Selasa, 03 Februari 2015

Pindad gandeng tiga negara untuk produksi senjata

Pindad gandeng tiga negara untuk produksi senjata
Dirut PT Pindad Silmy Karim (kiri) saat memberikan penjelasan kepada Presiden Joko Widodo (kanan) saat kunjungan ke Divisi Senjata PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Senin (12/1). (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Banyak negara yang menawarkan kerja sama tapi kami memilih dengan tiga negara ini
PT Pindad (Persero), BUMN produsen alat-alat militer dan komersial, menggandeng sejumlah negara untuk pengembangan produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Kerja sama pengembangan kami lakukan tahun ini (2015) dengan Jerman, Turki dan Belgia. Selain transfer," kata Direktur Utama Pindad Silmy Karim, sebelum mengikuti Rapat Kerja Panja Penyertaan Modal Negara (PMN) dengan Komisi XI DPR, di Gedung MPR/DPR/DPD , Jakarta, Senin.

Menurut Silmy, Pindad bekerja sama dengan Rheinmetall, Jerman, memproduksi amunisi tank.

Dengan FNSS Turki mengembangkan pembuatan tank kelas sedang.

Sementara dengan Belgia bekerja sama dengan Cockerell Maintenance & Ingeniere SA Defence (CMI) memproduksi sistem senjata atau turret untuk kaliber 90 mm dan 105 mm.

"Kerja sama ini dilakukan dengan negara-negara yang memang memiliki kemampuan teknologi persenjataan dan tank terkemuka di dunia. Bentuk kerja sama fleksibel, bisa kerja sama operasi, kerja sama produk, dan membentuk anak usaha bersama," ujarnya.

Silmy yang baru menjabat Dirut Pindad sejak 22 Desember 2014 ini menuturkan, bahwa kerja sama dengan negara tertentu itu selain untuk transfer teknologi juga guna memenuhi kebutuhan alusista dalam negeri.

"Banyak negara yang menawarkan kerja sama tapi kami memilih dengan tiga negara ini," katanya.

Alasan lainnya adalah keterbatasan Pindad dalam hal pendanaan untuk pengembangan produk alutsista sendiri.

Dalam rangka pengembangan produksi alutsista tahun 2015, Pindad membutuhkan dana sekitar Rp4,7 triliun.

"Sebanyak Rp700 miliar diharapkan dapat diperoleh dari PMN APBN-P 2015, dari kas internal Rp100 miliar. Selebihnya tentu diupayakan dari mitra," tegasnya.

Saat ini Komisi VI DPR sedang membahas rencana pengucuran dana PMN sebesar Rp700 miliar pada 2015 untuk Pindad, yang akan dialokasikan untuk perbaikan lini produksi alutsista sebesar Rp593,5 miliar, meliputi pengembangan lini amunisi kalber besar dan roket, lini produksi tank dan kendaraan tempur, amunisi kaliber kecil senjata laras panjang dan laras pendek.

Selanjutnya pengembangan bisnis produk industrial untuk mendukung proros maritim Rp66,5 miliar, meliputi bisnis peledak, bisnis sarana dan pertahanan transportasi.

Sedangkan sebesar Rp25 miliar dialokasikan untuk pengembangan fasilitas produk dan proses "learning center", serta pengembangan kompetensi sumber daya manusia sebesar Rp15 miliar.

Jika PMN dikucurkan, Pindad menargetkan pendapatan pada 2019 sebesar Rp4,035 triliun, naik dari pendapatan tahun 2015 yang diproyeksikan sebesar Rp2,1 triliun.

Sementara laba bersih Pindad diperkirakan Rp200,7 miliar pada 2019, tumbuh dari tahun 2015 yang diperkirakan Rp85,3 triliun.
 

Badan Keamanan Laut tambah 30 kapal patroli buatan Indonesia

Badan Keamanan Laut tambah 30 kapal patroli buatan Indonesia
Ilustrasi patroli laut. (AFP)
... lebih efisien, dibandingkan mereka patroli sendiri-sendiri...
Kekuatan Badan Keamanan Laut akan meningkat sejalan penambahan 30 unit kapal patroli laut. Semua kapal baru itu buatan Indonesia di galangan-galangan kapal di Tanah Air.

"Kami berencana menambah kapal kami dengan kapal berukuran 48 meter, 80 meter, dan 110 meter," kata Deputi Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut, Laksamana Pertama Maritim Wuspo Lukito, di Puskodal Badan Keamanan Laut, Jakarta, Senin.

Saat ini Badan Keamanan Laut baru memiliki tiga unit kapal, namun demikian sejumlah pemangku kepentingan berencana akan menghibahkan kapalnya ke instansi itu untuk membantu dalam operasi keamanan laut.

