Rabu, 27 Januari 2016

April, Menhan Ryamizard ke Moskow Bahas Su-35

  SU-35
SU-35
 
Duta Besar Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun mengatakan 26/1/2016, Menteri Pertahanan Indonesia berencana mengunjungi Rusia pada bulan April 2016, untuk melanjutkan diskusi tentang pengadaan jet tempur Su-35 Flanker-E.
“Negosiasi sedang berlangsung. Menteri Pertahanan Indonesia ingin mengunjungi Rusia pada bulan April untuk melanjutkan diskusi,” kata Oratmangun kepada RIA Novosti.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan niat Jakarta untuk membeli Su-35 untuk menggantikan armada Northrop F-5 Tiger II, TNI AU, pada bulan September 2015.

Satu komisi kerjasama militer-teknis bersama, telah mengadakan diskusi akhir bulan November di ibukota Indonesia.
Direktur kerjasama internasional di Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan kepada RIA Novosti pada saat itu, bahwa hukum Indonesia menetapkan bahwa setidaknya 35 persen dari teknologi harus ditransfer ke Indonesia ketika penandatanganan kontrak untuk pembelian persenjataan asing, dilakukan.
 
Sputniknews.com

KRI dr Soeharso Berlayar ke Timor Leste

  KRI Dr. Soeharso-990
KRI Dr. Soeharso-990
 
Kapal perang rumah sakit KRI dr Soeharso (SHS)-990 TNI AL bertolak ke Republic Democratic of Timor Leste (RDTL), 26/1/2016, dengan dilepas oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Darwanto.
“Pelayaran KRI SHS-990 ke Timor Leste merupakan kegiatan sosial dan diplomasi atau kerja sama kemaritiman antara Indonesia dengan Timor Leste,” ujar Laksda Darwanto dalam pelepasan di Dermaga Semampir, Ujung, Surabaya.
Koarmatim memberangkatkan 250 personel, termasuk Tim Kesehatan Kementerian Pertahanan, Satgaskes TNI AD dari RS Gatot Subroto, Ditkesad dan Yonkes 2/2 Kostrad, Satgaskes TNI AL dari RS. Dr. Ramelan, Yonkes 1 Marinir dan Satgaskes TNI AU dari RUSPAU dr. Hardjoloekito dan RSAU dr. Esnawan.
Kapal Rumah Sakit KRI SHS 990 dengan Komandan Letkol Laut (P) Azhari Alamsyah beserta 150 Anak Buah Kapal (ABK) akan melaksanakan bantuan sosial, sekaligus meningkatkan kerja sama Angkatan Bersenjata kedua negara.
KRI dr Soeharso-990
KRI dr Soeharso-990

“Kerja sama itu merupakan bagian dari Confidence Building Measures serta membawa misi diplomatik pemerintah Indonesia sebagai negara poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden Joko Widodo,” .
Dalam misi itu, sasarannya adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada tentara RDTL, veteran dan keluarganya serta masyarakat umum dengan target pasien sebanyak 2.000 orang.
Untuk pelayanan pengobatan yang akan dilaksanakan meliputi pengobatan umum, gigi dan pemeriksaan dini stroke serta pelayanan operasi katarak, pyterygium, bibir sumbing, hernia, struma, hemorrhoid, lipoma, tonsilektomi dan khitan.
 
Antara

Minggu, 24 Januari 2016

Langkah Tepat Indonesia Menempatkan Helikopter Apache di Natuna

  AH-64E-JBPHH

Foto-foto Helikopter AH-64E Amerika diambil pada 6 Januari 2016, tampak 4 AH-64E Apache Guardian yang tergabung dalam Combat Aviation Brigade (CAB)-16 dan bermarkas di Joint Base Lewis McChord (JBLM), sedang bersiap-siap lepas landas dari pangkalan Joint Base Pearl Harbor Hicham (JBHH), Hawaii.

Selama penyebaran enam bulan di Wheeler Army Field, AH-64E akan mengambil bagian dalam beberapa latihan , termasuk latihan Lightning Force dan RIMPAC (Rim ot the pacific), Rimpac adalah latihan mulilateral Angkatan Laut terbesar dua tahun sekali yang diselenggarakan US Pasific Command.

