Tampilannya lumayan mencolok di sudut utara Jalan Merdeka Barat,
dibalut warna hijau loreng, sosok Raisa yang berjarak tak jauh dari
gerbang Istana Negara sontak menjadi perhatian banyak orang. Inilah
Raisa (Kendaraan Pengurai Massa) yang digelar untuk suatu waktu
diperlukan guna mengurai konsentrasi massa di depan Istana dan area
sekitar lapangan Monas saat perayaan HUT RI ke-71 hari Rabu lalu.
Siapakah Raisa? Dari tampilannya Raisa diusung oleh kendaraan offroad
4×4 dari jenis Nissan Frontier. Mengingatkan pada rantis Direction
Finder YonHub TNI AD yang juga memakai kendaraan yang sama. Meski
berbalut cat loreng, Raisa berplat hitam, yang artinya kendaraan ini
berstatus milik sipil. Yang membuat Raisa menarik adalah adanya dua unit
speaker dalam ukuran besar yang ditempatkan di bagian belakang.
Meski tampil sangar bak rantis (kendaraan taktis), sejatinya Raisa
diciptakan untuk menjalankan dua fungsi, pertama untuk mengurai massa
dan kedua untuk public announcement bila terjadi bencana alam atau
tsunami. Khusus untuk fungsi yang pertama, apabila dipasang frekuensi
tertentu, bunyi speaker Raisa akan sangat memekakkan telinga dan membuat
demonstran lari dan bubar. Yang menjadi istimewa pancaran suara dari
kendaraan ini bisa didengar hingga jarak satu kilometer.
Raisa sendiri merupakan produksi dalam negeri, yakni diciptkan oleh
perusahaan V8sound.com. Keterlibatan Raisa di sekitar area Istana
diperkirakan tak lepas dalam upaya mendukung tugas dalmas kepolisian.
Raisa belum lama ini ditampilkan dalam ajang Prolight and Sound Messe di
Frankfurt Jerman, 5 – 8 April 2016 lalu. Kabarnya teknologi speaker ini
banyak diminati pihak asing. (Hans)
Jika dirunut dari awal kehadirannya, kini usia pakai pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano batch
pertama baru menapaki empat tahun penugasan di Skadron Udara 21. Sesuai
asasinya, Super Tucano menjadi tumpuan dalam beragam ajang latihan
tempur TNI AU, terutama dalam misi BTU (Bantuan Tembakan Udara). Maklum
porsi Super Tucano dituntut mampu mengimbangi pedahulunya OV-10F Bronco
yang telah pensiun pada tahun 2007 silam.
Setelah diterbangkan dari Brasil dalam beberapa gelombang, formasi 16
unit EMB-314 Super Tucano resmi terbentuk pada Februari 2016. Melihat
kedatangan yang bergelombang, lantas seperti apa postur senjata yang
melengkapi armada Super Tucano TNI AU? Bagi pemerhati alutsista mungkin
dapat langsung menebak, bahwa racikan senjata Super Tucano TNI AU tak
akan jauh beda dari generasi pesawat COIN (Counter Insurgency) OV-10F Bronco, yakni masih berkutat pada kombinasi senapan mesin internal, roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket
) 2.75 Inchi, dan dumb bomb dari berbagai tipe. Belum ada tanda-tanda
bahwa Super Tucano akan dilengkapi rudal, pasalnya spesifikasi Super
Tucano memungkinkan untuk dipasangi jenis rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder dan rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick. Dua jenis rudal yang eksisiting ada di arsenal kesenjataan TNI AU. Namun karena diproyeksi untuk mengatasi lawan (sasaran)
berkualifikasi rendah – menengah, fokus senjata Super Tucano ya masih
akan di zona senapan mesin, roket dan bom. Secara sistem, Super Tucano
dilengkapi dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) FN Herstal M3 kaliber 12,7 mm (varian Browning M2HB).
Masing-masing pucuk SMB ada di sayap, sementara untuk bom bersifat
fleksibel, tak ada pantangan untuk menebar bom MK81/MK82 atau bom P-100L
sekalipun.
