Selasa, 30 September 2014

TNI akan unjuk kekuatan alutsista di Surabaya

TNI akan unjuk kekuatan alutsista di Surabaya
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
 
Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan unjuk kekuatan alat utama sistem senjata dalam perayaan HUT TNI ke-69 di Dermaga Ujung Armatim, Surabaya, Jawa Timur pada 6-7 Oktober 2014.

"Kita akan show of force pada HUT TNI nanti. Ini Sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat," kata Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko setelah membuka kejuaraan lomba unjuk gelar dan konser harmoni piala Panglima TNI 2014 di GOR Ahmad Yani Mabes TNI, Selasa.

Moeldoko mengatakan, unjuk kekuatan alutsista pada saat HUT TNI untuk menunjukkan kepada dunia internasional kekuatan pertahanan yang dimiliki Indonesia.

"Kepada semuanya baik di kawasan, internasional maupun dunia. Bahwa TNI memiliki kekuatan yang cukup. Jadi jangan macam-macam dengan TNI," katanya.

Moeldoko mengatakan, dengan kemampuan alutsista yang sudah dimiliki dan digelar secara bersamaan, juga sekaligus membuktikan pertanggungjawaban kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Pertanggungjawaban selama kepemimpinan beliau (SBY) kepada masyarakat. Panglima TNI memamerkan sebagai wujud kekuatan biar prajurit bangga. Masyarakat bangga memiliki TNI dan memberikan pesan bahwa TNI memiliki tingkat kekuatan cukup baik," ucapnya.

Terkait perayaan HUT, TNI AL dipastikan akan memperlihatkan tiga kapal perang baru jenis frigate yang masing-masing diberi nama KRI Bung Tomo, KRI Usman Harun dan KRI John Lie.

Dua kapal terakhir yang disebutkan diketahui telah tiba di Surabaya, menyusul KRI Bung Tomo yang telah bersandar di lokasi lebih awal.

KRI Bung Tomo-357, KRI John Lie-358 dan KRI Usman Harun-359 merupakan Kapal Perang produksi BAE System Maritime Naval Ship Inggris yang dibeli oleh pemerintah Indonesia.

Ketiga kapal ini memiliki spesifikasi berat 1.940 ton dengan panjang keseluruhan 95 meter, lebar 12,8 meter menggunakan tenaga penggerak mesin 4 X Man B&W ruston diesel engine yang dapat memacu kecepatan mencapai 30 knot dengan daya jelajah 9.000 km.

Adapun persenjataan dimiliki ketiga kapal ini antara lain meriam Oto Melara 76 mm, dua meriam MSI Defence DS 30 B REMSIG 30 mm, peluncur triple BAE System kaliber 324 mm yang berfungsi untuk perang atas air, enam belas tabung peluncur peluru kendali permukaan ke udara VLS MBDA VLS Mica (BAE System), dua tabung peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exoxet.

Selain itu, dilengkapi pula perangkat "sensor elektro optic weapon director" bernama Radamec 2500 yang dapat memantau lima sasaran sekaligus dari jarak 18.000 meter.

Sementara itu, TNI Angkatan Udara memamerkan seluruh kekuatan udaranya yang terdiri dari pesawat helikopter, pesawat angkut, pesawat latih maupun pesawat tempur serta unsur Kohanudnas dan Paskhas.

Pesawat helikopter terdiri dari pesawat Bell G-47 Solloy, EC 120 Colibri, SA-330 Puma dan NAS-332 Super Puma. Pesawat angkut terdiri dari Cassa-212, CN-235, CN-235 Maritime Patrol, CN-295, C-130 Hercules, Boeing 737-200 Maritime Patrol, Boeing 737-200 VIP, dan Being 737-400 VIP.

Sedangkan pesawat latih terdiri dari C-34 Charly, Grob G-120 TP-A, dan KT-1B Wong Bee. Sedangkan unsur pesawat tempur terdiri dari EMB-314 Super Tucano, F-5 Tiger II, Hawk 109/209, F-16 A/B, F-16 C/D, T-50 Golden Eagle dan SU-27/30 Sukhoi.

Sementara Kohanudnas menampilkan Radar C-MOG, radar cuaca mobil, dan ATC mobil, serta Korpaskhas menampilkan Satuan antiteror Den Bravo90, Rudal Hunter, Rudal QW serta senjata teranyar Skyshield Misille Gun 35 mm MK-2.

Van Speijk Class: “Benteng Laut Nusantara” – Tiga Dasawarsa Flagship Armada Eskorta TNI AL

KRI Yos Sudarso 353
KRI Yos Sudarso 353

Meski saat ini terus berdatangan kapal perang Eskorta baru untuk TNI AL, seperti korvet SIGMA Class dan korvet Bung Tomo Class, tapi identitas kekuatan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL masih begitu lekat pada sosok frigat Van Speijk Class. Usia frigat ini memang tak muda lagi, karena diproduksi pada kurun waktu 1967 – 1968. Tapi untuk urusan penugasan dan operasional tempur, justru Van Speijk Class  dipercaya jadi maskot unjuk kekuatan TNI AL. Eksistensi Van Speijk Class saat operasi pembebasan MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia pada Maret 2011, serta kemampuannya sebagai platform peluncuran rudal Yakhont, menjadikan nama Van Speijk masih amat diperhitungkan.
Bagi Gugus Tempur Laut TNI AL, keberadaan frigat Van Speijk sangat vital, pasalnya di lini frigat, inilah jenis frigat terbanyak yang dimiliki TNI AL, yakni ada enam unit. Lini frigat lainnya memang ada, yaitu Fatahillah Class, namun hanya tiga unit. Sebelumnya TNI AL punya frigat Tribal Class buatan Inggris, jumlahnya ada 3 unit. Selain itu, kini masih ada frigat latih KRI Ki Hajar Dewantara 364. Merujuk ke referensi internasional, kini frigat Van Speijk disebut sebagai Ahmad Yani Class (mengikuti penamaan kapal pertama di antara sejenis atau lead ship/KRI Ahmad Yani 351). Meski demikian, masih banyak pula yang menyebutnya dengan label asli, Van Speijk.
KRI Ahmad Yani 351
KRI Ahmad Yani 351
08022010818
KRI Yos Sudarso 353 melepaskan rudal Harpoon.

