Senin, 04 Januari 2016

Sorong Diperkuat Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan

  marinir

Komandan Pasukan Marinir (Pasmar) I Brigjen Marinir Lukman Hasyim meresmikan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) XIV di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, (31/12/2015). Dengan adanya pasukan mariner ini maka perairan Sorong akan mendapatkan penjagaan yang maksimal dari TNI.

Meski hanya diperkuat satu Batalyon, namun pasukan ini memiliki berbagai kualifikasi, termasuk perang pantai, sabotase dan intelijen. Marinir pun dilengkapi dengan berbagai alutsista berat seperti tank amfibi, meriam hingga wahana bawah air.

Dalam amanatnya, Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal Marinir Buyung Lalana menegaskan, anggota Marinir adalah prajurit kebanggaan bangsa yang harus terus mengasah naluri tempur dan meningkatkan profesionalismenya. Marinir juga harus menjaga hubungan baik dengan unsur TNI lain, Polri, pemerintah dan masyarakat.


Seiring peresmian Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan XIV Sorong, Brigjen Lukman Hasyim juga melantik Mayor Ridwan Aziz sebagai Komandan Batalyon Marhanlan XIV.

Sebagai Batalyon baru, masih banyak yang harus dibenahi mulai dari prasarana hingga pemenuhan jumlah personel yang dibutuhkan. “Untuk saat ini kebanyakan didatangkan dari Surabaya, dari Sorong juga ada. Namun prajurit harus cepat memyesuaikan diri karena Batalyon di Sorong punya fungsi strategis untuk memberikan efek deterrent kepada pihak yang ingin mengganggu Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Brigjen Marinir Lukman Hasyim.

Setelah peresmian Yonmarhanlan XIV, Brigjen Marinir Lukman Hasyim juga segera meresmikan Yonmarhanlan XI di Merauke. Batalyon ini sudah lama ada namun baru pada bulan ini diresmikan.

Sumber: Tribun-Timur.com

Minggu, 03 Januari 2016

Perkuat Daya Gempur F-16, DPR RI Setujui Pembelian AIM-120 AMRAAM

AIM-120 AMRAAM

Niatan perlemen RI untuk mendukung optimalisasi alutsista TNI AU kali ini layak diapresiasi, belum lama ini telah disetujui anggaran US$38 juta untuk pengadaan beberapa tipe rudal udara ke udara. Di kalangan pemerhati militer, nama-nama rudal sudah tak asing didengar, seperti rudal jarak dekat Kh-31 A/P yang sebelumnya sudah melengkapi Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker TNI AU. Namun yang jadi kejutan adalah persetujuan pengadaan rudal udara ke udara jarak menengah AIM-120 AMRAAM (advanced medium range air-to-air missile).

Mengutip dari Janes.com (29/12/2015), disebut bahwa anggaran yang dipersiapkan untuk pembelian AIM-120 AMRAAM senilai US$6 juta. Tidak dijelaskan varian AIM-120 AMRAAM yang bakal dibeli. Sebagai rudal udara canggih yang battle proven, AIM-120 untuk varian AIM-120C dibandrol US$400 ribu per unit, tapi jika yang dibeli varian AIM-120D, maka harga per unitnya bisa mencapai US$1,7 juta.

AIM-120 AMRAAM masuk kategori beyond-visual-range air-to-air missile (BVRAAM). Dengan kecepatan 4 Mach, AIM-120 bisa melesat antara 70 – 125 km. Sebagai rudal andalan AS, NATO dan neraga-negara sekutunya, jelas tak sembarang negara bisa dikabulkan senat AS untuk bisa membeli AMRAAM. Di sekitaran Indonesia, populasi AMRAAM sudah bisa ditebak, yakni ada di AU Singapura dan AU Australia (RAAF/Royal Australian Air Force).

000-AIM-120A-2S

Sejatinya belum ada rilis resmi yang dikeluarkan dari pihak AS atas rencana pengadaan AIM-120 AMRAAM untuk Indonesia. Boleh jadi negara seperti Australia dan Singapura kurang happy bila TNI AU punya rudal segahar AIM-120. Bisa dipastikan AIM-120 AMRAAM akan digunakan TNI AU untuk menambah letalitas pada armada F-16 Fighting Falcon, baik di Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16. Selain F-16, AIM-120 AMRAAM dapat juga dipasang di jet tempur taktis Hawk 209.

AIM-120 AMRAAM terpadang di jet tempur F-15SG Singapura.
AIM-120 AMRAAM terpadang di jet tempur F-15SG Singapura.

Sejauh ini, dalam periode hubungan yang harmonis antara RI dan AS, parlemen AS baru menyetujui rencana penjualan rudal udara ke udara jarak dekat AIM-9X Sidewinder dan rudal udara ke permukaan AGM-65K2 Maverick.