"TNI AL berencana menghibahkan sebanyak 10 unit kapal. Begitu juga instansi yang terlibat dalam operasi keamanan laut juga akan membantu, di antaranya Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepolisian dan Ditjen Bea Cukai," kata Lukito.

Ia mengatakan, pada 2015, Badan Keamanan Laut akan melakukan sembilan operasi keamanan laut bersandi Operasi Nusantara, dengan melibatkan instansi/lembaga terkait, yang berpatroli di perairan Indonesia.

"Ini lebih efisien, dibandingkan mereka patroli sendiri-sendiri," katanya.

Selain patroli laut secara rutin, badan ini juga mengaktifkan jaringan radarnya untuk menindak kapal-kapal mencurigakan. 

"Kami menggunakan sistem peringatan dini. Bila ada kapal-kapal yang mencurigakan akan dilaporkan kepada komandan kapal terdekat untuk melakukan pemeriksaan. Jadi, kami tak perlu berputar-putar mencari kapal-kapal yang mencurigakan karena akan menghabiskan biaya operasional tinggi," katanya.

Dia mencontohkan temuan dan hasil patroli jajarannya di Balikpapan, Kalimantan Timur, belakangan ini. Mereka telah mendeteksi pergerakan kapal tongkang yang mencurigakan dan memeriksa kapal itu.

"Mereka mengangkut sebanyak 18 ton minyak kelapa sawit mentah. Sebanyak 15 ABK telah diamankan dan telah diserahkan kepada polisi perairan di Balikpapan," ucapnya.

Mabes Polri Amankan 2 Bangkai Kapal Perang Dunia II di Selat Sunda

Kapal perang Amerika. dailymail.co.uk
Mabes Polri mengamankan bangkai kapal Perang Dunia II tahun 1942 milik Australia dan Amerika Serikat yang hilang di Perairan Selat Sunda. Dua kapal adalah HMS Perth dan USS Houston.
“Pengamanan kedua kapal itu bernama HMS Perth dan USS Houston agar tidak menjadi incaran pencurian,” kata Kabag Bin Ops Ditpolair Polda Banten Ajun Komisaris Besar Polisi Pepen Sumpena seperti dikutip dari Antara, Sabtu (31/1).
Dia mengatakan bahwa pengamanan kapal bekas Perang Dunia II itu melibatkan tiga kapal patroli dari Mabes Polri. Mereka siaga melakukan penjagaan di lokasi penemuan kapal HMS Perth dari Australia dan USS Houston, Amerika Serikat itu.
Ketiga kapal Mabes Polri itu, antara lain Kapal Tekukur nomor lambung 4016, Kapal Parkit 3004, dan Kapal Enggang 5010. Pengamanan bangkai kapal bersejarah ini untuk mencegah aksi pencurian yang dilakukan penambang besi tua ilegal.
Petugas sempat memeriksa kapal pengeruk besi yang diduga kuat kapal mengangkut bongkahan besi kapal USS Houston.
“Kami meminta kapal patroli dari Mabes disiagakan untuk penjagaan situs sejarah yang melibatkan dua kedutaan besar itu,” ujarnya.
Dia menjelaskan posisi bangkai kapal HMAS Perth dengan kedalaman 26 meter, sekitar 45 menit dari Pulau Panjang atau berjarak empat mil dari Pelabuhan Bojonegoro. Sementara itu, kapal USS Houston berada di kedalaman 77 meter.
Adapun jarak kedua kapal perang peninggalan pertempuran Selat Sunda 1942 hanya sekitar 3,5 mil. “Kami berharap penjagaan ini dapat menyelamatkan cagar budaya bawah laut,” katanya.
Sementara itu, Pasintel TNI AL Banten Mayor Laut (P) Budi Purnamajaya mengatakan bahwa pihaknya segera menindaklanjuti instruksi dari Mabes AL untuk pengamanan bangkai Kapal Perang Dunia II itu. “Kami siap siaga mengamankan kapal itu dari ancaman pencurian,” katanya.(Merdeka)

Senin, 02 Februari 2015

Indonesia-Thailand kursus bersama Pasukan Perdamaian PBB

Indonesia-Thailand kursus bersama Pasukan Perdamaian PBB
Dokumentasi Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, dan Presiden Susilo Yudhoyono, serta Menteri Pertahanan (saat itu), Purnomo Yusgiantoro, saat mengunjungi Indonesia Peace and Security Centre (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/3). Markas Besar TNI bersama Kementerian Pertahanan memiliki pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian PBB berstandar internasional. (FOTO ANTARA/Widodo S Jusuf)
... agar TNI dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dapat berbagi ilmu dan pengalaman dalam melaksanakan misi PBB...
Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dan TNI telah menggelar kursus Pasukan Penjaga Perdamaian PBB untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ke dua negara.