AH-64E juga akan mengisi kekosongan kekuatan heilkopter intai serang Divisi Infantri 25 setelah pensiunnya helikopter OH-58D Kiowa Warrior.(Theaviationist)

Apache_Attack_Helicopter_Takes_Off_from_HMS_Ocean_MOD_45150676-640x426

Dari gambaran diatas, bisa dikatakan helikopter Ah-64E Apache adalah salah satu helikopter multiguna. Disamping berfungsi sebagai kekuatan pemukul di Angkatan Darat juga mampu bertugas sebagai helikopter kekuatan Angkatan Laut. Maka tidak salah apabila TNI kelak akan menempatkan helikopter Apache di Natuna. Apache akan menjadi salah satu benteng udara terdepan di kawasan sengketa Laut Cina Selatan, bergabung dengan kekuatan udara lainnya.
 

Gantikan Panser Saladin, 50 Unit Badak Segera Perkuat Kavaleri TNI AD

Badak-armed-vehicle-makes-debut-at-show---Indo14-Day3

Tak terasa panser kanon FV 601 Saladin Kavaleri TNI AD usianya telah mencapai 50 tahun lebih, kiprah panser berpenggerak 6×6 ini begitu lekat di mata publik saat dilibatkan dalam film G-30S/PKI. Namun, usia pengabdian Saladin tak lama lagi bakal digantikan AFSV (Armoured Fire Support Vehicle) buatan dalam negeri, yakni panser Badak produksi PT Pindad.

Saladin TNI-AD dalam kamuflase tempur
Saladin TNI-AD dalam kamuflase tempur

Meski sama-sama berpenggerak roda 6×6, kaliber persenjataan diantara keduanya berbeda, Saladin mengusung kanon eks Perang Dunia Kedua L5A1 kaliber 76 mm, sementara Badak sudah menggunakan kanon digital Cockerill 90 mm. Nah, berapa unit Badak yang di order untuk kebutuhan TNI AD? Kabarnya mencapai 50 unit, atau ideal untuk melengkapi komposisi satu batalyon kavaleri. Order panser Badak tak terpelas dari dukungan pemerintah, terlebih dukungan serius dari Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kala. Jusuf Kala sebelumnya juga berperan mendorong keberhasilan produksi dan order panser Anoa 6×6.

Eksistensi panser Badak memang butuh dukungan serius dari pemangku kebijakan di dalam negeri, mengingat pabrikan asal Korea Selatan, Doosan DST juga giat memasarkan panser kanon Tarantula 6×6, bahkan Tarantula sejak dua tahun lalu sudah aktif menjadi arsenal kavaleri TNI AD. Dikutip dari Janes.com (20/1/2016), nilai kontrak pengadaan panser Badak ditaksir mencapai US$36 juta. Jika tak ada aral melintang, pesanan pertama akan diserahkan ke user pada akhir tahun ini.

image192image193

Dari segi level proteksi, Badak 6×6 yang disasar untuk kebutuhan korps Baret Hitam, mengadopsi standar NATO STANAG 4569 Level III, atau mampu menahan impak proyektil kaliber 12,7 mm (Armor Piercing) dari jarak 30 meter. Namun untuk proteksi pada kubah meriam/kanon, masih mengadopsi standar NATO STANAG 4569 Level 1, namun nantinya dapat di upgrade ke level 4 sesuai kebutuhan pembeli. Untuk perlidungan kaca pada periskop, menggukan kaca tahan peluru dengan ketebalan 38 mm. Untuk roda menggunakan velg dan ban dengan model runflat berukuran R20-1400. Ban tetap dapat melaju walaupun ban kempes hingga jarak 80 Km.

997082_567169226763034_5296598941767839118_n

Untuk senjata utama, dipilih kanon Cockerill CSE 90LP (Low Pressure) MK3M A1 besutan CMI Defence, Belgia, serupa dengan yang dipakai Tarantula 6×6. Meski mengadopsi varian yang lebih lama, tetapi pemakai kanon Cockerill 90 mm cukup laris di lingkungan TNI, sebut saja seperti di tank Scorpion dan tank amfibi PT-76M Korps Marinir TNI AL. Kabar baiknya, untuk Cockerill 90 yang akan dipasang di Badak, komponennya telah berhasil dibuat oleh PT Pindad, hanya bagian laras yang masih di impor dari Belgia. (Haryo Adjie)
 
 

Pasukan Khusus TNI Buru Kelompok Santoso

  tni poso
Anggota pasukan khusus TNI berangkat ke Poso (Antara/Basri Marzuki)

