Senin, 02 Desember 2013

Pasukan TNI serbu kelompok insurgency, 40 orang tewas

Pasukan TNI serbu kelompok insurgency, 40 orang tewas
Ilustrasi (dok:Istimewa)
Personel TNI dari Batalyon 711 Raksatama Brigade Infantri 22 Otamana terlibat baku tembak dengan kelompok insurgency di Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.

Setidaknya 1.200 personel TNI didukung artileri medan berupa tank, panser, dan helikopter dikerahkan untuk melumpuhkan kelompok bersenjata tersebut.

Situasi tenang di Desa Mayumba, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, mendadak ramai akibat perang tersebut. Puluhan orang bersenjata api baku tembak dengan anggota TNI dengan kekuatan penuh.

Bunyi tembakan tanpa henti yang diantaranya dibarengi dengan suara ledakan bom yang menggelegar membuat situasi di Desa Mayumba, tadi pagi terasa sangat mencekam. Wargapun diungsikan ke lokasi perbukitan yang aman dari area peperangan.

Dalam peperangan itu, 1.200 personel TNI dikerahkan. Sejumlah alat berat seperti dua Tank Scorpion dan dua Panser Anoa dikerahkan. Tidak hanya itu, mereka juga mengeluarkan empat mortir dan enam senjata artileri Medan yang menembak dari jarak 5 Kilometer (Km).

Penembakan dilakukan tanpa henti ke arah pelarian kelompok pengacau keamanan yang coba meloloskan diri. Pengejaran kelompok pengacau keamanan itu turut melibatkan Satuan Raider 700 yang menggunakan helikopter bell 412.

Penindakan terhadap kelompok insurgen atau pengacau keamanan itu mengakibatkan setidaknya 40 anggota kelompok tersebut tewas dan 15 orang diantaranya berhasil ditangkap, termasuk persenjataan yang berhasil disita. Termasuk di antaranya satu buah bunker dan rumah tempat persembunyian berhasil diledakkan.

Panglima Daerah Militer VII Wirabuana Mayjend Bachtiar mengatakan, peperangan itu merupakan latihan batalyon tim pertempuran sesungguhnya di daerah pemukiman atau kota.

Diharapkan, dari kegiatan latihan pertempuran itu akan meningkatkan kemampuan anggota personel TNI dalam menanggani gangguan keamanan, di suatu daerah baik berupa gerakan separatis dan aksi terorisme secara profesional dan proporsional.

"Jadi latihan kali ini kita kemas beda dari tahun sebelumnya. Tahun ini kita menghadapi lawan insurgency. Lawan insurgen ini adalah untuk mengatasi suatu daerah yang mengalami gangguan, karena ada gerakan seperatis, dan pemberontakan bersenjata, maupun terorisme," katanya, kepada wartawan, Senin (2/12/2013).

Ditambahkan dia, jadi dengan pola operasi yang sudah digelar pada hari ini, pihaknya coba memberikan pengalaman kepada prajurit, khususnya betapa sulitnya melakukan pertempuran di daerah pemukiman itu tidak semudah apa yang dibayangkan.

Lebih lanjut, Pangdam VII Wirabuana menilai, latihan batalyon pertempuran itu berlangsung dengan sangat baik, dimana mampu memberikan sebuah realisme pertempuran yang sesungguhnya.

Kepala Lemsaneg: Pejabat Indonesia Malas Pakai Mesin 'Antisadap'

Tak hanya di dalam negeri, KBRI-KBRI juga jadi sasaran penyadapan.

Pejabat Indonesia yang disadap Australia pada November 2009
Pejabat Indonesia yang disadap Australia pada November 2009  
Hubungan Indonesia dan Australia tegang setelah skandal penyadapan menyeruak melalui pemberitaan dua media massa, laman The Guardian dan surat kabar Sydney Morning Herald, baru-baru ini.
Indonesia yang meradang melakukan segala upaya untuk memaksa Australia menjelaskan penyadapan yang dilakukan intelijen mereka terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat di sini.