Besar kemungkinan dengan dirilisnya informasi persetujuan pembelian AIM-120 dari DPR RI, tak lama lagi parlemen AS juga akan menyetujui penjualan rudal buatan Raytheon tersebut. Indonesia sejatinya juga tak tinggal diam ketika melihat negara tetangga mempunyai rudal sekelas AIM-120. Sebagai tandingannya, TNI AU memperkuat armada Sukhoi Su-27/Su30 Flanker Skadron Udara 11 dengan rudal R-77 buatan Vympel (Tactical Missile Corp), Rusia.

Rudal R-77
Rudal R-77

Nampak Sukhoi Su-30MK TNI AU dengan dua rudal terpasang. Rudal pada ujung sayap adalah R-73 dan rudal dibawah air intake adalah R-77.
Nampak Sukhoi Su-30MK TNI AU dengan dua rudal terpasang. Rudal pada ujung sayap adalah R-73 dan rudal dibawah air intake adalah R-77.

Baik R-77 dan AMRAAM sama-sama mengusung sistem pemandu active radar homing. Dimana pada moncong rudal terdapat perangkat radar pemancar dan sensor elektronik lainnya yang berfungsi untuk menemukan dan melacak target secara mandiri. Atau dengan kata lain, berlaku pola fire and forget. Dalam hal jangkauan, AMRAAM dan R-77 masuk kategori beyond visual range air to air missile dengan radius tembak diatas 70 km. Keberadaan target jelas diluar jangkauan pandangan mata pilot. Disinilah pentingnya kehandalan radar penjejak sasaran pada pesawat.

Seperti apa kehebatan R-77? Kecepatan luncur R-77 adalah 4,5 Mach. Untuk jarak jangkau ada dua macam, untuk tipe R-77 (90 km) dan R-77M1 (175 km). Dengan hulu ledak HE (high explosive) fragmenting seberat 22 kg, target dapat dihancurkan dengan mekanisme laser proximity fuze, ini artinya proses peledakan dapat dilakukan tanpa bodi rudal harus mengenai sasaran secara langsung.

Selain persetujuan DPR atas pembelian AIM-120 AMRAAM, juga disetujui pengadaan rudal Kh-31 senilai US$24 juta dan rudal Kh-59ME buatan Rusia. (Haryo Adjie)

Spesifikasi AIM-120 AMRAAM
– Manufaktur : Raytheon
– Panjang : 3,65 meter
– Diameter : 17,8 centimeter
– Wingspan : 44,5 centimeter
– Bobot : 161,5 kg
– Berat hulu ledak : 20,5 kg
– Mekanisme penghancuran : proximity and contact
– Mesin : Solid fuel rocket motor (R-77)/ Air breathing ramjet (R-77M1)
– Kecepatan : 4 Mach
– Ketinggian luncur : –
– Pemandu : Active radar homing
– Jangkauan : 75 – 110 km
 

Sabtu, 02 Januari 2016

Enam KRI Diserahkan ke Koarmabar

  KRI Lemadang - 632
KRI Lemadang – 632

Jakarta – Komando Armada Barat TNI AU, kembali menerima tiga kapal perang hasil perawatan dan pemeliharaan, dari Dinas Material Angkatan Laut, 30/12/2015. Ketiga Kapal itu adalah : KRI Teluk Sibolga-536 jenis Frosch, KRI Lemadang-632 dan KRI Barakuda-633 jenis Fast Patrol Boat (FPB) 57. Ketiga kapal telah melaksanakan pemeliharaan sejak bulan April sampai dengan Desember 2015.

Serah terima kapal dilakukan kepada Asisten Logistik (Aslog) Pangarmabar Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, mewakili Pangarmabar dari Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Toto Prihatono, bertempat di Geladak KRI Teluk Sibolga-536, yang sandar di Tanjung Priok, Jakartaa, Rabu (30/12/2015).

KRI Barakuda 633
KRI Barakuda 633

Kondisi teknis kapal memiliki usia pakai yang cukup tinggi, memerlukan upaya untuk mengembalikan kembali kemampuan, guna mendukung kesiapan operasi KRI dalam melaksanakan tugas pokok TNI AL sebagai penegak kedaulatan NKRI di laut.

Pada kesempatan ini juga, Koarmabar menyerahkan 3 KRI yakni KRI Pulau Rusa-726 jenis kapal penyapu ranjau, KRI Krait-872 kapal jenis patrol cepat PC-40 dan KRI Silea-856 jenis Attack Patrol Boat, kepada Dismatal untuk dilaksanakan Hardepo pada tahun 2016.

Koarmabar.tnial.mil.id

Mengapa Indonesia Menambah Kekuatan Militer di Natuna?