Sekitar 1200 prajurit dari Kopassus, Marinir, Raider dan Kostrad akan bergabung dengan 2.000 personel gabungan TNI dan Polri yang telah lebih dahulu ada di Poso, Sulawesi Tengah untuk melancarkan operasi keamanan memburu kelompok sipil bersenjata, pimpinan Santoso.

tni poso 2


Kehadiran pasukan ini untuk memperkuat operasi keamanan Tinombala dalam perburuan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso. Mereka akan melakukan pengejaran terhadap kelompok Santoso di seluruh hutan-hutan Kabupaten Poso hingga ke perbatasan,” ujar Komandan Satuan Tugas Operasi Tinombala, Brigjen Pol Idham Azis, Sabtu, 23/1/2016.

tni poso 3
Anggota pasukan khusus TNI berangkat ke Poso (Antara/Basri Marzuki)

Seluruh prajurit ini memiliki tugas berbeda-beda. Selain melakukan pengejaran terhadap kelompok pimpinan Santoso, mereka juga melakukan penyekatan di sejumlah perbatasan hingga ke upaya pencegahan lewat deradikalisasi.

Sumber: Viva.co.id / Antara.co.id

Sabtu, 23 Januari 2016

KRI RE Martadinata dan KRI Ngurah Rai Mampu Deteksi Sasaran 200 Km

  PKR KRI RE Martadinata 331
PKR KRI RE Martadinata 331

Jakarta – Dua pahlawan nasional akan disematkan namanya untuk Kapal Perusak Rudal (PKR) yang segera memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL.

“Kapal PKR-1 akan diberi nama Raden Eddy Martadinata (REM). Kapal PKR-2 bernama I Gusti Ngurah Rai (GNR).

Kedua nama pahlawan nasional ini pernah digunakan pada kapal perang TNI AL, namun kini telah dinonaktifkan,” ujar Kadispenal, Laksamana Pertama M Zainudin, Jumat 22/1/2016.

Modul PKR-2 (photos : Antifamous, Formil Kaskus)
Modul PKR-2 (photos : Antifamous, Formil Kaskus)

“Kapal PKR itu dibangun oleh PT PAL Surabaya bekerja sama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Belanda. First Steel Cutting PKR-1 dilaksanakan 15 Januari 2014, sedangkan PKR-2 pada 16 Juli 2014 lalu,” ujar Kadispenal.

Pembangunan kedua kapal ini bagian dari program Transfer of Technology (ToT) dengan DSNS yang memerlukan waktu pembuatan selama 49 bulan. Sesuai master plan, PKR-1 telah di-launching Senin 18 Januari 2016, oleh Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi.


image

“Kapal PKR-1 akan diserahkan kepada TNI AL Januari 2017, sedangkan PKR-2 pada bulan Oktober 2017,”.

Kapal PKR-1 memiliki panjang 105 meter dan lebar 14 meter. Dilengkapi sistem pendorong yang mampu berlayar dengan kecepatan 28 knot bila menggunakan dua diesel engine propulsion dan kecepatan 15 knot jika menggunakan 2 electric motor propulsion.

Menurut Laksamana Pertama M Zainudin, kedua kapal akan dilengkapi sensor udara tercanggih saat ini, sehingga mampu mendeteksi sasaran di udara lebih dari 200 kilometer.

Kedua kapal juga akan memiliki persenjataan yang sangat modern dan terintregrasi dalam sistem Sensor Weapon Control (Sewaco) canggih, antara lain : meriam kaliber 76 mm dan millenium gun 35 mm, peluncur rudal anti serangan udara, rudal anti kapal permukaan, dan peluncur torpedo.

SindoNews.com

AM-39 Exocet: Rudal Anti Kapal Yang ‘Batal’ Memperkuat TNI AL

NAS332-HU442-02

Debut AM-39 Exocet dalam Perang Malvinas (Falkland) meroket setelah rudal anti kapal yang diluncurkan dari jet Super Etendard AL Argentina mampu mengkaramkan kapal perusak Inggris HMS HMS Sheffield pada 4 Mei 1982. Bagi Indonesia yang kala itu tengah bersiap menerima kedatangan helikopter angkut sedang multirole NAS 332L Super Puma dari PT IPTN (sekarang – PT Dirgantara Indonesia) berusaha mengikuti perkembangan tren kekinian alutsista.