Seiring itu, Indonesia juga berupaya membenahi kembali sistem pengamanan dan rahasia negara agar tidak lagi mudah dijebol penyadap. Salah satu badan pemerintah yang diharap ikut berperan banyak dalam pengamanan informasi rahasia negara ini adalah Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Sistem enkripsi Lemsaneg dinilai cukup mumpuni menangkal aksi penyadapan asing.
Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Djoko Setiadi mengungkapkan, Indonesia bukannya tidak sadar disadap. Namun, hal yang sulit untuk diungkap adalah siapa yang menyadap?

Karena itu, kata Djoko, sudah saatnya para pejabat tinggi negara dibekali 'ilmu' untuk pengamanan. Tak hanya di dalam negeri, sebagai garda depan, para diplomat di luar negeri juga harus diberi 'pencerahan' supaya lebih waspada penyadapan, termasuk negara tetangga sekali pun.

Bagaimana upaya menyadarkan para petinggi negara ini? Berikut tanya jawab dengan Kepala Lemsaneg Djoko Setiadi yang dirangkum dalam forum pertemuan tertutup dengan para pemimpin redaksi baru-baru ini:
Apa Lemsaneg tahu  Indonesia disadap Australia?
Berbicara penyadapan, sekali lagi ini terjadi di dunia maya. Terasa (ada penyadapan), tapi kami tidak tahu siapa yang menyadap. Karena belum tentu orang Australia menggunakan ID Australia. Bisa saja mereka menggunakan ID orang lain.

[Djoko lalu menjabarkan sejumlah temuan-temuan terkait alat sadap di beberapa kantor KBRI di luar negeri.  Namun, Djoko meminta agar lokasi KBRI tidak ditulis untuk keperluan keamanan negara.]

Sebagai contoh, di sebuah KBRI, ada alat yang disebut adenco. Alat itu sebetulnya berfungsi sebagai alarm. Ternyata setelah kami cek, alat itu tersambung line jaringan telepon ke kediaman Pak Dubes. Itu terjadi.
Kami tidak bisa memastikan itu dilakukan pemerintah setempat atau orang lain. Kira-kira terjadi tahun 2004-2005. Kami temukan di KBRI kita sebuah alat menyadap.

Waktu saya datang ke sebuah KBRI di negara lain, Pak Dubes bilang, 'Mas Djoko, negara ini saudara kandung kita. Yakinlah kita tidak mungkin ada alat-alat itu'. Ternyata memang ada alat-alat penyadap itu. Di atas meja kerjanya ada platform rapi, ada alat penyadap itu. Tapi lagi-lagi kami tidak tahu siapa yang memasang itu.

Makanya, negara perlu memberikan pencerahan kepada para diplomat kita itu, agar lebih meningkatkan pengamanan.

Suatu ketika ada serbuk gelap yang ditemukan di KBRI lainnya. Dengan kondisi ketakutan, seluruh personel yang ada dalam KBRI dikeluarkan, termasuk petugas keamanan. Mereka (petugas keamanan negara setempat) masuk ke ruangan Kedubes kita, untuk mencek apakah ada bom atau tidak. Saya bukan berprasangka buruk, tapi mungkin saja ketika semua keluar mereka (petugas keamanan negara setempat) memanfaatkan kondisi untuk memasang alat-alat itu. Serbuk itu sengaja dikondisikan.

Lalu, di pegangan pintu Pak Dubes di KBRI sebuah negara, pun ada alat transmitter. Setelah kami bongkar, kami beli alat yang sama dengan alat itu di kota setempat, ternyata beratnya beda. Di KBRI negara-negara lain juga kami temukan. Ada yang di ruang rapat.

Saat kita protes, kita tanya, apa yang sedang terjadi, alasan mereka klasik. Mereka bilang selalu membantu negara-negara sahabat. Mereka bilang memonitor ancaman teroris. Jadi selalu itu yang mereka sampaikan.