"Kursus ini bernama United Nations Military Observers (UNMO), dilaksanakan di Pusat Pelatihan Penjaga Perdamaian Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand di Provinsi Hua Hin," kata salah satu instruktur TNI, Kapten CPM Hanri Kusuma, dalam pernyataan pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Senin (2/2).

Kursus ini diselenggarakan selama tiga pekan dan telah berakhir pada 1 Februari.

"Pasukan penjaga perdamaian dituntut mampu beroperasi di dalam lingkungan yang bersifat kompleks, oleh karenanya perlu standarisasi kompetensi dan kemampuan sebagai pasukan PBB," kata Kusuma.

Berbagai materi pelajaran diberikan selama kursus, di antaranya negosiasi, mediasi hingga mengemudi.

Sementara itu instruktur lain TNI, Mayor Widianto menambahkan kursus UNMO juga dilaksanakan di Indonesia, di Pusat Misi Pemelihara Perdamaian TNI, Sentul, Bogor dengan mendatangkan personel berpengalaman dari Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand.

"Tujuannya agar TNI dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dapat berbagi ilmu dan pengalaman dalam melaksanakan misi PBB," kata Widianto.

Selama pelatihan, para anggota Angkatan Bersenjata Thailand digembleng instruktur TNI, baik teori di dalam kelas dan praktik di lapangan dengan simulasi mirip dengan situasi di medan tugas sebenarnya.

"Mudah-mudahan kursus UNMO bisa terus ditingkatkan, karena tantangan di dalam melaksanakan misi penjaga perdamaian dunia semakin besar. Pelatihan bersama semacam ini banyak manfaatnya bagi kedua negara," kata Kusuma.
 

LSU-02 LAPAN : UAV Pertama yang Take Off dari Kapal Perang TNI AL

Dari segi payload, Wulung UAV (Unmanned Aerial Vehicle) besutan PT. Dirgantara Indonesia, LEN (Lembaga Elektronik Nasional), dan BPPT, lebih unggul ketimbang UAV atau drone lain yang juga buatan dalam negeri. Maklum saja, Wulung yang jadi maskot UAV nasional bisa memuat payload sampai 25 kg. Tapi, dengan ukuran dan payload yang lebih kecil, ada penanding Wulung yang punya kemampuan jarak terbang lebih jauh.
Yang dimaksud adalah LSU (LAPAN Surveillance UAV)-02 buatan Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Dengan dapur pacu mesin tunggal 10 hp/5 liter, plus bahan bakar Pertamax Plus (RON 95), LSU-02 secara teori dapat menempuh jarak maksimum 450 Km, meski realitasnya baru bisa dibuktikan hingga jarak 200 Km. LSU-20 yang punya bobot total 15 Kg ini punya kecepatan terbang hingga 100 Km per jam. Lamanya terbang (endurance) juga terbilang lumayan, hingga 5 jam, ideal untuk misi intai jarak jauh.
Seperti layaknya UAV yang lain, LSU-02 dapat diterbangkan secara remote dan terbang secara otomatis (autonomous flying). Meski secara performance masih di bawah Wulung, tapi karena dimensi dan bobotnya yang cukup ringan. LSU-02 sempat di daulat untuk take off dari deck helikopter di korvet SIGMA Class KRI Frans Kaisiepo 368, LSU-02 mendapat peran sebagai pengintai obyek dari sasaran tembak rudal Exocet MM40 pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 di Laut Bawean.
LSU-02 di KRI Frans Kaisiepo 368.
LSU-02 di KRI Frans Kaisiepo 368.
Take off dari KRI Frans Kaisiepo 368.
Take off dari KRI Frans Kaisiepo 368.

Uji coba tersebut, terkait dengan perjanjian kerja sama antara LAPAN dan TNI AL mengenai penggunaan teknologi untuk kepentinganTNI AL. Salah satunya adalah aplikasi UAV dalam operasi Latgab TNI 2013 ini. Dalam Latgab, pesawat LSU-02 diterbangkan setengah jam sebelum penembakan rudal Exocet. Pesawat diarahkan ke sasaran tembak sejauh 20 nautical mile atau sekitar 36 km. Sesampainya di lokasi, pesawat memonitor dengan cara loiter (berkeliaran) di atas sasaran dan merekam setiap tembakan rudal Exocet. Setelah selesai bertugas, LSU-02 kembali ke posisi penjemputan di KRI Frans Kaisiepo, dengan koordinat dan waktu yang telah ditentukan.
Dalam Latgab ini, pesawat dengan panjang badan 200 cm (composite) dan bentang sayap (wing span) 250 cm ini mampu terbang sekitar 2 jam 45 menit, dengan kecepatan rata-rata 70 km per jam. Secara keseluruhan, jarak tempuh LSU untuk kembali ke sasaran diperkirakan sekitar 200 km.

