Kemandirian industri pertahanan tak hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan alutsista, sektor lain seperti sistem komunikasi juga ikut mengambil peran penting, mengingat sistem komunikasi yang handal, aman dan mandiri menjadi kunci keberhasilan operasi tempur. Di lingkup operasi taktis yang melibatkan unsur tempur, adanya tactical radio menjadi suatu keharusan, terutama bagi unit infanteri yang dikenal sebagai Queen of The Battle.
Sebagai elemen komunikasi wajib, prajurit TNI dalam setiap operasi tempur selalu dibekali dengan tactical radio, karena umumnya dirancang manpack, maka pengguna terbesarnya adalah satuan infanteri, seperti di level pleton. Tactiral radio lumrah digunakan sebagai media komunikasi antar unit tempur pleton dan regu ke tingkat posko (pos komando). Saat Perang Vietnam, tactitcal radio digunakan sebagai komunikasi antar pos-pos pertahanan pasukan AS. Begitu juga saat TNI (d/h ABRI) berlaga dalam Operasi Seroja di Timor-Timur. Dengan bekal radio PRC-77, infanteri TNI juga melaksanakan peran sebagai pemandu tembakan dari pesawat tempur. Istilah dalam militer disebut sebagai ground FAC (forward air control). Hal ini tergambar jelas dari paduan komunikasi antara pesawat OV-10F Bronco dengan unit infanteri TNI AD yang membutuhkan bantuan tembakan ke permukaan.
Salah satu keunggulan penggunaan pesawat tempur OV-10F Bronco yang dijuluki sebagai Kuda Liar ialah memiliki frekuensi VHF (very high frequency)-FM standar pasukan TNI AD dan Marinir TNI AL, sehingga pesawat dapat melakukan komunikasi langsung dengan ground FAC yang menggunakan radio PRC-77 tanpa melalui stasiun relay.
PRC-77 memang legendaris, tapi perangkat berbasis radio analog tersebut tentu sudah usang dan ketinggalan jaman. Sebagai gantinya, TNI AD kemudian mengusung tactical radio TR2400 yang punya kemampuan hybrid analog digital. Dari golongannya, TR2400 masuk dalam segmen HF (high frequency) transceiver yang berjalan di frekuensi 1,6 – 30 Mhz. Tactical radio ini menawarkan teknologi digital signal processing (DSP) untuk frekuensi tinggi hopping. Namun, perlu dicatat, baik PRC-77 dan TR2400 adalah produk impor. Bila PRC-77 buatan JETDS (Joint Electronics Type Designation System) dari AS, sementara TR24000 adalah buatan Grintek Communication Systems dari Afrika Selatan.
Bila pesawat, kapal perang, dan panser dapat diproduksi dalam negeri, lantas bagaimana dengan radio taktis ini? Apakah harus selalu impor?
Len VDR10-MP
PT Len Industri, sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Strategis nyatanya telah berhasil memproduksi tactical radio manpack untuk kebutuhan infanteri. Diberi label VDR10-MP, ini merupakan tactical radio digital yang berjalan di frekuensi VHF (Very High Frequency). Oleh PT Len, VDR10-MP disebut sebagai first Indonesian Integrated Secure Communication Radio dengan software fefined radio, Frequency Hopping, Encryption Algorithm dan ISCOP100 (Intergrated Secure Communication Protocols).
LenVDR10-MP memiliki beberapa kelebihan antara lain: Sistem komunikasi digitalnya didesain dan dibuat sendiri algoritmanya oleh Len. Kemudian diperkuat dengan sistem keamanan baik dari segi transec (transceiver security) maupun comsec (communication security) yang telah dikembangkan sendiri sejak lama oleh para injiner Len.
Dari segi transec, LenVDR10-MP sudah menerapkan teknologi hopping 100 hop/sec, artinya dalam 1 detik komunikasi terjadi perubahan frekuensi 100 kali. Sedangkan dari segi comsec, LenVDR10-MP telah menggunakan enkripsi data berbasis AES 128. Frekuensi Hopping adalah teknik lama yang diperkenalkan pertama kali dalam sistem transmisi militer untuk menjamin kerahasiaan komunikasi dan jamming tempur.
Sebagai produk dalam negeri, LenVDR10-MP memiliki tingkat kandungan lokal (local content) yang sangat tinggi, karena semua desain telah dilakukan secara mandiri. Untuk segi mekanikal, seperti casing dan tas, Len tidak melakukan kerja sama dengan pihak luar namun masih dari pihak lokal/dalam negeri.
Yang cukup menarik, produski tactical radio ini sudah menggunakan mesin SMT (Surface Mount Technology) atau sering disingkat dengan sebutan SMT adalah teknologi terkini yang digunakan untuk memasangkan komponen elektronika ke permukaan PCB.Dengan teknologi SMT, peralatan atau gadget elektronik saat ini sudah dapat didesain dengan ukuran yang lebih kecil, karena mesin SMT memiliki kemampuan yang dapat memasangkan komponen chip yang berukuran sangat kecil hingga 0,4mm X 0,2mm (Chip SMD resistor 0402) dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Kepercayaan TNI pada LenVDR10-MP terbilang besar, dibuktikan order yang cukup besar pada radio taktis ini. Mengutup siaran pers dari PT Len, disebutkan 734 unit radio ini berikut perlengkapannya akan dikirimkan ke semua batalyon di Indonesia dari Aceh hingga Papua, dan para engineer Len akan men-training para tentara yang menjadi user di 13 Kodam di tubuh TNI Angkatan Darat. Pengerjaan kontraknya membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan sejak bulan Mei 2015 hingga November 2015. (Gilang Perdana)
Spesifikasi LenVDR10-MP:
– Technology Base : Software Based Radio
– Security System Bas : ISCOP100 (Intergrated Secure Communication Protocols)
– Modulation Mode : AFM (Analog FM), DFM (Digital FM), BSK or QPSK
– Encryption Algorithm : AES 128
– RF Output Power : Max 20W PEP
– Sensitivity : -110 dBm @12dB SINAD
– Frequency Stability : 2ppm
– Channel Capacity : 100 programmable Channel
– Antenna : Whip 1.5m & Whip 3m
– Frequency Range : 30-88 Mhz
– Channel Capacity : 100 programmable Channel
– Data Rate : 16 kbps
– Supply Voltage : 11.1 – 12.6 VDC
– Average Battery Life : 24 hour
– Temperature Range : -10C – 65C
– IP Rating : IP67
– Vibration : Ground Tactical
– Immertion : 1 meter under water for 1 hour
– Standard : MIL-STD-810F shock, vibration, dust & spray
– Dimension : 250mm (w) x 90mm(d) x 250mm(h)
– Weight : 2.5 Kg (- baterry); 4.5 Kg ( + battery)