  1279046534-indonesia-navy-fregat-ship_53833

Saat ini, empat belas bulan telah berlalu sejak Presiden Joko Widodo merencakan untuk menempatkan Indonesia sebagai negara poros maritim global, yang termasuk di dalamnya perhatian terhadap pengurangan konflik antara negara-negara di Laut Cina Selatan melalui “upaya perdamaian internasional”.

Namun dalam beberapa bulan ini, Indonesia telah memperkuat kehadiran militernya secara mencolok di Natuna, sebuah pulau yang kaya akan gas alam, dimana wilayah itu tumpang tindih dengan wilayah yang diakui sebagai kedaulatan Cina.

Para pengamat mengatakan langkah Indonesia ini merupakan tanggapan terhadap apa yang diaggap sebagai “ancaman Cina” terhadap kedaulatan Indonesia di pulau ini, yang “cepat atau lambat” akan berdampak pada Indonesia.

Ancaman “netral”

Jakarta mengatakan akan meneruskan “kebijakan netral” terhadap Cina, di tengah memanasnya ketegangan ketika beberapa pejabat mengkritik Cina karena mengklaim wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia yang berdekatan dengan Natuna sebagai wilayah Cina.

Penekanan terhadap posisi netral ini datang sesudah Cina menyatakan “tak keberatan” terhadap kedaulatan Indonesia terhadap Natuna.

Namun Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamirzad Ryacudu mengatakan tak aman untuk mengabaikan kemungkinan ancaman di masa depan, sekalipun situasi tampaknya meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

“Kami telah memperkuat kapasitas militer kita untuk mengantisipasi berbagai ancaman, baik itu pencurian ikan atau masuknya mereka ke wilayah Indonesia secara ilegal,” kata Ryacudu.

Para ahli mengatakan alasan untuk ini adalah aktifnya Cina di bagian lain Laut Cina Selatan, dimana militer Indonesia “tak bisa menutup mata.”

Strategi pertahanan

Angkatan Darat, Laut dan Udara Indonesia telah menyusun formula untuk memperkuat pertahanan di Natuna.

Pihak militer mengatakan sedikitnya ada tambahan satu batalion untuk memperkuat pangkalan angkatan laut yang sudah ada di Natuna. Angkatan Darat, yang sekarang mengerahkan 800 prajurit di Natuna, akan menambah jumlahnya hingga 2.000 di tahun 2016. Angkatan Udara juga akan menambah pesawat tempur di wilayah itu.

Natuna saat ini kekurangan fasilitas untuk mengakomodasi sejumlah besar pesawat. Angkatan Laut telah mengirim tujuh kapal perang ke perairan Natuna bulan lalu untuk berkeliling dan “menjaga kedaulatan”, menurut juru bicara AL, Laksamana Pertama M. Zainudin.


Bulan ini, Angkatan Laut mengirim 14 kapal perang untuk mengawasi Laut Cina Selatan. Sektor pertahanan udara juga mengerahkan radar di beberapa bagian pulau untuk melakukan operasi pengawasan selama 24 jam.

Sebagai tambahan, Indonesia menandatangani perjanjian dengan Jepang awal bulan ini untuk menerima teknologi dan peralatan militer, yang sebagian besarnya dikirim untuk digunakan di Pulau Natuna.

Indonesia juga berminat untuk bergabung dengan latihan perang gabungan dengan Amerika Serikat di wilayah ini.

Sudah dua kali latihan dilakukan bersama AS di Batam yang berjarak 480 km dari Natuna. Latihan ini termasuk penggunaan pengawasan dan pesawat patroli, seperti penggunaan pesawat P-3 Orion, yang dapat mendeteksi kapal di permukaan dan kapal selam.

Menteri pertahanan mengatakan telah menghabiskan US$14,2 juta (sekitar Rp196 miliar) untuk memperkuat pangkalan militer di Pulau Natuna.

Namun pemerintah membantah bahwa penguatan tersebut merupakan antisipasi terhadap peningkatan ketegangan di Laut Cina Selatan. Pemerintah Indonesia lebih suka menyebutnya sebagai “diplomasi pertahanan.”

airasia-story_650_012815093518

‘Perantara yang jujur’

Sudah lama ada kekhawatiran bahwa Indonesia akan terlibat dalam pertikaian di Laut Cina Selatan karena pentingnya kawasan perairan tersebut.

Laut Cina Selatan merupakan jalur perdagangan yang mengantarkan barang dan jasa internasional dengan nilai US$5 triliun yang merupakan lima kali lipat GDP Indonesia.

Dengan jumlah sebesar itu, Cina dan negara-negara lain di kawasan itu – juga Amerika Serikat – sudah mulai terlibat pertikaian mengenai kendali teritorial di wilayah tersebut.

Cina saat ini disebut-sebut sudah melakukan reklamasi pulau dengan kecepatan yang mengkhawatirkan pihak lain.

