Kamis, 30 Oktober 2014

Tawaran Kapal Rusia ke Indonesia

"Kapal

Rusia tertarik dengan konsep kemaritiman yang menjadi program andalan Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya ke Jakarta, Kamis (29/10), Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Alexei Likhachev menawarkan kerjasama bidang maritim dengan Indonesia.
“Kami  menganggap program pemerintah baru RI di bidang kemaritiman sangat cocok dengan posisi Indonesia di tengah lautan. Rusia harus punya kebijakan khusus terhadap Indonesia di bidang kemaritiman,” ujar Alexei.
Oleh sebab itu Rusia hendak membuka beberapa kerjasama dengan pemerintah Indonesia, misalnya untuk memperkuat sistem transportasi laut dengan menawarkan kapal laut pabrikan Rusia.
“Kami menawarkan pasokan berbagai jenis kapal laut. Bukan saja pasokan, tetapi juha pendirian pusat layanan dan mungkin produksi beberapa komponen untuk kapal itu,” kata Alexei.
Untuk membicarakan proyek dan prospek kerjasama tersebut, Direktur Utama United Ship Building Corporation selaku perusahaan galangan kapal terbesar di Rusia akan datang pekan depan ke Jakarta untuk bertemu Presiden Jokowi dan Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo.
“Ketua kami bersedia menawarkan peralatan model untuk pengawasan kawasan perairan dan pengawasan kapal laut dengan menggunakan sistem blonas dan sistem radar jarak jauh,” ujarnya. (CNNIndonesia).

Sejarah Sukhoi Indonesia dan Misterinya

image

Sejarah awal :
Sejarah keberadaan jet tempur sukhoi Indonesia dimulai dengan gagalnya pembelian 12 Sukhoi KI (Su-30 KI) pada Tahun 1997 oleh mantan Presiden Soeharto, akibat krisis moneter yang melanda dunia. Indonesia ketika itu ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Udaranya dan menaruh minat besar akan pesawat tempur baru, namun Presiden Indonesia Soeharto, merasa gerah dengan tudingan Amerika Serikat mengenai permasalahan HAM di Indonesia.
Akhirnya Indonesia melakukan langkah ‘membelot’ ke Rusia dengan memesan 12 Sukhoi KI (SU-30KI). Sukhoi KI ini merupakan satu-satunya Su-30 yang berkursi tunggal. Ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi ini dikarenakan Indonesia sudah melihat kehebatan pesawat ini ketika Sukhoi tampil di ajang Indonesia Air Show pada Juni 1996.
Ditindaklanjuti dengan kunjungan salah satu Menteri RI ke pusat pembuatan Sukhoi di Rusia, maka dari kunjungan tersebut dibuat keputusan untuk membeli 12 unit dari yang direncanakan.
Langkah membeli Sukhoi ini bisa dikatakan sebuah perlawanan Indonesia terhadap hegemoni AS yang terus menekan Indonesia melalui isu-isu HAM dan sejenisnya. Indonesia sangat berharap pembelian Sukhoi ini akan menaikkan martabat Indonesia di mata dunia. Namun, pembelian Sukhoi ini tidak bisa lepas dari tekanan Amerika dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia berhasil memiliki pesawat tempur Sukhoi. Hal ini bisa dipahami, karena pembelian Sukhoi akan mendekatkan Indonesia ke Rusia seperti ketika jaman pemerintahan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia begitu ditakuti oleh Belanda dan sekutunya.
Mungkin Anda masih ingat, kita punya pesawat tempur Mig-15. Mig-21 fresco, Bomber Tupolev, kapal selam Whiskey, Kapal Rudal Cepat Komar class, dan sang fenomenal KRI Irian. Entah ada kaitan langsung atau tidak, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997-1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini.
Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan embargo Militer terhadap Indonesia, terutama produk pesawat tempur f16, f-5 tiger, Hercules 130, boleh dibilang hidup enggan mati tak mau. Kelangkaan suku cadang saat itu berakibat fatal dengan banyaknya kecelakaan yang menimpa pesawat tempur TNI AU. Sebut saja jatuhnya F-16 elang biru yang menewaskan 2 pilotnya. tergelincirnya F-16 di runway Halim Perdana Kusuma yang menewaskan pilot handal almarhum Kapten penerbang DWI SASONGKO.
Hasil penyelidikan menunjukkan, dasar kecelakaan itu akibat tidak adanya suku cadang dan dipaksakannya pengunaan suku cadang kanibal yang tidak sesuai. Beberapa kecelakaan yang menimpa armada Pesawat hawk dan sky hawk 209 akibat tindakan serupa oleh Inggris dengan “ikut-ikutan” melakukan embargo terhadap pesawat tempur SkyHawk – Hawk 209, yang berujung grounded-nya armada tempur TNI AU. Akibatnya untuk sekedar terbang pun dilakukan dengan keterpaksaan terhadap sesama armada pesawat. Boleh dibilang saat itu kemampuan TNI AU hanya 20% dari seluruh armada tempurnya akibat terkena embargo.
image
F16 Elang biru terjatuh menewaskan dua pilot pada masa embargo suku cadang