Merujuk ke sejarahnya, frigat Van Speijk merupakan varian dari frigat Leander Class (Type-21) buatan Inggris. Sebanyak 26 kapal dibangun untuk Royal Navy (AL Inggris). Belanda membuatnya sebanyak enam unit dengan melisensi dengan struktur maupun mekanikalnya. Perbedaan ada pada sistem manajemen tempur terutama radar yang dibuat Belanda sendiri.
Dalam hal lisensi Belanda tidak sendiri. Australia menempuh langkah serupa dengan membangun enam kapal berdesain serupa yang dinamai River class. Begitu pula India membuat sendiri (lisensi) sebanyak enam unit dan dinamai Nilgiri class. Sekadar catatan, INS Nilgri merupakan kapal perang kelas frigat pertama yang dibangun secara mandiri oleh India.
Leander class mulai operasional tahun 1965, disusul Van Speijk class yang berdinas 1965. Pembangunannya berangkat dari kebutuhan mendesak NATO akan sekelompok frigat yang mampu bergerak cepat, tidak terlalu berat namun cukup untuk melaksanakan pengawalan di wilayah Laut Utara. Persenjataannya pun dirancang cukup lengkap sehingga jika diperlukan mampu beroperasi secara mandiri tanpa harus mekakukan formasi.
KRI Oswald Siahaan 354.
KRI Oswald Siahaan 354.
KRI Slamet Riyadi 352.
KRI Slamet Riyadi 352.

Bila menilik tahun usianya, kapal perang buatan Belanda ini merupakan alutsista yang usianya sudah cukup tua. Meski demikian, letalitasnya tetap harus diperhitungkan siapa saja yang mencoba jadi lawannya, lantaran TNI AL secara berkala melakukan peningkatan kemampuan tempur pada kapal yang pernah jadi andalan armada Belanda di tahun 60-an ini.

Program Repowering
Secara teknis, usia kapal perang permukaan (surface warship) memang bisa sangat panjang. Namun sekali lagi hal itu sangat tergantung dari perawatan dan peningkatan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya (propulsi, sensor, manajemen tempur, serta senjata). Mulai 1986, keenam Van Speijk Class mulai dipensiunkan secara bertahap oleh AL Belanda dan dijual ke Indonesia. Dari sisi tenaga, aslinya Van Speijk class dan Leander class ditenagai sepasang mesin turbin uap (steamed turbin) yang mampu menyemburkan daya sebesar 30.000 shp. Daya sebesar itu mampu menggeber kapal hingga 28 knots (52 km per jam). Tentu soal kecepatan menjadi poin penting, mengingat salah satu tugas kapal ini sebagai pemburu kapal selam Uni Soviet.
Ilustrasi grafis saat Van Speijk masih menjadi milik AL Belanda.
Ilustrasi grafis saat Van Speijk masih menjadi milik AL Belanda.
Harus diakui jika mesin turbin uap tergolong berat, relatif boros bahan bakar, dan keseluruhan sistemnya makan tempat serta cenderung sulit dalam perawatan. Menyikap hal tersebut, TNI yang punya budget serba ngepas, secara bertahap mulai tahun 2003, mulai melakukan penggantian sistem propulsi sebagai bagian dari upaya peningatan performa Van Speijk class. Proyek pertama dimulai pada KRI Karel Satsuit Tubun 356 yang diganti mesinnya dengan jenis diesel Caterpillar CAT DITA, disusul kapal lainnya dalam kurun 2007 – 2008.
Pengecualian ada pada KRI Oswald Siahaan 354 yang mesinnya diganti dengan diesel SEMT Pielstick, mirip (meski dari sub tipe berbeda) dengan yang mentenagai korvet SIGMA class TNI AL. Dengan repwering, kini Van Speijk class mampu ngebut 24 knots (45 km per jam). Memang agak turun kemampuan pada kecepatan dibandingkan mesin turbin uap, namun daya jelajahnya meningkat lantaran lebih irit konsumsi bahan bakar. Akselerasi dan kelincahan kapal pun lebih baik lantaran respon semburan tenaga mesin diesel lebih cepa ketimbang turbin uap.

Upgrade Rudal Hanud
Urusan persenjataan tentu saja tak dilupakan. Dari Belanda, sejatinya sudah ada peningkatan persenjataan sebelum dijual ke Indonesia secara bergelombang mulai tahun 1986. Aslinya, Van Speijk saat digunakan AL Belanda menggunakan Twin mount gun kaliber 113 mm, dan saat dijual ke Indonesia memang sudah diganti dengan meriam reaksi cepat OTO Melara (sekarang Otobreda) kaliber 76 mm yang sudah battle proven. Meriam ini jenis ini juga menjadi senjata andalan pada sisi haluan korvet SIGMA TNI AL.
OTO Melara 76 mm pada haluan Van Speijk Class.
OTO Melara 76 mm pada haluan Van Speijk Class.
Rudal Seacat dilepaskan dari Van Speijk Class.
Rudal Seacat dilepaskan dari Van Speijk Class.
Beberapa kali Seacat difungsikan sebagai target untuk penembakan rudal hanud yang baru.
Beberapa kali Seacat difungsikan sebagai target untuk penembakan rudal hanud yang baru.
Rudal Mistral dengan peluncur Simbad pada Van Speijk Class.
Rudal Mistral dengan peluncur Simbad pada Van Speijk Class.

Untuk urusan rudal anti kapal, aslinya saat diterima dari Belanda, Van Speijk dibekali rudal jenis RGM-84 Harpoon produksi McDonnell Douglas, AS. Sementara rudal hanud (pertahanan udara)-nya dipercayakan dari jenis SHORAD Seacat buatan Inggris. Dan ketika usia pakai kedua senjata tersebut sudah berakhir, TNI AL pun telah mengambil langkah strategis untuk melakukan penggantian.
Untuk rudal hanud Seacat, diganti dengan Simbad air defence missile system. Simbad merupakan sistem rudal hanud yang dioperasikan secara manual dengan peluncur ganda. Simbad memakai platform rudal Mistral buatan Perancis. Rudal ini berdimensi lebih ringkas dengan jangkauan tembak sekelas Seacat. Sistemnya pun sudah modular, sehingga jika diperlukan Simbad dapat diganti dengan peluncur Tetral, jenis SAM yang digunakan pada korvet SIGMA class TNI AL.

