Minggu, 04 September 2016

Lurssen VSV 15: Kapal Interceptor dengan Kecepatan Maksimum 50 Knot!

1

Mungkin banyak orang mengira bahwa kapal patroli tercepat ada di armada TNI AL, pasalnya di TNI AL ada Satuan Kapal Cepat (Satkat) yang menaungi jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) dan KCT (Kapal Cepat Torpedo). Ditambah lagi Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) punya X38 Combat Boat. Namun fakta sebenarnya kapal patroli tercepat justru ada di Satuan Bea Cukai Kementerian Keuangan.

Jika ditelaah, armada kapal dari Satkat dan Satuan Kapal Patroli (Satrol) TNI AL, punya kecepatan maksimum di kisaran 30 knot. Sementara X38 Combat Boat milik satuan elite Kopaska, kecepatan maksimumnya 40 knot. Dan kesemuanya ‘tumbang’ saat harus berhadapan dengan Lurssen VSV 15 buatan Lurssen Werft, Jerman. Nama Lurssen sendiri sudah tak asing, pasalnya galangan kapal inilah yang berlaku sebagai principal atas desain kapal patroli seri FPB-57. Sementara banyak publik yang belum tahu bahwa selain FPB-57, nyatanya Lurssen masih sangat eksis di dunia perkapalan Tanah Air.

4098526_20130628090319

KARIMUN-Kantor-Wilayah-Khusus-Direktorat-Jendral-Bea-Dan-Cukai-Kepulauan-Riau-memamerkan-kapal-patroli-super-jenis-VSV-buatanspeed-boat-bea-cukai-vanpire-VSV--15-Bea-Cukai-(Evanezar-H)

Lurssen VSV 15 memang bukan kapal patroli biasa, desainnya mengacu pada model VSV (Very Slender Vessels) menjadi desain kapal ini begitu pipih dan terkesan runcing. Desain ini sekilas mengingatkan pada KCR Klewang Class yang dibangun PT Lundin Industry Invest (NorthSeaBoats). Dalam pakem pasukan elite Inggris SAS (Special Air Service), model kapal jenis ini juga disebut ultra high speed boat. Karena VSV pada hakekatnya disasar lebih untuk tugas sebagai interceptor, melakukan perburuan, penyergapan sampai infiltrasi. Bahkan Korea Utara di tahun lalu sempat terendus sedang melakukan uji coba VSV yang disinyalir punya kemampuan stealth.
VSV milik satuan elite SAS Inggris.
VSV milik satuan elite SAS Inggris.
Melaju dengan kecepatan tinggi menimbulkan impact besar, jika dipasangi RCWS harus dilengkapi kubah pelindung.
Melaju dengan kecepatan tinggi menimbulkan impact besar, jika dipasangi RCWS harus dilengkapi kubah pelindung.
Nah, tentang Lurssen VSV 15 secara spesifikasi punya kecepatan maksimum 50 knot (setara 92,6 km per jam), sementara kecepatan jelajahnya 30 knot (setara 55,5 km per jam). Sungguh kecepatan yang luar biasa untuk ukuran wahana yang melaju di permukaan laut. Selain harus ditunjang bodi super streamline, material pada kapal juga harus dirancang khusus untuk menahan impact yang begitu keras dari air dan angin, untuk itu Lurssen VSV 15 dilengkapi bahan kevlaar, yang juga membuat lambung kapal jadi anti peluru dan mampu ‘memecah’ gelombang tinggi.

742vsv_16m.003

Lurssen VSV 15 dirancang oleh biro desain Paragon Mann, secara keseluruhan kapal ini punya panjang 16 meter dan lebar 2,9 meter. Dirunut dari kehadirannya, Lurssen VSV 15 bukan lagi barang baru bagi Korps Bea Cukai, kapal dengan kapasitas lima penumpang ini datang di Indonesia dengan cara dirakit pada tahun 1999, kemudian mulai bergabung dengan Armada Barat Pangkalan Sarana Operasi Bea Cukai Tanjung Balai Karimun pada tahun 2000. Sampai saat ini Bea Cukai mengoperasikan sembilan unit Lurssen VSV 15.
VSV Korea Utara yang berhasil difoto, kapal ini diduga akan digunakan untuk misi infiltrasi.
VSV Korea Utara yang berhasil difoto, kapal ini diduga akan digunakan untuk misi infiltrasi.
Berdasarkan keterangan dari pihak Bea Cukai, kapal ini sangat efektif digunakan pada perairan Kepulauan Riau (Kepri). Beberapa kali aksi penyelundupan dapat digagalkan dengan mengerahkan Lurssen VSV 15. (Gilang Perdana)
 