Di sebuah KBRI lainnya lagi, saya sendiri menemukan beberapa alat transmitter di ruangan Pak Duta Besar. Artinya Pak Dubes sudah disadap. Namun lagi-lagi kami juga tidak tahu, siapa yang memasang. Dalam hal ini kita harus hati-hati di semua tempat.
Apakah Lemsaneg tahu Australia menyadap Presiden SBY dan para pejabat lain?
Jujur kami baru tahu dari berita yang bersumber dari dokumen yang dibocorkan Edward Snowden itu. Namun demikian, kita tahu ada indikasi-indikasi seperti yang telah kami temukan. Maka dalam hal ini, kami bekerjasama dengan Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Luar Negeri. Ada tim terpadu. Kami mengecek di KBRI di seluruh dunia, apakah ada alat-alat penyadap di ruangan mereka.
Harusnya Kedutaan kita di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia harus lebih diproteksi.

Bantuan-bantuan asing perlu dicurigai?
Tidak hanya bantuan asing terhadap TNI-Polri saja yang perlu dicurigai. Di Yogyakarta dulu ada bantuan dari Pemerintah Jerman, yaitu bantuan peralatan pengumpulan seluruh data dengan sistem komputerisasi oleh Jerman. Saya sampaikan kepada Pak Sultan, 'Bapak, boleh kami lihat? Jadi ada yang mencurigakan'. Bantuan-bantuan itu perlu kita curigai.

Di Batam dulu pernah ada bantuan dari Korea untuk pembangunan Batam center. Setelah ada yang dicurigai, kami mengamankan data, voice, video.

Apa pejabat kita mengerti enkripsi?
Perlu saya luruskan. Mesin sandi juga bukan antisadap, bisa disadap. Hanya ketika orang yang menyadap tidak bisa membaca sandinya. Enkripsi ini adalah alat pengaman. Kalaupun mereka bisa membaca sandinya itu butuh waktu yang sangat lama, bisa 3 bulan, 6 bulan, atau mungkin 1 tahun. Informasi itu jadi sudah basi dan tidak penting lagi.

Tampaknya para pejabat kita malas pakai alat pengaman penyadapan?
Bisa ditanyakan langsung kepada para pejabatnya, kenapa begitu. Sebenarnya kami sudah siapkan, di meja-meja pejabat itu (enkripsi). Wajar mereka malas gunakan telepon dan memencet tombol C sebagai pengaman yang kami sediakan karena mereka agak tidak sabar harus delay. Kalau pakai pengaman yang kami siapkan memang agak delay beberapa detik teleponnya. Kurang nyaman tentunya.

Pernah suatu kali, saya lihat (pejabat) ada yang memasukkan alat komunikasi itu ke dalam kotak lalu digembok. Dia bilang merasa tidak nyaman menggunakan itu dan bingung menggunakannya. Itu salah satu bukti. Pertama malas, kedua tidak nyaman.

Mesin eskripsi Lemsaneg diimpor dari mana?
Karena belum mampu buat sendiri, kami beli mesin-mesinnya saja dari luar. Tetapi, algoritma alat itu, 100 persen kami yang buat sendiri. Mudah-mudahan 2014 nanti Lemsaneg sudah punya alat enkripsi buatan sendiri, kerjasama dengan ITB, UI, dan universitas dalam negeri lainnya.

Kami akan menggalakkan kembali pemakaian enkripsi bagi para pejabat negara. Satu lagi yang perlu kami sampaikan, Jangan sampai menggunakan aplikasi-aplikasi dari luar, baik untuk handphone dan alat komunikasi lainnya.
Gara-gara penyadapan, Korsel rugi hingga triliunan. Bagaimana dengan Indonesia?
Saya yakin di Indonesia juga terjadi (kerugian). Tapi para korban itu tidak pernah menyampaikan. Di bank-bank misalnya. Saya yakin banyak bank di Indonesia pernah kebobolan. Tapi belum ada catatan pasti tentang kerugian itu.
Soal cyber army, bisa Anda jelaskas?
Kementerian Pertahanan sedang membentuk cyber army ini. Namanya juga cyber army, saya harap ini jadi tentara cyber, punya kemampuan menyerang, juga punya kemampuan untuk bertahan.
Di dunia cyber, kami tidak tahu siapa yang menyerang. Upaya kami dari Lemsaneg, cukup memperkuat sistem kekuatan pengamanan di wilayah informasi.
Soal kerjasama dengan KPU yang jadi polemik, kini bagaimana kabarnya?
Kami siap untuk tidak terlibat dalam penyelenggaraan pemilu 2014. Menghindari polemik. Demi tentramnya proses pemilu di masyarakat.

