Minggu, 07 September 2014

Tank Leopard dan Marder di Surabaya

 
24 Tank Leopard dan 28 Tank Marder tiba di pelabuhan  Tanjung Perak Surabaya. (photos : Suara Surabaya)
24 Tank Leopard dan 28 Tank Marder tiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. (photos : Suara Surabaya)

52 Tank TNI AD akan dilibatkan dalam peringatan HUT TNI ke 69 yang dipusatkan di Surabaya Oktober mendatang.
Puluhan kendaraan tempur buatan Jerman tersebut, diantaranya 24 Tank Leopard dan 28 Tank Marder, tiba di Pelabuhan Jamrud, Tanjung Perak Surabaya, Sabtu (6/9/2014) dengan Kapal Serasi X yang diberangkatkan dari Jakarta.
image
Kol Arm Totok Sugiharto Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V Brawijaya mengatakan, Tank Leopard dan Marder ini akan mengikuti parade militer pada puncak acara HUT TNI.
“Tank ini diberangkatkan dari Jakarta menggunakan kapal turun di Pelabuhan Tanjung Perak,” kata Kol Arm Totok Sugiharto, Sabtu (6/9/2014).
Dia menambahkan, kendaraan tempur tersebut akan ditempatkan di Yonkav 8 Tank Divif 2 Kostrad, Pasuruan sebelum mengikuti puncak peringatan HUT TNI.
image
“Jenis Tank Leopard ini dapat mengarungi medan Indonesia yang berat. Selain ampuh di darat juga dapat meluncur di sungai,” ujarnya.
Sebanyak 100 Tank Leopard 2A4 dibeli pemerintah Indonesia seharga US$1,7 juta atau sekitar Rp16,4 miliar per unit. Setiap unitnya berkapasitas empat orang dan mampu melaju dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Fitur utama termasuk kit perlindungan modular, daya tahan, meningkatnya mobilitas dan meningkatkan kemampuan-recce. (Suara Surabaya).

Sabtu, 06 September 2014

MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70: Bridgelayer Jawara Zeni Korps Marinir TNI AL