EMB-314 Super Tucano TNI AU membawa tiga bom MK82.Nah, untuk roket memang merujuk ke jenis FFAR yang juga sangat
populer di lingkungan TNI AD. Tentang roket di Super Tucano TNI AU,
didatangkan jenis peluncur baru AV-LM 70/7 SF M9 MK2. Yang menarik,
sejatinya AV-LM 70/7 digadang sebagai bagian dari sistem roket Skyfire
70. Baik peluncur AV-LM 70/7 dan roket Skyfire adalah buatan Avibras
Industria Aerospacial, Brasil, holding manukftur yang juga memproduksi MLRS ASTROS II MK6 untuk Armed TNI AD.
Skyfire 70 dan roket FFAR 2.75 produksi PT Dirgantara Indonesia (PT
DI) mengusung jenis kaliber 70 mm. Di kelas roket ini, juga ada Hydra 70
produksi General Dynamics Armament and Technical Products (GDATP) yang
akrab digunakan pada helikopter serbu AH-64 Apache. Karena stok roket
FFAR yang cukup melimpah, ditambah PT DI telah mampu memproduksi
berdasarkan lisensi dari Force de Zeeburg Belgia. Melihat spesifikasi, dimungkinkan untuk meluncurkan roket FFAR PT DI
dari peluncur AV-LM 70/7 SF M9 MK2, maka untuk menjamin akurasi dan
kompabilitas, TNI AU telah melakukan uji coba penembakan, baik secara
statis di ground, dan uji langsung di udara. Dari pelaksanaan uji
didapatkan kesimpulan bahwa Roket Launcher AV-LM dapat meluncurkan Roket
FFAR kaliber 2.75 inchi MK 4 MOD 10 dengan aman baik secara single maupun ripple.
Tentang peluncur roket AV-LM 70/7 SF M9 MK2 pada Super Tucano,
sejatinya mirip dengan peluncur roket FFAR di pesawat OV-10F Bronco yang
mengadopsi jenis XM157 Rocket Pod. Kedua peluncur roket (dispenser)
sama-sama berisi tujuh slot peluncur. Berikut spesifikasi peluncur roket
AV-LM 70/7 SF M9 MK2:
Number of rockets per launcher: 7 Tube material: Aluminium Reusable: Yes Method of firing: Ripple or Single Weight (empty and without frontal fairing): 37.2 kgf Length (without frontal fairing): 1650 mm External diameter: 257 mm Operational temperature: -40 ºC to +70 ºC Storage temperature: -30 ºC to +65 ºC
PT. DI membuat dua varian dari roket FFAR, yakni RD 701 berbasis FFAR
Mk 4 dan RD 7010 berbasis FFAR Mk 40. RD 701 digunakan pesawat tempur (
hi-speed aircraft ), sedang RD 7010 untuk Helikopter (low-speed
aircraft). PT DI juga membuat beberapa jenis hulu ledak untuk roket ini.
Diantaranya WD 701 (HE), WD 703 (smoke) dan WD 704 (inert ). Untuk tipe
FFAR MK4 yang digunakan pada EMB-314 Super Tucano, punya berat 5 kg
serta panjang 1005,9 mm, roket ini dapat melesat dengan kecepatan 600
meter per detik, sementara jarak tembaknya mencapai 6 Km. (Haryo Adjie)
Urusan merancang dan produksi rantis (kendaraan taktis) lapis baja
beroda ban sudah dikuasai industri di dalam negeri, tebaran jenis
rantis, mulai dari sebatas prototipe sampai yang sudah operasional
ragamnya lumayan banyak di kesatuan TNI dan Polri. Namun dari sekian
nama-nama rantis lapis baja, tak banyak yang lahir karena tuntutan dalam
operasi militer yang sesungguhnya. Dan bila bicara rantis lapis baja
yang ‘born to fight,’ maka tak bisa dilupakan sosok APR-1V buatan PT
Pindad.
APR (Angkut Personel Ringan)-1V yang masuk kategori Armoured
Personnel Carrier (APC) diciptakan PT Pindad terkait kebutuhan operasi
militer di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) pada tahun 2003 – 2004. Pada
awalnya Pindad telah memproduksi APR 4×4 yang menggunakan rangka dan
mesin (undercarriage) Isuzu 120PS. Dengan latar aroma embargo peralatan
militer oleh AS sejak 1999, turut mendorong percepatan rekayasa rantis
lapis baja, selain juga karena kebutuhan operasi militer di NAD yang
menuntut kehadiran kendaraan lapis baja sekelas panser ringan untuk
menumpas separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Sebagai produk yang dirancang serba ekspres, tampilan APR-1V bisa
dibilang terkesan jadoel, tidak mencerminkan rantis lapis baja modern.