Era Sukhoi
Pembelian Sukhoi Batch Pertama di Era Presiden Megawati Sukarno Putri pun dirintis, dengan bekal melanjutkan pemesanan tahun 1997 yang tertunda. Saat itu saking mendesaknya kebutuhan akan alusista handal, maka didapatlah kesepakatan pembelian batch sukhoi pertama tanpa persenjataan lengkap yang dikirim ke Indonesia.
Hal inilah yang kemudian mendorong kita untuk berpaling ke produk-produk buatan Timur (Rusia), sebagai salah satu cara untuk meminimalkan ketergantungan akan produk-produk Barat yang sarat dengan kepentingan politik negara penjual dan syarat syarat yang meremehkan kedaulatan negara.
Kontrak pembelian pesawat Sukhoi ini akhirnya ditanda tangani pada tahun 2003 pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri. Namun, kontrak pembelian Sukhoi ini mengalami banyak penolakan dari berbagai pihak di Indonesia sendiri, termasuk kalangan Legeslatif. Sampai pernah kita mendengar istilah Sukhoi Gate yang berencana mengusik kontrak pembelian Sukhoi ini.
Entah apa yang menjadi dasarnya, namun tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak asing yang menekan untuk menggagalkan kembali pembelian Sukhoi ini, agar Indonesia tidak mendekat ke Rusia dan terus berada di bawah kendali Amerika dan Sekutunya. Anjing menggonggong, Kafilah berlalu, TNI AU tetap berjalan. Indonesia berhasil membeli 4 pesawat Sukhoi dari Rusia. 4 pesawat ini terdiri dari 2 Su-27 SK (kursi tunggal) dan 2 SU-30MK (kursi ganda). Kedaatangannya di sanggup hangat oleh pejabat TNI AU.

Pembelian Sukhoi Batch Dua di Era Presiden SBY
Proses pembelian Sukhoi Batch Pertama yang mengandung banyak kontroversi awalnya, banyak disebabkan keraguan dari berbagai pihak akan kemampuan pesawat Sukhoi itu sendiri. Namun setelah Indonesia mengopreasikan Su-27/30, keraguan akan kemampuan Sukhoi ini menjadi sirna. Malah menjadi terbalik, semakin banyak pihak-pihak terkait yang mendorong agar Indonesia kembali membeli Sukhoi untuk melengkapi Sukhoi yang sudah ada.
Keinginan ini semakin menguat ketika Malaysia melakukan klaim sepihak terhadap wilayah Indonesia yaitu perairan Ambalat yang kaya minyak pada tahun 2005. Klaim ini dijawab Indonesia dengan melakukan Modernisasi Militer Indonesia termasuk Angkatan Udara agar Malaysia tidak lagi memandang Indonesia dengan sebelah mata. Sampai akirnya Indonesia menandatangani kontrak pembelian 6 Sukhoi yang terdiri dari 3 Su-30MK2 dan 3 unit Su-27SKM.
image

Pembelian Sukhoi Batch Tiga di Era dan Misteri di sekitarnya
Saat pembelian batch ke 3, Indonesia sudah memiliki 10 SU-27/30 sebagai penjaga kedaulatan Indonesia. Namun jumlah ini masih belum bisa menandingi 18 Su-30MKM milik Malaysia dan 24 unit F15SG milik Singapura. Oleh karena itu TNI AU meminta tambahan pembelian 6 pesawat sukhoi Su-30MK2 untuk melengkapi Sukhoi Indonesia menjadi satu skuadron penuh yaitu 16 Su-27/30.