20121022-spr_senior_lcpl_nicholson_golden_egg_mgb_consent_y-u1
5 Oktober 1995 jadi momen menarik bagi pemerhati alutsista, selain dikenang sebagai HUT TNI (d/h ABRI) ke-50, peringatan HUT ABRI yang mengambil lokasi di Lanud Halim Perdanakusumah ini juga menyuguhkan parade dan defile peralatan militer yang terbilang besar-besaran di era Orde Baru. Menjadi maskot dalam defile kala itu tank ringan Scorpion, tank APC Stormer dan panser VAB Yon Kav 7/Sersus Kodam Jaya. Tapi bagi penulis, ada sosok lain yang lebih mampu membetot perhatian.
Bukan masuk golongan ranpur, tapi karena dimensinya yang ekstra besar menjadi pemikat rantis yang satu ini. Apalagi rantis berpenggerak 8×8 ini dihadirkan sebagai penutup pada rangkaian defile. Yang dimaksud penulis adalah truk pengangkut jembatan lipat (jembatan taktis darurat) tipe MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70. Truk dan jembatan lipat buatan Jerman ini begitu membekas di hati, sebab truk ini hampir atau malahan tidak pernah ditampilkan lagi dimuka publik. Pengguna wahana ini adalah Zeni Korps Marinir TNI AL. Dalam struktur organisasi, Batalyon Zeni Marinir berada dibawah Resimen Bantuan Tempur (Banpur). Tidak ada informasi berapa unit yang dimiliki, tapi dalam defile HUT ABRI ke-50, setidaknya ditampilkan dua unit MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70.
Nah, sekarang kita kupas sosok truk Korps Marinir yang jarang tampil ini. Untuk teknologi jembatannya masuk dalam kategori MMB (Military Mobile Bridge). Jembatan lipatnya adalah tipe LEGUAN yang dibuat pabrikan asal Jerman, Krauss-Maffei Wegmann (KMW). Jembatan LEGUAN dirancang untuk dapat dibawa oleh dua platform wahana, yaitu dengan basis tank (tracked vehicle) dan heavy truck (wheeled vehicle). Dengan basis tank, LEGUAN dapat digotong varian tank Leopard 1, Leopard 2, M1A1/A2 ‘Wolverine’ Heavy Assault Bridge (HAB), M60/M47, dan PT91/T72. Sementara dengan basis truk, LEGUAN dibawa truk di kelas penggerak roda 8×8 atau 10×10. Yang di daulat sebagai pembawa di kelas 8×8 adalah truk MAN dari Jerman, dan di kelas 10×10 adalah truk SISU buatan Finlandia.
MAN KAT1 LEGUAN MLC70 milik AD Norwegia.
MAN KAT1 LEGUAN MLC70 milik AD Norwegia.
Man_truck_Leguan_vehicle_launched%2520_launching_bridge_Norwegian_army_Norway_640
Leopard 2A4 AVLB LEGUAN MLC70.
Leopard 2A4 AVLB LEGUAN MLC70.
Khusus bicara wheeled vehicle Bridge Launching, syaratnya harus jelas, bahwa rantis ini mutlak punya kemampuan off road. Malahan untuk truk SISU 10×10, ada tambahan bekal berupya proteksi awaknya dari efek ledakan ranjau, kabin yang mampu menahan proyektil, dan perlindungan awak dari ancaman nuklir, biologi dan kimia.
LEGUAN MLC70 26M
LEGUAN MLC70 26M dapat diartikan bahwa jembatan punya bentang 26 meter dan punya daya tahan hingga bobot 70 ton. Tentu sangat ideal bagi Korps Marinir yang punya satuan kavaleri. Dengan Leguan, laju ranpur amfibi seperti BMP-3F, PT-76, BTR-50, BTR-80A, AMX-10 dan BVP-2 tak bakal menemui kendala bila harus menghadapi medan berceruk dalam. Dengan daya tahan maksimum 70 ton, maka perlengkapan standar NATO ini masih ideal untuk dilalui MBT (Main Battle Tank).
MAN KAT1 LEGUAN MLC70 milik Singapura.
MAN KAT1 LEGUAN MLC70 milik Singapura.
Vehicle_Launched_Bridge
Truk SISU 10x10 LEGUAN MLC70.
Truk SISU 10×10 LEGUAN MLC70.

Secara teknis, LEGUAN MLC70 dengan bobot 10,8 ton dapat digelar penuh dalam waktu kurang dari lima menit. Jembatan terbagi dalam dua bagian, setiap bagian panjangnya 14 meter. Material jembatan terbuat dari campuran aluminum alloy. Moda operasinya dapat ditangani oleh seorang operator secara full otomatis dengan kendali elektronik. Berikut dibawah ini adalah video demonstrasi gelar MAN 8×8 LEGUAN MLC70 oleh AD Norwegia.




Beda dengan TNI AD
Untuk urusan bridgelayer, harus diakui bahwa Korps Marinir TNI AL lebih unggul ketimbang bridgelayer kepunyaan TNI AD. Beda dengan Korps Marinir, TNI AD memasukkan arsenal bridgelayer di dalam satuan kavaleri, tak lain karena menggunakan basis tank, yaitu pada ranpur AMX-13 AVLB, Stormer AVLB, dan yang akan datang ada Leopard 2A4 AVLB. Stormer AVLB punya bentang jembatan 15 meter, sementara Leopard 2A4 AVLB bentangnya 22 meter. Memang keduanya masih kalah bentang dibanding bridgelayer kepunyaan Korps Marinir, tapi perlu dicatat, bridgelayer milik TNI AD kategorinya AVLB (armored vehicle launched bridge), dalam artian sebagai tank pembawa jembatan tentu punya proteksi pada awak lebih baik karena ada elemen lapis baja. Selain Indonesia, MAN KAT1 LEGUAN MLC70 juga dimiliki Belanda, Norwegia, dan Singapura. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Indomil. 