Laporan maritim dari Departemen Pertahanan Amerika mengatakan pada bulan Juni tahun ini, Cina telah mereklamasi pantai 17 kali lebih banyak dalam 20 bulan terakhir, dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam 40 tahun sebelumnya.

Sekalipun Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia ingin tetap menjadi “perantara yang jujur” dalam perselisihan ini, dan “tak ada alasan” untuk terlibat, Indonesia pelan-pelan meningkatkan kehadiran militer di Natuna guna mengirim peringatan dan sinyal bahwa Indonesia tak ingin jadi bulan-bulanan.

Sementara itu, menteri pertahanan Indonesia mengatakan kapal perang dan pesawat tempur sedang dirapikan untuk “mengawasi dan membela wilayah kita” serta tak akan menembak jika mereka dilewati oleh kapal perang negara lain di perairan Natuna. “Mereka hanya akan saling menyapa dengan damai,” katanya.

BBC

PZL M28 Skytruck: Nyaris Jadi Pesawat Intai Maritim Taktis TNI AL

M-28_3

Disaat usia N22/N24 Nomad kian renta, Puspenerbal TNI AL harus berpikir keras untuk menghadirkan pesawat intai taktis pengganti. Saat itu di tahun 2005, pilihan telah dijatuhkan pada PZL M28 Skytruck, pesawat transport ringan bermesin turbo propeller buatan PZL (Polskie Zaklady Lotnicze) Mielec, Polandia. TNI AL dikala itu direncanakan bakal menerima 11 unit M28 Skytruck versi intai maritim.

Dikutip dari nasional.tempo.co (12/12/2015), Departemen Pertahanan RI merencanakan untuk membeli 11 pesawat Skytruck dari Polandia untuk maritime patrol aircraft (MPA). Pendekatan pun sudah dilakuakn cukup itens dengan melibatkan peran Duta Besar Polandia di Indonesia saat itu, Tomasz Lukaszuk. Bahkan pemerintah Polandia turut menawarkan pinjaman (loan) dalam paket tersebut. Bahkan Polandia juga telah membicarakan produksi bersama dan ToT (Transfer of Technology) dengan PT Dirgantara Indonesia. Pembicaraan serius pun sudah melihatkan antar kedua Menteri Pertahanan.

avan2_7SkyTruckCocKpit-0404-1A

Namun seiring berjalannya waktu, terjadi dinamika yang mengejutkan, bahwa akhirnya TNI AL membatalkan pesanan armada Skytruk dari Polandia. Yang jadi pangkal alasan adalah karena proses terlalu lama tertunda yang menyebabkan harganya semakin mahal, dan alasan kedua pesawat sejenis sudah bisa diproduksi di dalam negeri oleh PT DI. Memang kemudian sebagai gantinya TNI AL menggunakan pesawat intai maritim NC-212 200 Aviocar pada tahun 2007.

Kerjasama dengan Polandia sudah berjalan sejak pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Pada waktu itu untuk pertama kali dilakukan pengadaan pesawat Skytruck senilai US$135 juta untuk kebutuhan Polri. Untuk pengadaan pesawat ini, juga dibahas soal persentase komponen dari Indonesia yang akan dilakukan oleh PT DI. PT DI akan mengerjakan 3 sampai 6% dari total nilai kontrak untuk membuat kandungan lokal pesawat tersebut.

PZL M28 Skytruck
Dengan kemampuan STOL (Short Take Off Landing), M28 Skytruck yang terbang perdana pada bulan Juli 1993 langsung memikat pasar. Citarasa yang ditampilkan Skytruck memang unik, dari segi rancangan pesawat ini mengusung desain dari Antonov (Rusia), pasalnya rancang bangunnya mengambil basis dari Antonov An-28 yang kemudian disempurnakan. Meski berbau teknologi Eropa Timur, namun mesin Skytruck justru memakai teknologi Barat, yakni menggunakan Pratt and Whitney PT6A-65B Turboprops.

Ideal untuk angkutan cargo ringan penerbangan perintis.
Ideal untuk angkutan cargo ringan penerbangan perintis.

Drop cargo linud.
Drop cargo linud.

Sebagai pesawat angkut ringan, Skytruck dapat membawa 19 pasukan bersenjata lengkap. Skytruk juga mendukung operasi linud (lintas udara), pasalnya di bagian belakang terdapat ramp door untuk terjun pasukan payung. Skytruk juga dapat disulap sebagai pesawat angkut cargo, yakni dengan adanya pintu samping kanan belakang yang dapat dibuka lebar. Beban (payload) yang dapat dibawa mencapai 2,3 ton.

paras-11paras-2

Dengan kemampuan terbang selama 6 jam 12 menit, plus jarak jelajah hingga 1.500 km, Skytruck dipandang ideal untuk misi intai maritim taktis. Dan PZL menawarkan beberapa varian intai maritim, mulai dari M28B Bryza 1R yang dilengkapi Search and Surveillance Radar ASR-400 dan datalink Link-11. ASR-400 merupakan radar intai dengan sudut pantau 360 derajat ditempatkan dibawah perut pesawat. Kemudian ada M28B Bryza 1RM bis, ini merupakan varian intai maritim dengan kemampuan deteksi anti kapal selam. Varian ini terbilang canggih dengan bekal Search and Surveillance Radar ARS-800-2 360 derajat, ejection of single-use hydro-acoustic sonobuoys, thermal imaging system FLIR (Forward Looking Infra Red), magnetic anomaly detector, dan Link-11 datalink.