KRI Silas Papare 386: Jadi Korvet Parchim Kedua Pengguna Kanon CIWS Type 730

Silas-papare-2

Banyak pemerhati alutsista yang bertanya-tanya, setelah KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, siapa lagi diantara armada korvet Parchim Class TNI AL yang akan dipasangi kanon CIWS (Close In Weapon System) Type 730 kaliber 30 mm? Maklum saja, jumlah Parchim Class total ada 16 unit dan sejak akhir tahun 2014 sampai saat ini, baru satu unit yang telah menggunakan kanon Type 730. Mengingat keuangan negara yang terbatas dan antrian jadwal docking kapal perang, proses instalasi pun nyatanya tetap berjalan secara bertahap.

Setelah korvet KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, maka yang beruntung mendapat giliran kedua di upgrade senjatanya adalah KRI Silas Papare 386, kesemua korvet Parchim Class masuk ke dalam Satkor (Satuan Kapal Eskorta). Dikutip dari Janes.com (24/8/2016), pada 23 Agustus lalu telah dilakukan pendatanganan kontrak antara pihak manufaktur, yakni Norinco dan TNI AL di Mabes TNI AL Cilangkap, Jakarta Timur.

Selanjutnya untuk proses instalasi, yakni dengan mengganti kanon jenis lama AK-230 kaliber 30 mm ke Type 730 akan dilakukan di galangan PT PAL, Surabaya. Menurut rencana, proses instalasi akan rampung pada tahun 2017 mendatang.
KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 saat masih menggunakan kanon AK-230
KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 saat masih menggunakan kanon AK-230
Selain karena urusan harga, rancang bangun CIWS ini pun memang mencomot aroma senjata khas Rusia, sehingga ada kecocokan untuk korvet Parchim. Sebagai kanon CIWS modern, Type 730 menggunakan modul terpadu untuk penempatan laras putar, perangkat sensor optik penjejak dan radar. Pihak AL Cina memberi kode Type 730 dengan identitas H/PJ12 . Di lingkungan AL Cina, Type 730 sudah diadopsi di banyak kapal perang, mulai dari kelas korvet, frigat, perusak, hingga kapal patroli cepat. Bila diperhatikan dari segi desain, nampak paduan elemen Type 730 agak menyerupai Goalkeeper, CIWS buatan Belanda. Sementara, untuk teknologi laras putar Gatling-nya, banyak disebut-sebut mencontek GAU-8/A Avenger buatan General Electric yang terpasang pada pesawat A-10Thunderbolt II.

KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 setelah rampung dipasangi kanon Type 730
KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 setelah rampung dipasangi kanon Type 730
Lalu bagaimana dengan daya hancur Type 730? Bila AK-230 hanya mampu memuntakan 1.000 proyektil per menit, maka Type 730 jauh lebih sadis, kanon dengan kendali elektrik dan hydraulic driven ini maksimum bisa mengumbar 5.800 proyektil dalam satu menit. Jelas urusan daya hancur dan kemampuan mengentikan laju rudal anti kapal pun meningkat drastis. Jarak tembak efektif kanon ini mencapai 3.500 meter. Jenis amunisi yang digunakan mulai dari armour-piercing discarding sabot (APDS), high explosive incendiary (HEI) dan target practice (TP) untuk latihan. Menurut rilis, sasaran yang melesat hingga kecepatan Mach 2 masih dapat ditangkal Type 730. Jumlah stok amunisi yang siap digunakan adalah 1.000 peluru.