KS Nanggala, Kok Dipamerkan Terus ?

Dalam satu minggu ini cukup banyak pejabat negara yang diundang untuk melihat kapal selam Nanggala. Mereka juga diberikan brevet Hiu Kencana dan menjadi warga kehormatan Kapal Selam TNI AL. Kapal Selam KRI Nanggala sebagai alutsista strategis, sudah mulai terbuka, untuk ditampilkan ke matra lain, bahkan ke kalangan sipil.

Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana oleh Kasal Laksamana TNI Marsetio kepada Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (Foto: Dispenal)
Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana oleh Kasal Laksamana TNI Marsetio kepada Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (Foto: Dispenal)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Chairul Tanjung dijadwalkan menerima Brevet Kehormatan Hiu Kencana dari TNI Angkatan Laut.
Brevet tersebut disematkan di dalam Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang menyelam di kedalaman 60 meter di bawah permukaan laut perairan Laut Jawa. Kapal selam berangkat dari Dermaga Pelabuhan Kiat Indah Merak, Banten, Sabtu (6/9/2014).
Dengan penyematan ini maka Menteri yang akrab disapa CT ini resmi menjadi warga kehormatan kapal selam RI. Brevet Hiu Kencana adalah simbol pengakuan terhadap provesionalisme prajurit kapal selam dalam taktik dan tekni peperangan bawah laut. Brevet ini dapat menumbuhkan kebanggan, jiwa korsa bagi pemakainya.
Tanda kualifikasi khusus ini dapat menjadi pendorong semangat pengabdian serta peningkatan disiplin dan motivasi untuk setia mengemban tugas negara.
Bersama CT, adalah Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana dan juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari LK Pangestu juga turut menerima Brevet Kehormatan ini.
Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio kepada Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dilakukan di dalam lambung kapal selam TNI AL KRI Nanggala-402 yang sandar di Pelabuhan Indah Kiat, Merak, Rabu (3/9).
Kedua pimpinan angkatan tersebut mendapatkan kesempatan berlayar dan menyelam dengan KRI Nanggala-402 pada kedalaman 25 meter di bawah permukaan laut.
“Penyelaman dilakukan selama sekitar dua jam pada titik posisi yang ditentukan,” ucap Ketua Panitia kegiatan dari Lanal Banten, Letkol Laut (P) Agus Izudin.
Kapal selam memiliki tekanan tertentu dalam penyelaman di bawah permukaan laut, sehingga Kapolri dan Kasad akan menjalani pengecekan kesehatan terlebih dahulu sebelum melakukan penyelaman.
“Pengecekan kesehatan seperti tekanan darah, itu perlu dilakukan sebelum menyelam, karena kita mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan sebagai dampak tekanan di bawah air,” papar Agus.
Selain Kapolri dan Kasad, Penyematan Brevet Kehormatan Hiu Kencana juga disematkan kepada Panglima Armada Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darajatim dan Panglima Armada Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Aryatmaja yang sebelumnya telah disematkan oleh Asisten Operasi (Asops), Kasal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto. 

Merah Putih di MBT Leopard Tiba di Surabaya

Perjalanan sang Merah Putih di MBT Leopard 2 dari Jerman berakhir di Surabaya. Melalui sebuah upacara sederhana, Sang Merah Putih akhirnya sampai di tangan prajurit kavaleri di tanah air. Bendera mungil itu kini diserahterimakan kepada Komandan Batalyon kavaleri 8 Kostrad, Letkol Kav. Valian Wicaksono. Ini sekaligus menandakan bahwa sang Macan telah tiba dengan selamat di Surabaya Jawa timur.


