Kamis, 25 Februari 2016

LH-10 Guardian Surveillance: Pesawat Intai Ringan dengan Bobot 300 Kg!

capture_decran_2015-06-18_a_22.25.25

Bagi negara dengan kocek serba ngepas yang mengidamkan pesawat intai berkemampuan multirole, termasuk bisa melakukan close air support, maka salah satu pilihannya adalah mengadopsi pesawat ringan yang irit biaya operasional dan mudah perawatan. Diantara yang menonjol dipasaran saat ini ada LH-10 Guardian Surveillance, pesawat ringan berdesain ‘mini’ yang sekilas mengingatkan pada BD-15, pesawat jet mikro James Bond di film “Octopussy.”

Meski tak langsung ada kaitannya dengan kebutuhan TNI, dalam beberapa pemberitaan disebut saat Pameran Alutsista di Rapim TNI 2016 di Cilangkap, bulan Desember 2015 lalu, LH-10 Guardian Surveillance Mission ikut ‘ditampilkan’ oleh pihak peserta PT Sentra Surya Ekajaya, perusahaan swasta nasional yang namanya tak asing dalam memproduksi beberapa rantis untuk TNI. Selain dimensinya yang imut, LH-10 buatan LH Aviation, Perancis, menawarkan teknologi plug and play untuk beragam fitur dan kelengkapan taktis, alhasil LH-10 pas untuk misi intai maritim, intai kondisi lingkungan, intai infrastruktur obyek vital, dan intai wilayah perbatasan.

LH-10

2-aviation332

Dengan mesin tunggal Rotax 912 ULS flat 4-cylinder piston, LH-10 dapat meronda di udara selama 6 jam tanpa dukungan bahan bakar tambahan. Konsumsi bahan bakarnya pun terbilang super irit, yakni 6 liter per 100 km. Kecepatan pesawat memang tidak terlalu jadi poin utama, namun LH-10 sanggup terbang hingga kecepatan 370 km per jam, sementara kecepatan jelajahnya 269 km per jam. Secara teori, LH-10 dapat terbang hingga radius 1.500 km, sangat ideal sebagai pesawat intai ringan. Dalam brosurnya, malah disebut dengan setting endurance 7,5 jam, konsumsi bahan bakarnya bisa kurang dari 9 liter per jam. Total kapasitas bahan bakar internal yang dibawa adalah 70 liter.

Tampilan kokpit LH-10, kemudi pesawat sudah menggunakan HOTAS ((Hands on Thorttle and Stick).
Tampilan kokpit LH-10, kemudi pesawat sudah menggunakan HOTAS ((Hands on Thorttle and Stick).

Konfigurasi plug and play pada LH-10.
Konfigurasi plug and play pada LH-10.

Konfigurasi senjata pada versi militer.
Konfigurasi senjata pada versi militer.

Dengan konfigurasi dua kursi, LH-10 juga dapat menjalankan peran sebagai pesawat latih (trainer). Lain dari itu, LH-10 juga dapat berubah jadi wahana maut dengan perannya sebagai CAS (close air support). Dengan payload 250 kg, LH-10 ELF dapat dikonfigurasi untuk membawa machine gun pod, guided missile laser, dan guided bomb laser. Untuk menjalankan perannya, LH-10 dapat ditambahkan perangkat day and night camera, serta laser designator.

Kabarnya material LH-10 100% terdiri dari bahan carbon composite, menjadikan gerak aerodinamis pesawat cukup tinggi, dan bobot kosong pesawat hanya 300 kg. Bicara tentang akses komunikasi, karena kecepatannya tak terlalu tinggi dan ketinggian terbang low level, LH-10 dapat mendukung koneksi jaringan seluler GSM (Global System for Mobile Communication) yang di enkripsi, selain tentu ada link satelit, dan koneksi frekuensi radio VHF/UHF/HF.

LH-10 dalam versi drone (LH-D).
LH-10 dalam versi drone (LH-D).

