Jumat, 29 Agustus 2014

Indonesia Matangkan Pembangunan Simulator Sukhoi

Indonesia Matangkan Pembangunan Simulator Sukhoi

Beijing (Antara) – Indonesia kini sedang mematangkan rencana pembangunan simulator Sukhoi, kata Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin di Beijing, Selasa.
“Saat ini telah diinvetarisasi negara-negara mana saja yang akan terlibat dalam pembangunan simulator Sukhoi bagi pilot-pilot Sukhoi TNI Angkatan Udara. Setelah itu akan dipastikan kesesuaian dari simulator yang diajukan beberapa negara itu dengan spesifikasi yang akan digunakan penerbang Sukhoi TNI Angkatan Udara,” ungkapnya.
Berdasar catatan Antara, terkait rencana pembangunan simulator Sukhoi itu ada beberapa negara yang mengajukan termasuk Rusia dan Tiongkok, sebagai produsen dan juga pengguna pesawat jet tempur Sukhoi.
Dari11 negara yang mengajukan tersaring tiga negara yang sesuai spesifikasi teknik dan kebutuhan operasional TNI Angkatan Udara yakni Tiongkok, Kanada dan Slowakia.
Untuk memastikan spesifikasi teknik dan kebutuhan operasional yang dimiliki masing-masing perusahaan di tiga negara itu, tim dari Indonesia tengah melakukan peninjauan ke setiap perusahaan dari tiga negara itu.
“Dua negara sudah ditinjau yakni Kanada dan Slowakia, sedangkan Tiongkok dalam waktu dekat,” kata sumber Antara di Mabes TNI Angkatan Udara.
Para penerbang pesawat jet tempur Sukhoi TNI Angkatan Udara melakukan pelatihan simulator Sukhoi di Tiongkok sejak 2007, dengan materi latihan simulator Sukhoi yang telah ditingkatkan dari materi dasar ke latihan simulasi tempur.
Hingga kini sudah ada delapan penerbang Sukhoi TNI Angkatan Udara yang mengasah keterampilan dan keahliannya di Negeri Panda. (id.berita.yahoo.com)

RI Butuh 60 Rudal Jarak Sedang


rudal-C-705-RI-CHina11.jpg
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan Indonesia membutuhkan sekitar 60 unit peluru kendali (rudal) jarak sedang untuk Kapal Cepat Rudal (KCR) TNI Angkatan Laut. “Kita memerlukan sekitar 60 unit untuk dipasang di kapal-kapal cepat rudal TNI Angkatan Laut,” katanya kepada Antara di Beijing, Selasa.
Indonesia dan Tiongkok telah sepakat untuk mengembangkan kerja sama industri pertahanan, salah satunya dalam produksi bersama rudal C-705 yang disertai alih teknologi.
“Sehingga nantinya kita sudah dapat memproduksinya sendiri, tanpa harus menunggu seluruh rudal dapat kita beli,” kata Sjafrie.
Saat ini TNI Angkatan Laut tengah mengembangkan dua ship set sistem rudal C-705 dan akan dipasangkan di beberapa KCR, yang kini dalam proses di beberapa dockyard.
Rudal C-705 kali pertama diperkenalkan ke publik dalam ajang Zhuhai Airshow ke-7 pada 2008. Rudal itu merupakan pengembangan dari C-704 dan bentuknya menyerupai miniatur rudal C-602.
Dibandingkan generasi sebelumnya C-705 hadir dengan beberapa peningkatan seperti pada elemen hulu ledak, dan sistem pemandu. Dengan desain modular dari mesin baru membuat jangkauan rudal yang sebelumnya hanya 80 kilometer menjadi mampu hingga 170 kilometer. (antara).

Pesawat N-219 Rampung 2015

 image
Desain Pesawat N-219

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) optimistis merampungkan pembuatan dua unit pesawat N-219 dan akan menjadi kado istimewa pada HUT ke-70 RI tahun 2015. “Pesawat N-219 yang merupakan produk asli PTDI optimitis rampung pada Agustus 2015 dan menjadi kado bagi HUT ke-70 RI,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di sela acara HUT PTDI ke-38 di Bandung, Sabtu.
Setelah merampungkan prototype sebanyak dua unit, PTDI menargetkan untuk bisa memasarkan pesawat baling-baling tersebut pada 2015-2016.
Menurut Budi Santoso, pesawat yang rencananya membidik pasar penerbangan perintis itu merupakan hasil rancangan insinyur-insinyur PTDI yang dirancang dengan tingkat kehandalan yang bersaing di kelasnya.
“Kami ingin buktikan kepada calon pengguna keunggulan dari pesawat ini. Bila mendapat respon pasar PTDI memiliki kapasitas untuk bisa memproduksi 12 hingga 18 unit per tahun,” kata Budi Santoso.
Pesawat yang berkapasitas 19 penumpang itu, akan dirilis dengan harga 5 juta dolar AS. Harga sangat bersaing di kelasnya.
PTDI memiliki pengalaman bidang teknologi kedirgantaraan dan selama ini telah menjadi mitra sejajar dengan produsen pesawat dunia seperti Boeing, Eurocopter dan lainnya.
“Pesawat N-219 memiliki pasar potensial, keunggulannya bisa melayani penerbangan perintis dengan landasan pendaratan dan pacu yang pendek,” kata Budi.
Model Pesawat N-219 PTDI,  saat Pameran HUT BPPT di Jakarta (photo:Antara/Dhoni Setiawan)
Model Pesawat N-219 PTDI, saat Pameran HUT BPPT di Jakarta (photo:Antara/Dhoni Setiawan)