Bekal radar menjadi elemen vital dari sistem CIWS, Type 730 menggunakan jenis radar TR-47C. Pihak Xi’an Research Institute of Navigation Technology menyebutkan radar tracking ini berjalan di J-band dengan frekuensi 15.7 Ghz dan 17.3 Ghz. Jangkauan deteksi radar TR-47C mencapai 9.000 meter. Dalam teorinya, 48 sasaran dapat dipindai secara bersamaan. Dalam konsol senjata, tempatnya berada di samping radar ditempatkan perangkat optronics (electro optics) dari jenis OFC-3. Dalam bentuk modular, OFC-3 merangkum beberapa sensor, seperti laser range finder, color TV camera, dan infra red camera. Dalam versi yang lebih maju, laser range finder dapat diganti laser designator untuk membaca manuver SAM (suface to air missile). Juga TV camera dapat diganti dengan night vision camera. Kemudian infra red camera bisa diganti dengan ImIR, tentunya semuanya berdampak pada harga jual CIWS.

Dalam simulasi tempur, radar dapat melacak sasaran di permukaan laut seukuran 0,1 meter persegi pada jarak 8 km, bisa diperpanjang hingga 15 km untuk deteksi sasaran 2 berukuran dua meter persegi. Kemudian ukuran sasaran 10 meter persegi dari jarak 20 km. Kemampuan deteksi radar mencakup sasaran yang melaju sea skimming, terbang rendah diatas permukaan laut untuk menhindari deteksi radar. Namun tentunya, sistem penembakkan kanon baru dapat merespon saat sasaran berada di jarak jangkau tembakan (3 ribuan meter).

Untuk sistem kendali penembakkan (fire control system) mengusung teknologi autonomous closed-loop system, teknologi ini digadang bakal memberi reaksi lebih cepat ketimbang CIWS jenis AK-630 buatan Rusia. Sebagai informasi, AK-630M telah digunakan oleh TNI AL di Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Untuk misi pemasaran di Luar Negeri, Type 730 dirancang full kompatibel dengan combat data system dari buatan Tiongkok dan Eropa. Dari Tiongkok dikenal model ZKJ-1, ZKJ-4, ZKJ-4A-3, ZKJ-5, ZKJ-6, ZKJ-7, H/ZBJ-1, dan dari Eropa/NATO seperti Thomson-CSF TAVITAC. Agar lebih memikat calon pembeli, sistem Type 730 dapat diintegrasikan secara langsung dengan combat data system tadi tanpa perlu dilakukan modifikasi. (Haryo Adjie)
 

Awak Kapal Selam KRI Nanggala 402 Uji Free Escape dengan SEIE MK-10 Suite

KRI Nanggala 402
KRI Nanggala 402
Kapal Selam KRI Nanggala 402 saat melaksanakan operasi di utara Pulau Sapudi mengalami kerusakan pada sistem Udara Tekanan Tinggi (UTT), sehingga kapal selam tidak dapat timbul ke permukaan. Sebagai upaya terakhir kapal selam melaksanakan peran peninggalan. Dengan kondisi ini, seluruh awak kapal selam melaksanakan free escape ke permukaan dengan menggunakan MK-10 melalui conning tower.

Melewat masa yang penuh adrenalin, akhirnya para escapees muncul ke permukaan dan melaksanakan recovery oleh tim Dislambair Koarmatim serta tim Paramedis. Selanjutnya para korban dibawa ke Element Gear Ship (EGS) yang didalamnya terdapat tim kesehatan Hyperbaric untuk melaksanakan Medical Theratment di Chamber. Para personil yang mengalami trauma hipotermia kemudian di evakuasi ke Lakesla dengan Evakuasi Medis Udara (EMU) dengan menggunakan helikopter.

penyelamatan-penumpang-kapa

Hal diatas adalah skenario dalam praktek SAR kapal selam yang berlangsung 12 Agustus lalu di Kolam Basin Koarmatim, dipimpin oleh Komandan Satuan Kapal Selam (Dansatsel) Koarmatim, Kolonel Laut (P) Indra Agus Wijaya selaku Perwira Pelaksana Latihan (Papelat). Yang menarik dalam latihan tersebut digunakan MK-10 untuk penyalamatan. Yang jadi pertanyaan apakah MK-10 tersebut?

Identitas lengkapnya adalah Submarine Escape Immersion Equipment (SEIE) MK-10 Suite, yakni berupa kostum (pakaian khusus) yang menutupi keseluruhan tubuh awak ini, dilengkapi dengan kemampuan menahan tekanan air, memberi perlindungan dari penyakit dekompresi, hipotermia, dan perubahan iklim yang ekstrim. Maklum saja, awak kapal selam yang telah berhasil keluar dan mencapai permukaan, bakal menghadapi situasi yang rawan, seperti tinggi gelombang dan temperatur air yang dingin. Selama proses evakuasi, pakaian sudah dilengkapi dengan tabung oksigen dan raft tools kit.