M28B Bryza 1R
M28B Bryza 1R

M28 05 Skytruck Penjaga Pantai Polandia.
M28 05 Skytruck Penjaga Pantai Polandia.

Selain itu, PZL juga menawarkan Skytruk untuk misi SAR penjaga pantai, M28 05 Skytruck, varian ini dilengkapi Search and Surveillance Radar ARS-400M and FLIR system. Varian ini hanya diproduksi 1 unit untuk Penjaga Pantai Polandia.

Digunakan Satpol Airud
Bila TNI AL batal memiliki Skytruck, maka Polri tercatat mengoperasikan 4 unit Skytruck versi transport. Dari empat unit yang dioperasikan, kini tinggal tersisa dua unit, dua lainnya telah jatuh karena kecelakaan di Papua.

Oleh pihak PZL, kecelakaan disebut karena kesalahan manusia. “Padahal mesinnya bagus, tak ada masalah, sekali lagi itu hanya human error,” ujar Janusz Zakrecki, President/Direktur Umum PZL, dikutip dari nasional.tempo.co (5/9/2013). Janusz meyakini bahwa salah satu penyebab kecelakaan itu karena pihak Polri sebagai pemesan tak mau pesawat angkut ringan ini dilengkapi Ticas, radar pendeteksi cuaca. “Mereka menyatakan tak butuh kelengkapan itu, padahal sangat diperlukan. Sejak bencana itu, kini kami wajibkan setiap penjualan Skytruck harus dilengkapi Ticas dan sistem deteksi canggih lainnya,” kata Janusz.

Skytruck-M28skytruckP-4202

Jenis pesawat multi-misi ini cocok untuk kondisi alam Indonesia yang sering dilanda bencana alam, tsunami misalnya. “Landasannya tak perlu keras, mobilitasnya diperlukan untuk penyaluran bantuan kemanusiaan yang perlu gerak cepat,” katanya. M28 Skytruck dijual seharga US$ 6 juta hingga US$ 7 juta per unit—bergantung pada spesifikasinya. Saham PZL Mielec kini sepenuhnya dimiliki Sikorsky, perusahaan heli terkemuka di Amerika Serikat.

Skytruck juga digunakan oleh penerbangan sipil di Pulau Kalimantan.
Skytruck juga digunakan oleh penerbangan sipil di Pulau Kalimantan.

Selain beroperasi di Indonesia dan Polandia, M28 Skytruck juga digunakan di Guyana, Yordania, Nepal, Suriname, Amerika Serikat, Venezuela, dan Vietnam. Sebagian besar Skytruck yang beroperasi digunakan untuk kebutuhan militer. AS misalnya, mempercayakan Skytruck sebagai salah satu pesawat pendukung US SOCOM (Special Operations Command). (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi PZL M28 Skytruck
– Crew: 2
– Capacity: 19 passengers
– Payload: 2.300 kg
– Length: 13,10 meter
– Wingspan: 22.06 meter
– Height: 4.90 meter
– Empty weight: 4.100 kg
– Max. takeoff weight: 7.500 kg
– Powerplant: 2 × Pratt & Whitney Canada PT6A-65B turboprops, 820 kW (1,100 shp) each
– Maximum speed: 355 km/h
– Cruise speed: 270 km/h at 3,000 meter
– Stall speed: 123 km/h
– Range: 1.500 km
– Endurance: 6 hr 12 min
– Service ceiling: 7.620 m
– Rate of climb: 11 meter per detik
 
 

KRI Bima Samudera: Kisah Jetfoil TNI AL Yang Terlupakan

habibie_mir_0029

Meski punya identitas kapal perang TNI AL (KRI), tapi Bima Samudera tak diberi label nomer lambung. Padahal tugas yang diemban mencakup patroli wilayah pesisir, angkut pasukan, dan pengamanan obyek vital lepas pantai. Bahkan Bima Samudera sempat dipasangi kanon Bofors 40 mm. Hebatnya inilah kapal patroli tercepat yang pernah dipunyai TNI AL, Bima Samudera sanggup melesat hingga 80 km per jam!