Selain menawarkan versi sipil (LH-10 Ellipse), versi intai (LH-10 Guardian), dan versi CAS (LH-10 ELF). Pihak LH Aviation juga tengah mengembangkan versi drone (LH-D). LH-10 pertama kali terbang pada tahun 2007. Negara pengguna utama saat ini adalah Benin dan Maroko. Nah, berapakah harga LH-10? Dikutip dari situs Wikipedia, per unitnya dibandrol US$1,3 juta, itu adalah harga LH-10 versi militer yang sudah dilengkapi perangkat optronics (optical electronics). (Gilang Perdana)

Spesifikasi LH-10
– Crew: 2
– Wingspan: 8 meter
– Height: 2,4 meter
– Wing area: 4,5 m2
– Empty weight: 300 kg
– Max takeoff weight: 540 kg
– Payload: 250 kg
– Fuel capacity: 70 liter
– Powerplant: 1 × Rotax 912 ULS flat 4-cylinder piston, air- and water-cooled, 73.5 kW (98.6 hp)
– Propellers: 4-bladed ground adjustable pusher
– Maximum speed: 370 km/h
– Cruising speed: 269 km/h
– Stall speed: 106 km/h
– Range: 1.500 km
– Endurance: 6 – 7,5 hr
– g limits: +4.4/-2.2
 

Sotong AUV: Prototipe Drone Bawah Laut Rancangan Dalam Negeri

12

Ketika kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL jenis OCEA OSV190 SC WB, yakni KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934 tiba di Tanah Air, salah satu wahana andalan yang dibawanya adalah drone bawah laut, atau disebut AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang sanggup menyelam hingga kedalaman 3.000 meter. Namun jauh sebelum itu, para injiner di Indonesia juga sudah mampu meluncurkan prototipe AUV.

Dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan ITB (Institut Teknologi Bandung), sejak tahun 2004 telah dirintis pembuatan AUV yang diberinama “Sotong.” Diambil dari nama hewan laut, Sotong AUV telah diuji coba beberapa kali, seperti di kawasan waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Sotong AUV dirancang untuk misi surveillance di bawah permukaan laut.

Sotong melaju di waduk Jatiluhur.
Sotong melaju di waduk Jatiluhur.

Dengan Sotong, operator di permukaan laut bisa melihat keadaan di dalam air secara realtime dengan menggunakan video yang dikirim dari kamera yang terdapat didalam wahana, dan Sotong mampu bergerak dengan panduan perangkat GPS (Global Positiong System). Secara teori, Sotong sanggup menyelam di kedalaman 100 – 200 meter (20 Bar), meski dalam uji coba baru bisa dilakukan maksimum sampai kedalaman 50 meter.

Konfigurasi bagian internal Sotong.
Konfigurasi bagian internal Sotong.

Sotong315

Sebagai penggerak digunakan baterai 150 Volt DC.15AH, baling-baling yang digunakan menggunakan tiga impeler dengan daya dorong cukup kuat. Sebagai elemen kendali, Sotong dilengkapi tiga sayap pengarah yang memungkinkan sotong bergerak dengan lurus. Seperti halnya AUV Hugin 1000 yang ada di KRI Rigel 933, semua tenaga AUV dihasilkan oleh baterai.

Kendali komunikasi Sotong AUV dapat dilakukan lewat manual (remote) dari ruang kendali di kapal permukaan, atau bisa juga dioperasikan secara otonom (autonomous). Beberapa peragkat yang dibenamkan pada Sotong mencakup depth sensor, leak sensor, acoustic modem, obstabcle avoidance sonar, kamera bawah air, sensor proximity, dan lampu.

dsc00077sotong2_1

Sotong digerakkan oleh tiga propeller.
Sotong digerakkan oleh tiga propeller.