Jika dibandingkan dengan Pindad Komodo Halilintar 4×4 dan Komodo Intai,
maka APR-1V jelas kalah sangar. Desainnya terlihat kaku, dan sekilas
mengingatkan pada desain kaku rantis lapis baja milik Paspampres
(Pasukan Pengamanan Presiden) Commando Ranger atau BTR-40 Kompi Kavaleri
TNI AD.
Meski begitu, APR-1V sudah menyandang gelar battle proven
dalam operasi Darurat Militer di Aceh. Melihat keandalan dan
kebandelannya beroperasi di segala medan plus kemampuannya yang sudah
teruji dilapangan, termasuk di kemiringan 60 derajat, maka tak salah
jika APR-1 menjadi salah satu ranpur buatan Indonesia yang mendapat
predikat battle proven. Dari 40 APR-1 yang digelar di Aceh,
hanya dua unit yang mengalami kerusakan (satu kecelakaan dan satu lagi
karena diterjang Tsunami).
Panser beroda empat ini menggunakan sasis dan mesin truk ringan Isuzu
Elf NKR 55 berpenggarak 4×4. Jika melihat sosoknya, panser ini lebih
menyerupai mobil Kijang dengan bodi ramping dan memanjang yang dipasangi
“baju” lapis baja anti peluru. Walaupun mengadopsi sasis truk sipil,
kemampuan panser ini tak bisa dianggap remeh. Lihat saja kemampuannya
dalam melahap berbagai medan berat dan terjal. Tak ketinggalan
kemampuannya bermanuver dengan lincah dan gesit menjadi keunggulan
tersendiri.
Ketahanan lapis bajanya memang belum sanggup menahan terjangan RPG,
namun untuk terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dari segala arah dapat
ditahan. Selain itu dibagian atas panser terdapat turret atau
menara putar yang dapat berputar 360 derajat sebagai kubah tempat
penembak. Sayangnya, kubah gunner masih semi terbuka dan serba manual,
sehingga juru tembak rawan dibidik oleh sniper.
Dari aspek persenjataan, APR-1 mampu menggotong beragam senjata standar, mulai dari pelontar granat otomatis AGL-40, senapan mesin berat (SMB) kaliber 12,7 mm,
dan senapan mesin sedang GPMG (General Puspose Machine Gun) FN MAG
kaliber 7,62 mm. Untuk perlindungan dan pelarian, pada sisi kubah
terdpat pelontar granat asap kaliber 60 mm.
Walau dari segi persenjataan dan fungsinya lebih cocok untuk
ditempatkan pada level Batalyon Infanteri Mekanis, namun sampai saat ini
APR-1V masih setia melengkapi etalase tempur Batalyon Kavaleri 11/Serbu
Kodam Iskandar Muda. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi APR-1:
– Produsen: PT Pindad
– Awak: 12 (1 pengemudi, 1 navigator radio, dan 10 personel)
– Kecepatan maksimum: 100 km/jam
– Berat maksimum: 5,2 ton
– Ground Clearance: 35 cm
– Sasis: Isuzu NKR 55
– Mesin: Turbodiesel 2.771 cc – 3.200 PK
– Kapasitasn BBM: 75 liter
Dikenal punya tugas khusus dalam pertempuran bawah air, menjadikan
kelengkapan persenjataan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL
terbilang spesial dibanding unit tempur TNI lainnya. Selain sista dan
alat menyelam yang punya kualifikasi khusus, seperti Combat boat
X38, senjata APS dan alat selam close circuit, dalam menunjang misi
senyap di bawah air, satuan elit ini juga punya wahana transportasi
bawah air yang terbilang sangat khas.
Nah, bicara tentang wahana transportasi Kopaska, di artikel terhahulu telah kami kupas mengenai Sea Shadow
buatan Anteon Corporation, Panama City Beach, Florida – AS. Dan,
seiring tuntutan operasi yang kian meningkat, belum lama ini Kopaska
telah dilengkapi sosok siluman bawah air anyar. Yang dimaksud adalah
SEAL Carrier. Beda dengan wahana transport bawah air Kopaska sebelumnya,
SEAL Carrier bisa dibilang paling sangar, desain alutsista buatan
Defence Consulting Europe AB, Swedia menyerupai rancangan kapal selam
mini dengan balutan warna hitam, lengkap dengan dua buah sirip pada
bagian depan.