Kontrak
Pembelian sudah datang dan lengkap 16 unit, beberapa waktu lalu, namun menimbulkan misteri. Ada yang bilang dari 6 unit psawat terakhir, terdapat 2 unit sukhoi S-30MK2 yang telah upgrade setara SU-35. Hal ini buktikan dengan adanya tambahan 8 mesin sukhoi yang dibeli untuk alasan mesin ‘cadangan’, lalu keunggulan TNI AU dalam pitch black dengan super hornet RAAF Australia. Selain itu, adanya misteri penomoran angka kembar pada Sukhoi dengan format angka 2, terdapat pada 2 pesawat dan angka 4 pada 2 pesawat lainya. (gambar terlampir).
image
Perhatikan pesawat dengan nomor 4 angka merah ada dua, pada dua pesawat sukhoi dan angka 2

Misteri
Pada pembelian Batch kedua ini banyak terdapat misteri dibaliknya. Salah satunya adalah ketika penerimaan pertama, tiga unit Su-30MK2 di Makassar. 2 Su-30MK2 yang baru tiba di Makasar, sedang dalam tahap uji terbang, dan ketika sedang terbang, pesawat tersebut di Lock oleh pesawat musuh yang tidak dikenal. Kejadian ini sangat menghebohkan dunia militer Indonesia. Pertanyaan muncul, siapa, kenapa, dan bagaimana hal itu terjadi ?.
Ada yang bilang pesawat itu dilock oleh S-300 punya TNI AU yang sedang latihan. Ada juga bilang TNI AU lagi menguji ‘sesuatu” dengan uji tandingnya sukhoi, tes radar khusus dengan jangkauan jarak yang jauh.
Tidak hanya itu, ketika pengiriman tahap kedua yaitu 3 unit Su-27SKM ada kejadian yang sangat mengejutkan yaitu tewasnya 3 orang ahli teknisi Sukhoi yang turut mendampingi kedatangan Sukhoi ini ke Indonesia. Tewasnya ketika teknisi ini menandakan ada sesuatu yang tidak beres dan tidak kemungkinan ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Sukhoi Indonesia sehingga hal ini bisa terjadi. Misteri tetaplah misteri sampai akhir jaman.
image
Sukhoi SU-30MK2 double seat

Kontroversi
Pembelian Sukhoi tahap ketiga tidak terlepas dari Kontroversi. Banyak sekali pihak yang mempertanyakan pembelian ini. Bahkan ada tuduhan pembelian ini mengalami mark up harga dan terindikasi korupsi. Namun, Kementerian Pertahanan telah membantah keras tuduhan ini. Beberapa LSM di Indonesia bahkaan melaporkan Kemenhan ke KPK terkait pembelian Sukhoi ini.
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik tentunya mendukung transparansi pembelian Sukhoi ini, agar kemungkinan terjadinya mark up dan korupsi bisa dihindarkan. Memang benar bahwa dugaan mark up harus dituntaskan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa pembelian Sukhoi begitu heboh, sampai Kemenhan dilaporkan ke KPK. Sementara ada juga proses Hibah 24 F-16 yang juga menelan biaya yang sangat besar dan tidak ada pihak pihak yang memverifikasi harganya. Penolakan terhadap Sukhoi ini sepertinya jauh lebih besar dari penolakan hibah F-16. Rencana penambahan armada baru selalu dikaitkan dengan politik ekonomi dan militer global di sekitar kawasan. Masih ingat ketika Jepang dan Australia protes rencana pembelian kapal selam Kilo oleh TNI AL ?.
Semoga kedepannya rencana pembelian penganti F-5 Tiger akan terwujud dengan cepat sehingga MEF II menjadi kilas balik kejayaan TNI AU seperti tahun 1960-an.
by: Telik Sandi
Biro jabodetabek

