Jika dirunut dari awal kehadirannya, kini usia pakai pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano batch pertama baru menapaki empat tahun penugasan di Skadron Udara 21. Sesuai asasinya, Super Tucano menjadi tumpuan dalam beragam ajang latihan tempur TNI AU, terutama dalam misi BTU (Bantuan Tembakan Udara). Maklum porsi Super Tucano dituntut mampu mengimbangi pedahulunya OV-10F Bronco yang telah pensiun pada tahun 2007 silam.
Setelah diterbangkan dari Brasil dalam beberapa gelombang, formasi 16 unit EMB-314 Super Tucano resmi terbentuk pada Februari 2016. Melihat kedatangan yang bergelombang, lantas seperti apa postur senjata yang melengkapi armada Super Tucano TNI AU? Bagi pemerhati alutsista mungkin dapat langsung menebak, bahwa racikan senjata Super Tucano TNI AU tak akan jauh beda dari generasi pesawat COIN (Counter Insurgency) OV-10F Bronco, yakni masih berkutat pada kombinasi senapan mesin internal, roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket ) 2.75 Inchi, dan dumb bomb dari berbagai tipe. Belum ada tanda-tanda bahwa Super Tucano akan dilengkapi rudal, pasalnya spesifikasi Super Tucano memungkinkan untuk dipasangi jenis rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder dan rudal udara ke permukaan AGM-65 Maverick. Dua jenis rudal yang eksisiting ada di arsenal kesenjataan TNI AU.
Namun karena diproyeksi untuk mengatasi lawan (sasaran) berkualifikasi rendah – menengah, fokus senjata Super Tucano ya masih akan di zona senapan mesin, roket dan bom. Secara sistem, Super Tucano dilengkapi dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) FN Herstal M3 kaliber 12,7 mm (varian Browning M2HB). Masing-masing pucuk SMB ada di sayap, sementara untuk bom bersifat fleksibel, tak ada pantangan untuk menebar bom MK81/MK82 atau bom P-100L sekalipun.
EMB-314 Super Tucano TNI AU membawa tiga bom MK82.Nah, untuk roket memang merujuk ke jenis FFAR yang juga sangat populer di lingkungan TNI AD. Tentang roket di Super Tucano TNI AU, didatangkan jenis peluncur baru AV-LM 70/7 SF M9 MK2. Yang menarik, sejatinya AV-LM 70/7 digadang sebagai bagian dari sistem roket Skyfire 70. Baik peluncur AV-LM 70/7 dan roket Skyfire adalah buatan Avibras Industria Aerospacial, Brasil, holding manukftur yang juga memproduksi MLRS ASTROS II MK6 untuk Armed TNI AD.
Skyfire 70 dan roket FFAR 2.75 produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengusung jenis kaliber 70 mm. Di kelas roket ini, juga ada Hydra 70 produksi General Dynamics Armament and Technical Products (GDATP) yang akrab digunakan pada helikopter serbu AH-64 Apache. Karena stok roket FFAR yang cukup melimpah, ditambah PT DI telah mampu memproduksi berdasarkan lisensi dari Force de Zeeburg Belgia.
Melihat spesifikasi, dimungkinkan untuk meluncurkan roket FFAR PT DI dari peluncur AV-LM 70/7 SF M9 MK2, maka untuk menjamin akurasi dan kompabilitas, TNI AU telah melakukan uji coba penembakan, baik secara statis di ground, dan uji langsung di udara. Dari pelaksanaan uji didapatkan kesimpulan bahwa Roket Launcher AV-LM dapat meluncurkan Roket FFAR kaliber 2.75 inchi MK 4 MOD 10 dengan aman baik secara single maupun ripple.
Tentang peluncur roket AV-LM 70/7 SF M9 MK2 pada Super Tucano, sejatinya mirip dengan peluncur roket FFAR di pesawat OV-10F Bronco yang mengadopsi jenis XM157 Rocket Pod. Kedua peluncur roket (dispenser) sama-sama berisi tujuh slot peluncur. Berikut spesifikasi peluncur roket AV-LM 70/7 SF M9 MK2:
Number of rockets per launcher: 7
Tube material: Aluminium
Reusable: Yes
Method of firing: Ripple or Single
Weight (empty and without frontal fairing): 37.2 kgf
Length (without frontal fairing): 1650 mm
External diameter: 257 mm
Operational temperature: -40 ºC to +70 ºC
Storage temperature: -30 ºC to +65 ºC
PT. DI membuat dua varian dari roket FFAR, yakni RD 701 berbasis FFAR Mk 4 dan RD 7010 berbasis FFAR Mk 40. RD 701 digunakan pesawat tempur ( hi-speed aircraft ), sedang RD 7010 untuk Helikopter (low-speed aircraft). PT DI juga membuat beberapa jenis hulu ledak untuk roket ini. Diantaranya WD 701 (HE), WD 703 (smoke) dan WD 704 (inert ). Untuk tipe FFAR MK4 yang digunakan pada EMB-314 Super Tucano, punya berat 5 kg serta panjang 1005,9 mm, roket ini dapat melesat dengan kecepatan 600 meter per detik, sementara jarak tembaknya mencapai 6 Km. (Haryo Adjie)