Dengan kecepatan yang dimiliki, idealnya secara segmen Bima Samudera masuk ke Satkat (Satuan Kapal Cepat), dan dipandang dari penugasannya, kapal jetfoil ini juga pas dimasukkan ke Satrol (Satuan Kapal Patroli) TNI AL. Tapi dalam beberapa literatur, tak disebutkan identitas lambung yang dapat mengklasifikasikan segmen Bima Samudera dalam armada TNI AL.

KRI Bima Samudera I dengan kanon 40 mm.
KRI Bima Samudera I dengan kanon 40 mm.

Salah satu varian Bima Samudera
Salah satu varian Bima Samudera

Dari segi tampilan kapal ini memang tambun, namun siapa duga manuver kapal ini begitu gesit dan mampu berputar 360 derajat hanya dalam tampo satu menit. Bahkan diklaim sanggup menghindar dari kejaran torpedo konvensional. Inilah kapal patroli cepat Bima Samudera Class yang menjadi etalase TNI AL pada era 1980-an.

Kapal jenis hydrofoil atau akrab disebut jetfoil buatan Boeing Marine Systems ini sejatinya adalah kapal penumpang berkecepatan tinggi, dikenal dengan label resmi Boeing 929 Jetfoil. Namun di Indonesia, perannya diubah menjadi kapal patroli pertahanan pesisir, pengawasan operasi minyak lepas pantai, kontrol sumber daya laut, serta digunakan untuk pengangkut pasukan.

P_20151223_1139544392018_20131212064454

Order kapal patroli dengan kecepatan jelajah 80 km per jam (43 knots) ini diteken pada tahun 1981 di Renton, Washington. Tak main-main, Indonesia lewat PT PAL berencana untuk mendapatkan 47 kapal jenis ini. Jetfoil pertama diberi nama Bima Samudera I yang tiba di Tanah Air pada Januari 1982, dan mulai dioperasikan dua bulan kemudian. Harga yang dipatok untuk satu unit kapal adalah US$13,7 juta. Biaya tersebut akan meningkat seiring tambahan berbagai perlengkapan yang disesuaikan untuk kebutuhan militer.

Karena rencana pembelian dalam jumlah besar, maka ada skema ToT (Transfer of Technology) yang diterima Indonesia. Rencananya kapal Bima Samudera keenam akan dibangun sepenuhnya di galangan kapal PT PAL Surabaya. Namun untuk sistem kritikal seperti sturt, foil, dan kontrol otomatis masih akan tetap dipasok oleh Boeing.

Sayangnya, dalam perjalanan proyek ini mengalami masalah pendanaan. Faktanya antara tahun 1984 – 1985, Boeing hanya mengirimkan empat kapal dalam kondisin terurai, yang kemudian dirakit di galangan PT PAL. Dari keempat kapal, hanya dua unit yang berhasil dirampungkan yakni Bima Samudera II dan Bima Samudera III. Perannya untuk dijadikan kapal patroli bersenjata pun urung terpenuhi, hanya Bima Samudera I yang sempat dipasangi kanon mulitperan 40mm bagian haluan.

Salah satu jetfoil Boeing 929 yang melayani rute Hong Kong - Makau.
Salah satu jetfoil Boeing 929 yang melayani rute Hong Kong – Makau.

Sebagai wahana laut yang melaju dengan kecepatan bak mobil sport, konstruksi badan kapal dirancang seringan mungkin dengan menggunakan material alumunium dengan ketebalan sekitar 2 – 8 mm. Dengan mesin turbin gas yang relatif ringan dan masing-masing beratnya sekitar 1/20 dari berat mesin diesel dengan daya yang sama. Di bagian bawah lambung dilengkapi sirip strut dan foil yang menghasilkan gaya angkat layaknya pesawat terbang. Badan kapal akan melayang di atas permukaan air hingga ketinggian 2,4 meter.

Rakus BBM
Sebagai kapal yang hebat dan canggih pada masanya. Dalam perannya sebagai troopship, Bima Samudera bisa menyeberangkan 100 pasukan bersenjata lengkap sejauh 1.080 km. Dengan bobot 110 ton, kapal pun hanya oleng sekitar lima derajat saat dihajar gelombang setinggi enam meter. Dengan kata lain dalam posisi ini kapal masih bisa menembakkan senjatanya secara efektif.

Tampilan dengan sturt terlipat.
Tampilan dengan sturt terlipat.

Meski hebat disana sini, jetfoil ini punya kerentanan, terutama pada sirip alumuniumnya yang gampang rusak atau sobek bila tersandung sampah balok atau batang kayu saat berlayar kencang. Dari sisi perawatan, jetfoil juga lebih mirip pesawat jet yang butuh pemeliharaan terjadwal di setiap beberapa jam operasi.