Perkembangan Roket Indonesia

Roket R-Han 122 dengan Rear Control Surface
Roket R-Han 1212 dengan Rear Control Surface
rhan-jkgr-2
Rear Control Surface R-Han 1212
rhan-jkgr3
rhan-jkgr-4
Kendaraan Pengangkut Multi Roket R-Han 1212

Pemerintah melalui Konsorsium Roket Nasional terus mengembangkan roket Rhan-1212. Selain di kendaraan darat, roket ini ke depannya juga akan dipasang di kapal-kapal perang Indonesia.
Konfigurasi roket ini terus dikembangkan dan disempurnakan, termasuk propulsion dan rear control service. Konsorsium Roket Nasional juga terus mengembangkan IR Seeker, Antenna, Illuminator Electronic, processor, baterai dan warhead roket, yang kedepannya diharapkan menjadi peluru kendali. Semuanya untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap roket/ rudal dari luar negeri. Selain itu, biaya produksi roket/rudal di dalam negeri, lebih murah. 

(JKGR).

Latihan Hanudnas Tutuka ke XXXVIII di Batam

http://tni-au.mil.id/sites/default/files/Sukhoi-Hnd.jpg

Empat pesawat TNI AU jenis Sukhoi dan satu heli Super Puma tiba di Bandara Hang Nadim pukul 10.12 WIB, Senin (27/10) lalu. Kedatangan pesawat tempur yang dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar Letkol Pnb David Y Tamboto ini dalam rangka mengikuti latihan Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) Tutuka ke XXXVIII di Batam.
Latihan dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 28-30 Oktober dan dibuka oleh Komandan Kodiklat (Dankodiklat) TNI Mayjen TNI (Mar) I Wayan Mendra (28/10) di Makohanudnas, Jakarta.
Komandan Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin, Makassar Letkol Pnb David Y Tamboto menjelaskan patroli udara dilakukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah NKRI. Sedangkan scramble adalah latihan untuk menyergap wahana asing yang terdeteksi radar masuk dalam wilayah Indonesia.
“Wahana asing yang tidak memiliki izin masuk dalam wilayah, akan disergap. Dan dipaksa mendarat di bandara terdekat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Davit menjelaskan, fokus latihan sengaja di wilayah selatan Batam, yakni mulai dari Pulau Bintan di Kepulauan Riau hingga Dumai di Provinsi Riau. “Kalau difokuskan di sebelah utara, akan bertemu dengan wilayah udara Singapura. Kalau ke sana ruang lingkupnya kecil,” ujarnya.
Dalam pelaksaan Hanudnas Tutuka XXXVIII itu TNI tidak hanya melibatkan 4 Sukhoi. Ada juga beberapa pesawat dan kapal perang. Untuk Latihan Hanudnas di wilayah Pekanbaru, TNI AU melibatkan pesawat jenis F-16. Sedangkan di Dumai ada beberapa KRI yang melakukan manuver dan latihan. (jpnn)
Latihan Tutuka 2014 dilakanakan di wilayah Barat, Indonesia yaitu dibawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III Medan dengan melibatkan seluruh unsur Hanud yang ada dibawah jajaran seperti pesawat tempur Sukhoi Skadron 11 Lanud Hasanuddin yang selama latihan ber-home base di Bandara Hang Nadim Batam dan pesawat F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3 Lanud Iswajudi, Madiun ber-home base di Lanud Rusmin Nurjadin, Pekan Baru.
Seperti dijelaskan Pengawas dan Pengendalian Kolonel Pnb Budi Ramelan bahwa latihan Tutuka 2014 bertujuan untuk menguji dan mengukur tingkat kesiapan operasional Komando Pertahanan Udara dalam rangka melaksanakan sisten pengamatan, penangkalan dan penindakan yang handal serta meminimalisir dampak serangan Udara terhadap berbagai kontijensi yang perlu diantisipasi dan direspon diwilayah udara nasional. (tni-au.mil.id)
============================================================================================

6 Pesawat Tempur F-16 Tiba Di Lanud Roesmin Nurjadin


https://scontent-b-vie.xx.fbcdn.net/hphotos-xpf1/t31.0-8/p480x480/10604609_602556179852729_5576359235427915768_o.jpg