Pasar di dalam negeri cukup terbuka, yakni untuk melayani rute perintis di Kalimantan dan Papua yang saat ini dilayani oleh pesawat kecil yang dioperasikan oleh operator penerbangan perintis di kawasan itu. (Antara).
Pesawat N-219 merupakan pesawat multi fungsi bermesin dua yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan tujuan untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil. Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo.
Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan juga kargo.
N-219 merupakan pengembangan dari NC-212 yang sudah diproduksi oleh PT DI di bawah lisensi CASA. Selain itu PTDI juga memiliki produk unggulan yakni CN-235 versi MPA dan sipil serta pemegang lisensi pemasaran pesawat N-295 di kawasan Asia Pasifik.

 JKGR. 

Melihat Dapur Pindad (Tempo)


image
Modifikasi atau retrofit tank AMX-13 milik TNI di Unit Produksi PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
image
Modifikasi tank AMX-13 milik TNI di Unit Produksi PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. Tank yang sebelumnya bermesin bensin dimodifikasi menjadi bermesin Diesel Turbointercooler. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
image
Pekerja menyelesaikan perakitan kendaraan tempur lapis baja APC 6×6 Anoa 2 di Unit Produksi PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
image
Perakitan kendaraan tempur lapis baja APC 6×6 Anoa 2 di Unit Produksi PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
image
Pekerja menyelesaikan perakitan kendaraan taktis Komodo 4×4 di Unit Produksi PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
image
Direktur Utama PT Pindad, Sudirman Said mengendarai kendaraan taktis Komodo 4×4 di Bandung, Jawa Barat, 23 Agustus 2014. Mobil ini mengadopsi desain dan konsep mobil perang Humvee buatan Amerika Serikat atau Sherpa buatan Prancis. (TEMPO/Aditya Herlambang Putra).

JKGR.

Senin, 25 Agustus 2014

Uji Coba Roket Lapan RX 450

roket-rx450-lapan
Uji coba roket RX 450 dan RX 320 di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, berhasil. Dua roket yang tengah dikembangkan untuk program peluncuran satelit tersebut memenuhi target saat menjalani pengujian berbeda.
Kepala Pusat Teknologi Roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sutrisno mengatakan, roket RX 450 diuji statis sementara roket RX 320 diuji terbang (dinamis). Pengujian statis roket RX 450 ditujukan agar para peneliti LAPAN mengetahui performa motor roket.
“Hasilnya, uji statis terhadap RX 450 berhasil memenuhi target. Kami memprediksi durasi performa motor roket RX 450 adalah selama 18 detik. Namun hasil uji statis ini menunjukkan durasi waktunya mencapai 19,5 detik,” kata Sutrisno di Garut, Jumat (22/8/2014).
Roket berkaliber 450 mm dengan panjang total 6.110 mm ini memiliki gaya dorong sekitar 12.895 kg. Roket yang menggunakan bahan bakar propelan komposit ini memiliki panjang motor 4.459 mm. “Setelah keberhasilan ini, kami akan mengagendakan uji terbang roket RX 450 di akhir 2014 mendatang,” ujarnya.
Pengujian terbang roket RX 320 juga berhasil memenuhi harapan. Untuk alasan keamanan dan keselamatan jiwa para teknisi, peneliti, dan masyarakat di sekitar lokasi peluncuran, roket berdiameter 320 mm ini diterbangkan LAPAN pada kemiringan 70 derajat.
“Kami luncurkan di kemiringan 70 derajat. Jadi tidak tegak lurus. Namun, hasilnya cukup memuaskan. Berdasarkan data dari rekaman yang kami miliki, roket RX 320 berhasil terbang pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ketinggian ini cukup memenuhi target, karena hanya diluncurkan dalam posisi elevasi 70 derajat. Kalau diluncurkan dengan posisi tegak lurus, daya jangkaunya akan lebih jauh lagi,” paparnya.
Menurut Sutrisno, RX 450 dan RX 320 merupakan jenis roket sonda. Roket sonda adalah roket yang biasa digunakan untuk misi meneliti parameter atmosfer, kelembaban temperatur, dan lainnya.
“Jadi, jika kita mampu menguasai teknologi roket sonda, meluncurkan satelit sendiri di kemudian hari bukan hal yang tidak mungkin lagi. Kami akan terus mencoba, meneliti, dan mengembangkan masing-masing roket sesuai tahapan-tahapannya. Karena untuk meluncurkan satelit pada ketinggian tertentu, diperlukan lebih dari satu roket atau bertingkat.” (sindonews.com)