Minggu, 01 Desember 2013

Sempat down, pagi ini situs Bandara Sydney Australia hidup lagi

 

ilustrasi hacker. © Rt.com

Situs Bandara Sydney Australia menjadi sasaran serangan hacker Indonesia di bawah bendera The Indonesian Security Down semalaman dan sempat jatuh bangun hingga ganti alamat internet protocol (IP).
Berdasarkan pengamatan merdeka.com, situs yang beralamat di http://sydneyairport.com.au tersebut awalnya memiliki alamat IP di 117.167.126 Port 80, kemudian pindah ke Port 443.
Semalam, serangan para peretas dimulai pukul 19:00 WIB. Dan karena fans page Facebook hacker yang tergabung dalam Indonesia Security Down Team dihapus Facebook, maka koordinasi serangan dilakukan melalui situs microblogging Twitter.
Koordinasi serangan sangat penting dalam teknik DDOS mengingat serangan dilakukan bersama-sama, dalam waktu yang sama dan ke IP atau situs yang sama.
Sementara itu, hasil penyerangan terhadap IP 210.193.134.135, 12 pada Jumat malam (29/11/2013), situs-situs sempat pingsan semalaman, meski kemudian situs-situs pemerintahan Australia kembali normal, setelah mengganti IP address nya.
IP 210.193.134.135 sendiri sampai saat ini masih dalam kondisi '404 not found' yang berarti server mengalami masalah.
Situs-situs yang sempat terkena meliputi archive.coag.gov.au, careers.pmc.gov.au, www.dpmc.gov.au, www.artbank.gov.au, www.coag.gov.au, www.itsanhonour.gov.au, www.igis.gov.au, www.coagbushfireinquiry.gov.au, www.coagreformcouncil.gov.au, www.mentalhealthcommission.gov.au, www.royalcombci.gov.au dan www.oilforfoodinquiry.gov.au.
Namun begitu, tidak berapa lama, situs normal kembali. Ini bisa saja terjadi jika mereka memiliki pengaman anti DDOS maupun bergerak cepat dengan mengganti IP address sebelumnya dengan yang baru.

Penyadapan Korea dan Singapura di Luar Wilayah Indonesia

Masalah penyadapan yang dilakukan oleh Singapura dan Korea memang tidak boleh dianggap sepele, meski kasusnya berbeda dengan yang dilalakukan oleh Australia.

Penyadapan Korea dan Singapura di Luar Wilayah Indonesia

Untuk kerja sama internasional, masalah seperti ini memang harus dibereskan.

“Ya, informasi yang ada, penyadapan oleh Korea dan Singapura itu berbeda dari aksi Australia. Kedua negara itu melakukan penyadapan terhadap saluran kabel telepon bawah laut di sekitar Singapura. Tapi, apa pun, semua juga terkait soal penyadapan, perlu mendapat penyikapan,” kata  anggota Komisi I DPR M Najib, di DPR, Kamis (28/11).

Dengan begitu, menurut dia, penyadapan yang dilakukan Singapura dan Korea itu dilakukan di luar teritorial Indonesia, sedangkan yang dilakukan oleh Australia terjadi di wilayah Indonesia, langsung terhadap telepon tokoh-tokoh penting RI.

“Jadi, penyikapan kita mungkin perlu sudut pandang yang lain. Ya, nanti kita akan rembug lagi dengan Menlu, dalam kesempatan berbeda,” kata politisi PAN itu.