Enam pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, kemarin. Kedatangan Elang Besi pengawal dirgantara Indonesia ini, dalam rangka melaksanakan Latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII tahun 2014.
Keenam pesawat yang terbagi menjadi dua Flight “Falcon Flight dan Dragon Flight” ini dipimpin langsung oleh Danskadron Udara 3, Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono.
Latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII ini merupakan latihan puncak Kohanudnas antar satuan di bawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III (Kosekhanudnas III), Medan dengan melibatkan seluruh unsur Hanud yang ada dibawah wilayah Kosekhanudnas III. Direncanakan latihan ini akan berlangsung hingga tanggal satu November mendatang.
Setibanya di Lanud Roesmin Nurjadin ke enam pesawat F-16 ini langsung menuju ke Shelter Skadron Udara 16 yang akan dijadikan Posko Unsur TS F-16 selama latihan berlangsung. Selain pesawat tempur F-16, sejumlah personel penerbang dan para teknisi beserta peralatan yang dibutuhkan dalam mendukung latihan Pertahanan Udara Nasional Tutuka XXXVIII juga tiba di Lanud Rsn menggunakan dua pesawat Herkules TNI AU. (tni-au.mil.id)

Rabu, 29 Oktober 2014

Misterius, Suatu Negara di Asia Lakukan Upgrade F-5 Tiger dari Perusahaan Israel

F-5 E Tiger II AU Singapura
F-5 E Tiger II AU Singapura

Meski berita pembelian jet tempur keluaran terbaru cukup semarak di banyak negara, tapi program upgrade jet tempur lawas tak berarti ditinggalkan. Terbukti dari pengumuman Elbit Systems, vendor elektronik pertahanan dari Israel yang menyebutkan per 22 Oktober 2014 telah memperoleh kontrak senilai US$85 juta untuk meng-upgrade armada jet tempur Northrop F-5 Tiger. Yang menarik, Elbit Systems juga menyebut kontrak upgrade tersebut berasal dari salah satu negara di Asia.
Namanya juga Israel yang operasi dan perdagangan militernya serba tertutup, tidak menginformasikan negara Asia mana yang memesan jasa upgrade F-5 tersebut. Sebagai informasi, hingga kini F-5 Tiger dalam berbagai varian masih aktif digunakan oleh AU Indonesia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Sebelumnya Elbit Systems juga sudah punya rekam jejak di Asia, yakni dalam meng-upgrade sistem senjata dan avionik pada F-5 E/F Tiger AU Singapura dan Thailand.
Beberapa negara di Asia pemilik F-5 Tiger diketahui tidak akan mengambil opsi upgrade dari Elbit Systems. Seperti Indonesia yang tidak punya hubungan diplomatik, perdagangan, dan kerjasama militer dengan Israel. Kemudian dengan Malaysia juga diragukan, mengingat Negeri Jiran ini punya hubungan kurang harmonis dengan zionis Israel. Indonesia sendiri pernah melakukan upgrade lewat proyek “MACAN” dari Belgia. Dan, pemerintah Indonesia tak lama lagi berniat menghentikan masa bakti F-5 E/F Tiger yang telah beroperasi tiga dasawarsa lebih.
Elbit Systems mendapatkan proyek upgrade untuk rentang waktu pengerjaan tiga tahun. Fokus upgrade dilaksanakan pada penyediaan peralatan elektro optik dan komunikasi. Di luar Asia, Elbit Systems pernah menangani modernisasi F-5 Tiger AU Brazil, Norwegia, Swiss, dan Amerika Serikat. Solusi yang ditawarkan Elbit Systems mencakup instalasi glass cockpit dan pemasangan HOTAS (hands-on-throttle-and-stick), dan adopsi perangkat penglihatan malam. (HANS)