Tank Leopard itu sendiri tiba di Surabaya Jawa timur pada Sabtu (06/09) dini hari sekitar pukul 03:00. Sebanyak 24 MBT Leopard 2 dan 28 IFV Marder satu persatu turun di Dermaga  Zamrud Surabaya. Selanjutnya Tank ini akan ikut berpartisipasi di HUT TNI yang upacaranya akan digelar di Markas Armada Timur TNI-AL Surabaya pada 7 Oktober nanti.
Nah, kini tugas dari prajurit Kavaleri memeriksa kelengkapan dan kelaikan seluruh tank itu. Sembari tentunya tak lupa menyiapkan personel yang akan mengawaki. Bravo...!!




ARC. 

[Video] Insiden Peluncuran KRI Teluk Bintuni

Bunyi sirine meraung keras. Sejurus kemudian, ratusan pekerja berhamburan. Sementara KRI Teluk Bintuni meluncur deras tak tertahankan. Demikianlah situasi saat menjelang peluncuruan KRI Teluk Bintuni di galangan PT. Daya Radar Utama, Lampung. Dari video yang diperoleh ARC, terlihat kepanikan dari ratusan pekerja. Meski tak ada korban tewas, 2 orang pekerja tampak shock dan kemungkinan terluka.
(photo: Saibumi)

KRI Teluk Bintuni pun akhirnya terhenti dan kandas di perairan dangkal. Sejumlah pekerja tampak mencari rekan mereka yang diduga terjepit di bawah kapal. Untungnya, tidak ada pekerja yang terjepit.
Dari dugaan sementara, insiden ini terjadi lantaran tali baja penahan kapal terputus. Pihak DRU sendiri menyatakan peluncuran kapal perang ini sudah sesuai prosedur. Putusnya tali baja itu sendiri hingga kini belum diketahui penyebabnya.
KRI Teluk Bintuni merupakan kapal pertama dari jenis Landing Ship Tank yang dibuat di dalam negeri. Kemenhan total memesan 3 unit LST sekelas ini yang dikerjakan oleh PT. Dok Kodja Bahari dan PT. Daya radar utama. LST ini dikhususkan untuk mengangkut tank tempur Leopard 2 pesanan TNI-AD.


Skyshield TNI-AU Tiba

Rabu (03/05) tengah malam, sistem pertahanan udara terbaru milik TNI-AU akhirnya tiba di tanah air. Sebanyak 8 set sistem hanud Oerlikon Skyshield ini nantinya akan menggantikan meriam lawas Triple Gun yang sudah lama mengabdi.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Foto-foto kedatangan meriam canggih ini terungkap dari media sosial, yaitu di laman PT. Alam Indomesin Utama. Perusahaan ini bertanggung jawab atas pengiriman dan pengintegrasian sistem hanud tersebut. Selain itu, PT. Alam Indomesin Utama juga bertanggung jawab atas pelatihan operasional Oerlikon Skyshield.Meriam perisai udara itu dipesan Kementerian Pertahanan dengan harga US$ 202 juta. Awalnya direncanakan Skyshield tiba di tanah air pada 2015. Namun ternyata bisa dipercepat yaitu pada September 2014.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

Oerlikon Skyshield menggunakan meriam berkaliber 35 milimeter yang efektif untuk anti-serangan udara jarak pendek. Kemampuan meriam memuntahkan 1.000 peluru dalam satu menit dianggap efektif menghancurkan ancaman pesawat tempur dan rudal musuh. Kemampuan Oerlikon Skyshield semakin mumpuni jika menggunakan amunisi khusus buatan Rheinmetall bernama Advanced Hit Efficiency and Destruction (AHEAD). Jika ditembakkan, peluru ini mampu menyebar membentuk perisai, sehingga presisi tepat sasaran mencapai lebih dari 90 persen.

(photo: PT.Alam Indomesin Utama)

ARC. 

Tiap Pulau Dijaga 15 Personel Baret Ungu

tiap-pulau-dijaga-15-personel-baret-ungu
AMANKAN WILAYAH: Marinir tak hanya menjaga teritori di pulau terluar Papua, tapi juga menjaga rasa cinta tanah air warga setempat.