Sementara itu, sebelumnya, sebelum rapat dengan Komisi I DPR, Menlu Marty Natalegawa telah memanggil  Duta Besar Korea Selatan untuk mengonfirmasi tentang informasi bantuan Korea terhadap penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pejabat Indonesia. Dalam penjelasannya, Dubes Korsel membantah tudingan itu.

“Dubes Korea di Jakarta sudah dipanggil dan menyanggah berita tersebut,” kata Menlu di DPR, Kamis (28/11).

Kementerian Luar Negeri juga memanggil Dubes Singapura untuk Indonesia. Sebab, berdasarkan bocoran dari mantan pegawai Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden, Singapura juga disebut membantu penyadapan yang dilakukan Australia itu.

Namun, Dubes Singapura belum memberikan keterangan yang jelas. “Kalau Dubes Singapura mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintahnya,” tambah dia.

Menlu juga sudah meminta keterangan dari dutabesarnya di Korsel maupun Singapura. “Dubes kita disana juga dimintai keterangan,” tutur Marty.

Berita yang beredar, dokumen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat menyebut AS dan mitra intelijennya yang disebut “Five Eyes” menyadap melalui kabel serat optik kecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia.

Operasi intersepsi melibatkan kerja sama dengan pemerintah setempat dan perusahaan telekomunikasi atau melalui “operasi rahasia”.

Operasi intersepsi kabel bawah laut memungkinkan mitra “Five Eyes”, yakni AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, untuk melacak “siapa pun, dimana pun, dan kapan pun” yang digambarkan sebagai “zaman keemasan” intelijen sinyal.

Indonesia akan Perkuat Armada Kapal Selam

Kapal Selam Kilo
Kapal Selam Kilo

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan penambahan kapal selam sangat penting dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia. Jika Indonesia memiliki armada kapal selam lengkap, Menteri Pertahanan yakin pertahanan negara akan lebih kuat sehingga Indonesia tidak mudah disadap pihak asing.
“TNI Angkatan Laut mengatakan, kalau RI punya kapal selam 10-15 buah, kita tidak akan disadap lagi,” ujar Purnomo Yusgiantoro dalam diskusi panel bertajuk ‘Membangun Kemampuan Kekuatan Pertahanan Berkelanjutan’ yang diselenggarakan Forum Pemred di Jakarta, Jumat 29 November 2013.
Menurut Purnomo, pembangunan sistem pertahanan merupakan bagian dari harga diri bangsa. “Bangsa yang kuat adalah bangsa yang kuat pertahanannya,” ujar dia.
Namun dinamika politik bisa mengancam proses pembangunan alutsista yang telah dipersiapkan dan tengah dilakukan. “Kalau presidennya tidak mengerti militer, bisa saja program tidak berlanjut. Jadi komitmennya harus kuat,”.
Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, dalam forum ini mengatakan TNI Angkatan Laut masih lemah dalam menjaga pertahanan laut. TNI AL perlu diperkuat dengan pembangunan alutsista berupa armada kapal selam yang lengkap.
Sebelumnya, terungkap Indonesia menjadi target penyadapan Australia dan Amerika Serikat. Badan Intelijen Australia (DSD) menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi RI pada Agustus 2009.

Dewan Mufti Rusia diwakili Syeikh Ravil Gaynutdin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr kepada Dubes Hamid Awaludin, (28/11/2011) (photo: Aji Surya/Counsellor KBRI Moskow)
Dewan Mufti Rusia diwakili Syeikh Ravil Gaynutdin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr kepada Dubes Hamid Awaludin, (28/11/2011) (photo: Aji Surya/Counsellor KBRI Moskow)

Motif Penyadapan
Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga penyadapan oleh Australia untuk membidik rencana RI membeli kapal selam Rusia. Pasalnya, tarik-ulur atau negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia terjadi pada Agustus 2009.
“Teknologi kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia) tentu takut sama kita,” kata Hamid kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.
Sejumlah pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini Hamid ada kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. “Sofyan Djalil saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi negosiasi itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak,” kata Hamid.
Penyadapan terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri. Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui Dino.
Pada akhirnya, kata Hamid, Indonesia batal membeli kapal selam Rusia karena alasan keterbatasan biaya. RI akhirnya lebih memilih membeli kapal selam Korea Selatan.
Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari Rusia batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini Rusia kembali menawarkan 10 unit kapal selamnya kepada Indonesia