Helikopter
Saat berdinas di AL Belanda, Van Speijk disandingkan dengan helikopter AKS (Anti Kapal Selam) jenis Westland Lynx. Namun, saat Van Speijk menjadi milik TNI AL, varian helikopternya turun kelas. Meski tetap menggunakan jenis helikopter AKS, tapi yang digunakan adalah Westland Wasp. Kedua helikopter AKS ini sama-sama buatan Inggris, bedanya usia Wasp sudah lebih tua dan kuno. Dibandingkan kapal perang TNI AL lainnya, maka Van Speijk punya perlakuan khusus untuk heli, yakni dengan adanya fasilitas hangar.
NBO-105 mendarat di deck Van Speijk Class.
NBO-105 mendarat di deck Van Speijk Class.
Untuk operasi khusus, NBO-105 TNI AL dipasangi doorgun.
Untuk operasi khusus, NBO-105 TNI AL dipasangi doorgun.
GPMG FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai doorgun NBO-105 TNI AL.
GPMG FN MAG kaliber 7,62 mm sebagai doorgun NBO-105 TNI AL.

Saat Puspenerbal TNI AL memensiunkan Wasp, sebagai penggantinya adalah helikopter NBO-105C rakitan PT Dirgantara Indonesia. Sayangnya, NBO-105 TNI AL tidak punya kemampuan AKS. NBO-105 cukup lama menjadi bagian dari frigat Van Speijk. Karena tak punya kemampuan AKS, paling banter helikopter ringan ini dipakai untuk dukungan misi SAR, intai terbatas, dan bantuan tembakan udara ringan, dengan dipasangkannya door gun berupa senapan mesin FN MAG kaliber 7,62 mm. Besar harapan, bila nantinya peran NBO-105 dapat digantikan helikopter AKS terbaru TNI AL, AS 565 Panther.
Walau NBO-105 TNI AL tak punya kemampuan AKS, tapi kiprah helikoper ini cukup lekat bagi armada Van Speijk. Di tahun 1992, helikopter ini wara wiri dalam operasi Aru Jaya dalam mengusir kapal feri Lusitania Expresso dari Portugal. Dan kiprah yang paling gress dalam memberi bantuan tembakan bagi Satgas Gultor TNI saat memburu perompak Somalia. NBO-105 yang lepas landas dari KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355. Dalam operasi air cover tersebut, NBO-105 dipasangi GPMG FN MAG 7,62 mm dan pemembak sniper. Dalam operasi militer yang dramatis ini, TNI AL mengerahkan dua Van Speijk Class, yakni KRI Yos Sudarso 353 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355 sebagai kapal komando.

Rudal Anti Kapal
Pasca pensiunnya rudal Harpoon, maka TNI AL kini memasang dua pilihan jenis rudal anti kapal. KRI Oswald Siahaan 354 menjadi yang terdepan, dengan mengadopsi rudal anti kapal tercanggih dan paling ditakuti di Dunia, yaitu rudal supersonic P-800 Yakhont yang hingga kini belum ada tandingannya di kalangan Barat. Perihal profil dan kecanggihan Yakhnont telah kami bahas tuntas di artikel terdahulu. Selain KRI Oswald Siahaan 354, lima Van Speijk lainnya menggunakan rudal anti kapal besutan Cina, yaitu rudal C-802. Mengenai sepak terjang rudal C-802 yang digunakan Iran dan ditakuti AS ini pun telah kami bahas tuntas di artikel terdahulu.
Rudal C-802 sebagai pengganti Harpoon.
Rudal C-802 sebagai pengganti Harpoon.
355_KRI_Abdul_Halim_Perdanakusuma_C_802
KRI Karel Satsuit Tubun 356.
KRI Karel Satsuit Tubun 356 – “Benteng Laut Nusantara”
KRI Karel Satsuit Tubun 356.
KRI Karel Satsuit Tubun 356.

Di luar semuanya itu, meski dipercanggih sampai bagaimana pun, namanya usia pakai pastilah akan tiba garis akhirnya. Kini praktis tinggal TNI AL yang mengeoperasikan turunan keluarga Leander class. Setelah sebelumnya AL India memensiunkan kapal perang jenis ini pada awal 2012. AL Selandia juga mengakhiri masa bakti frigat ini pada tahun 2005 silam.
Ada kenangan tersendiri untuk KRI Karel Satsuit Tubun (KST) 356, penulis di sekitar tahun 1997 pernah mengunjungi kapal perang tersebut saat bersandar di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya. Saat itu, Van Speijk masih tampak dipasangi rudal Harpoon, dan yang menarik perhatian di dalam kapal terdapat kios kecil yang menjual pernak pernik frigat, kesempatan emas pun tak dilewatkan, beberapa gantungan kunci dan stiker logo bertuliskan “KRI Karel Satsuit Tubun 356 – Benteng Laut Nusantara” langsung kami beli sebagai kenang-kenangan. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Van Speijk Class
Bobot standar : 2.200 ton
Bobot Tempur Maks : 2.850 ton
Dimensi : 113,4 x 12,5 x 5,8 meter
Propulsi Awal : two geared steam turbines delivering 22,370kW (30,000shp) to two shafts.
Propulsi Baru : 6 have now been re-engined with Caterpillar (5 ships) or SEMT-Pielstick Diesels (1 ship)
Kecepatan mesin lama : 28,5 knots.
Kecepatan mesin baru : 24 knots.
Jangakauan maks : 8.100 km dengan kecepatan 12 knots
Awak kapal : 180
Sensors and processing systems: Radar: LW-03, DA-02, M45, M44
Sonar: Types 170B, 162
Combat system: SEWACO V