Sedikit kilas balik, di awal tahun 80-an bersamaan dengan kedatangan tiga frigat Fatahillah Class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class yang paketnya dibekali rudal anti kapal MM-38 Exocet, oleh pihak Aerospatiale (sekarang – MBDA) sebagai manufaktur Exocet, Indonesia juga ditawarkan platform Exocet yang diluncurkan dari udara ke permukaan, persisnya rudal anti kapal AM-39 Exocet yang sejatinya dirancang meluncur dari jet tempur, pesawat patroli maritim, dan helikopter. Di periode tersebut TNI AU jelas belum punya jet tempur berkemampuan melepas rudal anti kapal.


NAS 332 Super Puma TNI AL bermanuver dengan dummy AM-39 Exocet.

Poster promosi NAS 332 Super Puma dengan AM-39 Exocet yang digunakan oleh PT IPTN.
Poster promosi NAS 332 Super Puma dengan AM-39 Exocet yang digunakan oleh PT IPTN.

Namun pihak Aerospatiale cukup cerdik, Puspenerbal TNI AL yang tengah mengoperasikan helikopter gress NAS 332L Super Puma produksi PT IPTN dari Aerospatiale, Perancis, adalah helikopter yang dirancang pas sebagai platform peluncur AM-39 Exocet. Melihat penawaran yang menarik ini, kemudian salah satu Super Puma pesanan TNI AL dicoba untuk dipasangi rudal ini. Yang dipilih adalah Super Puma dengan nomer HU-442. Saat itu foto Super Puma TNI AL yang menggotong AM-39 Exocet terbilang populer dan menjadi media promosi menarik bagi PT IPTN. Namun sayangnya yang digotong dalam uji coba bukanlah rudal asli, alias hanya dummy yang didatangkan dari Perancis.

nas332aldo4AM_39Eng-(480-x-285)

Hasilnya, entah karena alasan harga atau lainnya, AM-39 yang pertama dirilis tahun 1979 ini tidak ‘terpilih’ untuk berlaga di angkasa dan lautan Indonesia, rudal ini dipandang terlalu gambot dan berdimensi lumayan besar untuk diluncurkan dari helikopter, sehingga oleh pihak user diperkirakan dapat mengganggu manuver helikopter. AM-39 Exocet secara teknis punya bobot 670 kg dengan panjang 4,69 meter, diameter 350 mm, melaju dengan kecepatan subsonic, dan punya jarak jangkau 70 km.

AS 332 Super Puma dan AM-39 Exocet AL Chile.
AS 332 Super Puma dan AM-39 Exocet AL Chile.

Konfigurasi yang matap.
Konfigurasi yang matap.

Tampijl dalam suatu pameran dirgantara.
Tampijl dalam suatu pameran dirgantara.

AM-39 terpasang pada jet Super Etendard AL Argentina.
AM-39 terpasang pada jet Super Etendard AL Argentina.

Rudal yang punya kemampuan sea skimming dan fire and forget ini telah digunakan oleh 17 negara, meski begitu kebanyakan AM-39 Exocet lebih populer diluncurkan dari platform jet tempur, maklum saja karena dipandang lebih efektif mendekatkan rudal ke sasaran, varian jet tempur asal Perancis yang sanggup menggotong AM-39 cukup beragam, seperti Rafale, Super Entendar, Mirage F1, Mirage 2000, pesawat intai maritim Atlantic, dan ATR 72 ASW. Total ada 14 pesawat yang bisa terintegrasi dengan AM-39. Sementara di segmen helikopter, rudal ini bisa terpasang pada AS 332 Super Puma, EC 725 Super Cougar, dan SA 321 Super Frelon. Di luar Perancis, pengguna AM-39 yang cukup besar adalah Argentina, Chile, dan Irak yang pernah digunakan dalam Perang Iran – Irak di dekade 80-an. (Mas Sampurno)

HMS Sheffield korban hantaman AM-39 Exocet Argentina.
HMS Sheffield korban hantaman AM-39 Exocet Argentina.

Spesfikasi AM-39 Exocet:
– Manufaktur: MBDA Missile Systems
– Panjang: 4,69 meter
– Diameter: 350 mm
– Wingspan: 1,13 meter
– Berat: 670 kg
– Berat hulu ledak: 165 kg
– Kecepatan: high subsonic (309 meter per detik) atau Mach 0,92
– Jarak luncur: 70 km (maks) dan minimum (50 km)
– Sistem pemandu: Inertial guidance and terminal active radar homing
– Propulsi: 2 solid-propellant rockets