SEAL Carrier kodratnya adalah wahana khusus untuk misi infiltrasi
melalui bawah permukaan dengan sasaran khusus berupa dermaga laut, kapal
perang, dan misi anti pembajakan. SEAL Carrier dapat menyelam hingga
kedalaman 40 meter dengan kecepatan 3 – 4 knots. Saat menyelam, SEAL
Carrier mengandalkan dua propeller dengan tenaga baterai 25kWh. Jenis
baterai pemasok tenaga mengadopsi jenis lithium polymer. Hebatnya,
selain bisa melaju di bawah air, SEAL Carrier dapat melaju dengan
kecepatan tinggi di permukaan, ibarat speed boat, SEAL Carrier di atas
permukaan air dapat melaju hingga 30 knots. Pada saat melaju di
permukaan, sumber tenaga beralih ke dua unit mesin diesel Rolls Royce
FF270 water jet yang menghasilkan tenaga 350HP.
Secara umum, SEAL Carrier dapat beroperasi dalam tiga mode yang
berbeda, yaitu di permukaan, setengah tenggelam, dan melaju di bawah
permukaan air, seperti halnya kapal selam. Saat menyelam, kapal akan
dibanjiri air dengan membuka katup di bagian bawah lambung. Sementara
pada moda setengah tenggelam, wastafel kapal menjadi sebuah tempat
setengah terendam air. Moda setengah tenggelam di definisikan sebagai
titik ketika kapal masih memiliki udara dalam tangki ballast saat
dibanjiri air.
SEAL Carrier dioperasikan oleh dua operator (pilot dan copilot) yang
memahami tentang olah gerak kapal di bawah permukaan dan atas permukaan.
Setiap operator dan penyelam tempur harus sudah siap dengan kelengkapan
alat selam ketika menaiki SEAL Carrier, baik alat selam open dan close
circuit yang tidak menimbulkan gelembung udara. Dari segi kapasitas
angkut, siluman ini dapat membawa 6 personel pasukan katak yang siap
tempur.
SEAL Carrier pertama kali sosoknya terlihat saat defile HUT TNI ke-68
bulan Oktober silam. Dan, lima hari setelah HUT TNI, satuan Kopaska
Armabar melaksanakan uji coba wahana ini. Kapal saat uji coba diawaki
dua teknisi dari Swedia dan empat personel Kopaska. Di Asia, baru
Indonesia yang memiliki SEAL Carrier, sementara di negara asalnya, SEAL
Carrier ditempatkan di Resimen Marinir I di Berga Naval Base. Wahana
dengan bobot 4,3 ton ini juga punya peran taktis dan strategis, semisal
berguna dalam tugas patroli terbatas, dan misi pengintaian. Dengan laju
30 knot, kapal ini dapat bergerak hingga radius 277,80 km di permukaan,
dan jejalah di bawah air menggunakan tenaga baterai hingga 18,52 km. (Gilang Perdana)
Spesifikasi SEAL Carrier
Panjang : 9,25 meter Panjang Lambung : 8,45 meter Beam : 2,21 meter Tinggi : 1,65 meter Kru dan Beban : 700 kg Mesin : 2 unit mesin diesel Rolls Royce FF270 water jet Bobot Max : 4,360 kg Kecepatan permukaan : 30 knot Kecepatan menyelam : 3 – 4 knot Jangkauan jelajah di permukaan : 150 nautical mile (277,80 km) Jangkauan jelajah di bawah air : 10 nautical mile (18,52 km) Kedalaman maksimum : 40 meter
Andaikan terjadi gangguan keamanan yang mengharuskan evakuasi darurat kepada VVIP (Very Very Important Person). Adalah kapal serbu (combat boat) dari Kopaska (Komado Pasukan Katak) TNI AL yang akan beraksi untuk melakukan evakuasi presiden dari titik penjemputan ke safe house.
Inilah yang menjadi skenario dalam pengamanan saat digelarnya KTT
ASEAN ke-19 tahun 2011 di Nusa Dua, Bali. Lho kenapa harus dengan combat
boat?Wahana untuk evakuasi tentu banyak ragam dan pilihan, apalagi
kalau yang di akan evakuasi presiden AS, Barack Obama. Karena lokasi KTT
digelar di kawasan pantai Nusa Dua, maka jalur evakuasi yang efektif
bisa melalui udara dan laut, dimana yang menjadi safe house dalam skenario ini adalah kapal induk helikopter USS Essex yang berlabuh di perairan Nusa Dua.