Dalam pengembangan AUV, problem kualitas material menjadi perhatian penting, mengingat pada kedalaman 200 meter wahana rawan mengalami kebocoran akibat tekanan bawah air. Selain banyak berperan untuk misi penelitian sipil di bawah laut, AUV punya peranan strategis dalam peranan misi intai dan buru ranjau. Sebagai implementasinya, BPPT sebagai media penerapannya sudah berkerjasama dengan pihak Kementerian Pertahanan untuk mengembangkannya.

Setelah berhasil meluncurkan prototipe Sotong, selanjutnya akan dibangun “Bajul,” AUV ini digadang dapat menyelam hingga kedalaman 2.000 meter, kabarnya AUV yang lebih baru akan lebih handal kinerjanya dalam misi intai dan dilengkapi teknologi anti sonar, sehingga bisa bergerak layaknya pesawat stealth.(Danar)

Spesifikasi Sotong AUV
– Dimensi : 4,454 x 0,952 meter
– Diameter : 737 mm
– Berat di permukaan : 370 kg
– Berat di dalam air : 378 kg
– Payload : Side scan sonar
– Kedalaman Operasi : 100 – 200 meter
– Kecepatan Jelajah : 4 knots
– Navigasi : USBL tracking system,Obstacle Avoidance sonar, dan Inertial Measurement Unit
– Propulsi: 3 Vector Thruster (@ 1 Hp, 300N )
– Sumber Daya : Baterai 150 Volt DC.15AH
 

Mulai 2017, TNI AL Bertahap Pensiunkan Frigat Van Speijk Class

060715-N-4104L-015

Setelah 30 tahun bertugas di Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL, dan setengah abad berlayar sejak dioperasikan AL Belanda, akhirnya enam unit frigat Van Speijk Class (Ahmad Yani Class) direncanakan untuk mulai dipensiunkan pada tahun 2017. Satu per satu Van Speijk Class TNI AL akan dipensiunkan bertahap, hingga akhirnya di tahun 2022 semuanya akan decommission.

Lebih dari tiga dekade, frigat Van Speijk Class menjadi kapal perang terkuat dan tercanggih Koarmatim, bahkan setelah datangnya korvet SIGMA Class 9113 (Diponegoro Class), debut Van Speijk Class masih sangat diperhitungkan, sebut saja untuk urusan penugasan dan operasional tempur, justru Van Speijk Class dipercaya jadi maskot kekuatan TNI AL. Eksistensi Van Speijk Class saat operasi pembebasan MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia pada Maret 2011, serta kemampuannya sebagai platform peluncuran rudal Yakhont, menjadikan nama Van Speijk masih amat diperhitungkan.

Ujicoba penembakan rudal Yakhot dari KRI Oswald Siahaan 354
Ujicoba penembakan rudal Yakhot dari KRI Oswald Siahaan 354

Karena masuk kategori alutsista strategis, beragam program peremajaan dikebut TNI AL untuk memaksimalkan kemampuan tempur Van Speijk, selain upgrade sistem persenjataan rudal hanud (pertahanan udara) dan rudal anti kapal (anti ship missile), TNI AL juga merogoh kocek yang tak kecil untuk merenovasi sistem elektronik, seperti Combat Management System yang baru dipasok oleh PT Len.

Dari sisi permesinan, sejak dekade silam Van Speijk TNI AL sudah dilakukan program repowering. Aslinya Van Speijk class dan Leander class ditenagai sepasang mesin turbin uap (steamed turbin) yang mampu menyemburkan daya sebesar 30.000 shp. Daya sebesar itu mampu menggeber kapal hingga 28 knots (52 km per jam).

98191301fb5

Harus diakui jika mesin turbin uap tergolong berat, relatif boros bahan bakar, dan keseluruhan sistemnya makan tempat serta cenderung sulit dalam perawatan. Menyikap hal tersebut, TNI yang punya budget serba ngepas, secara bertahap mulai tahun 2003, mulai melakukan penggantian sistem propulsi sebagai bagian dari upaya peningatan performa Van Speijk class. Proyek pertama dimulai pada KRI Karel Satsuit Tubun 356 yang diganti mesinnya dengan jenis diesel Caterpillar CAT DITA, disusul kapal lainnya dalam kurun 2007 – 2008.