Menggunakan jaring menjadi salah satu solusi untuk mendaratkan UAV.
Menggunakan jaring menjadi salah satu solusi untuk mendaratkan UAV.

Dengan status masih prototipe, LSU-02 dapat mengudara hingga ketinggian 3.000 meter dari permukaan laut, kedepan LAPAN tengah mengembangkan versi lain yang punya ketinggian hingga 7.200 meter. Sebagai UAV berkualifikasi intai taktis, LSU-02 dilengkapi dua kamera untuk peran foto dan video. Meski belum ideal untuk operasional TNI AL, LSU-02 sudah mencatatkan beberapa poin positif, yakni kemampuang long distance, autonomous flying dan take off and landing. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi LSU-02 LAPAN
  • Panjang sayap : 2.400 mm
  • Panjang badan pesawat : 1.700 mm
  • Berat : 15 kg
  • Payload : 3 kg
  • Engine : 10 hp/5 ltr
  • Kecepatan max : 100 km per jam
  • Endurance : 5 jam
  • Maksimum distance : 450 km
  • Komunikasi : telementri 900 MHZ dengan daya 1 watt

Indomil.

Minggu, 01 Februari 2015

Menristek: Thailand Pesan Pesawat N219 Buatan Indonesia

N219
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir Menristekmengatakan bahwa Thailand sudah memesan pesawat N219 yang risetnya tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
“Riset N219 ini tengah dibuat, dilakukan. Harapannya, pada pertengahan tahun ini sudah bisa digelindingkan keluar hanggar, sudah bentuk bodi pesawat,” katanya di Semarang, Jumat (30/1/2015) malam.
Meski pesawat N219 masih dalam proses riset, dia mengatakan, sudah ada negara lain yang memesan pesawat penumpang berukuran kecil itu, yakni Thailand. Selain itu, ada juga negara lain yang menyatakan tertarik.
“Sudah ada pemesanan N219 dari Thailand. Yang sudah melihat-lihat Filipina. Namun, yang sudah jelas memesan adalah Thailand. Diharapkan, akhir 2015, sudah bisa terbang, teruji,” tuturnya.
“Kalau semuanya sudah beres, termasuk sertifikasi pesawat, ditargetkan pada 2016 sudah bisa dilakukan produksi massal untuk pesawat N219. Pesawat ini memiliki berbagai kelebihan,” katanya.
N-219 rancangan PT Dirgantara Indonesia berbasiskan CASA C-212/NC-212 Aviocar yang produksinya lebih dulu dilakukan di hanggar produksinya, di Bandung.
Dengan banderol harga 4 juta dollar AS, N219 bisa mengangkut 19 orang dengan beban maksimal lepas landas sekitar 7,5 ton dari bobot kosongnya sekitar 4,5 ton. N219 ditenagai dua mesin Pratt & Whitney PT6A-42 yang bisa membuatnya terbang hingga jarak tempuh ekonomis sekitar 1.100 kilometer pada kecepatan jelajah sekitar 400 kilometer per jam.
Walau dirancang untuk bisa beroperasi dengan perawatan pada kondisi di wilayah terpencil, N219 dilengkapi instrumen cukup canggih, di antaranya adalah head-up display memampangkan instrumen penerbangan digital.
Maklum, N219 didedikasikan bisa menggantikan DHC-6 Twin Otter buatan de Havilland, Kanada, yang dikenal di seluruh dunia sangat tangguh dan andal dalam operasionalisasinya di wilayah-wilayah terpencil dengan fasilitas sangat minim.
Ia menjelaskan, pesawat N219 memang didesain untuk transportasi udara antardaerah dan antarpulau dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan kelebihannya tidak memerlukan landasan panjang.
“Panjang landasan yang dibutuhkan untuk pesawat ini hanya 550-600 meter. Jadi, memang tidak butuh landasan panjang. Biasanya, landasan sampai 1,4, 1,8, 2,4 dan 2,8 kilometer,” katanya.
Menurut dia, potensi pemasaran pesawat ini cukup besar, terutama dari dalam negeri yang kebutuhannya mencapai 200 pesawat, tetapi tentunya kebutuhan itu tidak semuanya bisa tercukupi.
“Kapasitas produksi di pabriknya saja hanya 24 pesawat setahun. Kalau kebutuhannya 200 pesawat kan bisa sampai delapan tahun baru terpenuhi. Makanya, kami dorong pengembangan kapasitas produksi,” kata Nasir.(kompas)

Simulator F-16A Skadron Udara 3




GMT+7 06:55