Wilayah utara Raja Ampat menjadi serambi terdepan NKRI. Kepulauan itu berbatasan langsung dengan negara tetangga Republik Palau dan Filipina. Wartawan grup media ini, Suryo Eko Prasetyo, ikut dalam patroli menggunakan pesawat TNI-AL dalam rangkaian Sail Raja Ampat atas undangan Armatim akhir Agustus 2014.
Berada di Kepulauan Raja Ampat tidak lengkap jika tidak ke pulau terluar di Papua Barat. Di utara wilayah pemerintahan kabupaten itu terbentang gugusan kepulauan di bibir Samudra Pasifik yang berbatasan dengan Negara Palau dan sebagian Filipina.
Berdasarkan peta Dinas Hidro Oseanografi Mabes TNI-AL, sedikitnya ada tiga pulau terluar utara Raja Ampat sebagai pintu masuk Indonesia di timur laut.
Tiga pulau terluar itu di antaranya Pulau Fani, Pulau Fanildo, dan Pulau Bras. Pulau itu terdiri berbagai distrik (semacam kecamatan). Antara lain Distrik Kepulauan Ayau, Waigeo Barat, dan Waigeo Utara.
Wilayah tersebut punya arti penting bagi NKRI. Potensi perikanan maupun hasil laut dapat menarik minat asing masuk wilayah tersebut tanpa prosedur resmi. Hal itu membuat pemerintah saling berbagi tugas dalam mengawasi pulau terluar.
Salah satu tugas dipercayakan kepada prajurit TNI dalam menjaga kedaulatan. “Kami selalu mendukung TNI-AL dalam melakukan pengamanan di pulau terluar,” tegas Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada media ini dalam penerbangan menggunakan Cassa U-615 di bawah jajaran Pusat Penerbangan TNI-AL.
Pesawat transportasi taktis itu bertolak dari Bandara Domine Eduard Osok, Sorong Jumat (22/8) pukul 07.30 WIT. Turut dalam patroli, Kepala Staf TNI-AL Laksamana TNI Marsetio, Asisten Operasi KSAL Laksda TNI Arief Rudianto, Kepala Biro TU Setjen Kemhan Brigjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, dan Perwira Pembantu Dukungan Operasi Staf Operasi AL Kolonel Marinir Ketut Suarya.
Pengamanan berupa penempatan satuan tugas pulau terluar dari prajurit Korps Marinir. Di setiap pulau ditempatkan satu tim prajurit baret ungu mencapai 15 personel. “Setiap enam bulan sekali dilakukan pergeseran satgas,” sambung Marsetio.
Bagi Perwira Staf Operasi Puspenerbal Kolonel Laut (P) Edwin, kepulauan terluar menjadi habitat ikan yang menjadi buruan banyak pihak. Terutama di lingkungan status ekonomi sosial atas. “Banyak ikan napoleon yang harganya mahal berkembang di kawasan itu,” terang Edwin. Melalui patroli maritim secara berkala, jajarannya berkoordinasi dengan satgas Marinir setempat maupun unsur pangkalan TNI-AL terdekat untuk melakukan penindakan.
“Kami akan kontak ke pangkalan terdekat kalau ada yang mencurigakan berdasarkan pengamatan dari udara,” lanjut mantan Komandan Pangkalan AL Tanjung Balai Karimun itu.
Dari laporan dan data titik koordinat pihak yang dicurigai itu, pangkalan terdekat mengerahkan armada kapal cepat untuk melakukan penindakan. Kerugian negara dari pelanggaran seperti pencurian ikan maupun pencurian kandungan mineral bumi dapat diantisipasi.
Bukan rahasia lagi Raja Ampat juga menyimpan potensi tambang. Seperti nikel di Waigeo, batu bara dan minyak gas di Pulau Salawati, emas dan bahan baku semen di Pulau Batanta serta Misool.