Pengecualian ada pada KRI Oswald Siahaan 354 yang mesinnya diganti dengan diesel SEMT Pielstick, mirip (meski dari sub tipe berbeda) dengan yang mentenagai korvet SIGMA class TNI AL. Dengan repowering, kini Van Speijk class mampu ngebut 24 knots (45 km per jam).

Nah, dari keenam unit Van Speijk Class, yakni KRI Ahmad Yani 351, KRI Slamet Riyadi 352, KRI Yos Sudarso 353, KRI Oswald Siahaan 354, KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355, dan KRI Karel Satsuit Tubun 356, manakah diantaranya yang bakal pensiun lebih dulu? Seperti dikutip dari Janes.com (11/2/2016), sumber TNI AL saat rapat tahunan untuk perencanaan teknis dan logistik 2016 di markas Koarmabar (Komando RI Kawasan Barat), tidak dsebutkan siapa dulu diantara keenam Van Speijk yang akan pensiun duluan di tahun 2017.

Namun dapat dipastikan, bukan KRI Oswald Siahaan 354 yang akan pensiun di tahun depan, pasalnya frigat ini satu-satunya yang telah dipasangi rudal anti kapal berkemampuan jelajah dengan letalitas tinggi, Yakhont dari Rusia. Peran pengabdian Van Speijk nantinya akan digantikan oleh masuknya armada PKR (Perusak Kawal Rudal) SIGMA Class 10514 (Martadinata Class). (Haryo Adjie)
 

TNI Berencana Bangun Pangkalan Udara Militer di Indonesia Timur

Pilot dan petugas pendukung salah satu pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skuadron 3 TNI Angkatan Udara yang berbasis di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, tampak bersiap-siap melakukan penerbangan patroli, tahun lalu. (KOMPAS/KORANO NICOLASH LMS)
Pilot dan petugas pendukung salah satu pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skuadron 3 TNI Angkatan Udara yang berbasis di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, tampak bersiap-siap melakukan penerbangan patroli, tahun lalu. (KOMPAS/KORANO NICOLASH LMS)
 
Pemerintah telah menyampaikan bahwa akan meningkatkan anggaran pertahanan Indonesia. Sekretaris Kabinet, Pramono Anung mengatakan bahwa dalam rapat terbatas yang diadakan pada hari Selasa kemarin, Presiden Joko Widodo menuntut adanya pengembangan kemampuan pertahanan di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya terkonsentrasi di Jawa. Pramono juga menjelaskan bahwa pemerintah berniat mengalokasikan anggaran untuk militer Indonesia menjadi Rp 250 triliun jika pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas enam persen.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun berencana untuk mendirikan pangkalan militer baru di Indonesia timur. Pilihan lokasinya adalah Biak dan Merauke di Papua serta Morotai di Maluku.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa pasukan Indonesia saat ini, khususnya Angkatan Udara, lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ia menambahkan bahwa pangkalan Angkatan Udara di Yogyakarta dijadikan lokasi pelatihan pilot, sedangkan Malang Air Force Base di Jawa Timur telah digunakan sebagai rumah skuadron Hercules, serta pangkalan Angkatan Udara Madiun sebagai rumah jet tempur.

Terpusatnya pangkalan udara di Pulau Jawa tak hanya berperangaruh terhadap keamanan dan pertahanan Indonesia saja, namun juga telah menyebabkan padatnya lalu lintas penerbangan di beberapa daerah. Kondisi ini disebabkan penerbangan komersial dilarang melintas ruang udara di tengah pulau sehingga memaksa mereka untuk terbang melalui bagian utara Jawa.
“Jika kita lihat ini, pasukan pertahanan kami terkonsentrasi di Jawa. Ini tidak benar. Kami akan mengembangkan pangkalan militer di wilayah timur Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian daerah tersebut sementara pada saat yang sama memungkinkan pilot untuk berlatih kapan saja. Ada Biak, Morotai, Merauke dan sebagainya, “kata Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Presiden, Jakarta.
Jenderal Gatot Nurmantyo juga menegaskan bahwa TNI akan memperkuat pertahanan Indonesia di pulau-pulau terluar, seperti Alor, Lirang dan Wetar di Nusa Tenggara Timur. Hal itu perlu dilakukan untuk mencegah adanya gangguan keamanan maupun gangguan bagi kedaulatan Indonesia.
 