Submarine Escape Immersion Equipment yang dilengkapi raft tools kit.
Submarine Escape Immersion Equipment yang dilengkapi raft tools kit.
Raft tools ketika mengembang di permukaan.
Raft tools ketika mengembang di permukaan.
SEIE suite yang digunakan TNI AL adalah jenis MK-10 buatan Inggris. MK-10 suite dapat digunakan untuk evakuasi awak kapal selam dari kedalaman maksimum 182 meter. Selain AL Inggris, MK-10 sejauh ini telah digunakan di kapal selam USS Toledo (SSN-769) dan USS Los Angeles (SSN-688). KRI Nanggala 402 dan KRI Cakra 401 memang tidak dilengkapi pintu darurat yang bisa terkoneksi dengan DSRV (Deep Submergence Rescue Vehicle), baru pada kapal selam Nagabanda Class (aka – Changbogo Class) telah dilengkapi pintu khusus untuk evakuasi.

US_Navy_041012-N-0879R-001_

Musibah Saat Latihan Evakuasi di KRI Cakra 401
Untuk pertama kalinya, Korps Hiu Kencana TNI AL pada 7 Februari 2012, melaksanakan latihan basah untuk proses evakuasi kapal selam. Sebagai wahana uji dipilih KRI Cakra 401 yang berada di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur.

Skenario dari latihan ini adalah karamnya KRI Cakra 401 bersama 6 awaknya, karena mengalami kerusakan mesin. Satu persatu awak akan diselamatkan dari conning tower kapal selam, untuk kemudian naik ke permukaan laut. Keenam personel dibagi ke dalam tiga gelombang dan setiap gelombang dua orang. Dalam simulasi pertama dan kedua, para korban muncul ke permukaan air dalam waktu 15 menit. Namun dalam proses penyelamatan ketiga terjadi masalah.

34

Tim yang ada di permukaan telah menunggu sekitar 30 menit akan tetapi kedua awak kapal belum muncul juga. Setelah lama ditunggu, Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel, Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, muncul ke permukaan dengan kondisi yang cedera parah. Hidung dan telinga mereka mengeluarkan darah, serta tidak sadarkan diri, hingga akhirnya nyawa mereka tak dapat diselamatkan.

Diduga tabung oksigen yang melekat di baju khusus mereka tidak berfungsi/selangnya lepas. Karena tidak ada oksigen, mereka terpaksa naik ke permukaan laut dengan cepat, sehingga mengalami dekompresi.

Dekompresi adalah akumulasi nitrogen yang terlarut saat menyelam dan membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf. Udara yang kita hirup adalah oksigen dan nitrogen. Namun gas nitrogen tidak digunakan tubuh. Akibatnya, gas Nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam, proporsional dengan durasi dan kedalaman penyelaman.

Masalah terjadi, bila penyelam naik dengan cepat dari kedalaman tertentu, ke permukaan air. Hal ini seperti botol bir yang dikocok lalu kita buka tutupnya. Akumulasi nitrogen di dalam cairan tubuh penyelam dilepas dalam bentuk gelembung udara akibat penurunan tekanan secara drastis. Buih-buih inilah yang menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia dan berakibat fatal. (Haryo Adjie)
 
(id) 

Ada Raisa di Depan Istana Negara, Siap Mengurai Massa!

P_20160817_180819_BF

Tampilannya lumayan mencolok di sudut utara Jalan Merdeka Barat, dibalut warna hijau loreng, sosok Raisa yang berjarak tak jauh dari gerbang Istana Negara sontak menjadi perhatian banyak orang. Inilah Raisa (Kendaraan Pengurai Massa) yang digelar untuk suatu waktu diperlukan guna mengurai konsentrasi massa di depan Istana dan area sekitar lapangan Monas saat perayaan HUT RI ke-71 hari Rabu lalu.