TNI AU Menerima F-16 C 52ID Gelombang Kedua

http://tni-au.mil.id/sites/default/files/imagecache/body/2014-09/P1300349.jpg
Dua pesawat F-16 C 52ID TNI AU pengiriman tahap kedua sudah mendarat dengan selamat di Lanud Iswahjudi Madiun pada hari Sabtu (27/9) siang pukul 11.18 WIB setelah meninggalkan Andersen AFB Guam tepat 5 jam 18 menit sebelumnya.  Kedua pesawat diawaki penerbang dari Tucson Air National Guard dengan nomer ekor TS-1641 dan TS-1643. Kedua pesawat  F-16 C lepas landas dari Andersen AFB Hawaii pukul 11.00 waktu setempat (06.00 WIB) selanjutnya terbang dikawal pesawat tanker KC-10 sampai Laut Jawa. Dan akhirnya  pada leg leg terakhir tanggal 27 September kedua pesawat mendarat pada pukul 11.18 WIB  di lanud Iswahjudi Madiun dan  langsung diparkir di hanggar Skadron Udara 3.
Perjalanan ditempuh dengan ketinggian 25.000 kaki pada kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati Samudera Pasifik yang tenang sebelum memasuki wilayah Indonesia. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dg pesawat KC-10 dari Travis dengan lima kali pengisian bahan bakar di udara.
Pesawat touchdown di RW 17 Lanud Iswahjudi pada pkl 11.18 WIB dan langsung menuju Hanggar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest”.Kedua penerbang diterima oleh Komandan Lanud Iswahjudi yang didampingi segenap pejabat lanud lainnya disamping para penerbang dari berbagai skadron tempur yang berkumpul di Lanud Iswahjudi. Pesawat-pesawat terbaru ini rencananya akan memperkuat  formasi Fly Past untuk  memeriahkan HUT TNI ke-69 pada tanggal 7 Oktober 2014 di Surabaya
Kedua pesawat memulai perjalanan panjang melintasi separuh bumi, dengan berangkat dari Hill AFB Utah pada hari Senin (22/9) pukul 11.20 waktu setempat dan terbang melintasi Samudera Pasifik selama enam jam dengan lima kali air refueling berhasil mendarat di Hickham AFB Hawaii pada pukul 13.05. Selanjutnya para awak pesawat istirahat sehari Hawaii sebelum melanjutkan perjalanan menuju Andersen AFB Guam.  pada hari Rabu (24/9).  Kedua pesawat F-16 C lepas landas dari Hickham AFB Hawaii pukul 11.06 waktu setempat (04.06 WIB) dengan dikawal pesawat tanker KC-10 dan delapan jam kemudian pada pukul 14.55 siang waktu Guam mendarat di Andersen AFB.
Kedatangan kedua [esawat merupakan bagian dari Proyek “Peace Bima Sena II” yaitu pengadaan 24 pesawat F16 C/D-52ID. Seluruh pesawat yang aslinya pesawat F-16 C/D block 25 menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” disamping  modernisasi sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah.
Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi atau diganti menjadi baru dan mission computer canggih baru sebagai otak pesawat  ditambahkan agar lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat dan ampuh.
Pelaksanaan regenerasi meliputi structural/airframe upgrade pesawat hingga mencapai masa usia pakai (service life) optimal. Tidak hanya itu, seluruh mesin pesawat  tipe   F100-PW-220/E  telah menjalani  upgrade menjadi baru kembali, khususnya dengan pemasangan system DEEC (Digital Electronic Engine Computer) baru dan Augmentor Engine baru yang usia pakainnya dua kali lebih lama. Dan yang terpenting modernisasi avionic pesawat akan meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 52.
Upgrade pesawat F-16 C/D 52ID ini yang meliputi Modernisasi dan upgrade avionic dan engine pesawat dilaksanakan untuk  meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 50/ 52, khususnya dengan pemasangan “otak dan syaraf” baru  pesawat yaitu  Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang juga dipakai Block 52+, demikian pula radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan kemampuan sesuai system baru yang dipasang. Juga Improved Modem Data Link 16 untuk komunikasi data canggih,  Embedded GPS/ INS (EGI) block-52  yang menggabungkan fungsi  GPS dan INS dan berguna untuk penembakan JDAM (Bomb GPS),  Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213,  Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV serta Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan  Chaffs/ Flares anti radar/anti rudal. Sedangkan kemampuan radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan agar mampu mendukung peralatan dan system baru yang dipasang.
Pesawat ini cukup handal dalam pertempuran udara  karena disamping lincah maka  F-16 C/D 52ID TNI AU juga juga dilengkapi senjata canggih rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder L/M/X dan IRIS-T  (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C untuk scenario pertempuran “Beyond Visual Range”.  Untuk menyerang sasaran permukaan pesawat dilengkapi kanon 20 mm, bomb standar MK 81/ 82/ 83/ 84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar),  Improved Data Modem Link 16, Head Up Display layar lebar terbaru yang kompatibel dengan Helmet Mounted Cueing System dan Night Vision Google. Dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/ Litening, memungkinkan pesawat untuk operasi tempur malam hari serta mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.
Kemampuan sistem avionic canggih dan senjata udara modern serta keunggulan daya jangkau operasi pesawat ini memungkinkan untuk menghadang setiap penerbangan gelap atau menghantam sasaran permukaan,  baik di luar atau dalam wilayah kedaulatan kita, pada saat siang atau malam hari tanpa kesulitan.
TNI Angkatan Udara merencanakan armada baru F-16 C/D 52ID ini akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru. Diharapkan pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah siap dioperasikan maka Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan tehnologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID niscaya akan sangat membantu memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU agar mampu mengungguli kekuatan udara para pesaing negara kita.    Pesawat-pesawat canggih ini akan  menambah kekuatan tempur  TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung Air Power (Kekuatan Dirgantara) kita demi  menjaga Keamanan Nasional Indonesia. (tni-au.mil.id)