Jakarta Post

Presiden Janji Naikkan Anggaran TNI Menjadi Rp 250 T

  Presiden Joko Widodo gelar rapat di Istana Merdeka, Jakarta
Presiden Joko Widodo gelar rapat di Istana Merdeka, Jakarta
 
Presiden Joko Widodo menyadari bahwa untuk membangun TNI yang profesional dan disegani, pemerintah harus mampu memenuhi alutsista (alat utama sistem persenjataan) bagi tiga matra secara terpadu.
Presiden Jokowi mengatakan, saat ini anggaran TNI hanya sekitar 0,89 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), PDB nasional pada kuartal IV Tahun 2015 tumbuh 5,04 persen yakni mencapai Rp 11.540,8 triliun.
“Saya berikan sedikit gambaran bahwa anggaran TNI sebelumnya 0,89 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Yang sebelumnya lagi, 0,78 persen dari PDB, dan sekarang paling tidak 1,1 persen dari PDB kita,” katanya.
“Ke depan kalau pertumbuhan ekonomi bisa naik paling tidak di atas 6, akan muncul angka 1,5 % dari PDB dan ini adalah sebuah angka yang besar. Perhitungan saya tadi kurang lebih bisa mencapai Rp 250 triliun,” ujar Presiden Jokowi dalam pengantar rapat masalah penguatan TNI, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/2/2016).

Presiden mengingatkan, angka-angka itu harus mulai diantisipasi dari sekarang. Artinya, harus ada perencanaan yang matang, betul-betul matang, betul-betul detil, betul-betul terinci, sehingga anggaran dan uang itu dipergunakan dengan baik, tepat guna dan juga terdesain dari awal.
Presiden Jokowi juga menegaskan, agar penggunaan produk-produk dalam negeri menjadi perhatian. Ia mengingatkan penggunaan produk dalam negeri, sangat penting.
“Penting sekali. Kita lihat belanja-belanja yang ada, saya kira sudah sesuai porsi, baik belanja pegawai, belanja barang, alutista. Tapi sekali lagi, perencanaan harus matang, detail, dalam sebuah strategi pembangunan kekuatan seperti apa. Itu yang kita inginkan ke depan,” kata Presiden Jokowi.
Hadir dalam Rapat Terbatas ini antara lain Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Luhut B. Pandjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PMK Puan Maharani, Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menlu Retno LP Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, KSAD, KSAU, KSAL, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki. (DID/ES)
 
Sumber : Setkab.go.id

TNI AD Segera Lengkapi Persenjataan MBT Leopard

tank leopard tni
Tank Leopard 2A4 TNI AD
 
TNI AD terus melakukan peremajaan alat utama sistem senjata (alutsista), dengan meneruskan program rencana strategis (renstra) II periode 2015-2019.
“Semua alutsista itu kan lanjutan program. Alutsista roket, meriam, senjata MLRS (multiple launch rocket system) untuk Arhanud, hingga MBT Leopard itu lanjutan (renstra I),” ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono, di Mabes AD, Selasa (23/2/2016).
tank leopard tni 1
Tank Leopard 2A4 TNI AD
 
Meski begitu, Jenderal Mulyono menyatakan, Mabes AD terus berupaya memperkuat alutsista dengan melakukan pengadaan armada baru. Salah satunya, pembentukan satu skadron helikopter Bell 412 yang sedang dalam tahap pembuatan. Disinggung rencana pengadaan helikopter angkut MI-26 buatan Rusia, KSAD belum bisa mengungkapkannya.