Siapakah Raisa? Dari tampilannya Raisa diusung oleh kendaraan offroad 4×4 dari jenis Nissan Frontier. Mengingatkan pada rantis Direction Finder YonHub TNI AD yang juga memakai kendaraan yang sama. Meski berbalut cat loreng, Raisa berplat hitam, yang artinya kendaraan ini berstatus milik sipil. Yang membuat Raisa menarik adalah adanya dua unit speaker dalam ukuran besar yang ditempatkan di bagian belakang.

P_20160817_180806_BF

Meski tampil sangar bak rantis (kendaraan taktis), sejatinya Raisa diciptakan untuk menjalankan dua fungsi, pertama untuk mengurai massa dan kedua untuk public announcement bila terjadi bencana alam atau tsunami. Khusus untuk fungsi yang pertama, apabila dipasang frekuensi tertentu, bunyi speaker Raisa akan sangat memekakkan telinga dan membuat demonstran lari dan bubar. Yang menjadi istimewa pancaran suara dari kendaraan ini bisa didengar hingga jarak satu kilometer.

Raisa sendiri merupakan produksi dalam negeri, yakni diciptkan oleh perusahaan V8sound.com. Keterlibatan Raisa di sekitar area Istana diperkirakan tak lepas dalam upaya mendukung tugas dalmas kepolisian. Raisa belum lama ini ditampilkan dalam ajang Prolight and Sound Messe di Frankfurt Jerman, 5 – 8 April 2016 lalu. Kabarnya teknologi speaker ini banyak diminati pihak asing. (Hans)
 
(id) 

Avibras AV-LM 70/7 SF M9 MK2: Peluncur Roket FFAR di EMB-314 Super Tucano TNI AU

uji-peluncur-roket-ffar

Jika dirunut dari awal kehadirannya, kini usia pakai pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano batch pertama baru menapaki empat tahun penugasan di Skadron Udara 21. Sesuai asasinya, Super Tucano menjadi tumpuan dalam beragam ajang latihan tempur TNI AU, terutama dalam misi BTU (Bantuan Tembakan Udara). Maklum porsi Super Tucano dituntut mampu mengimbangi pedahulunya OV-10F Bronco yang telah pensiun pada tahun 2007 silam.

SKYFIRE 70-4

Setelah diterbangkan dari Brasil dalam beberapa gelombang, formasi 16 unit EMB-314 Super Tucano resmi terbentuk pada Februari 2016. Melihat kedatangan yang bergelombang, lantas seperti apa postur senjata yang melengkapi armada Super Tucano TNI AU? Bagi pemerhati alutsista mungkin dapat langsung menebak, bahwa racikan senjata Super Tucano TNI AU tak akan jauh beda dari generasi pesawat COIN (Counter Insurgency) OV-10F Bronco, yakni masih berkutat pada kombinasi senapan mesin internal, roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket ) 2.75 Inchi, dan dumb bomb dari berbagai tipe. Belum ada tanda-tanda bahwa Super Tucano akan dilengkapi rudal, pasalnya spesifikasi Super Tucano memungkinkan untuk dipasangi jenis rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder dan rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick. Dua jenis rudal yang eksisiting ada di arsenal kesenjataan TNI AU.
Peluncur Avibras AV-LM 70/7 SF M9 MK2.
Peluncur Avibras AV-LM 70/7 SF M9 MK2.
Uji statis peluncur Avibras AV-LM 70/7 SF M9 MK2.
Uji statis peluncur Avibras AV-LM 70/7 SF M9 MK2.
Namun karena diproyeksi untuk mengatasi lawan (sasaran) berkualifikasi rendah – menengah, fokus senjata Super Tucano ya masih akan di zona senapan mesin, roket dan bom. Secara sistem, Super Tucano dilengkapi dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) FN Herstal M3 kaliber 12,7 mm (varian Browning M2HB). Masing-masing pucuk SMB ada di sayap, sementara untuk bom bersifat fleksibel, tak ada pantangan untuk menebar bom MK81/MK82 atau bom P-100L sekalipun.

EMB-314 Super Tucano TNI AU membawa tiga bom MK82.EMB-314 Super Tucano TNI AU membawa tiga bom MK82.Nah, untuk roket memang merujuk ke jenis FFAR yang juga sangat populer di lingkungan TNI AD. Tentang roket di Super Tucano TNI AU, didatangkan jenis peluncur baru AV-LM 70/7 SF M9 MK2. Yang menarik, sejatinya AV-LM 70/7 digadang sebagai bagian dari sistem roket Skyfire 70. Baik peluncur AV-LM 70/7 dan roket Skyfire adalah buatan Avibras Industria Aerospacial, Brasil, holding manukftur yang juga memproduksi MLRS ASTROS II MK6 untuk Armed TNI AD.