Meski syukur tidak insiden yang mengganggu berlangsungnya KTT, tapi
patut diacungi jempol bahwa Secret Service memberi kepercayaan evakuasi
presiden Obama kepada combat boat X38 Kopaska yang kala itu standby 1 unit menjaga perairan Nusa Dua.
Reputasi dan kehandalan Satkopaska tak usah diragukan lagi, tapi yang
menarik disini adalah sosok X38 Combat Boat. Kapal ini bukan termasuk
kapal perang, persenjtaannya pun tidak bisa dibilang dahsyat. Lalu apa
yang membuat kapal buatan PT. Lundin Industry Invest (NorthSeaBoats),
Banyuwangi, Jawa Timur ini begitu diandalkan oleh Kopaska? Jawabannya
beragam, kapal dengan panjang 12 meter ini mampu melaju dengan kecepatan
tinggi, 40 knot per jam! Dipandang dari sisi desain, kental pula dengan
nuansa ‘stealth.’
Berdesain catamaran dengan dua lunas, X38 mampu melaju dengan
kecepatan tinggi namun tetap stabil dan aman. Dari spesifikasi yang
dimiliki, X38 dapat didaulat untuk misi penyerbuan cepat, anti
pembajakan, evakuasi medis, SAR, patroli rutin, dan karena dapat
beroperasi di perairan dangkal/sungai, X38 sangat ideal untuk mendukung
operasi pendaratan amfibi.
X38 dibangun dari galangan yang juga sama dengan KRI Klewang 625.
Dimana ada ciri khas yang serupa dengan KRI Klewang, dimana lambung
kapal dibuat dari bahan fiberglass komposit dengan memanfaatkan sistem
vakum resin infus. Konstruksi terbuat dari balsa dan divinicell sandwich
dari Diab Swedia. Oleh pabrikannya material yang ditanamkan akan lebih
menghemat dalam biaya operasional perawatan. Untuk dapur pacu kapal ini
dipercayakan pada dua mesin Marine Diesel VGT 400 PK bertenaga 220 HP
buatan Swedia.
Selain mampu ngebut hingga 40 knot, kapal andalan Detasemen 6
Satkopaska Special Boat Unit ini memang ideal untuk operasi pasukan
katak, pasalnya pasa sisi buritan terdapat platform untuk memudahkan
proses turun dan naik kapal bagi pengelam. Nah bagaimana dengan soal
senjata? Kapal ini tidak punya persenjataan yang embedded, semua yang
ada memang serba optional, seperti pada sisi haluan (depan ruang
kemudi), disiapkan dudukan untuk senjata sekelas FN/M-60 GPMG (General Purpoise Machine Gun) kaliber 7,62 mm, tapi bisa ingin lebih ‘galak’ bisa pula dipasangkan peluncur granat otomatis kaliber 40 mm.
Sudut pandang juru tembak di posisi ini bisa mencapai 270 derajat.
Sementara di posisi buritan, juga dipasangkan dua unit senjata ringan,
bahkan dalam release disebutkan sisi buritan dapat dipasangi dudukan 4
sampai 8 rudal Hellfire.
Awak X38 Combat Boat terdiri dari 2 – 4 personel, yakni utamanya
adalah komandan dan nahkoda. Meski ukurannya terbilang imut, kapal serbu
ini punya ruang kabin yang nyaman dan dilengkapi beragam instrumen
elektronik modern, termasuk radar. Desain jendela yang menghadap depan
sangat ergonomis karena dapat menahan silau dan panas. Sebagai kapal
untuk misi khusus, X38 juga dapat mengangkut 16 – 20 personel pasukan
dengan perlengkapan lengkap.
Kapal dengan kendali hidrolik ini dapat membawa bahan bakar solar
hingga 700 liter. Sementara untuk menunjang operasi, body kapal dapat
membawa 100 liter air tawar untuk kebutuhan awak dan penumpang. Untuk
menunjang operasi yang penuh tantangan, sistem teknologo navigasi
dipercayakan pada Raymarine C80 yang mencakup integrasi radar, GPS
(Global Positioning System), speed-log, echo sounder, dan chart plotter.