Begitu juga dengan rencana pengadaan helikopter serbu UH-60 Black Hawk, Jenderal Mulyono enggan membocorkannya. Namun ia memastikan kontrak pembelian helikopter serang AH64E Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, telah dikerjakan. “Apache belum datang tahun ini, tapi kontrak sudah dimulai,” ujar mantan panglima Kostrad ini.
tank leopard tni 2
Tank Leopard 2A4 TNI AD
TNI AD juga terus melakukan pengadaan barang untuk melengkapi persenjataan MBT Leopard. Menurut KSAD, tank buatan Jerman yang datang selama ini, baru berupa tank murni, belum termasuk perlengkapan lainnya. Karena itu, TNI AD dalam waktu dekat, akan berkunjung ke pabrik Rheinmetall untuk melengkapi pengadaan MBT Leopard.
“Ada perlengkapan yang belum, nanti kita akan lengkapi. Tahun ini, gelar uji penembakan di Jerman. Kita lihat amunisi dan alat komunikasi. Kalau bagus, kita kontrakkan bulan depan,” kata Jenderal Mulyono.
 
Sumber : Republika.co.id

Presiden Minta TNI Tak Terpusat di Pulau Jawa

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengunjungi prajurit di pulau terluar
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengunjungi prajurit di pulau terluar
 
Presiden Joko Widodo meminta pengembangan Tentara Nasional Indonesia tidak terpusat di Pulau Jawa. Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, Presiden ingin pembangunan TNI harus dimulai dari pinggiran Indonesia sehingga merata.
“Presiden meminta pembangunan TNI tidak terpusat di Pulau Jawa tapi betul-betul Indonesiasentris. Dimulai dari pinggiran sehingga kekuatan menjadi merata,” ujar Pramono usai rapat terbatas penguatan TNI di Kantor Presiden, Selasa, 23/2/2016.
Presiden Jokowi secara khusus menggelar rapat terbatas mengenai pengembangan TNI. Selain memberikan instruksi agar pengembangan TNI tidak hanya dilakukan di Pulau Jawa, Presiden meminta agar pembelian alat utama sistem persenjataan / alutsista TNI dilakukan secara transparan dan terukur. Presiden berharap kekuatan TNI dapat meningkat pesat karena era persaingan yang sudah tidak bisa dihindari lagi.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan selama ini pangkalan udara TNI terletak di Madiun, Yogyakarta, dan Malang. Tiga lokasi ini menjadi pusat pengembangan Angkatan Udara. Namun, ke depan, agar TNI bisa lebih leluasa terbang dan berlatih, akan dikembangkan pangkalan udara di Biak, Morotai, Merauke, dan beberapa titik lain di timur Indonesia. “Jadi ini untuk melancarkan penerbangan, alasan ekonomi, dan agar pilot bisa terbang tiap saat dan berlatih,” ujar Pangluma TNI.
Jenderal Gatot mengatakan pulau-pulau terluar di Indonesia masih belum banyak yang digarap. Pengembangan pangkalan udara di bagian timur Indonesia, sangat dibutuhkan untuk menunjang tugas dan fungsi TNI. Pesawat Sukhoi jika mendarat membutuhkan alat aki, oksigen udara, dan sejumlah peralatan. “Sedangkan alat itu hanya di wilayah barat. Di wilayah timur tidak ada. Misalnya pesawat Sukhoi turun di Ambon tidak bisa terbang lagi. Ini akan kami lengkapi segera,” tutur Panglima TNI.
Panglima TNI berencana membangunan pangkalan udara itu, mulai tahun ini. Presiden meminta Panglima dan kementerian terkait untuk melakukan observasi wilayah mana yang paling strategis untuk dijadikan pangkalan, serta estimasi biaya. “Presiden menekankan dihitung benar rupiahnya dan dilakukan sehemat mungkin,” tutup Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
 
Tempo.co