Jajaran KRI produksi dalam negeri

Kita harus bangga dengan kemampuan anak anak bangsa dalam mewujudkan kemandirian bangsa di bidang maritim terutama pembuatan kapal untuk TNI AL.
FPB-57 atau Fast Patrol Boat 57 m adalah sebuah rancangan kapal patroli yang dibuat oleh Jerman. Pada perjanjiannya  PT. PAL yang awalnya hanya merakit kapal ini di  Surabaya, dan kemudian akhirnya PT PAL dpt memperoleh hak untuk memproduksi rancangan kapal ini
Kapal Patroli Cepat FPB 57 Nav I
Yg termasuk kapal kelas ini : KRI KAKAP 811, KRI KERAPU 812, KRI TONGKOL 813, KRI BARAKUDA

http://www.tni.mil.id/mod/news/images/normal/kri-barakuda-26-7-11.gif
(dok photo :www.tni.mil.id)

Kapal Patroli  Cepat kelas Torpedo FPB 57 Nav II
KRI Andau 650, KRI Singa 651, KRI Tongkak 652 dan KRI Ajak 653

dok photo www.lensaindonesia.com
Kapal Patroli Cepat FPB 57 Nav IV
KRI Pandrong 801 dan KRI Sura 802

http://www.tni.mil.id/mod/news/images/normal/kri%20padrong.jpg(dok photo : http://www.tni.mil.id)

Kapal Patroli Cepat FPB 57 Nav V
KRI Todak 803, KRI Hiu 804, KRI Layang 805 dan KRI Lemadang 806

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d0/KRILayang805.JPG
(dok photo KRI Layang-805 saat meluncurkan rudal C-802 : http://upload.wikimedia.org)

Armada Patroli

Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) TNI AL, mempunyai panjang 39-40 meter
Patroli cepat 36-40 meter Fiberglass yg terdiri
dari kelas Boa 9 bh, kelas Viper 5 bh, kelas Kobra 5 bh , kelas Tarihu 4 bh .
Persenjataan rata rata menggunakan
  • 1 kanon Oerlikon 20/70 kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 250-320 rpm, jangkauan 4,3 Km dan senapan mesin kaliber 12,7mm


http://store.tempo.co/cover/medium/foto/2004/12/01/s_UI04080683.jpg
(dok photo :http://store.tempo.co)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSD6YsgThHPgppKf7oNG495q6gxJynFXe5USR-BU7v232rbOQXUBBWtkF4nNb1s0-xFqntkkf_pkmWSD3kDtOpnRrwNFWkhkvjG-RdVNfOasiK7bKF9ViqGaMXnADbybOsFMN4qg3wkb4/s1600/KRI+808+WELANG+-+GRFP+
Kapal Patroli Cepat 43 Meter (5 September 2013)
Menteri Pertahanan RI dan Panglima TNI beserta rombongan adalah untuk me-launching 2 (dua) buah kapal patroli Jenis PC 43 yakni KRI Pari – 849 dan KRI Sembilang – 850 kedua kapal tersebut adalah karya tangan putra bangsa, produksi dalam Negeri yang diproduksi oleh PT. Palindo Marine, Tanjung Uncang, Batam.
Kedua kapal patroli jenis PC 43 ini memiliki panjang 43 Meter, Lebar 7,4 Meter memiliki mesin 3×1800 HP (Marine Diesel) dengan kecepatan Max 28 Knot serta memiliki ketahanan dalam kemampuan layar selama 4 (empat) hari.  KRI Pari – 849 akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Komando Armada RI Kawasan Timur  (KOARMATIM), sedangkan KRI Sembilang – 850 akan memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (KOARMABAR) di wilayah pangkalan utama Angkatan Laut (Lantamal) II Padang, Sumatra Barat.
Kapal patroli Jenis PC 43 KRI Pari 849 dan KRI Sembilang 850 dilengkapi dengan Senjata Kanon Kaliber 30 mm sebagai senjata utama di haluan kapal dan Senjata Mesin Berat Kaliber 12.7 mm pada buritan kapal tersebut. (www.tni.mil.id)

http://batampos.co.id/wp-content/uploads/2013/09/Kapal-Patroli-Cepat.jpg
(batampos.co.id)
Kapal Patroli Cepat 40 meter bahan alumuniun (Desember 2008)
KRI Krait (827) adalah jenis kapal perang patroli kelas PC-40 yang merupakan hasil desain dari Fasharkan TNI AL Mentigi dan dibangun bekerja sama dengan PT BES Batam. Kapal perang ini memiliki panjang badan 40 meter dan dirancang untuk sanggup melaju hingga kecepatan 20 knot didorong oleh 2 unit mesin diesel berkekuatan 1250 HP. Badan kapal terbuat dari aluminium alloy.

 
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjekATunwGXSIOh1hta04nvbjfqAnajlfyiCtONBqcWh4cJtpPucvn7l5Dhdw9vEH4ZPr9F-W7OnKwU002jYoWLqY6YMJWfGq0Ot9wrCvzb_5SuK87cxqLD2OgonWBwTICsZnhJKtJGpNs/s400/PC-40D.jpg

Kapal cepat rudal/kapal patroli ( 40 m)
KRI Clurit 641, KRI Kujang 642, KRI Beladau  dan  KRI Alamang (644),  Kapal jenis KCR-40 ini terbuat dari baja khusus High Tensile Steel pada bagian hulu dan lambung kapal.  Sementara untuk bangunan atas kapal menggunakan Aluminium Alloy, produksi PT Citra dan Palindo Marine Shipyard Batam.

