya membutuhkan tiga awak, yakni pilot, kopilot dan loadmaster.
Sistem kendali dengan fly by wire.
Sistem kendali dengan fly by wire.
Mampu mengangkut helikopter Super Cougar.
Mampu mengangkut helikopter Super Cougar.

Sebagai pesawat angkut berat, A400M punya ruang kargo dengan lebar 4 meter, tinggi 3,85 meter, dan panjang 17,71 meter, pesawat ini mampu mengangkut kargo dalam berukuran besar seperti helikopter NH90 atau CH-470 Chinook atau dua buah kendaraan pengangkut infanteri Stryker. A400M juga bisa mengangkut truk semitrailer dengan peti kemas berukuran 6,906 meter. Kapasitas muatan keseluruhan mencapai 37 ton.
Nah, guna mendukung operasi linud PPRC, ruang kabin A400M bisa dimuati hingga 160 560 paratroopers. Sementara bila digunakan untuk misi medical evacuation (Medevac), A400M bisa memuat 66 usungan dengan membawa 25 tenaga medis. Keunggulan lainnya, A400M dilengkapi perangkat air refuelling (isi bahan bakar di udara), dan pesawat ini juga dapat disulap sebagai pesawat tanker.
A400M-F-18-refuelingA400M-C-160-AAR_high
Airbus A400M sejatinya adalah sebuah proyek Future International Military Airlifter yang dicanangkan Aerospatiale, Britih Aerospace, Lockheed, dan Messerschmitt Bolkow Blohm, untuk menggantikan C-130 Hercules dan C-160 Transall. Pesawat ini diyakini bisa menggaet customer yang merasa berat jika harus membeli C-17 tapi merasa nanggung jika harus memilih C-130.
Dengan seabreg kemampuannya, wajar bila Airbus A400M banyak membuat calon operator kepincut. Tapi sayang banyak keinginan pembeli pupus lantaran harga A400M yang sangat mahal. Sebagai perbandingan, C-130J dibanderol US$62 juta, sementara A400M ada di kisaran US$175 juta per unit. Tentu saja pihak Airbus berdalih, harga bergantung pada opsi yang dipesan setiap customer. Hingga kini, 174 unit A400M telah di order dan beberapa sudah mengudara. Yang cukup mengejutkan, Malaysia sudah memesan 4 unit A400M, dengan pengiriman unit perdananya dikirim pada Januari 2015. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Airbus A400M Atlasspek-1spek-2spek-3
spek-4