Mandau Class: Generasi KCR TNI AL Warisan Orde Baru

19
Setelah perubahan haluan politik di akhir tahun 60-an, praktis kekuatan alutsista Indonesia mengalami kemunduran drastis. Di lini Satuan Kapal Cepat (Satkat), pada masa orde Soekarno, TNI AL begitu disegani dengan adanya KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class buatan Uni Soviet, selain dibekali kanon laras kembar kaliber 25 mm, Komar Class saat itu menjadi momok yang menakutkan dengan rudal anti kapal SS-N2, atau akrab disebut Styx.
Total TNI AL pernah dilengkapi 12 unit Komar Class, tapi karena embargo suku cadang dari Uni Soviet, pelan-pelan armada Komar Class di grounded. Berdasarkan catatan sejarah, sejumlah kapal Komar Class masih operasional hingga tahun 1978, meski diyakini fungsi rudalnya sudah tidak aktif. Bahkan, Jane’s Fighting Ship (1983-1984) menyebutkan Komar Class baru resmi pensiun dari kedinasan TNI AL pada tahun 1985. Era Orde Baru (Orba) dibawah Soeharto membawa sentuhan baru dalam industrialisasi, seperti dibukanya keran investasi bagi asing, salah satunya di sektor migas. Dan, dampak dari melonjaknya ekspor migas pada dasawarsa 70-an membawa imbas pada perolehan devisa. Dengan bekal devisa yang menguat, di periode 1975 – 1980, Indonesia pun banyak melakukan pembelian alutsista untuk mengejar ketertinggalan dari Negara Tetangga.
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx
Kapal Cepat Komar saat melepaskan Styx
KRI Rencong 622.
KRI Rencong 622.

Di matra laut, TNI AL kebagian beberapa kontrak pengadaan alutsista baru, seperti frigat Fatahillah Class dari Belanda dan kapal selam Type 209 dari Jerman. Lain dari itu, poros pengadaan alutsista di TNI AL juga berasal dari Korea Selatan. Yang cukup dikenal luas adalah enam unit LST Teluk Semangka Class buatan galangan Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan pada tahun 1980. Dari keenam LST tersebut, KRI Teluk Semangka 512 kini sudah masuk masa purna tugas. Masih dari galangan yang sama, di periode 1979-1980 TNI AL juga mendapat suguhan alutsista berupa KCR PSK (Patrol Ship Killer) atau dikenal identitas PSSM (Patrol Ship Multi Mission). Sub varian yang diserahkan ke Indonesia adalah PSSM Mark 5. Dalam penyebutan lainnya, KCR asal Negeri Ginseng ini juga dikenal dengan sebutan Dagger Class.
Catatan sejarah menunjukkan pada akhir 1970-an Indonesia membeli empat kapal jenis ini dengan opsi tambahan pembelian sebanyak empat kapal lagi. Namun entah mengapa, sampai sekarang TNI AL hanya menerima pesanan pertama saja. Keempat kapal yang diterima TNI AL yakni KRI Mandau 621, KRI Rencong 622, KRI Badik 623, dan KRI Keris 624. KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622 diserahkan ke TNI AL pada 20 Juli 1979, sedangkan KRI Badik 623 dan KRI Keris diserahkan ke TNI AL pada 1 Februari 1980. Nama-nama kapal tersebut diambil dari jenis senjata tradisional Nusantara, dan hingga kini pun setiap KCR di lingkup Satkat diberi nama dengan identitas senjata tradisional Tanah Air. Mengikuti standar penamaan internasional, keempat KCR PSSM Mk5 ini kemudian disebut sebagai Mandau Class, bersandar pada identitas nama kapal pertama di kelas ini.
KRI Mandau 621
KRI Mandau 621
KRI Badik 623
KRI Rencong 622