Baru baru ini Sabtu 27 september 2014,
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menerima dan meresmikan lima unit Kapal Perang Indonesia (KRI) buatan dua perusahaan galangan kapal Batam, Sabtu (27/9) siang. KRI yang diresmikan itu di antaranya KRI Surik-645, KRI Siwar-646, KRI Parang-647 dan KRI Terapang-648 dan KRI Sidat-851.
Lima unit KRI perang itu semuanya asli buatan Batam.  KRI Surik 645, KRI Siwar 646 dan KRI Parang 647 dibuat oleh PT Palindo Marine di Tanjunguncang. Sedangkan KRI Sidat dan KRI Teripang dibuat PT Citra Shipyard.
Purnomo mengatakan, lima KRI yang diterima dan diluncurkan itu merupakan jenis kapal cepat cepat rudal (KCR). Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan sistem persenjataan modern yang dikenal dengan sensor weapon control (sewaco). Di antaranya meriam kaliber 30 MM, 6 laras panjang sebagai sistem pertempuran jarak dekat dan 2 set rudal C-705.
Bagian lambung KCR ini terbuat dari baja khusus high tensile steel. Kapal dengan sistem pendorong fixed propeller lima daun itu juga dilengkapi dua unit senjata kaliber 20 MM di anjungan kapal. ”Empat KRI yang diluncurkan sudah resmi masuk jajaran armada TNI,” kata Purnomo  di Pelabuan Batuampar. (www.jpnn.com)
KRI Parang, satu dari 5 KRI buatan galangan kapal Batam yang diluncurkan Menhan Purnomo Yusgiantoro Sabtu (27/9). </p><br /><br /><br /><br />
<p>Foto: Dalil Harahap/Batam Pos/JPNN
(www.jpnn.com)
Kapal cepat rudal yang mempunyai panjang 60 meter, terdiri KRI Sampari 628, KRI Tombak 629, KRI Halasan 630
“KCR 60 meter ini pengembangan dari kapal patroli cepat (FPB-57) yang telah kami bangun sebelumnya,” ujarnya.
Sebelumnya, jelas dia, pihaknya telah menyerahkan KCR-60 meter pertama, yang dibaptis dengan nama KRI Sampari-628 pada 28 Mei lalu, diikuti KRI Tombak-629 pada 27 Agustus 2014.
Selanjutnya KCR 60/KRI Halasan-630 itu dibaptis dan diresmikan Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro.
Sumber : www.antaranews.com
photo.sindonews.com
 PT PAL serahkan kapal W000275 ke TNI AL
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro (kiri), bersama Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan (kedua kiri), dan Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah Arifin (tengah), usai berkunjung geladak KRI Halasan-630 jenis Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 Meter, di Surabaya, Rabu (17/9). KRI Hasalan-630 yang merupakan kapal perang jenis KCR-60 Meter terakhir pesanan TNI AL itu, menambah jajaran armada laut dalam mengamankan wilayah Indonesia. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)

Armada Pendukung  :

Landing Platform Dock
LPD (Landing Platform Dock) seperti KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593, Keduanya dibangun di PT PAL Indonesia
KRI Banjarmasin-592 merupakan salah satu dari empat kapal LPD yang dipesan TNI Angkatan Laut. Dua unit kapal dikerjakan di Korea Selatan yaitu KRI Makasar-590 dan KRI Surabaya-591, sedangkan dua unit lainnya yaitu KRI Banjarmasin-592 dan KRI Banda Aceh-593 dikerjakan di galangan kapal PT PAL Surabaya dengan menerapkan prinsip transfer of technology (ToT) dengan pengawasan tenaga ahli dari galangan kapal Dae Sun Shipbuilding, Korea Selatan.
Seperti halnya kapal jenis LPD lainnya, KRI Banjarmasin-592 mampu menampung lima helikopter, tiga helikopter di dek, dan dua helikopter di dalam hanggar. Kapal ini juga dirancang mampu mengangkut 22 tank, juga dapat mengangkut kombinasi 20 truk dan 13 tank, 560 pasukan, dan 126 awak. Selain berfungsi untuk memobilisasi pasukan, kapal sepanjang 125 meter x 22 meter ini juga dapat digunakan untuk fungsi Operasi Militer Selain Perang (OMSP), seperti membawa logistik ke daerah bencana alam, operasi kemanusiaan, dan lainnya. KRI Banjarmasin-592 memiliki berat 7.300 ton, dan dapat melaju maksimal hingga kecepatan 15,4 knot. Sebagai kapal perang TNI AL, KRI Banjarmasin-592 dipersenjatai dengan satu unit meriam kaliber 57 mm, dan dua unit meriam kaliber 40 mm. (www.tnial.mil.id)
Landing Ship Tank
Kelas LST 117 meter (LST)
buatan PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari (kemenhan pesan 2 bh), Jakarta dan ke PT. Daya Radar Utama (KRI Teluk Bintuni)
Lampung – Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal jenis “landing ship tank” (LST), yakni Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Bintuni 520 yang merupakan hasil produksi industri galangan kapal dalam negeri.
KRI Teluk Bintuni 520 memiliki panjang 120 meter, dapat mencapai kecepatan 16.000 knot, didukung dua unit mesin yang masing-masing berkapasitas 3.285 KW.
Kapal yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 160 miliar dan dikerjakan selama 16 bulan ini mampu mengangkut hingga 10 unit tank Leopard buatan Jerman seberat 62,5 ton ditambah 120 orang awak kapal dan 300 orang pasukan. (BeritaSatu.com).
KRI Teluk Bintuni | http://www.saibumi.com
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan KRI Bintuni 520 di Lampung (photo: Antara)
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan KRI Bintuni 520 di Lampung (photo: Antara)

Kapal jenis Bantu Cair Minyak (BCM)
KRI Tarakan-905 merupakan kapal jenis Bantu Cair Minyak (BCM), produksi PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero), Jakarta Utara.
KRI Tarakan-905 memiliki panjang keseluruhan 122,40 m, panjang garis tegak 113,90 m, lebar 16,50 m, tinggi 9,00 m, kecepatan maksimal 18 knots, jarak jelajah 7.680 nm, kapasitas muatan cair 5.500 matrik, tenaga penggerak utama berjumlah dua buah daya 6.114 PS, berat baja 2.400 ton, dengan sistem propulsi twin screw dan fixed pitch propeller. (Jurnas.com).
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro didampingi KSAL Laksamana Marsetio
meresmikan KRI Tarakan-905,di Jakarta. (Photo: Dispenal)