Dalam operasi pengamanan KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua, Bali, X38
mengibarkan bendera tengkorak Jolly Rogers yang khas bajak laut. Dalam
gelar tempurnya, X38 dapat diangkut ke daerah operasi menggunakan LST
(landing ship tank). Kapal yang mulai dirancang pada tahun 2008 ini
akrab dengan sebutan “Blackship” oleh masyarakat Manado. Memang dengan
warna kamuflasenya sosok X39 terlihat sangar. (Gilang Perdana)
Meski pengadaannya berjalan lambat, adopsi rudal anti tank dalam
beberapa tahun belakangan mulai menjadi perhatian untuk unit tempur di
darat. Sebut saja infanteri TNI AD kini telah mengoperasikan rudal anti
tank Saab NLAW dan FGM-148 Javelin.
Sementara Marinir TNI AL sejak kedatangan ranpur IFV (Infantry Fighting
Vehicle) BVP-2 mulai mengoperasikan rudal anti tank AT-5 Spandrel. Dan
di era IFV terbaru BMP-3F, Kavaleri Marinir pun menggunakan 9M117M1
Arkan.
Lantas apa yang jadi keunggulan 9M117M1 Arkan? Merujuk ke
spesifikasinya, Arkan adalah rudal anti tank (Anti Tank Guided Missile)
yang dipandu dengan laser. Rudal ini dirancang untuk dilepaskan dari
laras kanon/meriam ranpur, namun pola loading rudal ke laras hanya dapat
dilakukan secara manual di kaliber laras 100 mm. 9M117M1 Arkan sendiri
masuk dalam keluarga besar rudal AT-10 Stabber/AT-12 Swinger. Rudal yang
dikembangkan pada akhir tahun 1970 ini juga dikenal sebagai guided
projectiles yang menggunakan pemandu laser, menggantikan teknologi
sebelumnya yang menggunakan radio command links.
AT-10 Stabber terdiri dari tujuh versi, terdiri dari empat versi
dasar dan tiga versi yang telah ditingkatkan. Empat versi dasar (basic
version) mencakup 9M117 Bastion, rudal ini dilepaskan dari tank
T-55/T-55 AM2. Kemudian ada 9M117 Kastet, dilepaskan dari MT-12 field
gun yang menggunakan modul pemandu laser khusus. 9M117 Basnya ,
dilepaskan dari laras BMP-3, dan terakhir 9M116 Sheksna yang ditembakkan
dari MBT T-62M. Sedangkan versi yang telah ditingkatkan (improved
versions), terdiri dari 9M117M1 Kan ditembakkan dari MT-12 field gun,
9M117M1 Arkan dilepaskan dari laras kanon 2A70 BMP-3, dan 9M116M1
Sheksna untuk tank T-62M.
Perbedaan antara basic version dan improved version adalah hulu ledak
tandem (tandem warhead) yang digunakan oleh improved version untuk
memungkinkan hasil yang lebih baik terhadap explosive reactive armour (ERA). ERA yang dikembangkan oleh Israel pada 1980-an digadang sebagai lapisan yang mampu melindungi tank dari hulu ledak shaped-charge
dengan daya ledak tinggi High-Explosive Anti-Tank (HEAT). Dengan tandem
warhead maka 9M117M1 Arkan dipersiapkan untuk bisa menjebol ranpur
dengan ERA. Antar versi rudal pada dasarnya identik, namun antara 9M117
dan 9M116 ada perbedaan kaliber, sehingga tidak dapat dipertukarkan.
Seperti Kastet tidak bisa dipakai untuk BMP-3.
Dirunut dari kemampuannya, 9M117M1 Arkan kaliber 100 mm punya
kecepatan luncur 1.500 meter per detik. Dengan hulu ledak HEAT-T rudal
Arkan Marinir TNI AL sanggup menghajar sasaran sejauh 5.500 meter,
sementara jarak tembak minimal dipatok 100 meter. Menurut seorang awak
BMP-3F, harga per unit 9M117M1 Arkan bisa ditaksir setara dengan Toyota
Inova terbaru. Kabarnya lagi dari 10 unit 9M117M1 Arkan yang dimiliki
Marinir, lima unit rudal telah ditembakkan untuk keperluan latihan
tempur. (Bayu Pamungkas) Indomil.