Dengan komposisi material lambung kapal yang terbuat dari bahan alumunium, KCR Mandau Class sanggup ngebut hingga kecepatan maksimum 41 knots. Pasca pensiunnya Komar Class, secara resmi inilah kapal cepat berpeluru kendali pertama yang digunakan oleh TNI AL. Sesuai dengan klasifikasinya, kapal ini dilengkapi rudal anti kapal Aerospatiale Exocet MM38 buatan Perancis. Ada empat rudal yang bisa dibawa dan ditempatkan di dek belakang. Konfigurasi penempatan dibuat saling bersilang. Dua rudal paling belakang diarahkan ke sisi kiri. Sementara sisanya ke arah kanan. Dengan pemandu radar aktif, Exocet MM38 mampu menghantam sasaran pada jarak 42 km.
Lantaran dipunggawa sebagai kapal berpeluru kendali maka wajar saja bila sejumlah perangkat elektronik juga dijejalkan pada kapal. Untuk menangkis gangguan elektronik lawan sekaligus sebagai pengunci target (radar intercept), PSSM dilengkapi piranti ESM Thomson-CSF seri DR2000S. Selain itu masih ada lagi sistem kendali senjata Selenia NA-18, pengendali tembakan Signaal WM28, dan radar permukaan Racal Decca 1226. Untuk menjaga perangkat elektronik dari kerusakan dan efek over heat, pada kompartemen PIT (Pusat Informasi Tempur) suhu dibuat sedemikian sejuk.
a294ef
KRI Badik 623
KCR Mandau Class kerap digunakan untuk aktivitas satuan elit Kopaska.
KCR Mandau Class kerap digunakan untuk aktivitas satuan elit Kopaska.


Selain senjata utama berupa rudal Exocet MM38, PSSM Mark 5 juga dibekali senjata lain untuk dukungan tempur. Pada bagian haluan bertengger meriam laras tunggal Bofors 57 mm MK1. Pada sisi kanan dan kiri kubah meriam terdapat rel pelontar chaff/flare sebagai elemen bela diri kapal dari kemungkinan serangan rudal lawan. Secara teknis meriam ini punya daya tembak hingga 200 proyektil per menit serta jarak jangkau hingga 17.000 meter. Masih meriam buatan Bofors, di bagian buritan juga terdapat meriam Bofors 40 mm/70 dengan daya tembak 300 proyektil per menit serta jangkauan 12.000 meter. Meriam ini disematkan tepat di belakang rangkaian peluncur Exocet.
Terakhir masih ada sepasang kanon Rheinmetall kaliber 20 mm yang dioperasikan secara manual. Kanon ini dapat melontarkan 1000 proyektil per menit dengan jangkauan 2.000 meter. Kanon ini juga ideal untuk pertahanan kapal pada serangan permukaan jarak pendek.
Bofors 57mm MK1.
Bofors 57mm MK1.
Tampilan konfigurasi rudal MM38 Exocet.
Tampilan konfigurasi rudal MM38 Exocet.

MM38 Exocet Yang Kadaluwarsa
Pada masanya, Exocet MM38 begitu disegani sebagai rudal permukaan ke permukaan (anti kapal). Tapi dalam konteks masa kini, MM38 Exocet jelas sudah out of date. TNI AL pun pernah mengalami kegalalan uji tembak pada jenis rudal ini, bukannya berhasil meluncur, namun rudal ini justru meluncur ke laut. Bila toh masih ada MM38 Exocet yang terpasang, jelas tidak lagi memberi efek deteren. Dalam program upgrade dan re powering, TNI AL disebut-sebut sudah mencanangkan untuk mengganti MM38 Exocet dengan rudal C-802 buatan Cina.
Adopsi C-802 pada KCR Mandau Class menjadikan kapal perang ini punya kemampuan yang sejajar dengan daya pukul frigat Van Speijk yang beberapa diantaranya dibekali C-802, kapal perang TNI AL lainnya yang menggunakan rudal C-802 adalah FPB (Fast Patrol Boat)-57 Nav IV dan Nav V. Sementara jenis KCR 60 dan KCR 40 dipasang dengan tipe rudal C-705. Namun, sayangnya hingga tulisan ini dibuat belum terlihat satu pun dari keempat Mandau Class yang dipasangi peluncur rudal C-802.
KRIMandau621
Tampilan mock up C-802
Tampilan mock up C-802