Yang masih dalam proses produksi :
SIGMA 10514 Guided Missile Frigate, PKR – Perusak Kawal Rudal, PT PAL akan membuat tiga unit kapal perusak kawal rudal 105 (PKR-105)/Frigate nomor 1. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengatakan proyek ini menggandeng Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Belanda. “Kami produksi bersama DSNS, Belanda, dalam kerangka transfer of techonolgy,” kata Marsetio di sela-sela Keel Laying modul 2 seksi 231 PKR-105 di PT PAL (Persero), Rabu, 16 April 2014 (www.tempo.co)
Kapal Selam Kelas Changbogo,
Kementerian Pertahanan menunjuk PT PAL Indonesia memproduksi satu unit kapal selam guna memperkuat keamanan Indonesia, terutama dalam menjaga alur dan kedaulatan negeri ini.
“Upaya ini sesuai penunjukan PT PAL Indonesia sebagai lead integrator pembangunan alutsista kapal perang,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, ditemui pada serah terima kapal cepat berpeluru kendali KRI Halasan-630, di dermaga PT PAL Indonesia, di Surabaya, Rabu.
Untuk merealisasi kapal selam itu, ungkap dia, PT PAL Indonesia akan mendapatkan kucuran penyertaan modal negara sebesar Rp1,5 triliun untuk membangun tiga unit kapal selam, alias Rp500 miliar perunit.
“Sebanyak dua unit kapal selam akan dibangun di Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. Lalu, satu unit dibangun di PT PAL Indonesia,” katanya. (www.antaranews.com)
Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo:  MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)
Kapal Selam Changbogo Korea Selatan (Photo: MC2 Benjamin Stevens/United States Navy)

Demikian sekilas hasil karya anak Bangsa , dan marilah  kita dukung mewujudkan kemandirian bangsa di bidang maritim terutama pembuatan kapal untuk TNI AL.
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).
(Dirangkum dgn berbagai sumber berita)

JKGR. 

Senin, 29 September 2014

Tambahan 4 EMB-314 Super Tucano

Super Tucano TNI AU
Super Tucano TNI AU (photo: Newman Homrich)

Empat pesawat tempur intai-sergap serba guna, EMB-314 Super Tucano tiba di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Jumat dan langsung bergabung dengan empat unit Super Tucano terdahulu di Skuadron Udara 21 Wing Udara 2.
Tidak kurang Panglima Komando Operasi Udara II, Marsekal Muda TNI Abdul Muis, menyaksikan kehadiran touch down Super Tucano di landas pacu, bersama komandan pangkalan udara, Marsekal Pertama TNI Sungkono.
Super Tucano datang secara bertahap. Pada tahap pertama datang empat unit pada awal September 2012 lalu, yang saat mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma masih bernomor registrasi eksperimental tanpa slot dan pod persenjataannya.
Keempat batch perdana itu kemudian diberi nomor registrasi TT-3101, TT-3102, TT-3103, dan TT-3104. Lalu empat unit Super Tucano pada batch kedua ini diberi nomor register TT-3105, TT-1306, TT-1307 dan TT-1308. Kode TT pada awal angka bermakna tempur taktis.
Super Tucano merupakan pesawat terbang turbo prop bermesin tunggal yang diketahui sangat lincah dan cocok untuk operasi penyergapan dan pencegatan di darat, intelijen aju, patroli darat dan maritim terbatas, dan misi-misi militer lain, di antaranya pengeboman dan sabotase.
Super Tucano TNI AU (photo: Newman Homrich)
Super Tucano TNI AU (photo: Newman Homrich)

Dia didedikasikan menggantikan pesawat tempur handal battle proven OV-10F Bronco buatan Rockwell International, Amerika Serikat, yang sejak dibeli pada 1975-1976 dalam kekuatan satu skuadron penuh, belum pernah gagal menjalankan misinya.
Ada perbedaan mendasar antara Super Tucano dengan Bronco, yaitu Bronco mampu membawa kargo barang atau empat peterjun payung bersenjata lengkap, atau dua tandu untuk mengevakuasi personel yang terluka dari medan operasi.
Salah satu kesamaannya adalah sanggup lepas-landas dan mendarat dari landas pacu yang terbatas dan darurat dengan dukungan darat sekedarnya. Selain itu, sama-sama dilengkapi kanon 20 milimeter yang pas untuk straffing (berondongan peluru dari udara) terhadap sasaran bergerak dan statis di darat.
Hingga akhir 2014, diharapkan ke-16 Super Tucano yang dibeli dari Embraer SA, Brazil, telah lengkap dan bisa beroperasi penuh.
Spesifikasi Super Tucano di antaranya: kemampuan manuver 3,5 g sampai 7 g, kecepatan maksimum 590 km/jam, ketinggian maksimum 31.000 kaki dpl. Persenjataan AIM-9 sidewinder, AAM-1 piranha, bom MK-81 dan MK-82, roket FFAR. Sistem navigasi digital, sistem kendali terintegrasi HOTAS, bisa dipakai intai taktis karena memiliki pod FLIR dan DLIR, bisa beroperasi mandiri dgn dukungan minimal dan cocok dgn topografi serta kontur/iklim tropis basah. (www.antaranews.com/Ade P Marboen).