Pilot TNI AU Ditahan Australia, Hercules Tetap Dikirim

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)

Dua pilot Angkatan Udara Indonesia ditahan di Darwin karena diduga mencoba menyelundupkan burung Nuri Australia di dalam salah satu dari sembilan pesawat Hercules C-130 RAAF yang akan diserahkan ke Jakarta.
Dua kru pesawat itu bagian dari kelompok yang dilatih di Royal Australian Air Force Base Richmond, untuk menerbangkan Hercules, yang diserahkan kepada Indonesia meski ketegangan diplomatik terjadi disebabkan tindakan Australia memantau telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
The Australian Customs and Border Protection Service (ACBPS) mengeluarkan pernyataan, hanya dua warga negara Indonesia yang diinvestigasi dalam kaitannya dengan dugaan penyelundupan satwa liar.
“Karena ini masih proses investigasi, ACBPS tidak akan mengeluarkan komentar lebih lanjut,”ujar ACBPS .
“Australia memiliki hukum yang sangat kuat untuk melindungi satwa liar terhadap aktivitas ilegal dan ACBPS mengambil tindakan terhadap setiap upaya pelanggaran hukum.”

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)

Pesawat pertama dari sembilan Hercules C-130 telah diserahkan (was handed over) meskipun Indonesia menghentikan kerjasama militer dan keamanan dengan Australia, pasca kasus skandal mata-mata meletus .
Australia memahami Indonesia telah membayar $ 30 juta untuk pesawat dan angkatan udara Indonesia sangat membutuhkannya untuk membawa peralatan dan personil di kepulauan Indonesia yang luas.
Hercules pertama dari pesawat C-130H model lama telah diperbaharui dan dicat dengan warna Indonesia .
Sembilan pesawat tersebut telah bertahun-tahun terlibat tugas berat aktifitas RAAF di Irak dan Afghanistan. Pesawat angkut ini telah diganti dengan Hercules model lebih baru, serta pesawat angkut raksasa C- 17 Globemaster ll, untuk Royal Australian Airforce .

Indonesia Malaysia dan Sukhoi T-50 PAK FA


SAAB Swedia tawarkan JAS-39 C/D Gripen kepada Malaysia (photo: SAAB)
SAAB Swedia tawarkan JAS-39 C/D Gripen kepada Malaysia (photo: SAAB)

Perusahaan SAAB Swedia, optimis Malaysia akan memilih pesawat tempur lightweight single engine multirole JAS-39 C/D Gripen, sebagai pengganti MiG-29N Fulcrum Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang akan dipensiunkan. Juru bicara SAAB Internasional, Thimas Linden mengatakan (20/11/2013), TUDM sedang mengkaji pesawat JAS-39 C/D Gripen dan pejabat Malaysia telah melakukan kunjungan ke SAAB Swedia.
Pesawat tempur JAS-39 C/D Gripen, merupakan satu dari empat calon pengganti MiG-29N Fulcrum TUDM. Pesaing lainnya:  Boeing F/A-18E/F Super Hornet AS, Rafale Perancis dan Eurofighter Typhoon Inggris.
SAAB merasa cukup optimis karena Angkatan Tentera Malaysia (ATM) juga menggunakan berbagai produk buatan SAAB termasuk: Multirole man-portable shoulder-fired weapon Carl-Gustaf, Combat Management System Saab 9LV Mk4 untuk frigate Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) 9LV, serta Radar Pertahanan Udara Giraffe 40.
SAAB Swedia juga menyuplai Radar Sea Giraffe untuk (KD) Lekiu, Radar ARTHUR “Artillery Hunting Radar”, Electronic warfare (EW) system untuk Sukhoi 30 MKM, serta radar maritim. Kerjasama militer Malaysia denga SAAB cukup meningkat pesat, untuk itu SAAB optimis akan didaulat sebagai pemenang tender pengganti Mig 29N TUDM.