Skyfire 70 dan roket FFAR 2.75 produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengusung jenis kaliber 70 mm. Di kelas roket ini, juga ada Hydra 70 produksi General Dynamics Armament and Technical Products (GDATP) yang akrab digunakan pada helikopter serbu AH-64 Apache. Karena stok roket FFAR yang cukup melimpah, ditambah PT DI telah mampu memproduksi berdasarkan lisensi dari Force de Zeeburg Belgia.
Paket rudal Skyfire 70 dan peluncurnya.
Paket rudal Skyfire 70 dan peluncurnya.
Melihat spesifikasi, dimungkinkan untuk meluncurkan roket FFAR PT DI dari peluncur AV-LM 70/7 SF M9 MK2, maka untuk menjamin akurasi dan kompabilitas, TNI AU telah melakukan uji coba penembakan, baik secara statis di ground, dan uji langsung di udara. Dari pelaksanaan uji didapatkan kesimpulan bahwa Roket Launcher AV-LM dapat meluncurkan Roket FFAR kaliber 2.75 inchi MK 4 MOD 10 dengan aman baik secara single maupun ripple.

Tentang peluncur roket AV-LM 70/7 SF M9 MK2 pada Super Tucano, sejatinya mirip dengan peluncur roket FFAR di pesawat OV-10F Bronco yang mengadopsi jenis XM157 Rocket Pod. Kedua peluncur roket (dispenser) sama-sama berisi tujuh slot peluncur. Berikut spesifikasi peluncur roket AV-LM 70/7 SF M9 MK2:

Number of rockets per launcher: 7
Tube material: Aluminium
Reusable: Yes
Method of firing: Ripple or Single
Weight (empty and without frontal fairing): 37.2 kgf
Length (without frontal fairing): 1650 mm
External diameter: 257 mm
Operational temperature: -40 ºC to +70 ºC
Storage temperature: -30 ºC to +65 ºC

PT. DI membuat dua varian dari roket FFAR, yakni RD 701 berbasis FFAR Mk 4 dan RD 7010 berbasis FFAR Mk 40. RD 701 digunakan pesawat tempur ( hi-speed aircraft ), sedang RD 7010 untuk Helikopter (low-speed aircraft). PT DI juga membuat beberapa jenis hulu ledak untuk roket ini. Diantaranya WD 701 (HE), WD 703 (smoke) dan WD 704 (inert ). Untuk tipe FFAR MK4 yang digunakan pada EMB-314 Super Tucano, punya berat 5 kg serta panjang 1005,9 mm, roket ini dapat melesat dengan kecepatan 600 meter per detik, sementara jarak tembaknya mencapai 6 Km. (Haryo Adjie)
 
 
(id) 

Pindad APR-1V: Jejak Rantis Lapis Baja Battle Proven di Bumi Rencong

images

Urusan merancang dan produksi rantis (kendaraan taktis) lapis baja beroda ban sudah dikuasai industri di dalam negeri, tebaran jenis rantis, mulai dari sebatas prototipe sampai yang sudah operasional ragamnya lumayan banyak di kesatuan TNI dan Polri. Namun dari sekian nama-nama rantis lapis baja, tak banyak yang lahir karena tuntutan dalam operasi militer yang sesungguhnya. Dan bila bicara rantis lapis baja yang ‘born to fight,’ maka tak bisa dilupakan sosok APR-1V buatan PT Pindad.

images-(2)apr-1

APR (Angkut Personel Ringan)-1V yang masuk kategori Armoured Personnel Carrier (APC) diciptakan PT Pindad terkait kebutuhan operasi militer di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) pada tahun 2003 – 2004. Pada awalnya Pindad telah memproduksi APR 4×4 yang menggunakan rangka dan mesin (undercarriage) Isuzu 120PS. Dengan latar aroma embargo peralatan militer oleh AS sejak 1999, turut mendorong percepatan rekayasa rantis lapis baja, selain juga karena kebutuhan operasi militer di NAD yang menuntut kehadiran kendaraan lapis baja sekelas panser ringan untuk menumpas separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Sebagai produk yang dirancang serba ekspres, tampilan APR-1V bisa dibilang terkesan jadoel, tidak mencerminkan rantis lapis baja modern. Jika dibandingkan dengan Pindad Komodo Halilintar 4×4 dan Komodo Intai, maka APR-1V jelas kalah sangar. Desainnya terlihat kaku, dan sekilas mengingatkan pada desain kaku rantis lapis baja milik Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) Commando Ranger atau BTR-40 Kompi Kavaleri TNI AD.