Kombinasi Mesin Turbin dan Diesel
Keunggulan dari KCR Mandau Class adalah penggunaan dua jenis mesin. Yakni dua mesin diesel MTU 12V331 TC81 dan sebuah mesin gas turbin GE (General Electric)-Fiat LM2500. Mesin diesel digunakan saat kapal melaju dengan kecepatan rendah, aktivasi mesin diesel turut mengehamt konsumsi bahan bakar. Sementara mesin turbin diaktifkan saat kapal ingin mencapai kecepatan maksimal, tentu dengan konsekuensi konsumsi bahan bakar lebih boros.
Mesin gas turbin memang lebih boros. Saat kapal dengan dua propeller ini melaju pada kecepatan 20 knots maka bahan bakar yang dibutuhkan adalah tiga ton per jam. Bila kecepatan ditingkatkan ke angka 30 knots maka kebutuhan bahan bakar melonjak jadi empat ton per jam. Saat mencapai kecepatan maksimal tercatat kapal butuh pasokan lima ton bahan bakar per jam. Sementara dengan menggunakan mesin diesel, pada kecepatan normal 12 knots, kapal cukup membutuhkan bahan bakar sebanyak sembilan ton untuk kebutuhan berlayar selama sehari penuh. (Gilang Perdana)

Spesifikasi KCR Mandau Class
  • Panjang : 53,58 meter
  • Beam : 8 meter
  • Draught : 1,63 meter
  • Kecepatan maksimum : 41 knots
  • Kecepatan jelajah : 12 knots
  • Jarak jelajah : 4.630 Km pada kecepatan 17 knots
  • Mesin : 1 – GE-Fiat LM-2500 gas turbine dan 2 – MTU 12V331 TC81 diesel engine
  • Bobot kosong : 255 ton
  • Bobot tempur : 290 ton
  • Awak kapal : 43 termasuk tujuh perwira
Indomil.

Menkopolhukam Benahi Keamanan Laut

Uji coba (sea trial) dua kapal patroli Bakorkaml di sekitar perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)
Kapal patroli Bakorkamla di  Perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)

Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijanto diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan oleh Presiden Joko Widodo. Tedjo pun menyatakan akan segera membentuk Badan Keamanan Laut (Bakamla).
“Polhukam jadi ujung tombak di darat, tetapi di laut, terkait Bakorkamla. Sudah dipercayakan di Polhukam. Kita akan buat PP akan menjadi Bakamla. Saya akan bentuk Bakamla,” kata Tedjo dalam sambutannya di acara Sertijab di Kemenkopolhukam, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakpus, Selasa (28/10/2014).
Tedjo pun mengucapkan terima kasih kepada Djoko Suyanto yang telah bekerja sebagai Menkopolhukam dengan baik. Djoko hadir bersama istrinya dalam acara sertijab ini.
“Mohon dukungannya, apa yang telah dilakukan pak Djoko akan kita teruskan dan arahan-arahan Presiden juga akan kita lakukan. Tapi kita sersan aja, serius tapi santai. Pak Djoko di penerbang instruktur saya. Banyak pengalaman saya dengan beliau yang lucu-lucu,” tambah mantan KSAL itu.
Bakamla ini sendiri merupakan revitalisasi dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang terbentuk pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Sekjen Bakorkamla Dicky R Munaf, tanggung jawab Bakamla nanti langsung kepada Presiden Jokowi.
“Tanggung jawab Bakamla langsung ke Presiden tapi koordinasi dengan kementerian terkait, memutuskan koordinasi dalam Kemenkopolhukam. Jadi Bakamla tak hanya sekedar maritim. Bakamla revitalisasi Bakorkamla, bukan membuat lembaga baru,” kata Dicky di lokasi yang sama.
Menurut Dicky, stake holder Bakamla adalah yang terkait di bidang kemanan. Seperti TNI, Polisi, Bea Cukai, dan BIN. Meski begitu, Bakamla ini masih menunggu PP dan Kepres yang nantinya akan dikoordinasikan oleh Tedjo Edhy sebagai Menkopolhukam.
“Langkah pertama, PP membentuk Bakamla, Pak Menko akan koordinir. Setelah itu Kepres terkait personilnya. Tak perlu penambahan personil. TNI, Polri yang kita berdayakan. PNS analis untuk mendukung deteksi peringatan dini. 600 personil per setahun, saat operasi 8000 orang,” Dicky menjelaskan.
“Bakamla wajib mengarahkan setiap proses hukum, ketepatan dan tegas agar tidak ada penegakan hukum yang berlarut-larut. Seperti Presiden sampaikan, ketegasan hukum penting. Info intelijen penting, seperti potensi pelanggaran, kita bisa melakukan pencegahan di darat saja,” tutupnya. (Detik.com).