GE Korea Incar Mesin KFX

 
kfx-engine
Seoul – General Electric, GE Korea berjanji untuk mentransfer teknologi mesin jika terpilih untuk ambil bagian dalam proyek jet tempur “KFX” pemerintah.
“Sebagai industri perkapalan yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri Korea, GE Korea berharap dapat memberikan kerjasama terbaik dalam mendukung pemerintah Korea untuk membuat mesin berikutnya dalam industri penerbangan,” ujar Presiden dan CEO GE korea, Khang Sung Wook dalam konferensi pers di Westin Chosun Seoul, Kamis, 21/08/2014.
“GE bisa menyediakan produk berorientasi teknologi tinggi dan knowhow bisnis dunia internasional kepada Korea.”
Pemerintah Korea bertujuan memproduksi jet tempur “F-16+ class” yang diharapkan masuk layanan militer tahun 2023.
Khang meminta pemerintah untuk aktif memimpin, karena sulit bagi perusahaan swasta untuk mendanai pembangunan mesin tersebut. Kisah sukses atas kontribusi pemerintah Korea terhadap industri galangan kapal di masa lalu, menjadi contoh yang baik.
Para pejabat GE tidak menyebutkan detil investasi apa yang mereka maksud, namun mengatakan bisa memberikan bantuan yang sama seperti di masa lalu.
GE sebelumnya terlibat perakitan mesin F404 untuk T-50, yang merupakan jet latih supersonik pertama buatan dalam negeri Korea.
GE juga telah mentransfer sebagian besar garis manufaktur untuk Korea, atas mesin LM2500 kapal destroyer Aegis, serta mengembangkan co-produksi mesin T700-701K, untuk helikopter serbaguna Surion.
Sejauh ini, GE Korea telah menjual sekitar 1.300 mesin untuk 600 pesawat termasuk helikopter militer dan 400 mesin untuk pesawat sipil di Korea.
Unit GE Korea juga mengatakan akan memainkan peran utama dalam mengekspor jet tempur.
Dengan sekitar 300.000 karyawan di lebih dari 160 negara, GE berencana memanfaatkan jaringan global ini untuk secara aktif mendukung program ekspor pesawat Korea.
Perusahaan berjanji untuk mendorong T-50 Golden Eagle sebagai salah satu program mereka.
Di masa lalu, GE bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME) dalam program ekspor fregat ke Thailand. GE juga menyediakan teknologi mesin untuk Korea Aerospace Industries (KAI) dalam membantu ekspor FA-50 (varian serangan darat dari T-50) ke Indonesia, Irak dan Filipina.(koreatimes.co.kr).

Sabtu, 23 Agustus 2014

FOTO: Wujud 52 Tank Pesanan Indonesia dari Jerman

PT Pindad dilibatkan dalam melengkapi sistem pendingin dan komunikasi.

Sebanyak 24 MBT Leopard A4 dan 28 Tank Marder dijadwalkan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Agustus 2014.
Sebanyak 24 MBT Leopard A4 dan 28 Tank Marder dijadwalkan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Agustus 2014. (Dok. Kantor Athan KBRI Berlin)
Sebanyak 52 tank produksi Rheinmetall Jerman dijadwalkan tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Agustus 2014. Tank yang dikirim, dengan perincian sebanyak 24 MBT Leopard A4 dan 28 Tank Marder.

Kedua jenis tank ini telah diberangkatkan sejak 31 Juli 2014 lalu, dengan kapal kargo berbendera Panama, Morning Celesta, dari pelabuhan Bremenhaven, Jerman. 


Rencananya, setibanya di pelabuhan Tanjung Priok, tank-tank ini akan dipindahkan dari Morning Celesta ke kapal yang lebih kecil untuk dikirim ke Tanjung Perak Surabaya.

Tank-tank ini segera disiapkan untuk parade militer pada ulang Tahun TNI 5 Oktober mendatang di Surabaya. Mengejar target parade militer, durasi pengerjaan tank tersebut dipercepat dari 12 bulan menjadi delapan bulan, sehingga sejumlah bagian dari tank ini belum usai dikerjakan.  

Atase Pertahanan KBRI Berlin, Kol. (Pnb) Samsul Rizal terus memonitor produksi dan pengiriman alutsista pesanan Kementrian Pertahanan tersebut. Dia mengatakan bahwa sistem komunikasi dan sistem pendingin 24 MBT Leopard akan dikerjakan di Indonesia. 

"Pengerjaan tersebut sesuai dengan perjanjian ToT (Transfer of Technology) antara Indonesia dan pihak Rheinmetall," kata dia kepada VIVAnews di Jerman.

Menggandeng Rheinmetall, PT Pindad akan dilibatkan dalam melengkapi sistem pendingin dan sistem komunikasi tank-tank tahap pertama ini.
 













Vivanews.