IMG-20160813-WA0003

big4012004-(1)
Interior APR-1V
APR-1V diambil dari sasis truk Isuzu NKR 55
APR-1V diambil dari sasis truk Isuzu NKR 55
Meski begitu, APR-1V sudah menyandang gelar battle proven dalam operasi Darurat Militer di Aceh. Melihat keandalan dan kebandelannya beroperasi di segala medan plus kemampuannya yang sudah teruji dilapangan, termasuk di kemiringan 60 derajat, maka tak salah jika APR-1 menjadi salah satu ranpur buatan Indonesia yang mendapat predikat battle proven. Dari 40 APR-1 yang digelar di Aceh, hanya dua unit yang mengalami kerusakan (satu kecelakaan dan satu lagi karena diterjang Tsunami).

Panser beroda empat ini menggunakan sasis dan mesin truk ringan Isuzu Elf NKR 55 berpenggarak 4×4. Jika melihat sosoknya, panser ini lebih menyerupai mobil Kijang dengan bodi ramping dan memanjang yang dipasangi “baju” lapis baja anti peluru. Walaupun mengadopsi sasis truk sipil, kemampuan panser ini tak bisa dianggap remeh. Lihat saja kemampuannya dalam melahap berbagai medan berat dan terjal. Tak ketinggalan kemampuannya bermanuver dengan lincah dan gesit menjadi keunggulan tersendiri.

Ketahanan lapis bajanya memang belum sanggup menahan terjangan RPG, namun untuk terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dari segala arah dapat ditahan. Selain itu dibagian atas panser terdapat turret atau menara putar yang dapat berputar 360 derajat sebagai kubah tempat penembak. Sayangnya, kubah gunner masih semi terbuka dan serba manual, sehingga juru tembak rawan dibidik oleh sniper.

Gunner pelontar granat otomatis AGL-40 di APR-1V.
Gunner pelontar granat otomatis AGL-40 di APR-1V.
Dari aspek persenjataan, APR-1 mampu menggotong beragam senjata standar, mulai dari pelontar granat otomatis AGL-40, senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm, dan senapan mesin sedang GPMG (General Puspose Machine Gun) FN MAG kaliber 7,62 mm. Untuk perlindungan dan pelarian, pada sisi kubah terdpat pelontar granat asap kaliber 60 mm.

Gunner FN MAG 7,62 di kubah APR-1V
Gunner FN MAG 7,62 di kubah APR-1V
Walau dari segi persenjataan dan fungsinya lebih cocok untuk ditempatkan pada level Batalyon Infanteri Mekanis, namun sampai saat ini APR-1V masih setia melengkapi etalase tempur Batalyon Kavaleri 11/Serbu Kodam Iskandar Muda. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi APR-1:
– Produsen: PT Pindad
– Awak: 12 (1 pengemudi, 1 navigator radio, dan 10 personel)
– Kecepatan maksimum: 100 km/jam
– Berat maksimum: 5,2 ton
– Ground Clearance: 35 cm
– Sasis: Isuzu NKR 55
– Mesin: Turbodiesel 2.771 cc – 3.200 PK
– Kapasitasn BBM: 75 liter
 

SEAL Carrier: Siluman Bawah Air Kopaska TNI AL

seal carrier_3

Dikenal punya tugas khusus dalam pertempuran bawah air, menjadikan kelengkapan persenjataan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL terbilang spesial dibanding unit tempur TNI lainnya. Selain sista dan alat menyelam yang punya kualifikasi khusus, seperti Combat boat X38, senjata APS dan alat selam close circuit, dalam menunjang misi senyap di bawah air, satuan elit ini juga punya wahana transportasi bawah air yang terbilang sangat khas.