Dassault Rafale Perancis
Pesawat Tempur Rafale, Dassault Aviation Perancis

Namun Perancis melalui Dassault Aviation tidak kalah cerdik dalam menawarkan pesawat tempur Rafale. Dassault Aviation menawarkan perakitan pesawat tempur Rafale di Malaysia. Mereka juga siap berbagi teknologi dan Malaysia didaulat untuk ikut memasok sebagian komponen pesawat tempur Rafale.
Menurut perwakilan Dassault Aviation, Daniel Fremont, apa yang ditawarkan Dassault Aviation merupakan proyek khusus, untuk membangun pesawat masa depan Malaysia. “Objektif utama bukan ekonomi, tetapi pendidikan agar anda dapat menyelenggarakan sendiri jet berkenaan”, ujar Daniel Fremont merayu.
Tidak hanya Dassault Aviation dan SAAB, Eurofighter Typhoon Inggris juga optimis karena merasa memiliki kedekatan sesama negara persemakmuran, begitu pula dengan Boeing F/A-18E/F Super Hornet AS, yang mempunyai tekanan politik tinggi untuk suplai suku cadang dan persenjataan F/A- 18 yang dimilii Malaysia saat ini. Di saat-saat terakhir, Rosoboronexport Rusia juga masuk menawarkan paket upgrade Mig-29N Malaysia, untuk memperpanjang usia pesawat 40 tahun.

Mig-29 N RMAF, Malaysia
Mig-29 N RMAF, Malaysia (photo: Airliners.net)

Yang mana akan dipilih Malaysia ?.
Malaysia masuk dalam situasi dilematis. Meng-upgrade atau mengganti Mig 29N Fulcrum dengan pesawat-pesawat generasi ke 4 di atas, tidak memecahkan persoalan, ketika negara tetangga seperti Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi ke 5, F-35 dari Amerika Serikat. Sementara Indonesia pun belum menentukan pilihannya.
Jika negara tetangganya Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi ke 5, F-35, maka membeli pesawat tempur generasi ke 4, untuk proyeksi masa depan, adalah sesuatu yang mubazir.
Pada bulan Februari 2003 Singapura bergabung dalam program pembuatan pesawat tempur siluman F-35. Sebagai anggota Security Cooperative Participant (SCP), Singapura diberi kesempatan untuk mengeksplorasi F-35 sesuai kebutuhan khusus yang diinginkan. Singapura kemungkinan memilih model F-35B yang memiliki fungsi STOVL(short take-off and vertical landing). F-35 Joint Strike Fighter (JSF) programme, melibatkan 10 negara di luar AS yakni: Inggris, Italia, Kanada, Norwegia, Turki, Denmark, Belanda, Australia, Jepang dan Korea Selatan.
Setelah digelarnya Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition LIMA, 26 Maret 2013, Malaysia mulai tertarik dengan SU 35 Hunter Killer atau Sukhoi T-50 PAK FA. Namun dalam Paris Airshow 21 Juni 2013, Wakil Rosoboronexport Victor Komardin hanya menawarkan tambahan Sukhoi SU-30M Flanker, yang merupakan jet tempur tercanggih yang dioperasikan Royal Malaysian Air Force/ RMAF.