Yonif Mekanis 202/TM Siap Tempur

image
Brigif 1 Pengamanan Ibukota/ Jaya Sakti menggelar latihan Uji Siap Tempur (UST) Tingkat Kompi Yonif Mekanis 202/Tajimalela yang dibuka oleh Komandan Brigade Infanteri 1 Pengaman Ibukota/Jaya Sakti Kolonel Inf Andi Perdana Kahar selaku Irup pada upacara pembukaan latihan tersebut.
Kegiatan ini merupakan Program Kerja Brigif 1 Pam Ibukota/Jaya Sakti. Uji Siap tempur juga merupakan salah satu proses rangkaian kegiatan yang dimulai dari latihan-latihan sebelumnya mulai dari tingkat perorangan, Regu, Peleton, Kompi sampai dengan tingkat satuan diatasnya sesuai dengan siklus latihan yang berkesinambungan. Serta untuk melihat hasil yang telah dicapai dalam latihan sebelumnya dan untuk mengukur tingkat kesiapan tempur Kompi Mekanis di satuan Yonif Mekanis 202/Tajimalela.
Kegiatan latihan Uji Siap Tempur (UST) tingkat Kompi ini dilaksanakan mulai tanggal 22-24 Maret 2014, dan diikuti oleh 1 Kompi Mekanis Yonif Mekanis 203/AK dipimpin Kapten inf Fatwanul sebagai Komandan Kompi Mekanis dan menggunakan daerah latihan Dawuan Krawang, Jawa Barat. Dengan Kekuatan 100 orang personiil dan Ranpur Anoa sebanyak 13 Unit, dan secara langsung penilaian di lapangan oleh Kapten Inf Bambang Budi Hartanto.
Dalam Uji Siap Tempur (UST) tingkat Kompi Yonif Mekanis 202/Tajimalela TA. 2014 akan diujikan beberapa materi diantaranya Kompi Mekanis dalam gerak maju untuk kontak, Kompi Mekanis dalam serangan, Kompi Mekanis dalam pertahanan, Kompi Mekanis dalam pemindahan kebelakang dan Kompi Mekanis dalam Eksploitasi dan pengejaran.
Dalam amanatnya Danbrigif-1/PIK/JS menyampaikan beberapa penenekanan untuk menjadi pedoman para prajurit Yonif Mekanis 202/TM, dalam menggunakan daerah latihan milik masyarakat dan merupakan aset pemerintah, agar semua prajurit bertanghgung jawab untuk menjaga dan memperkecil kemungkinan kerusakan sarana umum milik masyarakat. Prajurit satuan Infanteri Mekanis dimana kalian menggunakan kendaraan tempur, agar selalu berpedoman pada prosedur penggunaan dan pengoperasian kendaraan tempur dari resiko kerusakan dan upayakan sedapat mungkin agar tidak ada kecelakaan sedikitpun. Perhatikan faktor keamanan setiap pergeseran pasukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Latihan Uji Siap Tempur (UST) tingkat Kompi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertempur Satuan Tingkat Kompi serta menguji kemampuan perorangan dalam jabatannya ditinjau dari aspek taktik dan tehnik tempur serta kerjasama / kekompakan satuan untuk melaksanakan tugas tempur dalam rangka operasi lawan musuh. (tniad.mil.id).

Legion of Merit Medal Laksamana TNI Marsetio

Laksamana TNI Dr Marsetio terima Legion of Merit Medal AS

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Dr Marsetio (tengah), menerima penganugerahan bintang kehormatan The Legion of Merit, dari Kepala Staf Angkatan Laut Amerika Serikat, Admiral Jonathan Greenert, di Markas Angkatan Laut Amerika Serikat, Washington, Amerika Serikat, Rabu (24/9). (Dinas Penerangan TNI AL)
 
Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Dr Marsetio, menerima bintang kehormatan The Legion Of Merit dari pemerintah Amerika Serikat, yang disematkan Kepala Staf Angkatan Laut Amerika Serikat, Admiral Jonathan Greenert, dalam upacara militer, di Washington, Amerika Serikat, Rabu (24/9).
Tembakan meriam kehormatan 19 kali mengiringi penyematan bintang yang hanya diberikan kepada sosok pemimpin dengan jasa sangat luar biasa di bidang kemiliteran bagi Amerika Serikat itu.
“Kami menyambut baik sahabat dan mitra kami, Laksamana TNI Dr Marsetio, selaku kepala  Staf TNI AL pada pagi ini, di halaman Markas Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam upacara yang penuh kehormatan,” kata Greenert.
“Laksamana TNI Dr Marsetio adalah pemimpin yang visioner baik pada angkatan lautnya serta di kawasan regional Asia Tenggara,” kata Greenert, saat menyematkan bintang kehormatan.
Greenert dan Marsetio secara pribadi juga saling mengenal dan bersahabat baik selain di ranah kedinasan sebagai militer profesional.
Indonesia secara perlahan namun pasti tengah mewujudkan visinya sebagai angkatan laut berkelas dunia, dimulai dengan investasi SDM ke berbagai belahan dunia dan sistem di lingkungan internal.
Dalam kurun waktu 2012 sampai 2014, kata Greenert dalam pidatonya, “Laksamana TNI Dr Marsetio telah berhasil meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dan harmonis kedua Angkatan Laut.”
TNI AL telah berperan signifikan dalam menjaga keamanan maritim di Asia Tenggara, serta dapat menjalin kemitraan yang sama di kawasan Pasifik, seturut keterangan TNI AL, di Jakarta, Kamis.
Marsetio menggagas dan mewujudkan Simposium Keamanan Maritim Internasional yang diikuti 57 negara pada 2013. Kemitraan strategis kedua pemerintahan diterjemahkan dalam bentuk nyata pada berbagai aspek kemiliteran di lingkungan angkatan laut Indonesia dan Amerika Serikat.
Hal itu diikuti latihan bersama skala besar Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 dengan 18 negara negara-negara ASEAN dan sejumlah negara besar Eropa dan Asia lain di Laut Natuna, yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
“Kerja keras yang telah ditorehkan akan selalu dikenang dan saya berharap kerja sama kedua bangsa antara Amerika dan Indonesia khususnya kedua Angkatan Laut akan terus berjalan,” kata Greenert.
Marsetio berada di Amerika Serikat juga sebagai partisipan penting pada Simposium Ke-21 Sea Power Internasional di Naval War College, Newport, Virginia, Amerika Serikat, yang diikuti 113 negara.
Simposium itu juga untuk meningkatkan operasi, kerja sama dan sinergitas dalam menanggulangi kerawanan dan kejahatan maritim, membahas tren masa depan dalam keamanan maritim, dan implikasi perubahan iklim terhadap keamanan maritim.
Ada juga sesi untuk mengatasi tantangan Angkatan Laut dalam kondisi geografis tertentu.
Inilah juga forum ilmiah tentang kemaritiman dan angkatan laut internasional, dihadiri 72 kepala staf angkatan laut sedunia, 14 rektor perguruan tinggi sekolah peperangan angkatan laut, 21 kepala Pengawal Pantai, dan tokoh-tokoh akademik lain. (antaranews.com).