Nah, bicara tentang wahana transportasi Kopaska, di artikel terhahulu telah kami kupas mengenai Sea Shadow buatan Anteon Corporation, Panama City Beach, Florida – AS. Dan, seiring tuntutan operasi yang kian meningkat, belum lama ini Kopaska telah dilengkapi sosok siluman bawah air anyar. Yang dimaksud adalah SEAL Carrier. Beda dengan wahana transport bawah air Kopaska sebelumnya, SEAL Carrier bisa dibilang paling sangar, desain alutsista buatan Defence Consulting Europe AB, Swedia menyerupai rancangan kapal selam mini dengan balutan warna hitam, lengkap dengan dua buah sirip pada bagian depan.

SEAL Carrier kodratnya adalah wahana khusus untuk misi infiltrasi melalui bawah permukaan dengan sasaran khusus berupa dermaga laut, kapal perang, dan misi anti pembajakan. SEAL Carrier dapat menyelam hingga kedalaman 40 meter dengan kecepatan 3 – 4 knots. Saat menyelam, SEAL Carrier mengandalkan dua propeller dengan tenaga baterai 25kWh. Jenis baterai pemasok tenaga mengadopsi jenis lithium polymer. Hebatnya, selain bisa melaju di bawah air, SEAL Carrier dapat melaju dengan kecepatan tinggi di permukaan, ibarat speed boat, SEAL Carrier di atas permukaan air dapat melaju hingga 30 knots. Pada saat melaju di permukaan, sumber tenaga beralih ke dua unit mesin diesel Rolls Royce FF270 water jet yang menghasilkan tenaga 350HP.

SEALcarrier

SEALcarrier2

Secara umum, SEAL Carrier dapat beroperasi dalam tiga mode yang berbeda, yaitu di permukaan, setengah tenggelam, dan melaju di bawah permukaan air, seperti halnya kapal selam. Saat menyelam, kapal akan dibanjiri air dengan membuka katup di bagian bawah lambung. Sementara pada moda setengah tenggelam, wastafel kapal menjadi sebuah tempat setengah terendam air. Moda setengah tenggelam di definisikan sebagai titik ketika kapal masih memiliki udara dalam tangki ballast saat dibanjiri air.

SEAL Carrier dioperasikan oleh dua operator (pilot dan copilot) yang memahami tentang olah gerak kapal di bawah permukaan dan atas permukaan. Setiap operator dan penyelam tempur harus sudah siap dengan kelengkapan alat selam ketika menaiki SEAL Carrier, baik alat selam open dan close circuit yang tidak menimbulkan gelembung udara. Dari segi kapasitas angkut, siluman ini dapat membawa 6 personel pasukan katak yang siap tempur.

Seal-Carrier-16

Illustrasjon 1202241212

SEAL Carrier pertama kali sosoknya terlihat saat defile HUT TNI ke-68 bulan Oktober silam. Dan, lima hari setelah HUT TNI, satuan Kopaska Armabar melaksanakan uji coba wahana ini. Kapal saat uji coba diawaki dua teknisi dari Swedia dan empat personel Kopaska. Di Asia, baru Indonesia yang memiliki SEAL Carrier, sementara di negara asalnya, SEAL Carrier ditempatkan di Resimen Marinir I di Berga Naval Base. Wahana dengan bobot 4,3 ton ini juga punya peran taktis dan strategis, semisal berguna dalam tugas patroli terbatas, dan misi pengintaian. Dengan laju 30 knot, kapal ini dapat bergerak hingga radius 277,80 km di permukaan, dan jejalah di bawah air menggunakan tenaga baterai hingga 18,52 km. (Gilang Perdana)

Spesifikasi SEAL Carrier

Panjang : 9,25 meter
Panjang Lambung : 8,45 meter
Beam : 2,21 meter
Tinggi : 1,65 meter
Kru dan Beban : 700 kg
Mesin : 2 unit mesin diesel Rolls Royce FF270 water jet
Bobot Max : 4,360 kg
Kecepatan permukaan : 30 knot
Kecepatan menyelam : 3 – 4 knot
Jangkauan jelajah di permukaan : 150 nautical mile (277,80 km)
Jangkauan jelajah di bawah air : 10 nautical mile (18,52 km)
Kedalaman maksimum : 40 meter