Dalam situasi peperangan, pangkalan udara (lanud) dipastikan jadi target utama serangan lawan, dan boleh jadi TNI AU saat itu membutuhkan gelar pangkalan udara taktis temporer. Dalam kondisi yang menuntut aksi serba cepat, komponen untuk menyiapkan sebuah lanud tetap harus dipikirkan secara matang, termasuk elemen vital dalam menunjang kendali dan keselamatan penerbangan, yakni menara ATC (Air Traffic Control).
Mengingat situasi yang menuntut kecepatan respon, pastinya sulit untuk ‘mendapatkan’ menara ATC yang ideal layaknya di Bandar udara. Dalam simulasi, bisa jadi di lanud ‘dadakan’ tidak tersedia menara ATC, atau lebih ekstrim lagi TNI AU harus membangun lanud dari basis jalan raya (jalan toll), tentu perangkat yang berkaitan dalam misi taktis dapat mengambil peran penting. Dan disinilah hadir MATC 8100, jenis menara ATC mobile yang dapat digelar dimana saja, dan dapat dipindahkan dengan mudah lewat jalur darat, laut, dan udara.
Tidak diketahui persis kapan TNI AU mendatangkan ATC mobile ini, namun penampakan perdana MATC 8100 diperlihatkan ke publik saat parade HUT TNI Ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur. Bentuknya yang asing disela-sela alutsista TNI lainnya, menjadikan publik banyak dibuat penasaran dengan MATC 8100 yang dalam mobilitasnya dirangkai dalam platform trailer dan ditarik truk Iveco.
MATC 8100 diproduksi oleh BSS Defence and Security Solutuions, perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Dalam situsnya, selain dapat dengan mudah dipindahkan lewat jalur darat, MATC 8100 juga dapat digotong lewat udara dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Atau bisa juga dengan helikopter sekelas CH-47 Chinook lewat sling cargo. Sedangkan lewat jalur laut, minimal dibutuhkan kapal angkut dengan ukuran deck cargo 40 feet.
Untuk menggelar MATC 8100 hingga siap pakai, cukup dibutuhkan dua personel selama waktu kurang dari dua jam. Tentu bila MATC 8100 akann diintegrasikan dengan radar diperlukan tambahan personel lagi untuk instalasi. Seperti halnya ATC konvensional, MATC 8100 juga sarat perangkat dukungan komunikasi dan navigasi penerbangan, sebut saja ada radio VHF, UHF, V/UHF, HF transceiver, timing system GPS, dan sistem perekaman hingga 100 ribu jam menggunakan piringan cakram atau digital tape. MATC 8100 juga dilengkapi perangkat meteorologi AWOS yang menampilkan data arah angin, kecepatan, tekanan, suhu, kelembaban, dan titik embun.
Sebagai perlengkapan tambahan, mobile ATC ini dapat pulan diintegrasikan dengan radar ADS-B, Tactical VHF (30/88 Mhz), Satcom, dan emergency landing lighting beacon system. Yang terakhir disebut sangat berperan dalam membantu pendaratan pesawat dalam kondisi cuaca buruk dan minim visual.
Secara keseluruhan, dimensi unit MATC 8100 punya panjang 10,4 meter, lebar 2,5 meter, tinggi 2,5 meter, dan berat 12,5 ton. Dan yang pasti sudut pandang 360 derajat. Untuk ketinggian menara dapat disesuaikan, maksimal 8,75 meter.
Dalam ruang kabinnya, dapat dimuati sampai tujuh personel, termasuk operator pemantau radar. Namun bila tanpa petugas radar, kru MATC umumnya tiga orang saja. Untuk menunjang kenyamanan, ruang kabin telah dilengkapi dengan pendingan udara (AC).
Meski belum dilibatkan dalam operasi tempur, MATC 8100 TNI AU sudah digelar dalam menunjang hajatan yang melibatkan demo aerobatik dan flying pass pesawat udara. Sebut saja pada momen HUT TNI Ke-70 di Cilegon, Banten, tahun 2015 silam, kemudian MATC 8100 juga pernah ditempatkan di area lapangan Monas, kala itu ATC ini diperlukan sebagai pemandu flypass jet tempur TNI saat HUT RI ke-70 diatas Istana Negara.
MATC 8100 saat digelar di area Monas, Jakarta.
Guna menunjang keselamatan dalam pertujunkan udara, model ATC Mobile kerap jadi solusi.
Saat ini TNI AU baru memiliki satu unit MATC 8100, idealnya minimal TNI mempunya dua unit MATC 8100, yang masing-masing ditempatkan di Komando Operasi Udara (Koopsau) I dan II, sehingga jika terjadi sesuau yang urgent, mobile ATC dapat cepat digelar disisi Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
MATC 8100 Singapura Beraksi di Aceh
Masih ingat musibah gempa yang diikuti tsunami di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) pada 26 Desember 2004? Sebagai dampak dari gempa dahsyat ikut merusak beberapa fasilitas di bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Selain landasan, salah satu yang rusak berat adalah fasilitas menara ATC. Padahal ATC sangat diperlukan guna memandu lalu lintas udara untuk dukungan logistik pasca bencana. Sebagai wujud solidaritas ASEAN, kala itu AU Singapura (RSAF) berhasil menggelar MATC 8100 di Banda Aceh. MATC AU Singapura dibawa dengan pesawat C-130 Hercules. (Bayu Pamungkas)