Belum lagi dengan mesin turbin gas yang dinilai kurang bersahabat dengan udara lembab khatulistiwa, sehingga kinerjanya tak semaksimal yang diharapkan dan konsumsi bahan bakarnya juga boros. Mesin yang menyokong Bima Samudera adalah 2 x Allison 501-KF turbine engines dengan 2 x Rocketdyne PJ-20 waterjet pumps. Pemakaian BBM Bima Samudera pada kecepatan jelajah ekonomis mencapai 1.890 liter per jam. Sebagai contoh untuk menempuh rute Jakarta menuju Pelabuhan Panjang di Lampung, pulang pergi menghabiskan bahan bakar 11.500 liter.

seajet_arrival

Karena dipandang kurang efisien dari aspek operasional plus ada kerusakan pada mesin turbin gasnya, pada Januari 2001 TNI AL resmi mempurnatugaskan Bima Samudera I. Kabarnya mesin yang masih bisa digunakan dijual ke Kawasaki Heavy Industries, perusahaan Jepang ini memperoleh lisensi dari Boeing untuk membuat kapal sejenis. Sementara Bima Samudera II masih tetap beroperasi, namun berubah peran sebagai kapal cepat angkut penumpang sipil yang dioperasikan PT Pelni hingga masa purnaktinya. Saat ini kedua kapal tersebut dapat ditemui di fasilitas PT PAL.

Boeing meluncurkan proyek kapal penumpang jetfoil ini pada April 1974. Di luar AS, Boeing 929 melayani transportasi di Hong Kong dan Makau, Jepang, Inggris, Kepulauan Canary, Arab Saudi, dan Indonesia. Debut Boeing 929 tak lama lantaran biaya operasional dan perawatannya yang kelewat tinggi. Boeing total hanya memproduksi 28 unit, ditambah 15 unit dibuat Kawasaki, dan dua unit diproduksi Shanghai Simmo Marine.

USS Pegasus.
USS Pegasus.

Di periode pengembangan Boeing 929 Jetfoil, Boeing juga merancang PHM (Patrol Hydrofoil Missileship) Pegasus Class, karena kapal perdana diberi nama USS Pegasus (PHM-1). Kapal ini dilengkapi kanon reaksi cepat OTO Melara 76 mm dan rudal anti kapal AGM-84 Harpoon. Pada tahun 1975, USS Pegasus berhasil menjelajah dari Seattle ke San Diego sejauh 1.971 km, perjalan ditempuh selama 34 jam dengan satu kali pengisian bahan bakar. Selain USS Pegasus, Boeing merilis lima kapal sejenis, yakni USS Hercules, USS Taurus, USS Aquila, USS Aries, dan USS Gemini. (Danu Pras/diolah dari berbagai sumber)



Indomil.

Melihat Skema Combat Radius (Calon) Jet Tempur Baru TNI AU

SEA-Aust-Map-2JA

Disamping kecanggihan sistem navigasi, kecepatan maksimum, dan dukungan persenjataan, faktor combat radius adalah elemen penting dalam pemilihan tipe jet tempur baru TNI AU. Dengan kondisi geografis Indonesia yang begitu luas, maka jangkauan kemampuan terbang dan combat radius begitu vital dicermati. Dengan combat radius yang maksimal, maka kehadiran kekuatan udara dapat menjangkau hotspot secara optimal. Tak pelak urusan combat radius menjadi bagian dari efek deteren dari kekuatan udara.

TNI AU dalam gelar operasionalnya memang punya banyak pangkalan aju, tapi harus diakui untuk mengaktifkan pangkalan aju guna menunjang misi khusus tentu perlu waktu persiapan. Idealnya TNI AU dapat memanfaatkan pesawat tanker udara. TNI AU punya dua unit KC-130B Hercules yang di datangkan sejak tahun 1960, satu unit diantaranya A-1310 jatuh di Medan pada 30 Juni 2015 lalu. Sehingga kini untuk misi air refuelling, TNI AU hanya mengandalkan satu unit KC-130B Hercules dengan nomer A-1309. Pengadaan pesawat tanker udara jenis baru pun sudah masuk dalam perencanaan strategis, namun sayang hingga kini belum ada kabar kelanjutannya.

Jangkauan terbang dan combat radius tentu tak bisa dipukul rata, berbicara tentang dua hal tersebut maka akan bergantung pada konfigurasi persenjataan dibawa pesawat dalam suatu misi, semisal misi CAP (combat air patrol) dan ground attack pasti membawa konsekuensi berbeda pada performa pesawat. Kemudian soal kapasitas bahan bakar yang dibawa, apakah jet tempur membawa drop tanks atau conformal fuel tanks. Kesemua ramuan tersebut bila dikalkulasi akan membawa perhitungan yang berbeda tentang combat radius dan kecepatan jet tempur.