Sukhoi T-50 PAK FA
Sukhoi T-50 PAK FA

Atas keinginan Malaysia untuk mendapatkan Sukhoi T-50 PAK FA, Victor Komardin menjelaskan:”Rusia sedang menimbang permintaan pesawat generasi kelima, seperti yang diinginkan pemerintah Malaysia. Pilihannya mungkin Sukhoi PAK FA atau versi flanker yang lebih advance, yakni SU-35″. Malaysia belum mendapatkan jawaban.
Akibatnya, tanggal 9 September 2013 Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein menyampaikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Menurutnya tidak ada rencana dari pemerintah saat ini untuk mengganti skadron Mig-29 dengan pesawat tempur yang baru. Penggantian dan pembelian pesawat tempur baru, harus dilihat dalam konteks keamanan dan ancaman negara Malaysia.
“Untuk saat ini, pemerintah belum memiliki rencana untuk mengganti Mig-29 ataupun Sukhoi. Kami justru mengupayakan pemenuhan persenjataan untuk skadron helikopter Agusta dan upgrade Helikopter Nuri”, ujar Menteri Pertahanan Malaysia.
Situasi serupa juga dialami oleh Korea Selatan. Namun Korsel telah mengambil keputusan dengan mendepak F-15 Silent Eagle – Boeing, atau pun Typhoon – Eurofighter, dan langsung lompat membeli pesawat generasi kelima F-35 Lockheed Martin. Korea Selatan mengambil langkah tersebut karena negara tetangganya seperti China, Jepang dan Rusia juga menyiapkan pesawat generasi ke 5. Prototype Sukhoi T-50 PAK FA pertama kali terbang 29 Januari 2010. Angkatan Udara Rusia diproyeksikan menerima 60 pesawat Sukhoi T-50 PAK FA pada tahun 2016.

Bagaimana dengan Indonesia ?
Posisi Indonesia hampir sama dengan Malaysia. Indonesia lebih sulit lagi karena RAAF Australia sebentar lagi menerima pesawat F-35 pertamanya, yakni bulan Juni 2014. Tidak terbayangkan pesawat F-35 Singapura dan Australia bisa menari-nari di dekat wilayah atau di atas wilayah udara Indonesia, tanpa kita mampu mendeteksinya.
Jika Singapura berkonflik dengan Malaysia, tentunya F-35 Republic of Singapore Air Force’s (RSAF) bisa diposisikan sebagai armada pemukul, untuk menusuk ke dalam wiayah Malaysia. Sementara F-16 block 52 diposisikan sebagai air defence. Skenario yang sama diterapkan Korea Selatan dalam mengantisipasi ancaman Korea Utara. Australia pun tampaknya tidak jauh dari skenario tersebut.
Seperti apa skenario Indonesia untuk menghadapi tantangan dan perubahan ini ?. Belum jelas. langkah Indonesia dan Malaysia, sama sama belum jelas dalam mengantisipasi kehadiran F-35 atau pesawat siluman dari tetangganya.

F-16 Block 25 yang dihibahkan ke Indonesia selagi bertugas di Air National Guard (photo; F-16.net)
F-16 Block 25 yang dihibahkan ke Indonesia selagi bertugas di Air National Guard (photo; F-16.net)

Untuk mengisi kurangan pesawat saat ini, Indonesia justru membeli 24 pesawat bekas F-16 block 25 dari AS. Indonesia telah melepas salah satu kartu truf-nya dengan pembelian pesawat lawas tersebut. Dalam 5-10 tahun ke depan pesawat SU-30 MK2 dan F-16 block 25 Indonesia, harus berhadapan dengan F-16 block 52 dan F-35 Singapura, atau F/A 18 Hornet dan F-35 Australia.
Australia dan Singapura terlihat memiliki agenda yang lebih terukur.
Indonesia belum bisa berharap banyak dengan proyek pesawat tempur KFX. AS masih mencoba menarik proyek KFX ini agar menjadi KFX E, singgle engine yang lebih sebagai upgrade single TA-50 atau F-16. Sementara Korea Selatan bersikukuh untuk membangun KFX C103 twin engine dengan fitur weapons bay (stealth). Tanpa didukung AS, Korea Selatan akan kesulitan untuk mendapatkan fitur stealth tersebut. Kasus Korea Selatan ini mirip dengan cerita saat Jepang ingin membangun pesawat tempur sendiri namun diredam oleh AS.
Kalau pun jadi, pesawat KFX akan operasional sekitar tahun 2023-atau 2025. Untuk menutup gap tersebut, Korea Selatan memesan 40 pesawat F-35 dalam menghadapi tantangan di depan mata.