Jarak antarpulau yang berjauhan membuat aparat harus kerja ekstra dalam melakukan pengawasan. Seperti jarak Pulau Fani dengan Bandara Marinda di Waisai, ibu kota Raja Ampat, menurut Edwin mencapai 120 mil atau sekitar 193 kilometer (1 mil setara 1,609 kilometer).
Penempatan Marinir di pulau terluar menjadi upaya menjaga kedaulatan di titik nol Merah Putih. Ketut menceritakan, marinir yang ditempatkan di perbatasan itu diberangkatkan dari Pos AL Waisei. Membayangkan berlayar menggunakan kapal ke pulau terluar jelas berat. Perjalanan tidak bisa dibilang mudah karena perairan yang diseberangi merupakan pertemuan arus antara Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok Selatan.
Kapal patroli tidak bisa merapat ke Pulau Fani karena terdapat banyak karang. Persis di selatan pulau itu terdapat Pulau Igi dan Pulau Miarin. Untuk mengakses antarpulau tersebut, prajurit membuat jembatan dari kayu. Ketika pesawat yang saya tumpangi melintas di atasnya, kondisi laut di sekitar pulau tersebut sedang surut. Perahu yang hendak mendekat harus lego jangkar agak menjauh. “Kapal bisa kandas terkena karang,” terang alumnus Sesko TNI terbaik itu.
Di beberapa sudut lain tampak kapal-kapal nelayan berjajar di permukiman tidak tetap. Meski dimensi panjang Pulau Fani dan dua pulau di sebelahnya tidak lebih dari 1 kilometer, di bagian tengahnya tumbuh belantara hijau.
Hutan tersebut terasa kurang familier bagi yang tidak punya kelebihan daya tahan badan. Malaria yang ditularkan nyamuk menjadi ancaman bagi yang tidak menyiapkan tindakan preventif mengonsumsi pil kina maupun lotion antinyamuk.
Pada rangkaian kegiatan operasi Surya Bhaskara Jaya (SBJ) di Papua Barat, seorang anggota Marinir kedapatan dirawat di KRI dr Soeharso yang sempat sandar di Waisei. Personel itu didiagnosis terserang malaria setelah bertugas di pulau terluar tersebut.
Kapal rumah sakit apung yang bermarkas di Armatim Surabaya itu juga melakukan operasi di Pulau Mutus, kawasan terluar di Waigeo Barat.
Letak geografis pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga turut mendorong Pemkab Raja Ampat mendesak pemerintah pusat agar mempercepat pembangunan wilayah perbatasan. Selama ini pemberdayaan ekonomi maupun infrastruktur di kawasan terluar untuk memperkokoh nilai tawar di mata negara tetangga belum optimal.
Begitu pula di bidang pendidikan. Sejumlah institusi menerjunkan relawan guru maupun sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Dorongan agar pulau-pulau tersebut menjadi daerah otonom belum terealisasi. Sebagaimana disampaikan staf ahli pemerintahan Pemkab Raja Ampat I Nyoman Jaya, pemekaran pulau terluar menjadi Kabupaten Raja Ampat Utara sudah diusulkan sejak 2011.
Pemkab di bawah kepemimpinan Bupati Marcus Wanma menyiapkan tahapan untuk persyaratan pemekaran. Salah satunya berupa pelepasan tanah adat seluas 1.000 hektare di Waigeo Utara hingga melengkapi data-data maupun persyaratan lain. ’’Masyarakat turut menyambut rencana baik pemekaran itu,’’ tuturnya.
Nyoman berharap dari pemekaran pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain dapat memperpendek rentang permasalahan. Pria keturunan Bali itu mengibaratkan pemekaran sebagai membangun serambi negara. ’’Kejahatan di laut maupun kerugian negara yang ditimbulkan bisa diminimalisasi,’’ tukas Nyoman. (www.kaltimpost.co.id)