Namun, dalam visual map dibawah ini bisa disajikan ilustrasi yang menarik dari jangkauan terbang ‘standar’ dari jet-jet tempur TNI AU yang eksis, seperti F-16 C/D Fighting Falcon, Hawk 209, Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker, menariknya lagi ada visual ilustrasi map dari jangkauan terbang kandidat jet tempur baru untuk TNI AU, seperti Eurofigfher Typhoon, dan Saab JAS 39 C/D Gripen. Sayang skema visual Su-35 Super Flanker belum kami dapatkan.

Perlu dicatat, ini hanya sekedar ilustrasi, tidak diketahui persis apakah jet tempur mengusung tanki bahan bakar eksternal (drop tanks) atau tidak. Yang jelas ilustrasi tidak dalam skala penggunaan air refuelling. Sebagai titik pangkal perhitungan, dtampilkan posisi beberapa lanud (pangkalan udara) kelas A TNI AU yang menjadi homebase Skadron jet tempur. (Gilang Perdana)

F-16 A/B, F-16 C/D, Hawk 209, dan Sukhoi Su-27/30 TNI AU
 jangkauan_pesawat_tempur_indonesia-(1)

Keterangan
F-16 C/D
– Maximum speed: At sea level: Mach 1.2 (1.470 km/h)
At altitude: Mach 2 (2.120 km/h) clean configuration
– Combat radius: 340 mi (550 km) on a hi-lo-hi mission with four 1,000 lb (450 kg) bombs
– Ferry range: 2,280 nmi (4.220 km) with drop tanks

Hawk 209
– Maximum speed: 1.037 km/h at sea level
– Maximum speed: Mach 1.2 (never exceed at altitude)
– Cruising speed: 796 km/h at 12,500 m
– Range: 892 km internal fuel only
– Combat range: 617 km with 3x Sea Eagle and 2x 592 l
– Ferry range: 1.950 km with 3 drop tanks

HawkTNI06

 Sukhoi Su-30 MK2
– Maximum speed: Mach 2.0 (2,120 km/h)
– Range: 3,000 km

Sukhoi Su-27 SK
– Maximum speed: Mach 2.35 (2,500 km/h)
– Range: 3.530 km

Eurofighter Typhoon

Sumber: Hasil repro dari brosur resmi Eurofighter Typhoon.
Sumber: Hasil repro dari brosur resmi Eurofighter Typhoon.

Dalam paparannya kepada Indomiliter.com, Paul Smith, pilot demo Eurofighter Typhoon memberikan simulasi gelar radius tempur Typhoon dengan CFT (Conformal Fuel Tanks) saat pesawat ini lepas landas dari lanud Iswahjudi – Madiun, lanud Supadio – Pontianak, lanud Hasanuddin – Makassar, dan lanud Roesmin Nurjadin – Pekanbaru. Keempat lanud tersebut merupakan pangkalan utama TNI AU tempat home base dari skadron tempur. Dalam radius tempur (lihat di gambar estimasi), nampak Typhoon dapat menjangkau titik potensial hotspot untuk melakukan intercept yang cukup jauh dari pangkalan. Di sisi selatan, bahkan Typhoon mampu menerobos sisi Australia bagian utara, dan di sisi utara, Typhoon dapat menjangkau daratan Thailand serta meng-coverage hingga wilayah Samudera Hindia.

Dengan adopsi dua CFT, dimana setiap CFT dapat memuat 1.500 liter, maka combat radius Typhoon dapat meningkat 25%, tentu tergantung pada konfigurasi persenjataan yang dibawa. Dengan 5 ton bahan bakar, standarnya Typhoon punya jangkauan 2.900 Km. Sementara bicara combat radius, bergantung pada misi yang diemban, semisal antara ground attack dan air defence punya perbedaan yang amat kentara. Di luar adopsi CFT dan air refuelling, dengan membawa 3 drop tanks, Typhoon dapat terbang ferry hingga 3.790 Km.

Tampilan bodi Typhoon dengan CFT.
Tampilan bodi Typhoon dengan CFT.

Maximum speed:
At altitude: Mach 2 class (2,495 km/h)
At sea level: Mach 1.25 (1,470 km/h)
Supercruise: Mach 1.5
Range: 2.900 km
Combat radius:
(with 3 external 1,000 l tanks)
Ground attack, lo-lo-lo: 601 km (325 nmi)
Ground attack, hi-lo-hi: 1,389 km (750 nmi)
Air defence with 3-hr combat air patrol: 185 km (100 nmi)
Air defence with 10-min. loiter: 1,389 km (750 nmi) [326][336]
Ferry range: >3,790 km (2,350 mi with 3 drop tanks)

Saab Jas 39 C/D Gripen

Sumber: Saab AB.
Sumber: Saab AB.

Maximum speed: Mach 2 (2,204 km/h) at high altitude
Combat radius: 800 km
Ferry range: 3,200 km with drop tanks

Ilustrasi jangkauan jet tempur AU Singapura F-15SG.
Ilustrasi jangkauan jet tempur AU Singapura F-15SG.



Indomil.